Tugas Makalah Misiologi STTHF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama Mahasiswa : Albert Yosef Leihitu Subject



: MISIOLOGI



Program



: MTh



Dosen



: Irwan Widjaja, Ph.d



“MAKALAH MISIOLOGI“



MISIOLOGI LATAR BELAKANG Pengertian tentang Misi dan Misiologi mengalami perkembangan arti dalam sepanjang sejarah,pada masa istilah misi merujuk pada kegiatan penyebaran iman,Misi dan penginjilan merupakan suatu tugas yang gereja tanggapi sebagai amanat atau perintah langsung dari Tuhan Yesus dalam rangka peranannya didunia ini. Alkitab telah banyak memberikan kita catatan-catatan penting tentang bagaimana pergerakan para murid dan gereja mula-mula dalam merespon hal ini.Masa kini, sebagian dari gereja juga mengakui bahwa tugas menjalankan penginjilan dan misi itu juga dalah tugasnya. Menjadi pokok permasalahan bagi gereja masa kini ialah bagaimana gereja menghadapi tantangan dari dunia dengan kemajemukan yang ada didalamnya, pluralisme, kemajuan teknologi serta peningkatan ilmu pengetahuan yang semakin membuka ruang bagi manusia untuk bergerak dan bertindak dengan gaya post modern seperti sekarang ini. Ini merupakan sebuah tantangan yang sangat luar biasa bagi gereja sebagai subjek misi



PENGERTIAN MISI / MISIOLOGI Pengertian dari segi etimologisnya. Missiologi berasal dari kata dalam bahasa Latin missio dan bahasa Yunani logos. Mission berarti perutusan dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan atau tugas khusus untuk dilaksanakan. Logos berarti ilmu atau studi, kata atau wacana, yang dari beberapa



pengertian itu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa misiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perutusan. Berangkat dari segi etimologis dari kata itu, missiologi kurang lebih bisa diartikan sebagai tugas atau pesan khusus yang harus disampaikan dengan cara yang khusus pula. Dalam rangka merefleksikannya secara teologis maka missiologi tidak hanya ilmu tentang perutusan melainkan juga adalah teologi tentang perutusan karena menyangkut refleksi serta tanggapan ilmiah tentang dimensi iman gereja kepada Allah dan Yesus Kristus serta keterbukaan gereja terhadap dunia. Gereja mengalami bahwa telah dipanggil dalam iman kepada Tritunggal itu dan diutus untuk mewartakan kabar sukacita kepada seluruh suku bangsa sampai ke ujung dunia. Pekabaran Injil berasal dari Allah (Missio Dei). Keinginan untuk pekabaran Injil dari semula sudah berada di dalam rencana dan tindakan Allah. Pekabaran Injil bukanlah sebuah gagasan Perjanjian Baru atau beberapa ayat Alkitab saja, tetapi pekabaran Injil terdapat di seluruh Alkitab yang berarti bahwa misi itu merupakan sebuah kebutuhan dan juga tanggung jawab yang sangat besar bagi gereja bagi rencana Allah untuk dunia ini secara holistik.



CAKUPAN MISI Dari semua uraian di atas,maka ada beberapa batasan yang lebih jelas dan mengenai misi dan ruang lingkupnya : 1. Iman Kristen pada hakikatnya bersifat missioner,memandang semua keturunan di bumi sebagai objek kehendak Allah yang menyelamatkan dan rencana



keselamatanNya.Iman Kristen percaya bahwa pemerintahan Allahtelah dating di dalam Yesus Kristus dimaksudkan untuk seluruh umat manusia 2. Misiologi sebagai cabang dari disiplin teologi Kristen,artinya misiologi memandang dunia dari perspektif komitmen terhadap iman Kristen 3. Misi Kristen mengungkapkan hubungan yang dinamis antara Allah dan Dunia 4. Gereja di dalam misi merupakan tanda dalam pengertian sebuah petunjuk,lambang,contoh atau model yang mempresentasikan Allah,gereja hidup dalam ketegangan yang kreatif dimana pada saat yang sama gereja dipanggil keluar dari dunia dan di utus ke dalam dunia



MISI MENURUT PERSPEKTIF ALKITAB Tanpa Alkitab penginjilan dunia bukan saja tidak mungkin tapi sungguh tidak dapat dibayangkan.Alkitab memberi kita tanggung jawab untuk menginjili dunia,memberi kita Injil untuk diberitakan,memberitahu kita bagaimana memberitakannya,dan menjanjikan bahwa Injil adalah kekuatan Allah untuk keselamatan setiap orang percaya,bahkan fakta sejarah,baik pada masa lalu maupun kini,memperlihatkan bahwa komitmen gereja terhadap penginjilan dunia sepdadan dengan tingkat keyakinanya pada otoritas Alkitab.bila orang Kristen kehilangan semangat penginjilan.sebaliknya,bila mereka meyakini alkitab,mereka berketetapan hati untuk melakukan penginjilan,ada beberapa alasan mengapa alkitab tidak terpisahkan dari penginjilan dunia :



• Mandat dari penginjilan adalah seluruh Alkitab yang terdapat dalam ciptaan Allah, dalam karakter Allah, dalam janji Allah, dalam Kristus Allah, dalam Roh Allah, dan dalam gereja Allah. • Berita kita itu berasal dari Alkitab. Di satu sisi, berita itu untuk kita, di sisi lain berita itu tidak diberikan kepada kita. Kita harus mengombinasikan ketepatan dengan



kepekaan sehingga bisa menghubungkan Firman dengan dunia, Injil



dengan konteks, Kitab Suci dengan kebudayaan. • Pada dasarnya, bahwa Firman telah menjadi manusia (Yoh 1:14). Yang Ilahi dikomunikasikan melalui yang manusiawi sehingga kita mendapatkan model Yesus



yang



telah



menjadi



manusia.



Untuk



menyatakan



diri-Nya,



Ia



mengosongkan dan juga merendahkan diri-Nya (Flp 2:7-8). • Untuk masuk ke dalam kemuliaan Kristus, Luther berkata “Sepatah kata kecil akan meruntuhkannya”. Kita mungkin sangat lemah. Tapi justru dalam kelemahan itulah kekuatan Kristus disempurnakan dan kata-kata kelemahan manusialah yang didukung oleh Roh dengan kekuatan-Nya. Maka ketika kita lemah, kita kuat (1 Kor 2:1-5; 2 Kor 12:9-10). Sedikitnya masih 4 perspektif teologis di dalam perjanjian lama yang memberi dasar sangat diperlukan bagi perjanjian baru,untuk memanggil gereja dalam pekerjaan misi sedunia • Motif Universal. Motif keuniversalan PL terlihat dalam Kejadian 10. Semua bangsa muncul dari tangan Allah yang kreatif dan berdiri di bawah pengawasan mata-Nya yang penuh kesabaran dan penghakiman. “Allah seluruh bumi” sepintas nampak mempersempit kepentingan-Nya hanya pada sejarah pribadi sebuah



keluarga suku, tapi sesungguhnya tidaklah demikian. Untuk satu masa, Israel “keturunan Abraham” dipisahkan dari bangsa-bangsa lain (Kel 19:3, dst), tapi hanya agar melalui Israel Allah dapat membuka jalan untuk mencapai maksudNya yang mencakup dunia. Pilihan Allah atas Abraham dan Israel menyangkut seluruh dunia. Allah memilih Israel dalam persiapan untuk membuka dan menyingkapkan maksud universal-Nya. • Motif Pertolongan dan Pembebasan. Motifnya terlihat: pertama, Yahweh, penebus Israel. Karya Allah yang menyelamatkan Israel terkait erat dengan tema universalisme. Yahweh, Allah seluruh bumi, untuk menyatakan kasih-Nya dan memenuhi firman-Nya kepada Israel dengan membebaskannya dari ikatan perbudakan dengan tangan-Nya yang kuat dan terulur (Ul 9:26; 13:5, dst); kedua, Yahweh, penebus bangsa-bangsa. Para nabi Israel semakin menyadari bahwa yang akan menerima tindakan penebusan Allah bukan hanya Israel. Allah akan mendobrak untuk memulihkan ketuhanan-Nya yang membebaskan atas seluruh dunia bangsa-bangsa. Sundker dan Blauw memperlihatkan bahwa para nabi itu mengembangkan tema ini secara sentripetal; yakni sesudah pembebasan mereka, bangsa-bangsa lain melakukan ziarah kembali ke Zion gunung Tuhan. Tema ini juga diperlihatan dalam Mazmur 87; ketiga, metode Allah dalam mencapai pembebasan. Metode yang digunakan misalnya tentang Nyanyian Hamba dalam Yesaya 40-55. Nyanyian Hamba yang keempat dalam pasal 53 menyingkapkan rahasia bagaimana Hamba Tuhan akan menunaikan misi-Nya. Perikop ini juga menggambarkan Hamba yang menjadi korban pembantaian manusia paling kejam.



• Motif Misioner. Para nabi tidak lelah mengingatkan Israel bahwa pemilihan mereka bukanlah suatu hak istimewa yang dapat secara egois dipertahankan bagi dirinya sendiri; pemilihan adalah panggilan untuk melayani yang mencakup kesaksian di antara bangsa-bangsa. Dipilih oleh Allah untuk menjadi penerima khusus kasih karunia dan keadilan-Nya, Israel kini memikul tugas sesuai dengan panggilan itu, yakni untuk hidup sebagai umat Allah di antara bangsa-bangsa lain untuk memperlihatkan kepada mereka kasih karunia, rahmat, keadilan, dan kekuasaan-Nya yang membebaskan. • Motif Perlawanan. PL mengaitkan motif perlawanan dengan erat terhadap tema doksologis: kemuliaan Yahweh-Adonai akan dinyatakan di antara semua bangsa. Maka setiap orang akan mengenal-Nya sebagaimana Ia adanya, “Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya” (Yun 4:2). Perjanjian Baru: Kitab Misi Dunia. Ada fondasi dan praktik misi dalam PB: Yesus, juruselamat dunia. Semua motif PL yang beraneka ragam itu bertemu dalam pribadi dan pekerjaan Yesus dari Nazaret. Keselamatan yang akan datang, telah dipersaksikan para nabi, menjadi nyata dalam Yesus Kristus. • Mandat Misioner Dalam Injil Matius. Matius 10 mencatat perintah Yesus kepada murid-Nya untuk menyatakan kabar itu kepada Israel. Pasal 10 dan 28 tidak bertentangan tetapi keduanya memperjelas situasi sejarah pada waktu setelah kebangkitan ketika para murid dipanggil untuk terlibat dalam misi. Bila keduanya dilihat sebagai kesatuan, kedua pasal ini mengingatkan bahwa pintu sekarang terbuka bagi setiap orang.



• Amanat Agung dalam Matius 28. Pesannya adalah: pertama, Otoritas Yesus. Tidak ada wilayah, bangsa, atau budaya yang sekarang terletak di luar daerah kekuasaan dan otoritas-Nya. Mandat misi juga bukanlah dasar bagi pemahkotaanNya. Justru mandat itu bersumber dari kenyataan otoritas-Nya. Kedua, mandat Yesus yang berkesinambungan untuk misi. Hal itu terlihat dalam frasa “Karena itu pergilah”. Ia memerintahkan kita untuk menjadikan murid-murid, yakni menggerakkan mereka untuk berserah kepada otoritas-Nya yang membebaskan dan menjadi sukarelawan untuk barisan yang telah sedang dalam perjalanan menuju tatanan baru, yakni kerajaan-Nya. Ketiga, Janji Yesus. Kata-kata janji “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”, Ia mengingatkan murid-murid-Nya bahwa Ia akan hadir di antara mereka dalam cara baru. Janji itu berlaku untuk segala zaman.



Dasar Alkitabiah Misi dalam Perjanjian Baru Allah menyusun rencana yang teliti untuk kelahiran Mesias. Ironisnya, Yesus, sang Mesias, datang ke dunia bukan dengan kebesaran dan kemegahan, namun dengan penuh kerendahan hati. Yohanes Pembabtis diutus Allah untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya dengan memberitakan kedatangan kerajaan Allah dan perlunya pertobatan bagi pengampunan dosa (Matius 3:1-3). Setelah 400 tahun adanya ketidakjelasan dan penindasan yang dilakukan oleh kekuasaan imperial, timbullah rasa kebangsaan dan monoteisme orang-orang Yahudi. Karena mereka kehilangan tempat ibadah saat berada dalam pembuangan,



mereka membangun sinagoge di mana-mana, dan tempat itu menjadi pusat penyembahan dan pengajaran. Kekaisaran Romawi memunyai bahasa utama, yakni bahasa Yunani. Ada pertukaran pendapat yang bebas antara Romawi Barat dan Romawi Timur. Komunikasi jalur darat dan jalur laut sangat efisien. Juga terdapat jasa pos dan jaringan



jalan yang luas. Para pedagang harus melewati Palestina untuk



berdagang. Waktu Allah yang sempurna terbukti dengan lahirnya Yesus. Kekaisaran Romawi memiliki kehidupan persaudaraan yang rukun. Orang-orang Yahudi di Palestina diberi otonomi dan kebebasan untuk menjalankan agamanya. Orangorang Yahudi di seluruh wilayah kekaisaran boleh pergi ke Yerusalem untuk merayakan pertemuan raya mereka. Yesus dan murid-murid-Nya memperoleh kebebasan untuk berkeliling dan masuk ke sinagoge untuk berkhotbah dan mengajar. Tak ada saat yang lebih indah dibanding saat Mesias datang dan saat Kabar Baik diberitakan.



Yesus, Pusat dari Rencana Penebusan Allah "Tetapi setelah genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan ... untuk menebus ... supaya kita diterima menjadi anak." (Galatia 4:4-5) Anak Allah, Yesus Kristus, sebelumnya ada bersama Bapa, datang ke dunia untuk menyatakan Allah sebab Dia adalah "sinar kemuliaan Allah, perwujudan nyata dari keberadaan Allah" (Yohanes 1:14; Ibrani 1:3). Melihat



Yesus berarti melihat Allah; mengenal Yesus berarti mengenal Allah. Mengenal Allah berarti memperoleh hidup yang kekal (Yohanes 17:3). Yesus memberikan semua milik-Nya, mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, taat pada kehendak Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:6-8). Dia melakukannya dengan kerelaan sebagai korban bagi dosa seluruh dunia supaya barang siapa yang percaya kepada-Nya memperoleh pengampunan dan menjadi anak-anak Allah. Ketika Dia mati, tumit Yesus diremukkan setan, namun ketika Dia bangkit dari kematian, Ia meremukkan kepala setan. Ini adalah penggenapan janji Allah dalam Kejadian 3:15. Yesus benar-benar mengalahkan setan dan melucuti kuasanya (Kolose 2:15). "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11),Efesus 1:3-14 meringkas rencana penebusan Allah: "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya ... untuk menjadi anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus ... supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia ... di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa ... supaya kami ... boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya ...."



Yesus Sang Penginjil Yesus diutus oleh Bapa. Dia tahu benar untuk apa Ia datang: untuk menyatakan Bapa dan memberi hidup kekal, dan menunjukkan jalan kerajaan Allah ke dalam hati manusia dan dunia. Hal ini disempurnakan-Nya dengan menyampaikan



kabar



baik



kepada



orang-orang



miskin,



memberitakan



pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Lukas 4:18-19). Sebagai Hamba yang menderita, Ia memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi orang banyak. Ia hidup di antara orang-orang yang ingin Dia menangkan. Dia mengalami hidup dengan debu, kotor, lapar, haus, lelah, pencobaan, perlawanan, penolakan, bahkan kematian. Perlu bagi-Nya "untuk menjadi seperti saudara-saudara-Nya dalam segala hal supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa." (Ibrani 2:1418) Dia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan melayani bersama Dia (Markus 3:13-39). Dia mengajarkan kepada mereka tentang kerajaan Allah, bagaimana mereka bisa masuk ke dalamnya, bertindak sebagai warga kerajaan Allah, dan bagaimana mereka seharusnya membimbing orang lain masuk ke sana. Yesus mengajar mereka dengan menjadi teladan dan dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengerjakan pekerjaan Allah. Yesus memperhadapkan orang-orang akan dosa dan tingkah laku mereka yang jahat di hadapan Tuhan. Yesus memanggil mereka untuk percaya dan



mengikut-Nya. Setiap orang yang bertemu dengan Yesus harus membuat keputusan mengikut Dia. Selain berkhotbah dan mengajar, Yesus juga memberi makan orang lapar, menyembuhkan yang sakit, dan membebaskan yang terbelenggu. Yesus mengunjungi orang-orang, makan bersama mereka, bersukacita dengan mereka, dan berduka dengan mereka. Dia berdoa bagi murid-murid-Nya. Dia mengampuni orang-orang yang berdosa. Dengan sabar, Dia menjawab pertanyaan baik yang tulus maupun yang sinis. Dia menguatkan orang yang patah hati dan memuji orang yang penuh iman. Dia mencukupi kebutuhan orang dengan penuh kasih. Yesus juga melayani orang-orang yang bukan Yahudi dan merencanakan dari awal untuk mengikutsertakan mereka ke dalam "keluarga Allah". Menurut pendengaran orang Yunani yang datang untuk mengunjungi-Nya, Dia menyatakan bahwa "apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku" (Yohanes 12:20-33). Dia menghendaki domba-domba yang lain dibawa juga ke kandang sehingga mereka menjadi satu kawanan dengan satu gembala (Yohanes 10:16). Ketika bercakap-cakap dengan perempuan Samaria, Yesus menyatakan: "Keselamatan datang dari bangsa Yahudi" (Yohanes 4:22), itu berarti bahwa keselamatan adalah bagi dunia.



Yesus Sang Pengutus "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yohanes 20:21), kata Yesus yang bangkit kepada murid-murid-Nya. Kini Yesus adalah sang Pengutus karena Dia adalah Tuhan yang kepada-Nya "segala



kuasa di bumi dan di surga diberikan". Dia sudah mengalahkan setan, si penawan dan si pembudak manusia. Sekarang Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memuridkan semua manusia dan semua bangsa. Sama seperti Allah yang mengurapi-Nya dengan Roh, maka Yesus pun mencurahkan Roh-Nya kepada mereka dan berjanji bahwa Dia akan tetap bersama-sama dengan mereka sampai akhir zaman (Matius 28:18-21; Kisah Para Rasul 1:4, 8). Pelayanan Yesus dibatasi hanya sampai Palestina dan daerah sekitarnya, namun murid-murid-Nya harus memberitakan-Nya ke daerah Yahudi, dan bahkan ke daerah yang tak dikenal. Visi Yesus adalah bagi seluruh dunia. Menyelamatkan dunia adalah kehendak-Nya. (1 Timotius 2:3-6). Edmund Woga mengutip D. Senior dalam bukunya menganilisa bahwa Matius memiliki kecenderungan membagi sejarah penyelamatan Allah dalam tiga periode yakni “masa Israel” yang merupakan kurun waktu antara masa Abraham sampai masa Yohanes Pembaptis. Yang kemudian beralih dengan datangnya Yesus ke dunia yang dibuatnya sebagai periode sentral yakni “masa Yesus” dan periode ketiga ialah “masa Gereja” dimana gerak Injil mulai beralih, yang awalnya keselamatan itu seolah-olah hanya kepada Israel ( Yahudi ) pada masa ini beralih kepada orang-orang non Yahudi. Misi dan penginjilan merupakan sebuah tugas esensial gereja, tugas yang khusus, yang harus dilaksanakan dengan khusus pula mengingat bahwa tugas itu ialah perintah dari Yesus sendiri. Jika misi dihubungkan dengan Amanat Agung diatas maka, dapat kita renungkan kesimpulannya bahwa Yesus menginginkan tidak ada satupun dari manusia yang terlewati oleh Injil, baik dari suku atau



bangsa manapun juga. Kata semua bangsa ini menyangkut setiap orang, baik itu laki-laki maupun perempuan, miskin-kaya, jadi artinya ialah bahwa Allah menginginkan keselamatan yang holistic atas semua orang. Jika dikaitkan lagi dengan gereja sebagai pengemban atau pelaksana dari Amanat Agung itu, maka dapat kita fikirkan bahwa pernyataan terwujudnya perintah dari misi itu hanya bisa terjadi jika gereja melaksanakan penginjilan keseluruh pelosok, bahkan sampai keujung bumi dengan ketaatan kepada perintah Yesus agar orang-orang yang masih hidup dalam dosa dan belum mengenal Sang Juruselamat itu juga memperoleh berita anugerah melalui Injil keselamatan yang diberitakan. Gereja adalah Ekklesianya Tuhan Yesus ( “eklessia” berasal dari bahasa Yunani yang berarti yang dipanggil dari dunia ini untuk menjadi milik-Nya dan berada dalam sesuatu yang sungguh-sungguh ada dan terpisah semata-mata karena pemanggilannya oleh Allah), Stott mengatakan bahwa misi penginjilan yang menjangkau semua orang tersebut merupakan suatu tugas gereja yang sesungguhnya Kembali ke kata “ekklesia” dengan melihat dari segi arti maka kita tentunya bisa memahami arti gereja yang sesungguhnya, yakni sebagai gereja yang universal yang artinya kumpulan dari semua orang yang percaya kepada Yesus diseluruh dunia ini. Analisis Teks Dan Metode Misi Yesus Serta Relevansi Bagi Gereja Masa Kini Melalui Amanat Agung ini juga Tuhan Yesus tampaknya memberikan mandat kepada gereja ( para murid ), agar dalam rangka pelaksanaan misi dan penginjilannya gereja harus memperhatikan hal-hal berikut ini, yakni :



Gereja harus aktif . Yesus berkata “pergilah” analisis Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata pergilah ini merupakan sebuah perintah agar berjalan, bergerak maju.1Jadi kita sebagai gereja yang menjadi pelaku misi Allah dan penginjilan didunia ini harus bergerak maju untuk memberitakan Injil kepada segenap bangsa dibumi. Membaptiskan, Yesus memerintahkan untuk membaptiskan. berarti gereja memberikan simbol kelahiran baru yang juga menjadi simbol persekutuan antara umat yang percaya dan menerima Yesus untuk masuk ke persekutuan gereja. Matius 28 : 19,20 . Gereja memuridkan setiap orang yang sudah percaya dan mendidik serta mengajarkan mereka untuk menjadi murid yang taat kepada perintah Tuhan yang sudah ia perintahkan kepada para murid, sehingga terjadi proses pemuridan seperti keinginan Yesus. Kemuridan yang dimaksud ialah melibatkan suatu komitmen manusia untuk taat kepada pemerintahan Allah, pada keadilan dan kasih serta pada ketaatan tehadap seluruh kehendak Allah. Gereja tidak boleh hanya berhenti ke pembaptisan saja, tetapi bagaimana gereja itu sendiri membuat orang yang percaya itu masuk dalam persekutuan umat yang lainnya melalui baptisan. Maka oleh karena itulah Ia berfirman “Baptiskanlah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus ( Matius 28 : 19 )”. Jadi setelah gereja itu menyampaikan misi dan membuat orang mendengar lalu percaya kepada Yesus, pekerjaannya tidaklah berhenti disitu saja, melainkan berkelanjutan dengan mepersekutukan mereka dengan yang lain yang telah percaya melalui baptisan kudus, lalu mendidik mereka sehingga tetap taat untuk



menjalankan perintah yang sesuai kehendak-Nya sebagaimana yang Tuhan sampaikan kepada para murid. Beberapa hal diatas merupakan serangkaian tindakan yang harus gereja lakukan dalam melaksanakan fungsinya ditengah-tengah dunia ini. Hal-hal tersebut juga merupakan tugas yang diberikan kepada gereja, tentu dalam melaksanakan tugas tersebut Tuhan tidak hanya memberikan tugas kepada gereja untuk bekerja sendiri saja. Tetapi Tuhan juga memberikan jaminan bahwa Ia sendiri sebagai pemberi Amanat yang Agung itu tidak akan melepaskan gereja dan “senantiasa menyertai kamu sampai akhir zaman” (Matius 28 : 20). Kita juga bisa melihat beberapa teks yang lain dari Alkitab yang juga mendukung dan memiliki kesejajaran dengan perintah-Nya melalui Amanat Agung tersebut, bahwa ketika gereja melaksanakan misi dan penginjilannya maka : Setelah gereja melakukan penginjilan dan menyampaikan misi-Nya, maka setiap orang yang menerima berita Injil itu lalu percaya dan dibaptiskan orang tersebut akan beroleh keselamatan (bdk. Markus 16 : 16). Ini berarti buah dari misi yang dilakukan gereja adalah keselamatan bagi setiap orang yang percaya. Roh Kudus akan dikirim dan diutus-Nya kepada gereja-Nya yang mengasihi Dia, dan yang selalu memiliki kerinduan untuk melakukan tugas misi dan penginjilan ( bdk. Lukas 24 : 49 ). Amanat Agung merupakan sebuah gambaran dari tindakan misi gereja. Jadi dapat kita lihat bahwa salah satu contoh dari inti Amanat Agung itu yang sangat membantu kita untuk bisa mempertahankan eksistensi gereja sesuai fungsinya ialah mendekat kearah ungkapan dari Gerber berikut ini : “Jadikanlah semua



bangsa murid-Ku” ialah berarti membawa baik pria, wanita dan semua suku bangsa kepada Yesus Kristus, sehingga mereka percaya dan beriman dan menyerahkan diri sepenuh hati kepada Dia. Ini merupakan proses yang terusmenerus, proses yang mempersekutukan orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, menjadikan mereka anggota-anggota gereja yang bertanggung jawab juga untuk memberitakan Injil-Nya dan berbuah. Murid-murid ini pergi untuk menjadikan orang lain murid Yesus, membaptiskan mereka, mengajar serta menggabungkan mereka kepada gereja. Oleh karena itu penginjilan yang tidak mempersekutukan petobat-petobat baru kepada persekutuan gereja setempat tidak bisa dikatakan mencapai tujuan. Penginjilan dan pemuridan ini bertujuan agar setiap orang yang sudah menerima Yesus dan percaya bahwa dirinya telah diselamatkan bisa memahami dengan benar mengapa Allah menyelamatkan Dia. Ini akan menjadi titik tolak bahwa seorang warga gereja yang diselamatkan itu memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan penginjilan lagi kepada orang lain sehingga gereja itu terus bertambah dan eksis menyampaikan karya penyelamatan Allah terhadap dunia. Gereja tak pernah bisa



berkembang dan bertahan tanpa misi dan



penginjilan”. Penulis memiliki asumsi ini dengan melihat bahwa hubungan antara penginjilan dengan pertumbuhan gereja itu sangatlah erat, sehingga gereja akan mati bila penginjilan dan misi sudah tidak lagi dilaksanakan dengan efektif dan metode yang kreatif. Purnawan menulis sejauh mana keeratan antara pertumbuhan gereja dengan misi dan penginjilan sebagai berikut “Penginjilan adalah motor pertumbuhan gereja, tanpa penginjilan gereja tidak lahir. Penginjilan memiliki



peran utama dalam pertumbuhan gereja, pertumbuhan yang dihasilkan ialah pertumbuhan yang sehat. Sehat karena pertumbuhan seperti ini sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki agar jangan ada orang yang binasa, melainkan semua orang bertobat ( 2 PTR 3 : 9 ). Tanpa penginjilan dan misi, gereja akan berhenti untuk bertumbuh, bahkan mungkin dengan segera mati”. Jika sedemikian



penting



peranan penginjilan dan misi dalam gereja, maka ia



seharusnya menjadi sebuah elemen penting yang harus dilaksanakan oleh gereja sebagai subjek misi yang berarti juga gambaran tentang sangatlah berat tugas yang harus dilakukan gereja sekarang ini. Sungguh sangat banyak jiwa disekitar gereja yang belum pernah mendengarkan berita Injil. Bagaimanakah respon kita terhadap hal tersebut ? Gereja sebagai mandataris Allah yang telah menerima Amanat Agung memiliki tanggung jawab untuk memberitakan Injil kepada setiap orang yang belum selamat. Gereja adalah pengemban tugas menyampaikan Amanat Agung itu. Gereja diutus sebagai suatu subjek yang wajib membagikan keselamatan yang telah diterimanya kepada dunia ini sebagai objek dari misi Allah tersebut. Dunia ini yang adalah objek dari misi gereja berisi masyarakat luas dengan berbagai macam ragam perbedaan dan kemajemukan didalamnya dan gereja tidak bisa dipisahkan dari ha-hal tersebut. Sebagai sebuah subjek yang memiliki suatu tujuan terhadap objeknya, apa sebenarnya yang harus kita lakukan sebagai gereja yang memandang dunia dan masyarakat didalamnya adalah adalah objek ? gereja memiliki kewajiban untuk memahami dan mengenali objeknya secara utuh dan sehingga bisa menetapkan



metode apa yang bisa dilakukan dalam rangka melaksanakan misi dan penginjilannya. Alkitab banyak mencatat tentang bagaimana metode yang Tuhan Yesus lakukan ketika Ia melakukan pelayanannya, dan menurut penulis metodemetode tersebut masih relevan jika gereja menerapkannya pada masa kini yang bisa juga ditambah dengan bebagai kreasi sesuai konteks dari objek yang dituju, beberapa metode tersebut ialah : Metode kontekstualisasi, yang berarti memahami dan melakukan penelitian kemudian masuk sedalam-dalamnya kedalam objek tersebut, sehingga kita bisa mengetahui dan mengenal mereka dan mereka mengenal kita. Yesus memperlihatkan pemahaman-Nya terhadap itu tersirat dengan kesediaan-Nya datang kedunia untuk lahir diantara manusia, Ia berkomunikasi dengan masyarakat disekitar-Nya dengan menggunakan komunikasi yang mudah dipahami oleh masyarakat. Nah ! sebagai gereja kita sering merasa bahwa kita adalah yang kudus, paling suci dan sudah diselamatkan dan perasaan seperti itu kita bawa ke tengah-tengah masyarakat luas sehingga kita cenderung kurang diterima karena ada kesan menghakimi bahwa apa yang mereka lakukan selama ini salah, ini sering terjadi ketika gereja atau Injil berjumpa dengan kebudayaan masyarakat yang tradisional. Jika kita mau meneladani sikap Yesus yang masuk ketengah-tengah manusia dengan cara manusia, tentu kita akan bisa diterima dengan baik dan Injil yang kita beritakan pasti berhasil. Tuhan Yesus tidak hanya diam menunggu agar masyarakat yang diInjili merespon dengan positif Injil yang dibawakan-Nya, tetapi gereja seharusnya aktif mencari



metode yang tepat bagi mereka. Yesus juga pernah mengalami beberapa kali penolakan tetapi Ia tetap berhasil melakukan pelayanan-Nya. Gereja harus komunikatif. Gereja tidak pernah mengetahui sejauh mana masyarakat memahami tentang Injil apabila gereja tidak melakukan komunikasi dengan mereka. Tuhan Yesus memberikan contoh bahwa Ia sering mengambil inisiatif untuk melakukan komunikasi dengan masyarakat. Jika gereja bisa bertindak demikian, yaitu mengambil inisiatif untuk berkomunikasi dengan masyarakat,



bagaimana



respon



masyarakat



terhadap pelayanan



maupun



pemberitaan yang dilakukan, tentu gereja akan menemukan cara yang lebih inovatif untuk menyampaikan misinya kepada masyarakat. Peka pada kebutuhan masyarakat yang menjadi objek misi, dalam Alkitab dicatat bahwa selama penginjilan-Nya Tuhan Yesus sangat peka sekali terhadap kebutuhan masyarakat disekitarnya, Ia juga seringkali memberikan kebutuhan jasmani pada masyarakat misalnya saja melalui penyembuhan dari penyakit sampai memberi makan lima ribu orang. Dalam hal ini gereja bisa mencontoh dari apa yang telah dilakukan oleh Yesus tersebut, gereja memang tidak mempunyai kuasa untuk melakukan mujizat-mujizat yang langsung jadi seperti yang Yesus lakukan, tetapi gereja umumnya memiliki alokasi dana dari pemerintah dan dari jemaat yang sudah mapan, dalam hal ini uang atau dana itu bisa digunakan untuk menginjili melalui cara membangun sarana-sarana kesehatan didaerah yang tidak terjangkau, misalnya pedesaan sehingga sebagimana Yesus menyembuhkan demikian juga gereja bisa meneladani itu dengan mengguanakan fasislitas yang ada sekarang. Dengan uang gereja juga bisa membantu objeknya melalui cara



membuka koperasi simpan pinjam untuk masyarakat “miskin” sehingga kebutuhan jasmani dapat dibantu, dengan demikian kehadiran gereja pasti akan mendapatkan respek yang lebih baik dari pada hanya berkhotbah dengan berseruseru agar dunia ini harus bertobat, tetapi vakum dan tidak melakukan apapun yang bisa dijadikan objek itu sebagai suatu contoh mengapa ia harus menerima misi itu. Gereja juga dirasakan menjadi sahabat dan tempat berteduh yang sungguhsungguh teduh bagi orang-orang yang dianggap kelas bawah atau miskin.



KESIMPULAN Melalui Alkitab kita dapat mengetahui tugas apa yang seharusnya setiap orang Kristen lakukan. Tidak dapat disangkal, misi ada dalam berbagai bagian Alkitab. Allah sangat memperhatikan seluruh dunia (Yes 45:22; Yoh 3:16). Allah juga memberikan perintah khusus untuk menjangkau dunia (Mat 28:19-21; Kis 1:8). Bagaimanapun, pemahaman ini tidaklah cukup.Alkitab adalah dasar bagi Misi (Ralph D. Winter, ed., Perspective: Study Guide, 1-1).Pertama, kisah tentang Allah menyelesaikan misi penyelamatan-Nya merupakan alur seluruh Alkitab. Kedua,



cara



Allah



menyelesaikan



misi



penyelamatan-Nya



adalah



denganmewahyukan diri-Nya melalui firman yang diucapkan maupun tertulis (Alkitab)



ALLAH TRITUNGGAL DAN MISI Selama abad ke 20,kita melihat banyak penekanan yang berbeda beda dalam usaha gereja untuk mendefinisikan misinya.biasanya setiap penekanan



terfokus hanya pada beberapa aspek penting dari panggilan gereja,dan sebagai akibatnya aspek – aspek penting lainnya sering diabaikan.jika kita melihat misi dari sudut pandang trinitran,maka banyak kelemahan mengenai misi,sudut pandang trinitan membantu kita menangkap sebagian dari kekayaan Tuhan hakikat Ketuhanan Allah sebagai sumber,pencipta dan tujuan Ketika kita memikirkan Allah Bapa dan Misi,tema yang muncul adalah bahwa ia merupakan sumber,pencipta,dan tujuan segala sesuatu termasuk misi.kehendakNya menentukan penciptaan dunia,penyataan kebenaran kepada umat manusia,hakikat injil,keberlangsungan sejarah dan pemilihan individu untuk diselamatkan,Ia menetapkan cara hidup yang telah diselamatkan,Dialah yang ada di dalam kasih memulai hubungan dengan kita dan membujuk kita sampai kita memberi respon kepadaNya,Ia akan merangkum sejarah sehingga pada akhirnya Dia akan menjadi “semua didalam semua”.Allah adalah tema yang sangat penting dalam Khotbah Penginjilan dalam Kisah Para Rasul dan dalam pengajaran Paulus dalam pengajaran gereja mula – mula,dalam tulisannya,Paulus juga menekankan tema penting seperti Kedaulatan,Kebenaran dan penghakiman Allah.Jika Allah menganggap dunia ini sebagai arena yang penting,maka orang Kristen harus menanggap dunia ini sebagai sebuah arena penting Pelayanan mereka Yesus : Berita dan Teladan Misi Arah pertama dan paling mendasar adalah memandang Yesus sebagai berita Misi,yaitu dengan memperhatikan pribadi dan karya Kristus,yang kedua adalah memandangNya sebagai teladan misi ,yaitu dengan memusatkan perhatian



pada hidup dan pelayanan-Nya,pada dasarnya kita hendak mengatakan bahwa Yesus adalah jalan,kebenaran dan Hidup.keselamatan itu berasal dari Allah,dan menjadi nyata dalam hidup kita melalui karya Roh kudus,dan disediakan untuk kita melalui karya kristus,saya akan menutup mengenai Yesus sebagai Teladan misi dengan kata – kata dari Ibrani 13 : 12 – 13,”Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umatNya sendiri.karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan mengandung kehinaanNya Roh Kudus : Pelaksana Misi Ilahi Roh Kudus adalah pelaksana Misi,karya Roh Kudus sama beragamnya dengan karya Allah Tritunggal,Gereja selalu mempercayai Roh,tapi dalam sejarah,gereja sering membatasi karya Roh pada sejumlah kegiatan saja,namun pertumbuhan fenomenal Gerakan Karismatik mengubah semua itu.Paulus memberikan beberapa penekanan penting mengenai Roh Kudus,seperti Tempat Roh Kudus dan Allah Tritunggal,Roh kudus dan kebenaran,Roh kudus dan keselamatan,Roh Kudus memberikan kuasa dalam misi dan pelayanan,yang terakhir,Roh Kudus sebagai kawan dan penolong kita,Roh kudus tidak hanya menguatkan iman kita untuk melakukan misi,tapi juga memberikan karuniayang dapat kita gunakan dalam misi dan Ia tetap tinggal bersama kita,mengusir kesepian ,melayani kebutuhan pribadi kita dan menghibur kita pada saat – saat kita krisis,karena pelayanan Roh,kita dapat menghindari perangkap dalam pelayanan seperti kelelahan berlebihan dan kepahitan



KESIMPULAN DARI ALLAH TRITUNGGAL DAN MISI Kegiatan misi sebenarnya bukan hanya memberitakan kabar baik tentang Yesus,tapi bagaimana Allah Tritunggal juga turut andil dalam jalannya misi.Allah sebagai sumber,asal – usul dan tujuan misi,Yesus adalah berita dan teladan misi,sedangkan Roh kudus adalah pemberi kuasa dalam melaksanakan misi,jika dibuat tugas yang berkaitan untuk lebih mudah diterjemahkan adalah Yesus satu – satunya jalan keselamatan,karena manusia tidak mampu lepas dari dosa sehingga Allah memberikan anakNya yang Tunggal,ketika Yesus bangkit dan menang atas maut,Dia naik ke Surga tapi Dia memberikan Penolong bagi kita yaitu Roh Kudus



MENGGELUTI MISI LINTAS BUDAYA Setiap individu adalah karya unik ciptaan Allah,sangatlah berbeda dalam orientasi dan nilai – nilainya,seperti halnya dengan masyarakat di mana mereka tinggal,jadi kita yang terpanggil untuk melayani dalam lingkungan berbeda harus benar – benar sadar akan perbedaan budaya yang akan kita hadapi,bagi orang Kristen yang ingin melayani di kebudayaan berbeda,ketrampilan mengenali prasangka suatu kebudayaan adalah penting bagi pelayanan yang efektif,begitu kita memahami bahwa kebiasaan – kebiasaan dalam kebudayaan kita mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kita,kita akan lebih siap untuk mempersilahkan kekuatan dan kemerdekaan yang kita nikmati di dalam kristus untuk menghentikan dan meninggalkan kebiasaan – kebiasaan kebudayaan kita,dan memasuki kebudayaan lain untuk menolong orang lain bertemu dengan kristus,keselamatan dalam kristus melepaskan kita dari pekerjaan kebenaran yang



diharuskan oleh kebudayaan kita dan memampukan kita melalui iman untuk mengikut Dia saat kita mempelajari kebudayaan –kebudayaan lain yang memiliki identitas dan nilai yang bertentangan



Model Yesus Tantangan yang dihadapi orang – orang dalam misi dan pelayanan adalah bagaimana berpikir sesuai dengan pola piker dan budaya orang – orang yang mereka layani.kehidupan dan pekerjaan kristus dapat menjadi contoh bagi kita,Yesus bertumbuh dalam budaya di Zaman-Nya,berpartisipasi dalam semua kegiatan belajar dan kehidupan-Nya sehari – hari,ia sudah menyatu dengan lingkungannya sehingga orang di kampong halaman-Nya menolak kuasa ajaran dan pelayanan-Nya ( Mat 13 : 54 – 58 ) Pengalaman ini menunjukkan Yesus telah menguasai kehidupan dan kebudayaan orang Yahudi,Ia mengerti struktur sosial saat itu dengan cirinya yaitu pembedaan antara kaya dan miskin,kegiatan partai politik dan agama,dan hierarki kepemimpinan dalam kelompok – kelompok ini.Ia mengerti sepenuhnya tradisi keagamaan mereka dan bagaimana mereka melecehkan tradisi demi harga diri dan keuntungan pribadi.Ia tau isi kitab suci lebih daripada mereka,bukan karena Ia berwawasan ajaib,tapi karena selama Ia mempelajari serta mendalami kitab suci,pengertian-Nya tidak dikaburkan oleh dosa pribadi Yesus tidak hanya mengerti isi kehidupan dan kebudayaan orang Yahudi,Ia pun memahami cara piker mereka.tak satupun dari kedua belas murid yang terpelajar.hanya Paulus,rasul setelah kematian dan kebangkitan Yesus,yang



berasal dari lapisan sosial itu.kedua belas murid itu hanya orang awam yang di latih dalam pekerjaan mereka,dari tulisan mereka,dapat kita gambarkan secara umum murid – murid Yesus pemikir Holistik Injil memberikan kesan bahwa ketika Yesus mengajar,Ia menggunakan strategi – strategi otak belahan kanan yang menggunakan gambar ,konkrit,holistic dana



analogis



daripada



menggunakan



belahan



otak



kiri,yang



verbal,abstrak,dikotomis dan analistis,Yesus membuat suatu cerita untuk mengilustrasikan



dan



mengajarkan



kebenaran



tertentu.setiap



cerita



menggambarkan peristiwa kehidupan berbudaya yang biasa bagi orang – orang di zaman-Nya,seperti menabur benih,mencabut ilalang dari Gandum,kebun anggur dan pesta pernikahan. Pola berpikir kita mempengaruhi cara kita menilai orang lain,orang yang berpikir dikotomis akan menolak cara berpikir yang tidak jelas dan mendua dari rekannya pemikir holistic.mereka mencela sikap yang lemah,kurang berprinsip dan tidak konsisten,begitu juga sebaliknya,namun penolakan pribadi seperti itu,bagaimanapun juga berasal dari pandangan kita yang terbatas,ini sebabnya kristus mengingatkan dalam Matius 7 : 1,” Jangan kamu menghakimi,supaya kamu tidak dihakimi,” dan Paulus berkata,”Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi” ( 1 Kor 4:3 ).Sebaliknya Yesus,mengenal hati kita dan Dia sendiri,seperti dikatakan Paulus,akan menghakimi manusia dan keefektifan dari suatu pelayanan tertentu Salah satu masalah terbesar dalam keluarga,gereja dan misi kita adalah bahwa kita sering bersikeras orang lain berpikir dan menilai dengan cara yang



sama seperti cara kita,kita tidak saling menerima satu sama lain dalam kasih,sebaliknya kita berusaha membentuk orang – orang di sekitar kita sesuai dengan citra kita.kecenderungan ini penyangkalan atas prinsip inkarnasi,yang meminta kita belajar berpikir sesuai dengan cara pikir sesama kita,kita harus ingat bahwa otak terbelah adalah otak yang tidak berfungsi ,bahwa setiap anggota tubuh penting di hadapan Allah,dan bahwa kesatuan dalam keseluruhan tubuh itulah yang menyenangkan hati-Nya,ketika kita menaati perintah Yesus untuk membawa kabar baik tentang kebangkitan-Nya kepada dunia,maka kita perlu menerima nilai – nilai pokok orang lain terlebih dahulu,kita harus belajar berbagai definisi dan peraturan konteks hidup mereka,kita harus menerima pola dan prosedur mereka dalam bekerja,bermain dan beribadah.kita haru berinkarnasi dalam budaya mereka dan menjadikan mereka sebagai keluarga dan sahabat kita.kita harus melakukan semua tugas ini melalui iman dan kemerdekaan dalam Yesus Kristus dan hidup dalam Roh dan bukan dalam daging KESIMPULAN MENGGELUTI MISI LINTAS BUDAYA kita



orang



Kristen



yang



ingin



melayani



di



kebudayaan



yang



berbeda,ketrampilan mengenali prasangka suatu kebudayaan adalah penting bagi pelayanan yang efektif,begitu kita memahami kebiasaan budaya kita mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kita,kita akan lebih siap mempersilahkan kekuatan dan kemerdekaan dalam Kristus dengan meninggalkan budaya lama,dan memasuki kebudayaan lain untuk menolong orang lain.



Kontekstualisasi Bagi Misi Gereja Masa Kini



Pulau Kalimantan merupakan suatu bagian dari wilayah pelayanan gereja. Dimulai dengan kehadiran para Zending, (termasuk Zending Barmen) yang membawa berita Injil kepada penduduk pulau ini. Tiga poin dari misi yang disampaikan melalui perintahNya dalam Amanat Agung kepada murid-muridNya, telah dijawab melalui kehadiran para penginjil tersebut dibumi Kalimantan ini. Pergi memberitakan Injil, menjadikan murid dan membaptiskan telah dilakukan sejak awal perjalanan gereja di Kalimantan ini. Tugas yang tidak mudah dilakukan mengingat kenyataan penduduk Kalimantan pada masa awal gereja hadir merupakan kenyataan yang tidak terbayangkan. Orang-orang pribumi sulit menerima pengaruh asing, mereka sangat kuat memelihara tradisi dan kebudayaan nenek moyang. Semua realitas diatas menunjukkan bahwa sesungguhnya pulau Kalimantan ini memang sejak semulanya merupakan bukan daerah yang mudah bagi pekabaran Injil. Tetapi apakah itu mengendurkan semangat para misionaris untuk memberitakan Injil dan kasih Yesus Kristus ? Tidak ! Realitas itu malah mereka melihat bahwa disinilah janji Yesus diwujudkanNya bahwa “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan sekali-kali tidak Aku meninggalkan engkau”. Sejak itulah kita melihat cukup banyak anggota gereja di Kalimantan ini, yang merupakan buah dari semangat para misionaris dan penyertaan Kristus sendiri. Gereja dan Misinya Masa Kini Sekarang, tampaknya pekerjaan gereja lebih mudah mengingat keadaan Kalimantan sangat berubah daripada waktu pelayanan yang dilakukan para Zending. Benarkah demikian ? tidaklah seperti yang kita bayangkan, menjalankan misi Amanat Agung di Kalimantan kini menghadapi berbagai tantangan yang luar biasa, gereja harus berhadapan dengan pluralisme masyarakatnya, ini bisa berupa perjumpaan misi Amanat Agung itu dengan agama-agama lain, gereja juga harus menghadapi tantangan masih maraknya penduduk yang mempertahankan tradisi leluhurnya (singkretisme). Kondisi masyarakat yang telah berubah dengan masuknya kemajuan dari sektor teknologi juga menjadi hambatan yang serius. Semua ini disebabkan bahwa kecenderungan masyarakat lebih disibukkan untuk mengikuti arus kemajuan daripada mendengarkan Injil atau tidak tahu-menahu



lagi tentang Tuhan (Sekularisme). Demikian juga masyarakatnya yang sudah menjadi anggota gereja juga terlibat dalam mengikuti arus hidup yang semakin berubah dan semakin menuntut, oleh karena itu tugas menginjil yang merupakan urat nadi gereja otomatis hanya dibebankan kepada para pelayan Tuhan saja. Faktor-faktor interim juga menghambat pelaksanaan misi gereja, misalnya gereja tertentu mematok wilayah bagi gereja lain untuk mengabarkan Injil karena wilayah tersebut katanya merupakan wilayah pula bagi suatu gereja. Sekarang, dengan melihat tantangan-tantangan diatas, sudah sedikit kemungkinan bagi gereja untuk menjadikan “semua bangsa” sebagai murid Tuhan Yesus secara instan. Lalu apa tindakan gereja? penulis melihat bahwa peluang terbesar bagi gereja adalah hanya dengan mempertahankan anggota-anggota gereja dengan pelayanan yang semakin menumbuhkan iman jemaat, disini peran “ajarlah mereka” dalam pesan Yesus sangat bermakna besar. Gereja harus mendidik anggotanya agar menghindari kegoyahan iman, dengan demikian setidaknya gereja masih bisa bertahan dan tetap menjalankan fungsinya sebagai terang dan sumber rekonsiliasi bagi dunia dimana gereja berada. Langkah mendidik jemaat ini juga untuk menghindari kenyataan bahwa banyaknya anggota gereja yang melepas imannya demi dunia ini dengan kegemerlapannya. Misi Amanat Agung secara keseluruhannya yang sepertinya sulit terealisasi di Kalimantan ini tetap akan terwujud jika gereja melakukan pengajaran dan pendidikan yang intens terhadap anggota-anggotanya yang ada, sehingga kesadaran akan tumbuh dari jemaat untuk mempertahakan bahkan menambahkan orang-orang untuk datang dan masuk menjadi anggota jemaat Kristus. Itu semua hanya bisa terlaksana jika setiap kita boleh bekerja dan mengabdi serta sadar bahwa tugas kita harus aktif demi misi Allah atas dunia ini. Dengan terpeliharanya iman anggota gereja yang ada dan dengan adanya pelayanan pendidikan yang intens terhadap jemaat, termasuk membuka kesadaran bahwa setiap oranglah yang menjadi tulang punggung gereja maka pastilah penginjilan kepada semua orang itu akan terealisasi, karena setiap orang sudah sadar akan tugasnya. Gereja memang tengah menghadapi tantangan besar, tetrapi gereja harus tetap semangat, dan ingatlah Firman-Nya bahwa Ia akan senantiasa menyertai gereja-Nya sampai akhir zaman.



Daftar Pustaka 1. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, 2003 2. Yakub Tri Handoko, “Diktat Kelas Intensif Misiologi” 28-30 Mei 2005. 3. Kontekstualisasi Sebagai Sebuah Strategi dalam Menjalankan Misi: Sebuah Alasan Literatur Submitted by Pdt. Rahmiati on Fri, 27/06/2008 - 06:28 VERITAS 1/1 (April 2000) 19-27 4. “Mission in the New Testament The Biblical Basis” OMF Literature Inc, Manila 1994, h 21 -- 25 5. "Misi Menurut Perspektif Alkitab” karangan: J.R.W. Stott, J. Verkuyl, 6. www. Sabda.com/ artikel misi 7. Conterius, Wilhem Djulei. Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru. Flores : 2001 Penerbit Nusa Indah. 8.



Woga, Edmund. Dasar-Dasar Misiologi. Yogyakarta : 2002, Kanisius.



9.



Graham, Billy. Beritakan Injil. Bandung : 1992, Yayasan Baptis Indonesia.



10.



Stott. John, Satu Umat . Malang : 1990, Seminary Alkitab Asia Tenggara.



Kamus Besar Bahasa Indonesia 11.



Bosch, D. J. Transformasi Misi Kristen. ( Jakasrta : 1997, Gunung Mulia.



12. Gerber, Vergil. Pedoman Pertumbuhan Gereja/Penginjilan. Bandung : 1982 , Penerbit Kalam Hidup. 13. Tanibemas, Purnawan Pertumbuhan Gereja dan Strategi Penginjilan. Surabaya : 1997. YAKIN. 14 Wongso, Peter Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini, Malang : 1996, Seminary Alkitab Asia Tenggara 15. Artanto, Widi. Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia Yogyakarta : 1997. Penerbit Kanisius. 16. Ukur, Fridolin. TuaianNya Sungguh Banyak. Jakarta : 2002. Gunung Mulia. 17. Widjaja,F.Irwan Phd,Diktat Misiologi STTHF 18. Allah Tritunggal dan Misi ( Ajith Fernando ) Penerbit Yayasan bina misi 19. Buku Menggeluti Misi Lintas Budaya ( Sherwood G.Lingenfelter & Marvin K.Mayers ) Penerbit Yayasan Bina Kasih 20. Buku Gereja Misioner ( Veronika J.Elbers ) Penerbit Literatur Saat