Skripsi Misiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II KAJIAN TEORI 2.2.1 TINGKAH LAKU Albert Bandura,seorang psikolog pada Universitas Stanfotd Amarika Serikat, yang oleh banyak ahli dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang moderat. Tidak seperti rekan-rekan sesama penganut aliran behavioristne, Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skerna kognitif rnanusia itu sendiri. Prinsip dasar belaiar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial moral. Menurut Barlow (1985), sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh prilaku (modeling). Dalam hal ini, seorang siswa belajar mengubah perilaku sendiri melalui cara orang atau sekelompok orang mereaksi atau merespon sebuah stimulus tertentu. Siswa ini juga dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap prilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau orang tuanya. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan irnitation (peniruan). Condisioning adalah prosedur belajar dalam mengembangkan prilaku sosial dan moral. Dasar pemikirannya prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya yakni dengan 1. Reward (ganjaran/memberi hadiah) 2. Punishment (hukumar/memberi hukuman). Dasar pemikirannya ialah sekali seorang siswa mempelajari perbedaan antar perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku yang mengakibatkan hukurnan (punishment), ia senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dibuat.



Imitation adalah merupakan salah satu cara yang paling penting dalam teori belajar sosial. Menurut teori sosial learning imitation adalah proses peniruan yang dimainkan oleh seorang model atau tokoh yang akan dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa, biasanya yang dijadikan model adalah orang tua atau guru.



Menurut Bandura ada 4 cara dalam melakukan peniruan,yaitu: 1. Perhatian (Attention) Maksudnya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat di pelajari. Proses ini menyatakan dianggap berpengaruh dikarenakan sebelum sesuatu dapat dipelajari dan model, model itu harus di perhatikan. Bandura menganggap belajar adalah proses yang berlangsung, tetapi dia menunjukkan bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari. Berikut adalah contohnya : Misalkan anda menggendong anak usia 4 tahun sedangkan dua anak usia 4 tahun lainnya bermain di ruang lain. Saat anak A sedang memukul-mukul anjing peliharaan dengan pelan-pelan, anak B memasukkan pisau mentega ke stop kontak listrik. Semua orang akan belajar sesuatu dari insiden ini. Dikarenakan diasosiasikan langsung dengan rasa sakit yang tak terduga dan diirinngi dengan kekagetan, anak B akan belajar menghidari pisau mentega, dan bahkan mungkin menghindari stop kontak. Anak A mungkin akan belajar, atau setidaknya mulai belajar, untuk mennghindari anjing. Ketika anak B tiba‐ tiba menjerit dan menangis, suara itu mengagetkan anak A, dan karena kejadian stimulus baru yang kuat dan tak terduga ini menimbulkan gerakan otonomik, anjing menjadi diisolasikan dengan respon tidak terkondisikan terhadap stimulus yang menegangkan. Lewat proses memerhatikan, anak di pangkuan anda mungkin nanti akan menghindari stop kontak (jika dia memerhatikan B) atau menghindari anjing (jika memerhatikan anak A), atau mungkin



menghindari anda. Secara incidental, karena banyak prinsip belajar berlaku untuk anak manusia dan hewan, adalah mungkin pula bahwa si anjing itu nanti akan menghindari anak‐anak.



2. Mengingat(Retention) Maksudnya melakukan pengamatan kemudian menyimpannya dalam memory dalam bentuk ingatan. Bandura beqpendapat bahwa proses retensional disimpan melalui dua cara, yaitu secara imajinal (imajinatif) dan secara verbal. Simbol-simbol yang disimpan secara imajinatif adalah gambaran tentang halhal yang dialami model. Sedangkan secara verbal dapat dilakukan dengan kode-kode misalnya detail rute perjalanan seorang model. Setelah informasi disimpan secara kognitif, ia dapat diambil kembali, diulang dan di perkuat beberapa waklu sesudah belajar observasional terjadi.



3. Reproduksi gerak (Reproduction) Maksudnya melakukan suatu pengamatan kemudian mempraktekannya dengan cara modivikasi tindakan. Contohnya seseorang mungkin sudah belajar, lewat pengamatan atas monyet, cara rnelompat, cara melompat bergelantungan dari satu pohon ke pohon lainnya dengan menggunakan ekor, namun ia jelas tidak akan meniru perilaku si monyet itu karena orang tidak mempunyai ekor. Dengan kata lain, seseorang rnungkin mempelajari sesuatu secara kognitif namun dia tak mimpu menerjemahkan informasi itu ke dalam prilaku karena ada keterbatasannya.



4. Motivasi Maksudnya unsur yang paling penting dari ketiga unsur, karena ia adalah penggerak unsur untuk melakukan sesuatu. Dalarn proses motivasi ini, Informasi tentang penguatan atau konsekuensi yang didapatkan model dalam



proses modeling juga dapat menjadi alasan bagi pengamat dalam proses observasi untuk memberikan respon terhadap hasil pengamatan.



2.1.1 PRESTASI BELAJAR 1. pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi belajar terdiri dari dua kata, “Prestasi” dan “Belajar” kata prestasi berasal bahasa belanda yaitu “Perstatie”, Kemudian dalam bahasa indonesia menjadi prestasi yang berarti “Hasil Usaha” dalam kamus Bahasa Indoensia dikemukakan bahwa kata “Prestasi” berarti hasil yang telah dicapai. Untuk lebih jelaskan ada beberapa penertian prestasi belajar yaitu: 1. Prestasi adalah hasil yang di capai yang sebenar-benamya di capai. 2. Prestasi adalah nilai yang di capai oleh siswa dalam berbagai tingkat 3. Prestasi adalah nilai (skor) individual merupakan indicator prestasi atau hasil pencapaiaan yang nyata sebagai pengaruh dari hasil belajar mengajar yang bersangkutan. Sedangkan pengertian belajar ada bermacam-macam, pendapatpendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Belajar menurud Alisuf Sabri adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku yang di maksud di sini yaitu sebagai hasil belajar itu yang terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan pengalaman.



Sedangkan menurut Cronbach, belajar sebagai usaha aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Rahman Abror yang dikutip Nashar berpendapat, bahwa belajar itu menimbulkan perubahan yang relatif tetap yang membedahkan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah diperlakukan belajar. Dari definisi-definisi diatas ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan-perubahan dalam tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan prestasi belajar dapat disimpukan sebagai hasil yang yang telah dicapai dari aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu, baik aktual maupun potensial. 2.2.2 Jenis-Jenis Prestasi belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap rana psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Menurut W.S Winkel dalam buku psikologi pendidikan yang membahas tentang teori taksonomi. Menurut B.S Bloom, dikemukakan mengenai teori B.S Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai tiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam menerima pembelajaran.



Dalam kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka untuk lebih spesifiknya, penulis akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif, psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori B.S Bloom berikut.



l. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), Yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. B.S Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian : Bagian pertama adalah berupa pengetahuan (kategori 1) dan bagran kedua berupa kemampuan dan keterampilan Intelektual (kateg ori 2-6).



a. Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan metodologi, prinsip dasar dan sebagiannya. Pengetahuan Juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal‐ hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.



b.Pemahaman (Comprehension) Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang di pelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambar, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainnya.



2.Aplikasi (Application) Aplikasi



atau



penerapan



diartikan



sebagai



kemampuan



untuk



menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang kongkret dan baru, Di tingkat ini, seseorang memilki kemampuan untuk



menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainnya di dalam kondisi kerja. 3.Analisis (Analysis) Analisis di deflnisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian‐ bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan



mampu



mengenali serta membedahkan faktor



penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. 4. Sintesis (Synthesis) Sintesi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat atau pola baru. Sintesi satu tingkat di atas analisis. Seorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. 5. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaat. 1. Affective Domain (Rana Afektif) Berisi perilaku‐ perilaku yang menekankan aspek perasaan dan Emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:



a. Penerimaan (Receiving/Attending) Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediam untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau pejelasan yang diberikan oleh guru. b. Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, Kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. c. Penghargaan (Voluing) Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin. d. Pengorganisasian (Organization) Memadukan diantaranya,



dan



nilai-nilai membentuk



yang suatu



berbeda, sistem



menyelesaikan nilai



yang



konflik konsisten.



Pengorganisasian mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. 1. Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistern nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya. Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.



1. Psychomotor Domain (Rana Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut motorik karena ketrampilan ini melibatkan sesara langsung otot, urat dan persendian, sehingga ketrampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki ketrarnpilan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan, Automatisme yaitu gerakan-gerakan yang tejadi berlangsung secara teratur dan bejalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan agama ialah keterampilan membaca ayat Alkitab. 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu sendiri. Prestasi dipengaruhi dua faktor : a. Faktor Intern 1.



Faktor fifiologis, mempunyai kontribusi yang besar terhadap prestasi



belajar siswa, sekurang-kurangnya ada dua faktor yang tergolong dalam faktor fifiologis : a. Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik seluruh anggota badan beserta bagianbagiannya bebas dari penyakit. Dalam keadaan belajar anak akan terganggu jika kesehatannya terganggu, seperti mudah pusing, badannya lemah, kurang darah atau ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat indranya



serta tubuhnya berpenyakit, oleh karena itu agar prestasi belajar sesuai dengan yang diharapkan harus diusahakan badannya sehat dan terhindar penyakit. b. Cacat tubuh Adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan, misalnya buta, tuli, patah kaki, dan lain sebagainya. Cacat tubuh ini sangat mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa. 2.



Faktor psikologis, sangat mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa,



Menurut Slameto : “Sekurang kurangnya ada 7 (intelegensi perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan) faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis itu adalah : a. Intelegensi Intelegensi menurut M. Dalyono “intelegensi artinya kecerdasan” intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, seseorang yang memiliki Intelegensi baik umumnya mdah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. b. Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang tertinggi, jiwa itu semata-mata tertujuh pada suatu objek atau sekumpulan objek. Untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terdapat bahan yang dipelajarinya, timbullah kebosanan, sehingga tidak suka lagi belajar. c. Minat minat besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar, belajar dengan minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat. Minat timbul apabila individu tertarik pada suatu yang akan dipelajarinya dirasakan bermakna bagi



dirinya, namun demikian minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar sulit untuk berhasil. d. Bakat Bakat dapat mempengaruhi terhadap prestasi belajar seseorang, sebab bila seseorang mempelajari sesuatu tidak sesuai dengan bakatnya, maka kemungkinan besar akan kurang berhasil, oleh karena itu seseorang akan lebih berhasil kalau dia belajar sesuai dalam lapangan dan sesuai dengan bakatnya. e. Motif Motif dapat dikatan sebagai gaya gerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mancapai suatu tujuan. Dalam belajar akan lebih berhasil kalau pada diri seseorang ada keinginan untuk belajar, motif ini dapat ditanamkan kepada siswa dengan ara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. f. Kematangan Kemataan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, alat-alat tumbuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti dapat melaksanakan kegiatan terus-menerus untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran, dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum tentu dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar, akan tetapi belajar akan lebih berhasil, jika anak sudah siap (matang). g. Kesiapan Kesiapan adanya kesediaan untuk memberi respon, kesediaan itu timbul dalam diri seseorang sehubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan mempengaruhi terhadap pretasi belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik.



2. Faktor Ekstern Sedangkan faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu : a. Keluarga Keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anak serta family yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya tehadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidak kedua orang tua, akrap atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anaknya, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. b. Sekolah keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. KualitAS GURU, metode mengajarnya kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tatatertip sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. c. Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal, jga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah,suasana sekitar keadaan lalulintas, iklim dan sebagainya. Misalnya, bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalulintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang sekitar, suara pabrik, polusi, uadara, iklim yang terlalu panas, semua ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.



Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang datang dari dalam diri siswa (ekstern), kedua faktor tesebut selalu berinteraksi, sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.



2.1.4 Indikator Prestasi belajar Indikator prestasi belajar siswa dalam penelitian ini akan diperoleh dari aspek kognitif, efektif dan psikomotorik, yang dirangkum dalam nilai raport siswa dalam bidang studi PAK.



2.1.5 Pendidikan Agama Kristen (PAK) 1. Pengertian pendidikan Agama Kristen E.G



Homrighausen



mengatakan



“Pendidikan



Agama



Kristen



berpengkal pada Persekutuan Umat Tuhan. Didalam perjanjian lama pada hakekatnya dasar-dasar terdapat pada secara suci purbakala, bahwa pendidikan Agama Kristen itu mulai sejak terpanggilnya Abraham Menjadi nenek moyang umat Pilihan Tuhan, Bahkan bertumbuh pada Allah sendiri karena Allah menjadi peserta didik bagi umat-Nya. Menurut Warner C. Graedorf PAK adalah : Proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bertanggung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek Kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus Sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan pada murid. Pengertian pendidikan agama kristen adalah kegiatan politis bersama pada peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi



perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas Iman kristen, dan Visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita. Pengertian PAK menurut parah ahli yang dirangkum oleh Paulus Lilik Kristianto & Praktek Pendidikan Agama Kristen :



a. Hieronimus (345-420) Pak adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga menjadi bait Tuhan (Mat 5:48) b. Agustinus (345-430) PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar oranfg supaya “Melihat Allah” dan “Hidup bahagia” c. Martin Luther (1483-1548) PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertip agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dengan Firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Disamping itu PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, Firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesama termasuk masyarakat dan Negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen. d. Jhon Calvin (1509-1664) PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka : 1. Tertip dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus. 2. Mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan Gereja. 3. Diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantakan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta



hidup bertanggung jawab dibawah kedaulatan Allah dan KemulianNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.



1.1.6 Tujuan Pendidikan Agama Kristen Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan disekolah memiliki tujuanYang jelas. Tujuan PAK bukanlah pergumulan kini tetapi berlangsung dalam sejarah keKristenan. Dimana ada komunitas Kristen di sana berlangsung proses pegumulan itu. Itulah sebabnya maka kita menemukan banyak rumusan tujuan tentak PAK. Tujuan Pendidikan Agama Kristen dari masa ke masa mengalami perkembangan, khusus dalam rumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen yang dikemukakan pendidik Kristen ( ahli pratika maupun dokmatika/teolog). Formula-formula itu tidak dapat dideskripsikan secara menyeluruh. Disini hanya dikemukakan beberapa formula rumusan tujuan pendidikan Kristen. Marthen Luter memang tidak memakai istilah tujuan pendidikan kristen karena istilah ini dipakai secara teratus setelah pokok pendidikan dijadikan sebagai ilmu tersendiri. Akan tetapi dari karya dan perhatian Luther tehadap pendidikan maka dapat dirumuskan tujuan pendidikan Kristen menurut Marthen Luther yaitu menyadarkan anak didik dan orang dewasa tentang keadaan mereka yang sebenarnya, yaitu mereka orang berdosa. Maka setiap warga harus bertobat dan berseru kepada Allah agar diampuni. Dengan kata lain, tujuan pendidikan agama Kristen menurut Marthen Luther yaitu melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda dalam rangka belajar teratur dan terlibat agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka disamping memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa, Firman tertulis, Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka Mampu melayani sesama termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian



secara bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen yaitu Gereja (Robert R Boehlke, 2002:340) Menurut Calvin, pendidikan Kristen adalah proses pemupukan akal orang-orang percaya dalam Firman Allah didalam bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan Gereja sehingga didalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan yang diaplikasikan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Yesus Kristus, berupa tindakan-tindakan Kasih terhadap sesamanya. Berdasarkan pemahaman Calvin, tentang pendidikan Kristus maka menurut Jhon



Calvin, Tujuan pendidikan Kristen adalah mendidik semua



warga gereja agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana bimbingan oleh Roh Kudus, diajar mengambil bagian dalam kebaktian



serta diperlengkapi untuk memilih cara-cara mewujudkan suatu



pengabdian diri kepada Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan mereka seharihari, serta hidup bertanggung jawab dibawah kedaulatan Allah, demi kemuliaan namaNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus. Menurut E.G Homrighausen dan I.M Enklaar, Tujuan Pendidikan Kristen Yaitu : 1. Memimpin siswa pada pengenalan akan peristiwa-peristiwa ilahi dalam alkitab dan pengajaran-pengajaran yang ada dalam Alkitab. 2. Membimbing siswa dengan kebenaran firman Allah yaitu Alkitab. 3. Mendorong siswa melakukan mempraktekkan ajaran-ajaran Alkitab. 4. Meyakinkan siswa tentang kebenaran-kebenaran Alkitab untuk pemecahan masalah dalam kehidupan.



Tujuan Utama pendidikan Kristen ialah membawa peserta didik untuk mengalami perjumpaan dengan Kristus, Mengasihi Allah dengan sungguh-



sungguh, hidup dalam ketaatan serta mampu mempraktekkan imamnya dalam kehidupan sehari-hari. 1.7.7.Ruang Lingkup Pendidikan Agama Kristen (PAK) Ruang lingkup PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut;



Allah



Titunggal (Allah Bapa, Anak, dan Roh KUDUS) dan karya-Nya Nilai-nilai kristiani. Pada jenjang SD peserta didik diperkenalkan pada hakikat Allah dan perspektif hubungan-Nya dengan manusia. Allah tidak berkarya di dalam ruang kosong, tetapi berkomunikasi dengan manusia. Allah membina relasi dengan manusia melalui kerya-Nya. 1.1.6.1 Kerangka Berpikir Tingkah laku merupakan dasar yang paling penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Jika siswa merasa senang dalam belajar, maka ia akan dengan cepat mengerti dan memahami materi yang diberikan guru. Karena Tingkah laku adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan. Jika kegiatan diminati seseorang itu akan diperhatikan terus menerus yang disertai perasaan senang, maka ia dapat mengembangkan minat pada sesuatu yang pada dasarnya membantu Siswa melihat bagaimana hubungan materi yang diharapkan dapat dipelajarinya dengan dirinya sendiri (individu). Proses ini mengajukan kepada siswaaa bagaimana pengetahuan atas percakapan tentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Tingkah laku besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka mereka tidak belajar dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, bahan pelajaran yang menarik perhatian siswa, akan lebih mudah dipahami dan diingat karena minat menambah keinginan belajar. Oleh karena itu, Tingkah laku belajar turut menentukan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan kondusif. Dengan terciptanya suasana



belajar mengajar dan kondusif, maka siswa akan termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Tingkah laku tidak dibawah sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Begitu pula halnya dengan tingkah laku siswa dalam mengikuti pelajaran : Ia tidak akan timbul tanpa ada pengaruh dari luar dirinya.



1.1.6.2 Hipotesis Didalam penelitian ini perl sekali adanya hipotesis, karena hipotesis sebagai indikasi untuk menarik kesimpulan penelitian yang berbentuk dalil atau generalisasi yang akan dibuktikan dan diteliti serta diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ha : Ada hubungan yang nyata antara tingkah laku belajar dengan prestasi belajar PAK Ho : Tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkah laku belajar dengan pretasi belajar PAK