Sulfonamida Dan Barbiturat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTIKUM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I REAKSI-REAKSI PENDAHULUAN GOLONGAN SULFONAMIDA DAN BARBITURAT Laporan ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas Paraktikum Kimia Farmasi Program Studi D3 Farmasi Akademi Farmasi Bumi Siliwangi



Disusun oleh: Shofian Habib Asrori NIM: 18197068



PROGRAM STUDI D3 FARMASI AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI BANDUNG 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Praktikum Megetahui dan memahami cara mengidentifikasi senyawa golongan sulfonamida dan barbiturat 1.2. Prinsip Dasar 1. Golongan sulfonamida Golongan sulnonamida adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi seperti pada struktur berikut:



Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan sulfonamida: Pengkopelan dengan reagensia p-DAB menghasilkan endapan dengan spektrum warna kuning hingga merah. 2. Golongan barbiturat Asam barbiturate adalah senyawa yang mengandung gugus fungsi urea sebagai berikut:



Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan barbiturat: Pembentukan komplek berwarna dengan reagensia parri. Caranya, zat harus bebas air, diatas kertas saring, tambahkan pereaksi parri (larutan kobal nitrat dalam alkohol), paparkan kertas saring diatas uap amonia.



BAB II TEORI DASAR Sulfonamida merupakan kemoterapeutik pertama yang efektif pada terapi penyakit sistemik.Sekarang, penggunaannya terdesak oleh kemoterapeutik lain yang lebih efektif dan kurang toksik. Banyak organisme yang menjadi resisten terhadap sulfonamida.Penggunaannya meningkat kembali sejak ditemukan kotrimoksazol yaitu kombinasi trimetoprim dengan sulfametoksazol. Sulfonamida pertama diisolasi dari senyawa tar batubara analin, tahun 1900 an, digunakan pertama untuk mengatasi infeksi kokus tahun 1935. Tidak termasuk antibiotik karena tidak dihasilkan dari substnsi biologis.Khasiat bakteriostatik melalui hambatan sintesis asam folat atau PGA bakteri.Saat ini penggunaannya sudah banyak yang tergeser untuk infeksi saluran kemih.Tak efektif untuk jamur dan virus. Dalam kimia, gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2, sebuah gugus sulfonat yang berikatan dengan amina. Senyawa sulfonamida adalah senyawa yang mengandung gugus tersebut. Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina.Dalam kedokteran, istilah “sulfonamida” kadang-kadang dijadikan sinonim untuk obat sulfa, yang merupakan turunan sulfanilamida.Infeksi saluran kemih (ISK) hampir selalu diakibatkan oleh bakteri aerob dari flora usus. Penyebab infeksi bagian bawah atau cystitis ( radang kandung) adalah pertama kuman gram negatif. Pada umumnya, seseorang dianggap menderita ISK bila terdapat lebih dari 100.000 kuman dalam 1 ml urin. Sulfonamida berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida. Sulfonamida bersifat mikrobiostatik untuk sejumlah besar bakteri gram positif dan gram negatif, dan berbagai protozoa (seperti coccidia, Plasmodium



spp).Sulfonamida digunakan biasanya dengan kombinasi agen kemoterapi lainnya untuk merawat infeksi saluran kencing, malaria, coccidiosis. Sulfonamida bertindak sebagai analog struktural dari asam p-aminobenzoik (PABA), yang menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam sintesis asam folat.Organisme yang membuat sendiri asam folatnya dan tidak dapat memakai pasokan eksogen dari vitamin menjadi sensitif terhadap sulfonamida, karena selnya dapat menyerap obat ini, sementara organisme yang memerlukan asam folat eksogen untuk pertumbuhannya tidak sensitif.Penundaan periode beberapa generasi terjadi antara paparan sel yang sensitif pada sulfonamida dan penghambatan pertumbuhan; pada saat ini sel menghabiskan pasokan asam folat endogen yang telah dibuat sebelumnya.Efek penundaan ini memungkinkan sulfonamida dipakai bersama dengan antibiotik (misalnya penisilin) yang hanya aktif terhadap organisme yang tumbuh. Efek penghambat sulfonamida dapat dinetralkan dengan memasok sel dengan metabolit yang normalnya membutuhkan asam folat untuk sintesisnya (misalnya purin, asam amino tertentu); zat demikian dapat hadir misalnya dalam pus, sehingga sulfonamida menjadi tidak efektif dalam perawatan infeksi suppuratif tertentu.Bakteri yang siap mengembangkan resistansi pada sulfonamida, seperti modifikasi Streptococcus pneumoniae yang dihasilkan lewat mutasi satu langkah pada sintetase asam dihidropteroik dapat mengurangi afinitas enzim sulfonamida tanpa mengurangi afinitasnya pada PABA.Hambatan dari plasmid juga muncul dan dapat terlibat, misalnya plasmid tersandi sintase asam dihidropteroik resistan sulfonamida. Struktur senyawaan sulfonamide. Barbiturat



merupakan



derivat



asam



barbiturat



(2,4,6-trioksoheksa-



hidropirimidin). Asam Barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi SSP, efek hipnotik-sedatif dan efek lainnya ditimbulkan bila posisi 5 ada gugusan alkil atau aril. Efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hypnosis, berbagai tingkat anesthesia, koma, sampai kematian. Barbiturat tidak dapat mengurangi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran, dan dosis kecil barbiturat dapat meningkatkan reaksi terhadap rangsangan nyeri.



Pada beberapa individu, dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa sakit, barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan (Gunawan, 2009). Barbiturat tidak mengurangi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran dan dosis kecil barbiturat dapat meningkatkan raeksi terhadapa rangsangan nyeri. Pada beberapa individu, dan dalam keadaan tertentu, misalnya ada rasa sakit, barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan (Ganiswara, 1995) Barbiturat: Fenobarbital, Butobarbital, Siklobarb dll. Penggunaannya sebagai sedative-hipnotika kini praktis sudah ditinggalkan berhubung adanya zat-zat benzodiazepine yang jauh lebih aman. Dewasa ini hanya beberapa barbiturat masih digunakan untuk indikasi tertentu, misalnya fenobarb, dan mefobarb sebagai anti-epileptika dan pentotal sebagai anestetikum (Tjay Hoan, 2007).



BAB III METEDOLOGI PERCOBAAN 3.1.



Alat dan Bahan 1. Pelat tetes 2. Tabung reaksi 3. Penjepit kayu 4. Pembakar bunsen 5. Kertas saring 6. Sampel barbital



3.2.



Prosedur Praktikum 1. Barbital a. Masukkan asam sulfat pekat melalui dinding tabung sebanyak 2 tetes, tambahkan ɑ naftol secukupnya b. Tambahkan koppayl zwikker (kobalt nitrat + etanol dengan perbandingan 1:1) c. Tambahkan merkuri nitrat d. Buat kristal aseton air



BAB IV No Reagensia 1 S + H2SO4 pekat + α naftol



gambar



Pengamatan larutan putih susu



2



S + Koppayl Zwikker (cobal nitrat + etanol)



Larutan berwarna keunguan



3



S + Hg(NO3)2



Larutan berwarna putih susu



4



1. S + aseton



larutan endapan putih



2. Endapan diamati



Kristal berbentuk jarum panjang



HASIL PENGAMATAN REAKSI Barbiturat + H2SO4 pekat + α naftol O O



NH



H3C



O + H2SO4 pekat + α naftol



H3C



O



H3C



O + SO4



NH



O H5C3



NH NH



NH



NH



(Kelly, 2009)



H5C3



BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 5.1.



Pembahasan Pada pengujian barbital dilakukan empat percobaan. Percobaan pertama



dilakukan dengan penambahan reagensia asam sulfat pekat dan ditambahkan ɑ naftol, percobaan kedua adalah dengan penambahan koppayl zwikker, percobaan ketiga dengan merkuri nitrat dan pada percobaan keempat adalah pengamatan kristalnya. Pada penambahan reagensia asam sulfat pekat sebanyak dua tetes lalu ditambahkan ɑ naftol menghasilkan larutan dengan endapan berwarna putih. Setelah penambahan kopayyi zwikker terbentuk larutan keunguan karena SO 2NH yang menyebabkan terjadinya perubahan warna yang positif pada reagen kopayyi zwikker. Pada saat penambahan merkuri nitrat larutan menghasilkan warna putih susu dan saat pengamatan kristal, dilakukan reaksi kristal aseton air yang dilakukan dengan cara barbital ditetesi beberapa tetes aseton lalu ditetesi air. Aseton menguap dan sampel kembali menjadi kristal yang selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop. Hasil yang diperoleh adalah kristal barbital yang menjarum panjang. 5.2.



Kesimpulan Salah satu bentuk identifikasi senyawa yang dapat diterapkan untuk semua



senyawa yaitu pengamatan bentuk Kristal. Pengamatana ini baik digunakan untuk identifikasi karena setiap senyawa memiliki bentuk Kristal yang berbeda-beda. DAFTAR PUSTAKA Ganiswara. 1995. “ Farmakologi dan Terapi”. Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta. Kelly, W.N. 2009. Pharmacy: What It Is and How It Works. New york: CRC press. Rindita. 2015. laporan analisis instrumen



https://www.academia.edu/23028453/LAPORAN_AKHIR_PRAKTIKUM_ANALISIS_INSTR UMEN ( 26 November 2019 )