Sop Sdidtk, TDL, TDD Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SOP



TES DAYA DENGAR (TDD) No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/2



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II 1. Pengertian



2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Referensi 5. Prosedur



6. Unit terkait



dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



Pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan Formulir TDD sesuai dengan umur anak/ bayi. Pada bayi umur kurang dari 12 bulan pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan, pada umur 12 bulan ke atas dilakukan setiap 6 bulan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemeriksaan tes daya dengar (TDD) SK Kepala puskesmas No. Buku Pedoman SDIDTK 1. Petugas menanyakan tanggal, bulan, tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan 2. Petugas memilih dasar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak 3. Petugas melakukan tes daya dengar pada anak umur kurang 24 bulan : a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Katakan pada ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah. b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu berurutan. c. Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak. d. Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir. e. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah, tidak tahu atau tidak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir. 4. Petugas melakukan tes daya dengar pada anak umur 24 bulan atau lebih: a. Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. b. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua/pengasuh. c. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orang tua/pengasuh. d. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapt atau tidak mau melakukan perintah orang tua/pengasuh. 5. Petugas melakukan interpretasi : Bila ada satu atau lebih jawaban “Tidak“ kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. 6. Petugas melakukan intervensi dengan melakukan tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada atau merujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi. 7. Petugas mencatat hasil tes daya dengar pada formulir DDTK dan berkas rekam medis. Pelayanan MTBS



7. Rekaman Historis Perubahan No Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai Diberlakukan



SOP



TES DAYA LIHAT (TDL) No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020 No. Revisi :



Tanggal Terbit : Halaman



: 1/2



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II 1. Pengertian



2. Tujuan



dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



Suatu pemeriksaan dalam ruangan yang terang, dimana anak duduk dan melihat kartu “ E “ serta mencocokkan arah kartu “ E “ yang dipegang dengan yang ditunjuk pada poster oleh petugas. Pemeriksaan dilakukan pada anak pra sekolah umur 36 – 72 bulan setiap 6 bulan sekali. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemeriksaan tes daya lihat (TDL)



3. Kebijakan 4. Referensi



SK Kepala puskesmas No. Buku Pedoman SDIDTK



5. Prosedur



1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan terang, dengan penyinaran yang baik. 2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk. 3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster “E”. 4. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa. 5. Petugas memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan, sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh petugas. Beri pujian setiap kali anak melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar. 6. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas. 7. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat. 8. Puji setiap kali anak dapat mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf “E” pada pster. 9. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama. 10. Tulis baris “E” trekecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah disediakan: Mata kanan:…………… Mata kiri:……………. 11. Petugas melakukan interpretasi : a. Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris ketiga pada poster”E”. Bila kedua mata tidak dapat melihat baris ketiga poster E atau tidak dapat mencocokan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk oleh petugas, kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan. 12. Petugas melakukan intervensi Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, rujuk ke Rumah sakit Rujukan Tumbuh Kembang level 1 dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya). 13. Petugas mencatat hasil tes daya lihat pada formulir DDTK dan berkas rekam medis Pelayanan MTBS



6. Unit terkait



7. Rekaman Historis Perubahan No Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai



Diberlakukan



SOP



STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/2



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II



dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



1. Pengertian



Kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.



2. Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan stimulasi dan intervensi dini tumbuh kembang



3. Kebijakan 4. Referensi



SK Kepala puskesmas No. Buku Pedoman SDIDTK



5. Prosedur



1. 2. 3. 4.



Petugas memanggil pasien Petugas menyiapkan alat / sarana dan dokumentasi Petugas mencuci tangan Petugas melakukan anamnesa dan menentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun lahir anak kemudian hitung umur anak dengan bulan 5. Petugas melakukan deteksi dini pertumbuhan : a. Lakukan penimbangan berat badan b. Lakukan pengukuran tinggi badan/panjang badan c. Lakukan pengukuran lingkar kepala 6. Petugas melakukan deteksi dini perkembangan : a. Lakukan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) b. Lakukan tes daya dengar (TDD) c. Lakukan tes daya lihat (TDL) 7. Petugas melakukan deteksi dini penyimpangan perilaku emosional: a. Lakukan deteksi dini menggunakan kuesioner masalah perilaku emosional (KMPE) bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. b. Lakukan deteksi dini menggunakan modified ceklist for autism in toddlers (M-CHAT) yaitu ceklist autis pada anak pra sekolah umur 18 bulan sampai 36 bulan (Jika ada indikasi/ keluhan). c. Lakukan deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH) bagi anak umur 36 bulan ke atas (Jika ada indikasi/ keluhan). 8. Petugas melakukan interpretasi dan intervensi sesuai hasil deteksi dini tumbuh kembang yang ditemukan. 9. Petugas melakukan penjadwalan ulang SDIDTK sesuai dengan umur anak. 10. Petugas menjelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua atau pengasuh. 11. Petugas segera merujuk pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki layanan terapi tumbuh kembang anak apabila ditemukan kelainan tumbuh kembang dan merujuk pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki layanan terapi tumbuh kembang anak atau memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa apa bila ditemukan anak yang mengalami penyimpangan perilaku emosional dan mengalami



6. Unit terkait



gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. 12. Petugas mencatat hasil akhir SDIDTK di formulir DDTK, buku KIA, register SDIDTK, berkas rekam medis dan register kohort. 13. Petugas mencuci tangan Pelayanan MTBS Poli Konsultasi Gizi



7. Rekaman Historis Perubahan No Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai



Diberlakukan



SOP



DETEKSI DINI MASALAH PERILAKU EMOSIONAL (KMPE)



No. Dokumen : SOP/UKM/ No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman



/2020



:1



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II



dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



1. Pengertian



Merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah perilaku emosional pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah perilaku emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.



2. Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemeriksaan Deteksi Maslah Perilaku Emosional (KMPE)



3. Kebijakan 4. Referensi



SK Kepala puskesmas No. Buku Pedoman SDIDTK



5. Prosedur



1. Petugas melakukan pemeriksaan KMPE dengan kuisioner pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. 2. Petugas menanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu tertulis pada KMPE kepada orang tua/pengasuh anak. 3. Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA. 4. Petugas melakukan interpetasi: Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah perilaku emosional. 5. Petugas melakukan intervensi: a. Bila jawaban YA hanya 1 (satu) - Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan buku Pedoman pola asuh yang mendukung perkembangan anak. - Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke rumah sakit yang memberi pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. b. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih: Rujuk ke rumah sakit yang memberi pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan. 6. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan berkas rekam medis Pelayanan MTBS



6. Unit terkait



7. Rekaman Historis Perubahan No Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai



Diberlakukan



SOP



DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN



HIPERAKTIFITAS (GPPH) No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II



: 1/2 dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



1. Pengertian



Kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya gangguan pemusatan perhatian (GPHH) pada anak umur 36 bulan keatas.



2. Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemeriksaan deteksi dini gangguang pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPHH) SK Kepala puskesmas No. Buku Pedoman SDIDTK



3. Kebijakan 4. Referensi 5. Prosedur



1. Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini: a. Anak tidak bias duduk tenang b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah c. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive 2. Petugas menggunakan formulir deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPHH). 3. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPHH. Jelaskan kepada orang tua/pengasuhan anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab. 4. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPHH. 5. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada, missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll) setiap nsaat dan ketika anak dengan siapa saja. 6. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. 7. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. 8. Petugas melakukan interpetasi: Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai” berikut ini, dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total. - Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak - Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak - Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering dimukan pada anak - Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak, bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan GPPH 9. Bidan melakukan intervensi: a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu di rujuk kerumah sakit yang memberi pelayanan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas kesehatan jiwa untuk konsultasi dan tindakan lebih lanjut. b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada



6. Unit terkait



orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru, dsb). 10. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan berkas rekam medis. Pelayanan MTBS



7. Rekaman Historis Perubahan No Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai Diberlakukan



SOP



DETEKSI DINI AUTIS /MODIEFIED CEKLIST FOR AUTISM IN TODDLERS (M - CHAT)



No. Dokumen : SOP/UKM/ No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman



/2020



:1



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II



dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



1. Pengertian



Kegiatan pemeriksaan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.



2. Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemeriksaan deteksi dini autis.



3. Kebijakan 4. Referensi



SK Kepala puskesmas No.188.4/I/SK/......../1201/2019 Buku Pedoman SDIDTK



5. Prosedur



1. Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini: a. Keterlambatan berbicara b. Gangguan komunikasi c. Perilaku yang berulang-ulang 2. Petugas menggunakan M-CHAT (Modified –Ceklist For Autism In Toddlers) 3. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada M-CHAT kepada orang tua atau pengasuh. 4. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada M-CHAT 5. Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK. 6. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. 7. Petugas melakukan interpretasi: a. Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14 dan 15 adalah pertanyaan penting (critical item) jika dijawab tidak berarti pasien mempunyai resiko tinngi autism. b. Jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga pertanyaan lain yang dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya, orang tua menjawab tidak) maka anak tersebut mempunyai resiko autism. 8. Petugas melakukan intervensi: Bila anak memiliki resiko tinggi autism atau risiko autism, rujuk ke rumah sakit yang meberi layanan rujukan tumbuh kembang anak. 9. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan berkas rekam medis. Pelayanan MTBS



6. Unit terkait



7. Rekaman Historis Perubahan No Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai



Diberlakukan



SOP



SKRENING PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ANAK MENGGUNAKAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/2



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II 1. Pengertian 2. Tujuan



3. Kebijakan 4. Referensi 5. Prosedur



dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



Kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan skrining pemeriksaan perkembangan anak. SK Kepala puskesmas No. Buku Pedoman SDIDTK 1. Pada waktu pemeriksaan /screening anak harus dibawa. 2. Petugas menentukan umur anak dengan menanyakan tanggal , bulan, dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi  3 bulan. 3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP sesuai dengan umur anak. 4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu: a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu /pengasuh anak, contohnya: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?” b. Perintah kepada ibu / pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “pada posisi bayi terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”. 5. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya. 6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir. 7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu / pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu. 8. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab. 9. Petugas melakukan interpretasi: a. Hitung berapa jumlah jawaban Ya. - Jawaban Ya, bila ibu / pengasuh menjawab:  anak bisa  atau kadang-kadang melakukannya. - Jawaban Tidak, bila ibu / pengasuh menjawab: anak belum pernah atau tidak pernah atau ibu /pengasuh tidak tahu. b. Jumlah jawaban ’ Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S) c. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M) d. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).



6. Unit terkait



e. Untuk jawaban ‘Tidak’ perlu dirinci jumlah jawaban ‘Tidak’ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian) . 10. Petugas melakukan Intervensi: a. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut: - Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik. - Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak. - Beri stimulasi perekmbangan setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak. - Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di Posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak usia Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak. b. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut: - Beri petunjuk ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin. - Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan / mengejar ketertinggalannya. - Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya dan lakukan pengobatan. - Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan diagram KPSP yang sesuai dengan umur anak. - Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘Ya’ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan. c. Bila tahapan perkembangan anak terjadi penyimpangan (P) , lakukan tindakan berikut: - Merujuk ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perekmbangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian). 11. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan berkas rekam medis Pelayanan MTBS



7. Rekaman Historis Perubahan No Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai



Diberlakukan



SOP



PENGUKURAN LINGKAR KEPALA ANAK (LKA) No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II 1. Pengertian



2. Tujuan



:1 dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



Pengukuran lingkar kepala adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pengukuran lingkar kepala anak (LKA)



3. Kebijakan 4. Referensi



SK Kepala puskesmas No.188.4/I/SK/......../1201/2019 Buku Pedoman SDIDTK



5. Prosedur



1. Petugas melakukan pengukuran lingkar kepala dengan cara meletakkan alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, diatas alis mata, di atas kedua telinga dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang. 2. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0. 3. Tanyakantanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak 4. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin anak 5. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang 6. Petugas melakukan interpretasi: a. Jika ukuran lingkar kepala anak berada didalam “jalur hijau” maka lingkaran kepala anak normal. b. Bila ukuran lingkar kepala anak berada di luar “jalur Hijau” maka kepala anak tidak normal. c. Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal bila berada diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada dibawah “jalur hijau”. 7. Petugas melakukan intervensi: Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit. 8. Petugas mencatat hasil pengukuran pada formulir DDTK dan berkas rekam medis Pelayanan MTBS



6. Unit terkait



7. Rekaman Historis Perubahan



No



Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai Diberlakukan



SOP



PENIMBANGAN BERAT BADAN No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :1



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II



dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



1. Pengertian



Menimbang berat badan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui berat badan, menggunakan alat Timbangan Injak ( Bathroom Scale ).



2. Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk menimbang berat badan.



3. Kebijakan 4. Referensi 5. Prosedur



SK Kepala puskesmas No. Buku Penilaian Status Gizi 1. Petugas meletakan timbangan di tempat yang terang dan datar 2. Petugas memastikan jarum timbangan pada angka NOL 3. Petugas meminta orang tua / pengantar / pasien untuk membuka / melepaskan sepatu, sandal atau benda-benda lain yang dapat mempengaruhi pengukuran berat badan 4. Petugasmeminta orang tua / pengantar / pasien meletakkan ke atas timbangan bayi tanpa berpegangan pada benda atau orang lain 5. Petugas membaca angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan 6. Petugas meminta orang tua / pengantar / pasien untuk menurunkan dari timbangan dan memakaikan sepatu atau sandalnya kembali. Pelayanan MTBS



6. Unit terkait



7. Rekaman Historis Perubahan



No



Yang Dirubah



SOP



Isi Perubahan



MENGUKUR TINGGI BADAN ANAK



Tgl.Mulai Diberlakukan



No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II



:1 dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



1. Pengertian



Mengukur tinggi badan anak untuk menilai apakah anak tumbuh secara normal atau mempunyai masalah pertumbuhan atau ada kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu ditangani



2. Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk mengukur tinggi badan.



3. Kebijakan 4. Referensi 5. Prosedur



SK Kepala puskesmas No. Buku Penilaian Status Gizi a. Petugas menyiapkan alat b. Petugas meminta ibu untuk melepas sepatu dan kaos kaki, pita/aksesoris rambut anak c. Petugas memposisikan anak berdiri tegak lurus di bawah microtoise, membelakangi dinding d. Petugas memposisikan kepala anak berada di bawah alat geser microtoise, pandangan anak lurus ke depan e. Petugas memposisikan anak tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat dan tumit menempel ke dinding f. Petugas memposisikan kedua lutut dan tumit rapat g. Petugas memastikan posisi kepala sudah benar dengan mengecek garis frankort h. Petugas menarik kepala microtoise sampai puncak kepala anak i. Petugas membaca angka pada jendela baca dan mata harus sejajar garis merah j. Petugas mencatat hasil pengukuran di KMS/buku KIA dan buku konsultasi/kegiatan/kunjungan Pelayanan MTBS



6. Unit terkait



7. Rekaman Historis Perubahan



No



Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai Diberlakukan



SOP



PENYULUHAN DEMAM PADA ANAK No. Dokumen : SOP/A/SBB II/...../2019 No. Revisi : 00 Tanggal Terbit : Halaman : 1



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II



13.



dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



1. Pengertian



Peningkatan suhu diatas normal yaitu 36,5-37,5°C.



12. Tujuan



Di harapkan keluarga dapat mengerti dan memahami gambaran umum tentang demam pada anak dan cara penanganannya.



Kebijakan



SK Kepala puskesmas No.188.4/I/SK/......../1201/2019



14. Referensi



Pedoman Demam Pada Anak



5. Prosedur



15.



Siapkan alat dan bahan yang di sediakan



16.



Sediakan



tempat



yang



nyaman



untuk



melakukan



penyuluhan 17.



Siapkan materi penyuluhan



18.



Sapa audien dengan mewngucapkan salam



19.



Petugas memperkenalkan diri



20.



Jelaskan maksud dan tujuan memberikan penyuluhan



21.



Gunakan bahasa yang sederhana agar dapat dimengerti dan dipahami oleh audien



22.



Berikan kesempatan audien untuk bertanya kepada petugas atau penyuluh



23.



Ulangi kembali penyuluhan yang telah diberikan secara singkat dan jelas



24.



Ucapkan terima kasih atas partisipasi masyarakat yang telah mendengarkan kita memberikan penyuluhan



6. Unit terkait



Poli Umum Poli MTBS Poli PKPR



7. Rekaman Historis Perubahan No



Yang Dirubah



SOP



Isi Perubahan



Tgl.Mulai Diberlakukan



PENYULUHAN DEMAM PADA ANAK No. Dokumen : SOP/A/SBB II/...../2019 No. Revisi : 00 Tanggal Terbit : Halaman : 1



PUSKESMAS PERAWATAN SEBAMBAN II



dr.Irfan Syah Topan NIP.197711282006041011



1. Pengertian



Kelas Ibu Balita merupakan suatu aktivitas belajar kelompok dalam kelas dengan anggota beberapa ibu yang mempunyai anak balita (usia 0-5 tahun) dibawang bimbingan satu atau beberapa fasilitator (petugas) dengan menggunakan Buku



25. Tujuan



KIA sebagai alat pembelajaran Sebagai acuan dalam melaksanakan kelas ibu balita



26.



SK Kepala puskesmas No.188.4/I/SK/......../1201/2019



Kebijakan



27. Referensi 5. Prosedur



Buku Pedoman Kelas Ibu Balita



6. Unit terkait



Poli Umum Poli MTBS Poli PKPR



7. Rekaman Historis Perubahan No



Yang Dirubah



Isi Perubahan



Tgl.Mulai Diberlakukan