Standart Operational Procedure - JORC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Standart Operational Procedure PEMBORAN OPERASIONAL PEMBORAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Penentuan lokasi bor. Pembuatan jalan menuju lokasi bor. Pembuatan lokasi bor. Moving mesin bor dan peralatan yang menunjang pemboran. Seting mesin bor dan peralatan yang menunjang pemboran. Surat tugas mulai pemboran pada lokasi tersebut. Pelaksanaan pemboran, meliputi a. Lakukan pemboran (Pilot Hole) non coring dari kedalaman awal sampai dengan estimasi kedalaman yang telah ditentukan (sesuai intruksi dari pengawas perusahaan). Menggunakan mata bor ukuran HQ, Ukur dan catat kedalaman pemboran dan deskripsi cutting. b. Lakukan E-logg pilot hole, catat kedalaman lapisan batubara, buat estimasi untuk coring. c. Lakukan pemboran (Target Hole) coring dari estimasi kedalaman roof batubara atau dari diketemukannya tanda - tanda batubara (sesuai intruksi dari pengawas perusahaan). Menggunakan mata bor Diamond Core type Surface Set untuk lapisan batubara, lapisan batuan/lithologi lain mata bor yang digunakan dapat disesuaikan jenis tabung core barel adalah Triple Tube, panjang 1.5 meter. d. Lakukan permotongan dan pengangkatan core sampel jika tabung core barel sudah penuh atau terjadi sesuatu yang mengharuskan core sampel untuk dipotong dan diangkat sebelum tabung core sampel penuh (keputusan operator bor/driller). e. Ukur dan catat kedalaman pemboran permotongan dan pengangkatan core sampel pada buku catatan harian. f. Ukur dan catat kemajuan kedalaman coring pada buku catatan ha.rian. g. Keluarkan core sampel bersama tabung split dengan cara disemprot menggunakan air. Dilarang mengeluarkan core sampel dan tabung split dengan cara dipukul-pukul atau dengan cara lain yang dapat membahayakan kondisi core sampel dalam keadaan utuh dan baik. h. Ukur dan catat panjang core sampel yang didapat sebelum ditaruh/diletakan pada core box. i. Letakkan/taruh dan susun core sampel pada core box sesuai petunjuk mengenai perlakuan dan perawatan core sampel.. j. Lakukan pemboran coring sampai lapisan batubara terambil semua atau sampai dengan intruksi dari pengawas perusahaan. k. Pemboran distop/dihentikan sesuai dengan intruksi pengawas perusahaan (Geologist Well Site atau yang ditunjuk). l. Lokasi yang yang sudah dibor diberi tanda berupa patok, ukuran patok disesuaikan dengan diameter lubang bor. Tulis kode lokasi dan total kedalaman bor sesuai dengan petunjuk.



PERLAKUAN DAN PERAWATAN CONTO BATUBARA HASIL PENGINTIAN 1. Core sampel yang berada dalam tabung core barel dikeluarkan bersama - sama dengan tabung split. 2. Panjang core sampel langsung diukur untuk mengetahui recovery core sampel. Panjang core sampel yg didapat Recovery core sampel =



X 100 % Panjang coring yg dilakukan



3. Core sampel yang sudah dikeluarkan kemudian diletakkan pada core box (kotak core). Core box dibuat sesuai dengan ukuran core sampel, panjang 1 meter lebar disesuaikan. Satu core box dibuat untuk total kedalaman 5 meter. 4. Penyusunan core sampel dimulai dari ujung pojok kiri (top/roof) dan seterusnya menyambung dari top/roof sampai bottom/floor. 5. Core box diberi tanda atau kode nomor lokasi bor, interval kedalaman bor dan nomor box. 6. Kondisi core sampel maupun core box harus dalam keadaan aman.



Gambar : Core Box (pandangan atas), tanda panah dalam box menunjukkan arah cara meletakan sampel



PERLAKUAN CUTTING SAMPEL 1. Cutting sampel diambil dari gerusan (cutting) hasil pemboran. 2. Cutting sampel diambil tiap 1.00 meter (dan/atau tiap perubahan formasi lithology), dan dimasukkan dalam plastik sampel. 3. Tiap plastik sampel diberi kode lokasi bor dan interval kedalaman bor. 4. Dan diletakkan pada tempat yang bersih, aman, rapi atau diletakkan pada tempat yang telah disediakan. 5. Peletakannya disusun berurutan dari kedalaman top sampai kedalaman bottom.



PENGISIAN BUKU DESKRIPSI 1. Tulis lokasi pemboran berada (Location 2. Tulis kode nomor lokasi bor. (Hole no. 3. Tulis elevasi.bor setelah disurvey. (Elevation 4. Tulis media pemboran, memakai air, polimer, atau memakai bahan lain yang seienis (Drilling Medium 5. Tulis tanggal dilakukan deskripsi (Date : ) 6. Tulis tanggal dimulai pemboran (Date Started 7. Tulis tanggal selesai pemboran (Date Finished 8. Tulis total kedalaman setelah selesai pemboran.......... (To : ) 9. Tulis nama operator mesin cbor (Driller : . ...) 10. Tulis nama yang melakukan deskripsi (Described by 11. Tulis keterangan yang berhubungan dengan keadaan berlangsungnya kegiatan pemboran (Note : ) misal : - Target seam yang dicari - Waktu dimulainya pemboran - Waktu diselesaikannya pemboran - Initerval non coring - Interval coring - Pada kedalaman tertentu terjadi water loss atau terjacli formasi ambrukan/runtuhan - Dll 12. Tulis interval kedalaman lithologi 13. Tulis deskripsi/pemerian lithologi dari cutting sample maupun core sample Pemerian batubara yang perlu diperhatikan adalah a. Wama (color), adalah wama yang terlihat dipermukaan dengan mata telanjang. b. Gores (streak), adalah wama dari batubara yang telah digores menjadi serbuk. c. Tingkat kelapukan. d. Pecahan (fracture), istilah yang dipakai even, unever, conchoidal, sub conchoidal, flat. e. Kilap (luster/bright), istilah ini dinyatakan dalam prosentase, misaI : bright 60%. Pemerian yang perlu diperhatikan adalah a. Wama (color) lithologi b. Besar butir (grain size), adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah "Skala Wentworth". c. Pemilahan (sorting), adalah tingkat keseragaman besar butir. Istilah - istilah yang dipakai adalah terpilah baik (butir- butir sama besar), terpilah sedang dan terpilah buruk. d. Kebulatan (roundness), adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen butiran. Istilah -istilah yang dipakai ada!ah : - wellrounded(membundar baik) - rouncled(membundar) - sub rounnded((membundar tanggung) - angular(menyudut) - sub angular(menyudut tanggung) e. Kemas (fabric), adalah sifat hubungan antar butir, kesatuannya di dalam satu massa dasar atau di antara semennya. Istilah kemas terbuka digunakan untuk butiran yang tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup untuk butiran yang saling bersentuhan. f. Porositas, adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume keseluruhan dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah - istilah yang kualitatif yang merupakan fungsi daya serap batuan terhadap cairan, yaitu porositas sangat baik (verygood), balk (good), sedang (falr), buruk (poor) diuji dengan meneteskan cairan.



g. Semen dan Massa Dasar (matrix) Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat pembentukan batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral lempung. Massa dasar (matrix) adalah massa dimana butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan. Massa dasar terbentuk bersama fragmen pada saat sedimentasi, dapat berupa bahan semen atau butiran yang lebih halus. h .Struktur Sedimen Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk pada saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa struktur sedimen hanya dapat diamati pada satu atau beberapa satuan perlapisan. Perlapisan dapat ditunjukkan oleh perbedaan besar butir atau wama dari bahan penyusunannya, Perlapisan beragam dari yang tipis (laminasi) sampai tebal. Perlapisan bersusun (graded bedding) Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi halus pada satuan perlapisan. Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk, umumnya butir yang kasar merupakan bagian yang bawah (bottom/floor) dari lapisan yang halus bagian atas (top/roof). Perlapisan berseling (cross bedding) Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan berikutnva yang berlainan sudutnva. Terutama terdapat pada batu pasir. Gelembur gelombang (current ripple) Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan. 14. Gambar simbol lithologi dan simbol core loss (apabila ada yang loss). 15. Tulis tiap kemajuan coring, meliputi -



Interval coring Panjang coring yang dilakukan Panjang core yang didapat



-



Prosentase core yg didapat



Panjang core yg didapat X 100 % Panjang coring yg dilakukan Panjang total core > atau = 0.10 m -



Prosentase total core tidak hancur



X 100 % Panjang core yg didapat



PENGAMBILAN DAN PERLAKUAN CORE SAMPEL 1. Lakukan deskripsi/pemerian sampel secara megaskopis dengan teliti dan benar. 2. Tentukan bagian roof dan bagian floor. 3. Pastikan dengan teliti dan benar, ada parting atau tidak, ada yang loss atau tidak sebagai pertimbangan untuk menentukan panjang pembagian sampel (ply by ply) yang akan diambil. 4. Tentukan batas panjang bagian sampel (ply) dan jumlah sampel yang akan diambil. 5. Tulis interval sampel pada buku deskripsi. 6. Tulis nomor sampel, nomor kode lokasi bor, lokasi pengambilan sampel, interval sampel, tebal sampel, nomor bag (plastik sampel) berapa dari total bag berapa, tulis remarks (misal : sampel lapuk, parting ikut disampel, interval loss sampel) pada kartu sampel. 7. Siapkan plastik sampel dan tulis nomor kode lokasi bor dan nomor sampel, interval sampel, tebal sampel, nomor bag berapa dari bag berapa. 8. Ambil dan masukan sampel pada plastik sampel, bagian per bagian sesuai dengan nomor bagian (ply). Sampel tidak boleh terkontaminasi dengan kotoran atau sampel lain. 9. Masukkan kartu sampel pada plastik sesuai dengan nomor sampel. Kartu sampel tidak boleh kontak langsung dengan sampel (kartu sampel dilapisi plastik supaya tidak tembus uap air atau rusak). 10. Ikat plastik sampel dengan kuat dan benar sesuai petunjuk, menggunakan tali yang sudah disediakan. 11. Masing - masing plastik sampel (bag) dijadikan satu sesuai dengan nomor lokasi bor atau sesuai dengan satu lapisan dan diikat dengan kuat dan benar supaya tidak berhamburan atau tercecer dan memudahkan untuk pengecekan ulang. 12. Sampel langsung dibawa Ke camp atau tempat yang sudah disediakan sebelum dibawa ke laboratorium. Jika lokasi dekat dengan laboratorium sampel dapat langsung dilbawa ke lab. 13. Dari tempat lokasi pengambi!an sampel sampai dengan laboratorium, sampel tidak boleh kehujanan atau rusak karena dapat mengurangi keakurasi hasil analisa. Contoh Penulisan Kartu Sample Sample No Bore Hole Location Sample Interval Sample Thickness Bag Remarks



: 01 : J_01_B3 : BLOK III : 15.00 to 15.25 M : 0.25 M : 01 of 03 : …………….



Sample No Bore Hole Location Sample Interval Sample Thickness Bag Remarks



: 02 : P1_01_B3 : BLOK III : 15.25 to 16.75 M : 1.05 M : 02 of 03 : …………….



SAMPLE PREPARATION COAL SAMPLE 1 Core should be wrapped by glad wap 2 If coal would be sampled for analysis after geophysical logging, coal core wrapped by glad wrap could be move into coreboxes and placed in tidy area. If not, coal core could be placed into sample bags and sealed 2 Sample bags should be marked such as : borehole name, sample number, seam name, interval and thickness 4 Seam name, sample number, interval and thickness should be recorded in logging sheet GEOTECHNIC SAMPLE I Define the rock interval that would be sampled base on an appropriate criteria 2 Wrap the core by glad wrap 3 Cover tightly with filamen sellotipe 4 Cover with bubie wrap 5 Mark the sample number, Hole number, interval and rock type 6 Rock type, sample number and interval should be recorded into logging sheet.



INSTRUKS1 KERJA PERHITUNGAN CORE RECOVERY NO URUTAN KERJA STANDARD KUALITAS I flersiapkan peralatin perhiturioan core recovery, yaitu metefan 5 mtr peralatan tersedia



2



Keluarkan care sampel yang bc~ada dalam tabung core barel dengan cara menyemprot (licalk



3



dipukul), bersama-sama tab,ing split Pengulkuran core sampel pada saat s-mpel masih berada di split untLik mengetahui panjang core



4



yang diperoleh pada setiap run pemboran Lakukan perhitUngan core recovery pada setiap run pemboran, dengan



5



cara sbb.: Letakkan core sampel yang tel3h diukur ke calam core box.



Tgl efektif CONTROL POINT ALAT



Sampel dapat keluar deng&n mijdah dan tidak Air beFtekanan Broken coro



Core terukur dengan teliti Meteran 5 meter



FREKWENSI Setiap melakukan pemboran coring Setiap nielakulkan



Halaman 1 dari KETERANGAN PIC Wellsite



Driller



penilboran coring Setiap melakukan



Wellsite



pemboran coring fLn~ a n X 100 % Recovery core sampel Panjang coring yang dilakulkan Letak sampel di dalam core box mpih Core box



SAFETY, HEALTH & ENVIRONMENT Pastikan kondisi area sekeliling and@ aman d3ri kejatuhan benda Sobelum melalkUkan pengamhlan sample Jangan membLiang sampah sembarangan



Setiap melakukan -pemboran coring Dibuat.



Geologist INSTRUKSI KERJA



Wellsite Diperiksa,



Geo. Opr. Supt = - FE] F-1 D



Disetujui,



Manaqtr



MELETAKKAN CORE DI DALAM CORE BOX Tgl efektif Halaman 1 dari CONTROL POINT URUTAN KEIRJA STANDARD KUALITAS ALAT FREKWENSI PIC KETERANGAN 7er~ens, -core box. Persiapkan peralatan perhitungan Setiap anjang 1 meter, 1 core recovery, yaitu meteran 5 nitr Tersedia Core box melakukan Wellsite lebar sesuai ukuran dan core box [Peralatan pemboran coring I core, total panjang core box 5 meter. Setelah dilakukan pengukuran, loplRout 1 Core Box (pandangan atas), core diletakkan ke dalam core box. 2 tanda panah dalam Penyusunan core sampel dimulai 2 POIACORE BOX,==> box menunjukkan darl UJUng pojok kiri (top) dan 3 arah cara seterusnya menyambung sampai 4 meletakan sampel dengaii bottoni. 5 ButtomlFloor Pemberian tanda pada core box 3 ataU kode yaitu : Nomor lokasi bor, Setiap selesai interval kedalarrian pemboran can Tulisan jelas dan Spidol coring atau core Well site lengkap nomor core box. box telah penuh Pastikan letak core box pada posisi Setiap selesai 4 aman dari kejatuhan bendan keras Core box aman coring atau core Well site dan tei hindar dari dilusi box telah penuh Dibuat, Diperiksa, Disetujui, SAFE fY, I I EALTH & ENVIRONMENT Pastikan kondisi area sekeliling anda aman dari keptuhan benda U sebelum melakukan pengambilan sample - Jangan membuang sampah sembarangan ("eul yst Geo. Opr INSTRUKS1 KERJA N O



URUTAN KERJA



1



2 3 4 5



PENGIRIMAN SAMPLE PEMBORAN KE LABORATORIUM CONTROL POINT STANDARD KUALITAS



Pastikan semua peralatan tdah tersecia



Tgl efektif ~~LAT~FR EK~KWEN S ~j Plastik samFl-e, tali rafia, kartu sample



LakUkan pengecekan interval sample p3da kartu sample dengan data logbore BLIat caftar sample sesuai no. t,rut sample sebagai lampiran WO Buat work order (No. WO ber-urut dengan WO sebelumnya)



Nomor sample dan interval simple SeSUai Daftar sample jel3s dan Akurat Work orcief jelas, akurat



Pengiriman sample ke laboratorium



Jumlah sample dan interval sample seSUai work order



Halaman 1 dari PIC



KETERANGAN



Geologist



Form work order terlampir



-7D-,bua(,-U,j)enksa,



Disetujui,



SAFETY, HEALTH & ENVIRONMENT - Pastikan kondisi area sekeliling anda anian sebolum melakukan pengambilan sample - Jangan membuang sampah sembarangan Geologist



Geo. Opr. SUPt



Manager



INSTRUKSI KERJA PERHITUNGAN KETEBA~AN BATUBARA DAR] DATA E. LOGGING CONTROL POINT



= - Fl- F 1-r- El Tgl efektif



PERH



FREKWE



KETERANGAN



NO URUTAN KERJA Persiapkan peralatan untuk pengukuran data Electric Logging Lakukan pengecekan terhadap print out data Gamma-gam-na dan Densitas, apakah tid3k terjadi anomali (data normal)



3



4 5



LakUkan pengukuran pada kurva Gamma dan Densitas dengan cara sebagai berikut: Buat garis pengukuran menggunakan pensil yang jelas don rapih E.Log yang telah diukur dan diberi garis di file sesuai nomor urut



RD KUALITAS peralatan tersedin Printout jelas, mudah Dibaca



Penggaris, pensil, penghapus



Wellsite



Visual



Well site



K J TV a g-L. r1j),a : Roof batubara adalah 1/3 dari bagian atas garis kelurusan kurva da6 Floor batubara 1/3 dari bagian bawah kelurusan kurva.



Data yang diukur hanya E. Logging Kurva dens;tas' : Roof batubara adalah 112 dari bagian atas garis kelurusan yang normal kurva (tidak dan Floor batUbara 112 dari bagian bawah kelurusan kurva. ada anomali) Garis pengukuran jelas dan benar File lengkap dan rapili



Pensil, penggaris 10drier (filing map)



Well site Dibuat,



F-1 SAFETY, HEALTH & ENVIRONMENT Pastikan kondisi area sekeliling anda aman dari kejotuhan benda Sel)(21LI111 melakUkan pengambilan sample - Jangan membuang sampah sembarangan



Diperiksa,



Disetujui,



1. Tahap Pemboran Salah satu jenis kegiatan dalam eksplorasi untuk pelnyelidlikan di bawah permukaan bumi adalah pemboran. Maksud dan tujuan kegiatan pemboran dalam eksplorasi geologi adalah: 1. Untuk mengetahui jenis dari urutan lapisan batuan. 2. Untuk mengetahui adanya indikasi geologi struktur. 3. Untuk mengambil sample yang diperlukan dalam eksplorasi geologi. 4. Untuk mengetahui kondisi muka air tanah. 5. Sumur hasil pemboran dapat digunakan sebagai lokasi untuk melakukan penyelidikan aspek geofisika ( well loging ). Proses pemboran memiliki beberapa macam kategori yang ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya: Berdasarkan metode penetrasi lapisan batuan dan jenis mesin yang digunakan. Pemboran dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a) Pemboran dengan menggunakan sistem putaran ( rotari drilling). Umumnnya dilakukan untuk pemboran pada batuan yang relatif keras dan pengambilan contoh batuan dalam kondisi disturb ( kondisii terganggu). b) Pemboran dengan menggunakan sistem tumbukan ( percussion drilling). Umumunya dilakukan untuk pemboran pada batuan tanah yang relatif lunak dan pengambilan contoh batuan dalam kondisi undisturb kondisi tidak terganggu. c) Pemboran dengan menggunakan sistem campuran antara rotary drilling dengan sistem tumbukan (percission drilling) Umumnya ditak-ukan untuk pemboran pada batuan atau tanah yang relatif lunak keras dan penaambilan contoh batuan dalam kondisi disturb dan undisturb.(kondisi terganggu dan kondisi tidak terganggu). Berdasarkan arahnya, pemmboran dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: a) Pemboran vertikal yaitu pemboran yang arahnya relattf tegak lurus dengan permukaan bumi. b) Pemboran horisontal yaitu pemboran yang arahnya relatif sejajar dengan permukaan bumi. c) Pemboran directional yaitu pemboran yang arahnya ditentukan berdasarkan arah tertentu. Berdasarkan metode pengambilan sample batuan, pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaltu: a) Pemboran full coring, yaitu pemboran yang dilakukan dengan mengambil semua sample batuan. b) Pemboran open hole, yaitu pemboran yang dilakukan dengan tidak mengambil sample batuan, dimana data pemboran ini berdasarkan deskripsi cutting yang diambil permetemya. c) Pemboran touch coring, yaitu pemboran yang merupakan kombinasi antara pemboran open hole dengan pemboran coring, dimana. pemboran coring hanya dilakukan pada lapisan batuan yang diinginkan. Berdasarkan kedalaman penetrasi, pemboran dibagi dua jenis, yaitu: a) Pemboran dalam (deep drilling), yaitu pemboran yang dilakukan dengan kedalaman pemboran mencapai 51 meter atau lebih, b) Pemboran dangkal (shallow drilling), yaitu pemboran yang dilakukan dengan kedalaman pemboran antara 30 sampai 50 meter, bahkan kurang dari 30m.



Dalam tahapan pemboran, tugas dan peranan seorang wellsite geologist antara lain yaitu penentuan titik bor, pengawasan proses pemboran, dan penentuan pemindahan lokasi/titik bor. 1.1 Penentuan Titik Bor Tahapan awal yang dilakukan oleh wellsite geologist dalam proses pemboran adalah menentukan lokasi titik bor yang akan dilakukan proses pemboran. Penentuan titik bor ini diinstrulsikan oleh wellsite geologist kepada juru bor (driller) berdasarkan data pada peta topografi dan data survei yang meliputi letak, nomor titik bor, dan elevasinya atas persetujuan geoevaluator. Dalam penentuan titik bor terkadang terdapat ketidaksesuaian antara data survei pada peta topografi dengan kondisi di lapangan. Berdasarkan hal tersebut, maka wellsite geologist dituntut untuk memperbaiki penetuan titik bor tersebut. Apabila penentuan suatu titik bor selesai, maka wellsite geologist memberikan surat perintah dimulainya pemboran. 1.2 Pengawasan Proses Pemboran Pada eksplorasi pemboran batubara di suatu perusahaan, kegiatan pemboran dilaksanakan oleh pihak kontraktor. Kegiatan pemboran yang dilaksanakan membutuhkan paling sedikitnya 4 orang untuk menjalankan aktifitas pemboran batubara tersebut. Dimana terdiri atas 1 orang operator (driller) dan 3 orang sebagal helper (drilling craw). Dalam pelaksanaannya seorang operator pemboran wajib menjalankan keputusan seorang wellsite geologist, jadi dengan kata lain seorang operator pemboran bertanggung jawab kepada wellsite geologist yang sedang bertugas dilokasi pemboran tersebut. Selama pemboran berlangsung menjadi tugas seorang wellsite geologist merecord dan menagawasi setiap hal yang teriadi menyangkut proses pemboran Wellsite geologist berhak pula untuk menghentikan atau meneruskan proses pemboran dengan berbagai alasan teknis atau dalam keadaan yang tidak aman, serta memastikan semua peralatan pemboran berfungsi dengan baik. Peralatan pemboran yang berfungsi dengan baik akan menunjang kelancaran proses pemboran dan keamanan dalam proses pemboran. Adapun alat - alat yang digunakan dalam proses pemboran, antara lain, yaitu: 1. Mesin Bor Merupakan alat yang digunakan pada pit drilling untuk membuat lubang dengan cara penetrasi ke dalam tanah/formasi. Terdapat beberapa jenis mesin bor yang dipakai dalam pemboran batubara yang didasarkan pada asal pabrikasi pembuatanya, misalnya : tipe longyear, tipejacro, tipe koken, dan sebagainya. Jenis -jenis mesin bor yang dipakai oleh kontraktor pemboran dalam melakukan kegiatan pemboran antara lain:  Tipe Koken, yang terdiri dari jenis OP1, OP2 dan OE2L. Perbedaan antara berbagai jenis bor itu terletak pada kemampuan penetrasi pemboran, dimana Koken OP1 dan OP2 kemampuan penetrasinya maksimal sampai 100 - 125 meter, sedangkan jenis OE2L bisa sampai 150 meter dan penggerak transmisi 4 langkah.  Tipe Toho dengan jenis TDC, kemampuan penetrasinya maksimal sampai 175 meter dan penggerak transmisi mempunya 4 Iangkah.  Tipe Kano kemampuan penetrasinya maksimal sampai 75 meter dan penggerak transmisinya mempunyai 3 langkah.



 Tipe Ybm 0.5, kemampuan penetrasinya maksimal sampai 50 meter dan penggerak transmisi mempunyai 3 langkah. Keempat tipe mesin di atas digerakar oleh mesin penggerak diesel tipe Yanmar TF135R dengan kemampuan menggerakan penetrasi ± 175 meter mesin pengggerak diesel tipe Tian Ly dengan kemampuan menggerakan penetrasi ± 100 meter dan mesin penggerak diesel Kubota dengan kemampuan menggerakan penetrasi ± 100 meter. 2. Menara Kaki Tiga (Tripod) Alat ini berfungsi sebagai tiang penyangga pipa bor dan untuk menaikkan atau menurunkan pada saat melepas dan memasang pipa bor. Untuk pit drilling menggunakan 3 tripod sedangkan untuk pemboran dangkal menggunakan 2 tripod. 3. Mata Bor atau Bit Alat ini berfungsi untuk menggerus batuan. Ada 2 macam bit yang digunakan untuk melakukan pemboran touch core yaitu diamond bit untuk pemboran corring dan tri wing bit untuk pemboran non coring. Mata bor yang di gunakan berukuran T 101 4. Tabung Penginti /Core Barel Tabung core barel merupakan peralatan terpenting dalam pemboran eksplorasi. Tabung penginti berfungsi selaku tempat inti/core dan untuk mengambil sampel inti/core. Tabung penginti yang digunakan pada pemboran dangkal adalah triple tube dengan panjang split 1,6 m. Rangkaian tabung penginti ini termasuk diamond bit yang didalamnya terdapat core lifter yang berfungsi untuk menahan core yang masuk supaya tidak jatuh. Reamingshell berguna untuk memperbesar dan menghaluskan lubang bor, tabung dalam (inner tube), tabung luar (outer tube), dan tabung core (split selaku tempat core). Adapun ukuran yang digunakan adalah untuk koken OP3 dan Koken OP1 mengganakan LMNC sedangkan yang lain menggunakan NQ.



Tabel Jenis Core Barel Jenis Core,-Parel AQ BQ NQ HQ PQ BMLC NMLC HLMC



Diameter C-Ore (mm) 27,0 36,5 47,6 63,5 85,0 35,2 52,0 63,5



Diameter Lubang(rrm) 48,0 60,0 75,7 96,0 122,6 60 75,7 99,2



5. Pipa Bor (Drill Rod) Pipa bor berupa pipa bulat berongga dengan panjang 1,5 m Pipa bor ini berguna untuk meneruskan putaran dan tekanan mesin ke mata bor. Di samping itu juga merupakan jalan cairan pemboran. Pipa bor yang digunakan untuk pemboran yaitu berukuran HQ. Jenis Pipa bor AQ BQ NQ HQ PQ



Diameter itlar (mm) 44,5 55,6 69,9 K9 117,5



Diameter (mm) 34,9 46,0 60,3 77,8 103,2



Tabel Jenis Pipa Bor 6. Cassing Cassing yaitu pipa pelindung lubang bor dari runuhan dan untuk menahan air jika terjadi water loss. Pada saat casing dimasukkan ke dalam lubang bor, pada bagian ujung bawahnya dipasang sepatu pipa pelindung (casing shoe) dengan tujuan membantu memudahkan casing masuk kedalam lubang bor, dimana panjang casing bervariasi dari 1 – 3 meter. Jenis Casing Diameter Dalam(mm) Diameter Luar (mm) NW 76.0 91.8 HW 99.7 117.15 PW 123.8 143.5 SW 146.7 172.5 Tabel Jenis Casing



7. Core Box Alat yang berfungsi untuk menempatkan cutting dan core hasil pemboran. Core box terbuat dari papan kayu dengan panjang 1 meter dan lebarnya disesuaikan dengan kebutuhan menempatkan core. 8. Selang Air Tekanan Tinggi Alat ini berfungsi untuk menyalurkan air dari sumber air ke pompa air. Selang ini terbuat dari kain yang dilapisi dengan karet sintetis agar kuat dan lentur serta dapat menahan tekanan air dari pompa yang bertekanan tinggi. 9. Pompa Air Alat ini berfungsi untuk memompa air yang merupakan media sirkulasi pemboran.



10. AIcon Berfungsi memompa air yang masuk ke lubang bor dan pengatur sirkulasi air/cairan pemboran. 11. Water Swivel Gunanya untuk menghubungkan selang dengan pipa bor agar selang dari pompa tidak turut berputar mengikuti putaran pipa bor dalam sirkulasi air Pemboran. 12. Hoisting Swivel Berfungsi untuk mengangkat rangkaian pipa bor kedalam lubang bor dan pada saat akan melepas rangkaian pipa bor. 13. Kerekan (Derrick Block) Kerekan ini digantungkan di puncak menara (tripod), dimana semua pipa yang akan dimasukkan ke dalam lubang bor digantungkan pada kerekan ini dengan perantaraan kabel baja 14. Kunci Pipa Kunci pipa digunakan untuk bongkar pasang pipa bor. Kunci shock untuk mengencangkan dan mengendorkan sekrup pada spindle sedangkan, premally wrench digunakan untuk bongkar pasang pipa bor. 15. Peralatan Tambahan Peralatan tambahan misalnya cangkul, parang, gergaji dan lain - lain. Peralatan tersebut digunakan dalam proses pembuatan lokasi bor dan jalan pemboran. Proses pemboran yang diawasi oleh wellsite geologist pada tahapan eksplorasi yang sering dilakukan pada saat ini temasuk dalam pemboran dengan metode touch coring. Metode ini berupa metode pemboran yang merupakan kombinasi antara pemboran open hole dengan pemboran coring, dimana pemboran coring hanya dilakukan pada lapisan batuan yang diinginkan. Sehingga dalam teknis pemboran terdapat dua tahapan pemboran, yaitu pemboran pada pilot hole dan pada actual hole. 1.2.1 Pemboran Pilot Hole Dalam tahap eksplorasi pemboran dengan metode touch coring, yang pertama kali dilakukan yaitu melakukan pemboran open hole pada, satu titik yang dinamakan pilot hole. Dimana lubang ini berfungsi untuk mengetahui batuan penyusun, (dalam bentuk hancuran/cutting) pada lokasi bor tersebut sekaligus sebagai data awal dalam memperkirakan letak kedalaman seam batubara yang menjadi target dalam pemboran tersebut. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui estimasi lapisan/seam batubara yang menjadi target seorang wellsite gcologist harus dapat melakukan korelasi manual dari titik pemboran sebelumnya ataupun dari croopline. Pada tahapan pemboran pilot hole, seorang wellsite geologist bertanggung jawab dan bertugas sebagai pengawas lapangan selama proses pemboran pada pilot hole ini berlangsung. Adapun tugas dan peranan wellsite geologist sebagai pengawas dalam proses pemboran pilot hole antara lain, yaltu:  Melakukan deskripsi cutting.  Melakukan pengambilan sample cutting setiap terjadi perubahan lithologi, untuk analisa NAG Test (Net Acid Generating Test)  Melakukan penyetopan pemboran pilot hole setelah target seam atau target kedalaman (depth) tercapai, untuk kantong E-log maximal 6 meter.



 



Melakukan interpretasi hasil E-log dengan cara mengukur kurva. Untuk kurva gamma ray : 1/3 dari bagian atas garis kelurusan kurva, sedangkan untuk kurva density: 1/2 dari bagian atas garis kelurusan kurva. Melakukan penentuan interval coring dengan ketentuan 0.50 sampai1I meter di atas roof dan 0. 50 metor di bawah floor batubara.



1.2.2- Pemboran Actual Hole. Setelah seniua proses pemboran yang dillakukan pada Pilot hole selesai, selanjutiya proses peemboran dilanjutkan ke lubang bor target (actual hole) untuk memperoleh data berupa contoh inti/core batuan. Dimana sebelumnya dilakukan proses perekaman data pada pilot hole secara geofisika (E-logging) untuk mengetahui estimasi kedalaman batubara yang nantinya akan diambil contoh batuannya, (dalam hal ini proses corring). Untuk mengambil inti/core batuan, maka digunakan suatu alat yang dinamakan core barel. Biasanya dalam satu penangkapan inti/core batuan dengan menggunakan core barel, panjang maksimal inti/core batuan yang dapat tertangkap yaitu + 1.60 m. Namun ada pula core barel yang mampu mengangkat inti/core batuan sepanjang 3 m tergantung pada panjang dan kapasitas isi core barel tersebut. Kegiatan eksplorasi pemboran batubara yang menggunakan core barel dengan kapasitas 1.60 m maka dimana satu kali proses penangkapan atau pengambilan batuan dengan menggunakan core barel biasanya disebut satu run. Pada actual hole, wellsite geologist bertanggungjawab sebagai pengawas lapangan terhadap proses pemboran seperti haInya pada proses pemboran pilot hole. Adapun tugas dan peranan wellsite geologist sebagai pengawas dalam proses Pemboran actual hole antara lain, yaitu :  Melakukan pencatatan kedalaman (interval) “run " setiap kemajuan coring.  Melakukan pengukuran panjang core pada tabung inner split setiap kemajuan coring (run). Inner split dikeluarkan dari tabung split dengan cara menyemprot memakai pompa air, tidak dengan cara yang bisa merusak core di dalain inner split, misalnya: memukul core barrel.  Meletakkan core batubara pada core box (tabung split/paralon), pastikan core tidak ada kontaminasi, tentukan bagian roof dan floor, lengkapi dengan keterngan lain (parting, clinker, washout, roof & floor, core loss, d1l), dan lakukan pemotretan.  Membungkus core batubara dengan plastik "wrap “ dan letakkan pada tempat yang terhindar dari cahaya matahari langsung dengan tujuan tetap menjaga kelembaban inti/core sample. 1.3 Penentuan Perpindahan Lokasi/Titik Bor Setelah proses pemboran pada suatu titik bor selesai, maka selanjutnya wellsite Geologist bertanggung jawab memberikan perintah kepada operator/juru bor untuk melakukan pemboran di lokasi/titik bor yang baru. Adapun suatu titik bor dianggap telah selesai apabila hasil pemboran (dalam hal ini sampel batubara yang diperoleh) telah memenuhi ketentuan atau standar yang telah ditentukan, yaitu berupa nilai "recovery". Dimana standar yang biasa digunakan adalah nilai recovery dalam range 90 – 100%. Jika hasil pemboran tidak memenuhi nilai recovery yang ditentukan, maka wellsite geologist harus melakukan beberapa analisa untuk memutuskan apakah lokasi/titik bor tersebut harus dilakukan pemboran kembali (redrill) atau dinyatakan selesai.



Analisa yang dilakukan untulk memutuskan apakah lokasi/titik bor tersebut harus dilakukan pemboran kembali (redrill) atau tidak karena tidak memenuhi standar nilai recovery didasarkan atas beberapa aspek, diantaranya yaitu dari segi:  Teknis pemboran. Hasil pemboran yang tidak maksimal atau tidak memenuhi ketentuan yang telah ditentukan dapat dikarenakan teknis pemboran ( proses coring) yang salah. Dalam hal ini pemboran secara miring dapat diakibatkan karena pengaturan dan persiapan tempat pemboran (rig) yang tidak tepat.  Peralatan pemboran. Dalam hal ini, peralatan pemboran yang sangat menentukan untuk memperoleh hasil pemboran (intilcore), yaitu core barel. Kondisi core barel beserta bagian bagiannya yang tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan hasil pemboran (core) yang tidak maksimal, yaitu adanya sampel coring batubara yang hilang atau tidak terangkat (lost core) sehingga hasil pemborantidak memenuhi standar yang ditentukan (nilai recovety).  Formasi batuan. Hasil pemboran berupa coring yang tidak maksimal dapat juga disebabkan oleh formasi batuan pada lokasi pemboran. Dimana lapisan seam batubara yang jelek akan sulit untut diperoleh dalam proses coring. Hasil coring batubara pada formasi yang jelek/tidak bagus akan memiliki kenampakan fisik yang hancur (broken core). Salah satu data penunjang yang dapat dijadikan parameter untuk mengetahui keadaan formasi batuan (baik atau tidaknya), yaitu data rekaman elektrik logging berupa log caliper., 2. Tahap Pengambilan/Perekaman Data Proses perekaman data yang dilakukan dalam tahapan eksplorasi terdiri dari dua tahap, yaitu perekaman data dengan menggunakan teknologi/komputerisasi, yaitu logging geofisika berupa electrical logging dan perekaman data secara manual berupa deskripsi lapangan serta pengambilan sampel/contoh batuan. 2.1 Electrical Logging Perekaman data secara manual kadang kala kelihatannya kurang akurat dikarenakan dalam kegiatan pemboran biasanya sering terjadi kesalahan - kesalahan yang disebabkan darl kesalahan teknik pemboran (adanya water lost, core lost, dan sebagainya) maupun disebabkan hal lainnya. Sedangkan data yang diperlukan memerlukan keakuratan yang baik untuk diijadikan data penunjang dalam evaluasi dan tahapan eksploitasi (penambangan). Sehingga untuk mengantisipasi hal-hal tersebut maka digunakanlah elektrik logging dalam perekaman data. Dengan metode geofisika tersebut pengambilan data lapangan bisa menjadi lebih akurat walaupun tidak secara detail, sebagai pendamping pelaksana kegiatan pemboran. Dengan metode Logging Geofisika Elektrik Logging seorang wellsite geologist dapat mengetahui dan memperoleh data - data sebagal berikut:  Jenis litologi, baik batubara maupun batuan pengapitnya.  Kedalaman dan ketebalan lapisan seam batubara.  Diameter lubang bor.  Lapisan pengotor (parting). Parameter yang digunakan dalam perekaman dan pengukuran data electric logging terdiri atas empat (4) parameter untuk pemboran dalam (deep drilling) yaitu: gamma ray, density, resistivity, dan caliper serta dua.(3) parameter untuk pemboran dangkal (shallow drilling) yaitu hanya gamma ray, density dan caliper.



1) Electric Logging Gamma Ray Elektrik logging ini berfungsi untuk menentukan lithologi batuan berdasarkan unsur radioaktif Shale dan batulempung (mudstone) mempunyal tingkat radioaktif yang tinggi dibanding batupasir (sandstone) dan batubara (coal). Untuk defleksi dari batuan lempung tersebut simpangan mengarah ke kanan dari diagram. Sedangkan batubara yang mempunyai tingkat radioaktif yang kecil maka arah dari defleksi simpangan mengarah ke kiri diagram. Adapun cara penentuan top dan bottom batubara untuk penentuan ketebalan nengacu pada BPB Company. Dimana dietapkan bahwa untuk perhitungan top batubara ditentukan 1/3 dari bagian atas garis kelurusan kurva yang menunjukkan perubahan perubahan lithologi dari batubara dengan lithologi lain di atasnya dan untuk perhitungan bottom batubara ditentukan 1/3 dari bagian atas garis kelurusan kurva yang menunjukkan perubahan lithologi dari batubara dengan lithologi lain di bawahnya. 2) Electric Loggin Defistly Electric logging density merupakan suatu pengukuran yang berfungsi untuk mengukur kerapatan elektron pada suatu lapisan batuan. Metode kerja dari elektrik logging ini didasarkan pada massa jenis dan sifat kerapatan yang dikandung oleh lapisan batuan, dimana batubara mempunyal massa jenis dan sifat (kerapatan) yang, besar dibandingkan dengan batuan lainnya sepert limestone, mudstone, dan sandstone. Untuk pernentuan top dan bottom batubara untuk mengukur ketebalan dari data density yaitu dengan cara menentukan 1/2 dari bagian atas garis kelurusan kurva yang menunjukan perubahan lithologi dari batubara dengan Ilithologi lain di atasnya (untuk perhitungan top batubara) dan 1/2 dari bagian atas garis kelurusan kurva yang menunjukkan perubahan lithologi dari batubara dengan lithologi lain di bawahnva (untuk bottom batubara). 3) Electric Logging Resistivity Electric logging resistivity didasarkan pada porositas dari tahanan jenis yang diselidiki. Untuk batuan dengan porositas tinggi akan mempunyai tahanan jenis rendah sebaliknya. Untuk batubara merupakan jenis batuan yang mempunyai porositas paling rendah dibandingkan dengan batuan yang lainnya, sehingga batubara mempunyai tahanan jenis yang tinggi. 4) Electric Logging Caliper Electric logging caliper adalah metode yang digunakan berdasarkan pada kekompakan batuan. Dengan electric logging caliper ini maka akan terlihat keadaan lubang hasil pemboran. Logging jenis ini dapat digunakan untuk-menentukan lithologi batuan berdasarkan kekerasan batuan. Dalam pengukuran dengan logging ini biasanya bersamaan dengan logging density. Untuk memperoleh data electrical logging yang akurat dibutuhkan peralatan electrical logging yang baik. Adapun peralatan yang digunakan dalam proses electrical logging antara lain: 1.



Geologger OYO 3030 mark 2 Suatu alat elektrik yang sebagai pengolah data yang diterima dari probe dan serba mengatur konfigurasi pengukuran, penyimpan data hasil pengidentifikasi formasi batuan oleh probe.



2.



Winch Berupa alat yang digunakan untuk menggulung kabel dan untuk penyambungan probe serta penghantar arus menuju probe (alat yang masuk ke dalamlubang bor yang mengandung sensor) dengan panjang kabel maksimal 300 m.



3.



Probe Salah satu komponen alat well logging yang terdiri dari bagian elektronik dan bagian sensor GW, Combination probe dengan kapasitas 200 K cps. a. Electronic : Digunakan untuk merubah data analog ke digital. b. sensor : Berfungsi untuk memancarkan energi keformasi batuan dan menerima kembali energi yang telah berinteraksi dengan formasi batuan.



4.



Baterai / ACCU Alat yang menyimpan arus listrik, digunakan untuk menghantar tenaga listrik pada alat logging yang lain.



5.



Radio Active Salah satu sumber energi yang digunakan untuk pengukur gamma dan density. Jenis radioaktif yang digunakan berupa cobal 66. Radio aktif ini dibawah tanganan BATAN (badan Tenaga Atom Nasional).



6.



Modul Salah satu bagian dari geologer yang berfungsiuntuk mengolah data yang diterima dari probe. Pelaksanaan kegiatan perekaman data electrical logging dilakukan setelah kegiatan pemboran dianggap selesai oleh seorang wellsite geologist. Seorang wellsite geologist bertanggung jawab dalam memutuskan apakah suatu titik bor sudah siap atau tidak untuk dilakukan proses perekaman electrical logging. Untuk melakukan proses perekaman data electrical logging, lubang bor harus dalam kondisi aman. Dimana kondisi lubang bor yang aman mencakup tidak adanya formasi batuan yang runtuh (collapse). Dalam proses perekaman data electrical logging, seorang wellsite geologist bertanggung jawab mengawasi secara keseluruhan proses logging. wellsite geologist berhak menghentikan proses logging, jika terjadi kondisi yang tidak aman dalam proses logging. Selain itu, wellsite geologist juga bertugas menentukan estimasi interval batubara (kedalaman dan ketebalan) dari hasil electrical logging. 1) Deskripsi Sampel Batuan Selain perekaman data secara komputerisasi seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka dalam tahapan perekaman data juga dilakukan secara manual. Dimana dalam hal ini, perekaman data secara manual tersebut berupa pendeskripsian pada contoh (sampel batuan). Perekaman data dengan sistem manual ini dilakukan secara langsung di lapangan. Adapun data-data yang direkam meliputi pendeskripsian sampel cutting pada open hole (pilot hole) drilling dan pendeskripsian sampel core/inti batuan (batubara dan nonbatubara) pada actual hole drilling. Pendeskripsian sampel cutting dan sampel corelinti batuan tersebut dilakukan sesuai aturan standar yang ditentukan oleh perusahaan. 2.2.1.Deskripsi Cutting



Pada pemboran open hole akan menghasilkan hancuran batuan dan lumpur yang terbawa keluar permukaan oleh air yang keluar dari lubang bor. Keluarnya air dari lubang bor tersebut dikarenakan adanya tekanan dari pompa air yang dialirkan menuju lubang bor sehingga kepingan-kepingan batuan terangkat ke permukaan. Apabila sampel cutting telah keluar, kemudian sampel cutting dimasukan ke dalam kantong sampel cutting dan se!anjutnya merupakan tanggung jawab wellsite geologist untuk melakukan pendeskripsian secara detail dan lengkap pada setiap perubahan litologi. Pendeskripsian cutting yang dilakukan wellsite geologist didasarkan atas parameter yang telah ditentukan atau berdasarkan standar yang ditentukan oleh perusahaan. Adapun parameter pendeskripsian yang biasa dilakukan oleh wellsite geologist pada tahap eksplorasi, yaitu:  Nama batuan.  Wama (color).  Ukuran butir (grain size).  Mineral penyusun  Kandungan mineral lain (pirite, resin, ferogeneous nodule, batubara) Berdasarkan parameter tersebut, seorang wellsite geologist dapat melakukan pendeskripsian cutting dengan baik dan benar. Berikut ini merupakan contoh pendeskripsian cuiting A. Soil 1) Color (wama) : Brown, Reddish brown, Yellowish brown 2) Features (kenampakan) : Sandy, Muddy B. Sandstone 1) Color (wama) : Gyrey dark grey, light grey 2) Grain size (ukuran butir) : Veryfine grain/sangat halus (1/16-1/8 mm) Fine grain / halus (1/8-1/4 mm) Medium grain / sedang (1/4-1/2 mm) Coarse grain / kasar (1/2-1 nun) Very coarse grain / sangat kasar (1 -2 mm) 3) Hardness (kekerasan) Hard, medium hard, soft (informasi dari driller) 4). Mineral : Quarts, calcite, jasper, mafic mineral and felsik mineral. C. Mudstone 1). Warna : grey, dark grey, light grey. 2). Hardness (kekerasan) : hard, medium hard, soft 2.2.2. Deskripsi Inti/Core Batuan Proses perekaman data dengan cara pendeskripsian contoh batuan yang berupa hancuran/cuttinq memiliki kekurangan - kekuranggan, sedangkan data yang dibutuhkan eksplorasi pemboran dilakukan perekaman atau pengambilan data inti/core batuan yang bertujuan untuk mendapatkan data yang Iebih akurat dan teliti. Dalam proses perekaman dan pengambilan inti/core batuan, wellsite geologist bertanggung jawab dan bertugas untuk melakukan pengawasan selama proses tersebut (proses corring) berlangsung dan juga yang paling utama, yaitu seorang wellsite geologist bertugas pula untuk memerikan atau mendeskripsi conto inti/core batuan yang akan diambil/direkam, baik conto inti batubara, maupun nonbatubara yang berada di atas dan di bawah batubara tersebut secara geologi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seorang wellsite geologist bertugas dalam memerikan Inti/core batuan pada setiap run: atau pada setiap penangkapan atau



pengambilan inti/core batuan yang kemudian dicatat dalam log bore. Dalam proses Pendeskripsian, digunakan parameter dan standar dalam memerikan inti batuan sesuai ketentuan dan kebutuhan perusahaan yang telah diatur sebelumnya. Adapun parameter yang digunakan seorang wellsite geologist dalam mendeskripsi inti/core batuan, yaitu :  Untuk deskripsi core non batubara: a) Nama batuan. b) Wama (color) c) Ukuran butir (grain size) d) Kekuatan (hardness) terbagi dari firm, friable, slightly. e) Struktur sediment (sediment structure) f) Kemiringan lapisan batuan (dip). g) Rekahan (cleat) terbagi atas rekahan vertikal and rekahan horisontal. h) Kandungan fosil (fossil containt) i) Kondisi core (solid, broken, very broken) j) Fragment/mineral penyusun k) Kandungan mineral lain (pyrite, resin, ferogeneous nodule, batubara).  Untuk deskripsi core batubara : a) Warna (color). b) Kilap ( brightness/luster). c) Wama gores (streak). d) Pecahan (fracture). e) Kondisi core (solid, broken, wry brokenlpowder). f).Kandungan mineral lain (pirite/resin). g) Sifat fisik lain : clay band, bone coal, weathered, clinker/bum. Berdasarkan parameter tersebut, seorang wellsite geologist dapat melakukan pendeskripsian inti/core batuan dengan baik dan benar. Berikut ini merupakan contoh pendeskripsian intilcore batuan. A. Coal 1) Color 2) Streak 3) Brightness 4) 5) 6) 7)



: Black, Brownish black. : Black, Brownish black, Brown. : Bright, bright with minor dull, bright and dull, dull with numerous bright, dull with minor bright dul. Fracture :Flattty, flatty subconcoidal, subconcoidal-concoidal, concoidal. Anotherfeatures : Ferrooencous nodule, sand nodule, clay nodule, bone coal, clav band Core condition : Solid, broken, very broken,powder, Mineral containt : Pyrite, resin. BRIGHTNESS Bright Coal (Vitrinite) Bright with minor dull bands Bright and.dull Dull with numerous bright bands Dull with m inot bright bands Dull Coal (Iriertinite)



COAL DESCRIPTION 90 to 100% 70 to 90% 50 to 70% 30 to 50% 10 to 30% 0 to 10%



Gambar Standart Of Coal Brightness B. Sandstone 1) Color



: Grey, Dark grey, Light grey, Yellowish, dan lainnya.



2) Grain size 3) Shape of size 4) Sorting 5) Sediment structure 6) Mineral 7) Sifa t 8) Anotherfeatures C. Mudstone 1) Colour 2) Hardness



: Fine sand (1/64 – 1/16 mm). Medium sand (1/16-1/2 mm). Coarse sand (1/2 - 2 mm). : Rounded, Subrounded Subangular, Angular. : Good, terpilah buruk. : Graded Bedding, paralel laminasi, wave lamiinasi, slump structur, convolute, load cast. : Quartz, Calsite, Jasper, Pyrite, dan lainnya. : Carbonaceous : Coal string, coal fragmen, ferrogeneous nodules, plant renmains, clay nodules, burrowed, bioturbation : Grey, Dark, grey, Ligh, grey, Yellowish grey. : Soft, Hard.



Berdasarkan hasil deskipsi cutting dan deskripsi inti/core (batuan batubara) yang dilakukan wellsite geologist, nantinya akan diperoleh kedalaman dan ketebalan lapisan seam batubara yang dicari. Hasil deskripsi tersebut dibandingkan dan dikorelasikan dengan data kedalaman serta ketebalan yarig diperoleh dari hasil perekaman electrical logging. Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh akurasi data kedalaman dan ketebalan lapisan seam batubara yang dicari. Setelah pendeskripsian inti/core batuan, seorang wellsite geologist akan melakukan pengukuran panjang inti/core batuan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan nilai recovery. Penentuan nilai recovery merupakan salah satu tugas penting dari wellsite geologist. Hal itu dikarenakan nilai recovery merupakan salah satu dasar atau parameter penting dalam penentuan apakah proses pemboran dan data hasil pemboran dapat digunakan atau tidak dalam proses evaluasi lanjut. Penentuan nilai recovery yang dilakukan pada kegiatan pemboran eksplorasi meliputi perhitungan core recovery dan coal recovery. Core recovery merupakan nilai perbandingan antara panjang coring yang dilakukan dengan panjang inti/core batuan yang diperoleh dalam sekali proses coring (satu run). Coal recovery merupakan nilai perbandingan antara panjang core. batubara yang diperoleh dengan tebal batubara berdasarkan hasil perekaman electrical logging. Standar penilaian yang digunakan untuk nilai recovery berkisar antara. 90 - 110 %. Berikut ini merupakan cara perhitungan core dan coal recovery :  Core Recovery Panjang core yang diperoleh Core Recovery Contoh:



=



x 100%.



Panjang core yang dilakukan Coring yang dilakukan = 150 cm Core yang diperoleh = 120 cm Core Recovery = (120/150)x100% = 80%.



 Coal Recovery Panjang core batubara yang diperoleh Coal Recovery



=



x 100%.



Tebal batubara berdasarkan E-Log Contoh :



Core batubara yang diperoleh = 190 cm Tebal batubara berdasarkan E-Log = 200 cm Core Recovery = (190/200)x100 % = 95%.



Pada suatu eksplorasi pemboran batubara kadangkala nilai recovery tidak mencapai 90 110 % atau tidak memenuhi standar yang telah ditentukan karena. adanya core yang hilang (core lost) yang dapat disebabkan oleh kelalaian operator bor (driller) atau karena kondisi fisik batuan yang rapuh (bridle) dan lapuk. Nilai recovery yang kurang dari 90 % atau lebih dari 110% dapat menyebabkan data kurang akurat. 2.3. Pengambilan Sampel Batuan (Sampling) Selain perekaman data dengan menggunakan metode electrical logging dan deskripsi conto batuan, seorang wellsite geologist juga bertanggung jawab dan bertugas mengambil sampel batuan (proses sampling). Sampel atau conto batuan yang diambil nantinya akan dianalisis secara kimia dan fisika di laboratorium dengan tujuan untuk mengetahui kadar air, nilai kalori, kadar suffur, kadar gas, kadar volatil, dan unsure lainnya yang terdapat dalam batubara yang berpengaruh terhadap kualitas batubara. Dalam proses pengambilan sampel batuan, seorang wellsite geologist harus dilengkapi dengan beberapa peralatan yang nantinya akan membantu dalam proses pengambilan sampel batuan. Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam proses pengambilan sampel batuan antara lain, yaitu :  Plasfik wrap, digunakan untuk membungkus sampel batubara. supaya terhindar dari kontaminasi dan cahaya matahari langsung.  Core box, digunakan untuk menyimpan inti/core batubara setelah dilepaskan dari split.  Alat tulis menulis.  Kartu sampel, digunakan sebagai keterangan di dalam plastik sampel.  Plastik sampel, digunakan untuk menyimpan sampel batubara.  Meteran, digunakan untuk mengukur inti/core.  Cutter, digunakan dalam proses deskripsi untuk memeriksa keadaan batubara.  Tali ikat, digunakan untuk mengikat plastik sampel.  Kamera digital, digunakan untuk perekaman gambar/foto sampel batubara. Sebelum seorang wellsite geologist melakukan proses pengambilan sampel batubara, terlebih dahulu dilakukan proses perekaman gambar/foto sampel batubara dengan menggunakan alat berupa kamera digital. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran keadaan sampel batuan di lapangan yang mencakup batuan pengapit, top dan bottom batubara serta lapisan pengotor (parting) pada sampel batubara. Adapun hal - hal yang harus diperhatikan dalam proses pengambilan foto/gambar batubara yang menjadi tugas dan tanggung jawab wellsite geologist antara lain, yaitu : 1) Arah kamera tidak melawan arah sinar matahari. 2) Core box berada di tempat yang cukup terang. 3) Core batubara tidak terbungkus plastik wrap. 4) Core batubara dalam keadaan tersusun rapih, roof dan floor diketahui.



5) Papan keterangan telah ditulisi lokasi area, nomor titik bor, tanggal pemotretan, nama seam, dan interval/kedalaman seam batubara. 6) Meletakkan pembanding dan keterangan lain di core box untuk bagian core yang ditonjolkan (posisi batas roof dan floor, parting, bone coal, core loss, dll). 7) Memastikan kembali hasil pemotretan sesuai dengan standar yang berlaku. Setelah proses perekaman gambar/foto sampel batubara dilakukan dengan benar sesuai ketentuan yang ada, maka seorang wellsite geologist dapat melakukan proses pengambilan/sampling batubara. Seorang wellsite geologist bertanggungjawab mengikuti prosedur sampling atau intruksi kerja yang telah diberikan, sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan dalam proses sampling. Adapun prosedur - prosedur atau tugas wellsite geologist dalam proses sampling batubara antara lain, yaitu: a) Tentukan roof dan floor batubara, parting, bone coal, dengan cara melihat wama, menggores permukaan core menggunakan cutter, dan membandingkan panjang dan kodisi core dengan E-logging. b) Ukur ketebalan batubara, parting, bone coal, dan lakukan pembagian ply by ply sample berdassarkan ketentuan atau sistematika sample yang ada. c) Tuliskan pada kartu sample : nomor sampel, lokasi pemboran, interval sample, nomor bag, remark (misal : sample lapuk, broken core, powder, bone coal, clay band, parting ikut disampel, core loss, dll). Masukan kartu sample ke dalam plastic d) Tuliskan pada kantong sampel : nomor sample, interval sample, tebal sample, dan urutan bag dari total jumlah bag. e) Masukkan sampel batubara dan kartu sampel ke dalam kantong sampel yang sesuai, ikat masing2 kantong sample dengan kuat. f) Satukan dan ikat semua kantong sample yang berisi ply by ply sample dari satu seam tersebut menjadi satu kesatuan. Kita ketahui bahwa wilayah eksplorasi/site batubara terdiri dari beberapa daerah dengan kondisi geologi yang berbeda-beda. Kondisi tersebut menyebabkan metode pengambilan/sampling batubara di setiap site memiliki metode sampling yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan kebutuhan data yang akan diambil. Berikut merupakan metode pengambilan sampel batubara di daerah/site ekplorasi yang berbeda. Tahap Pelaporan Data Setelah melakukan beberapa tahapan dari seluruh rangkaian tahapan eksplorasi maka tahapan akhir yang harus dilaksanakan oleh seorang wellsite geologist, yaitu tahapan pelaporan data. Tahap ini meliputi pelaporan dari seluruh eksplorasi, mulai dari tahap pemboran sampai dengan tahap pengambilan/perekaman data. Tahap pelaporan data ini nantinya akan menghasilkan suatu laporan. yang mencakup seluruh rangkaian pemboran eksplorasi pada suatu titik/lokasi bor. Dimana laporan tersebut selanjutnya diserahkan kepada supervisor lapangan yang bertanggung jawab atas keseluruhan pemboran di area tersebut. Seorang wellsite geologist bertanggung jawab penuh akan kesempumaan dan kelengkapari laporan yang akan dibuat. Oleh karena itu, tahapan-tahapan sebelumnya, berupa tahap pemboran dan tahap pengambilan data, harus dilaksanakan dengan baik. Adapun jenis laporan yang menjadi tanggung jawab seorang wellsite geologist untuk dikerjakan dan diselesaikan antara lain, yaitu:



1) Laporan Harian (Daily Report) Laporan harian ini merupakan laporan yang dikerjakan seorang wellsite geologist setiap harinva setelah selesai bertugas pada titik bor yang diawasinya. Secara umum laporan ini berisi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan proses atau aktivitas pemboran. Hal-hal yang harus dilaporkan dalam menulls laporan harian di antaranya yaitu:  Nomor titik bor yang diawasi.  Tanggal dan waktu shift kerja, biasanya terdiri dari dua shift yaitu shift siang dan malam.  Seam target pada lokasi/titik bor yang diawasi.  Nama operator bor (driller) yang bertugas di lokasi/titik bor yang di awasi.  Unit mesin bor yang digunakan.  Waktu dimulainya (start) pemboran dan waktu dihentikannya (finish) pemboran pada hari tersebut.  Kedalaman penetrasi pemboran pada proses open hole.  Interval dan tebal coring (apabila pada hari tersebut dilakukan proses coring).  Perhitung coal recovery pada setian run.  Interval dan tebal non coring.  Daftar nomor penyemplingan (apabila pada hari tersebut melakukan penyemplingan).  Setiap kegiatan laimya yang, terjadi yang berhubungar, diengan proses pemboran, seperti break time (istirahat), adanya masalah (trouble), adanya kecelakaan kerja (accident), dan lainnya.  We/lsite geologist yang bertugas yang disertakan dengan paraf. 2) Laporan Akhir Pemboran Laporan akhir pemboran dibuat apabila kegiatan di suatu titik pemboran telah selesai dilakukan. Pembuatan laporan akhir ini merupakan gabungan dari laporan-laporan harian yang telah dibuat. Laporan akhir pemboran ini terdiri dani log bore secara keseluruhan dan berita acara pemboran, A. Log Bore Log bore ini berisl deskripsi hasil pemboran secara keseluruhan baik dari pilot hole maupun dari actual hole. Laporan log bore ini dike~akan pada buku log bore yang tersedia dengan skala I : 1000. Dari laporan log bore ini diperoleh ketebalan dan kedalaman batubara serta kenampakan fisik lapisan. batubara dan juga lithologi yang mengapit batubara. B. Berita Acara Pemboran Pelaporan ini merupakan pelaporan paling akhir yang menandakan suatu titik/lokasi bor telah selesai. Hal-hal yang harus dicatat dalam berita acara pemboran yaitu:  Hari, tanggal, dan waktu pemboran.  Lokasi dan nomor titik bor.  Total kedalaman pemboran.  Interval batubara, terdiri dari kedalaman dan ketebalan batubara.  Total meteran coring.  Total core recovery.  Total meteran non coring.  Pemakaian polymer.  Waktu selesai melakukan pillot hole.  Waktu start dan finish melakukan electric logging.  Menulis nama wellsite yang disertakan dengan tanda tangan yang diketahui oleh seorang coordinator site



PERANAN SURVEYOR TOPOGRAFI DALAM KEGIATAN PEMBORAN BATUBARA Kebutuhan tenaga surveyor topografi dalam kegiatan pemboran eksplorasi batubara adalah untuk menentukan kepastian posisi titik-titik bor dalam sistem koordinat baku (koordinat UTM/nasional). Persyaratan keahlian yang harus dimiliki seorang surveyor topografi : 1. Mampu memahami tujuan kegiatan topografi terkait dengan kegiatan pemboran batubara 2. Mampu mengoperasionalkan alat ukur digital maupun manual seperti total station ataupun theodeolit. 3. Mengetahui konsep dasar dalam pembuatan peta. Termasuk pengetahuan tentang skala peta, sistem koordinat peta, sistem penghitungan data, sistem penggambaran peta. 4. Sistem penghitungan data yang dimaksud adalah sistem acuan dasar, jaringan titik kontrol baik dengan jaringan titik kontrol gps, titik kontrol poligon tertutup dan poligon cabang terbuka terikat sempurna, pengikatan koordinat detil titik bor dalam satu kesatuan koordinat peta. Metode pelaksanaan pengikatan titik bor sebagai berikut: 1. Pembuatan jaringan poligon tertutup terikat pada titik acuan, metode pengamatan dengan sistem seri rangkap bacaan sudut posisi teropong biasa dan luar biasa, pengambilan jarak ke muka dan ke belakang, tinggi instrumen maupun tinggi target diukur sampai ketelitian 1 milimeter. 2. Penempatan titik-titik poligon diusahakan pada posisi yang stabil dengan tanda patok yang jelas dan terawat. Rangkaian titik-titik poligon diusahakan distribusi merata mendekati sasaran titik bor yang akan diamat. Pengikatan rangkaian titik poligon mengacu pada 2 titik acuan. 3. Pengambilan detail titik bor dapat dilaksanakan menggunakan dua cara, pertama dengan melewatkan jalur poligon pada titik titik bor dan yang kedua dilakukan pengikatan titik bor dari jalur poligon terdekat.



PL.1 (X1,Y1,Z1)



BOR.1 (Xa,Ya,Za)



B0R.2 (X2,Y2,Z2)



PL.3 (X3,Y3,Z3)