Ta Manajemen Stress [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUGAS AKHIR MANAJEMEN STRES Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Manajemen Stres Dosen pengampu : Fajar Kawuryan, S.Psi., M.Si.



Oleh : Laila Nafi’ah 201960087 6-B



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS JUNI 2022



BAB I



A. Identitas Subjek Nama Alamat Jenis kelamin Usia Pendidikan terakhir Pekerjaan subjek



: PMCA : Tlogowungu, Pati : Perempuan : 22 tahun : SMA : Tidak Bekerja



B. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2018 subjek lulus sekolah SMA di salah satu sekolah swasta di Kabupaten Pati. Subjek adalah perempuan 4 bersaudara dan subjek merupakan anak ketiga. Setelah lulus, subjek melanjutkan keinginan orangtua untuk mondok di salah satu pesantren di Solo. Tetapi hanya bertaha 5 bulan saja, subjek memutuskan untuk keluar dari pondok karena subjek merasa tertekan. Subjek sebenarnya ingin melanjutkan kuliah saja, tetapi subjek merasa kasihan pada orangtuanya. Selama subjek memutuskan untuk keluar dari pondok pesantren, setelahnya subjek hanya dirumah saja bersama dengan nenek dan adiknya saja, karena orangtuanya meratau ke Jakarta. Berkali-kali subjek mencoba untuk bekerja tapi subjek selalu merasa tidak betah dan resign. Subjek adalah tipikal orang yang sedikit sulit untuk beradaptasi dengan orang baru, hal itu yang membuat subjek kesulitan untuk dapat bertahan di dalam pekerjaannya. Disisi lain memang kedua orangtua subjek yang tidak mengizinkan subjek bekerja dengan alasan subjek adalah seorang anak perempuan satusatunya, untuk itu orangtua subjek menginginkan agar subjek dirumah saja, mengurus nenek dan adiknya dirumah. Subjek merasa bosan dengan kegiatan dan hidupnya yang begitubegitu saja, sampai pada akhirnya pada tahun 2021, orangtua subjek



berniat menjodohkan subjek dengan seorang lelaki, namun karena subjek sudah memiliki seorang kekasih, subjek menolak perjodohan tersebut yang membuat hubungan dengan kedua orangtua nya sempat tidak baik, namun semakin



lama



subjek



mencoba



menjelaskan



alasannya



menolak



perjodohan tersebut sampai akhirnya orangtua subjek mengerti. Tahun 2022, dalam cerita yang di ceritakan oleh subjek, subjek menginginkan kejelasan terhadap hubungannya dengan kekasihnya, namun



karena



kekasihnya



masih



menempuh



pendidikan



kuliah,



kekasihnya tidak menyanggupi permintaan subjek, di tambah lagi subjek sangat merasa bosan dengan hidupnya, subjek merasa ia di anak tirikan oleh kedua orangtuanya, karena subjek harus terus selalu mengalah dengan adik dan kedua kakaknya. Subjek merasa tidak ada yang mengerti dengan perasaanya, subjek juga mengatakan bahwa subjek sering menangis dan ketakutan dengan masa depannya. Subjek menjadi susah tidur karena sering memendam kekecewaan sendirian.



BAB II Landasan Teori A. Stres dan Stressor 1.



Definisi Stres dan Stressor Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa stres adalah hubungan antara individu dengan lingkungannya yang dievaluasi oleh seseorang sebagai tuntutan atau ketidakmampuan dalam mengahadapi situasi yang membahayakan atau meng- ancam kesehatan. Stres menurut Hans Selye dalam Sary (2015) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental/beban kehhidupan (Priyoto, 2014). Berdasarkan dari beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan kondisi seseorang mengalami tekanan atau gangguan baik fisik maupun psikologis yang disebabkan oleh adanya tuntutan dari diri sendiri maupun dari faktor luar.



2.



Sumber dan Gejala Stres Gaol (2016) sumber stres dikenal dengan istilah “stressor”. Sebenarnya,



stressor



hanya



memberikan



rangsangan



dan



mendorong sehingga terjadi stres pada seseorang. Stressor atau sumber stres merupakan segala sesuatu yang menyebabkan orang mengalami stres, dimana stres dapat mempengaruhi perilaku kondisi psikologis Stressor berperan sebagai pemicu stres pada individu. Sumber stres (stressor) dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu (1) life events (peristiwa- peristiwa kehidupan), (2) chronic strain (ketegangan kronis), dan (3) daily hassles



(permasalahan-permasalahan sehari-hari). Sumber stres itu sendiri terjadi karena adanya tuntutan-tuntutan untuk mencapai target yang cukup berat dan waktu yang mendesak. Setiap individu mempunyai reaksi yang berbeda terhadap jenis stres, dalam kenyataannya stres menyebabkan sebagian individu menjadi putus asa tetapi bagi individu lain justru dapat menjadi dorongan baginya untuk lebih baik (Gaol, 2016). Posen (Patimah, 2016), menyebutkan tentang beberapa gejala umum dari stres yang diwujudkan dalam berbagai bentuk namun dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yakni: 1. Fisik (physical). Hal ini contohnya ditunjukkan oleh timbulnya kelelahan badan, sakit kepala, sulit tidur dan lain-lain. 2. Mental/Kejiwaan (mental). Hal ini contohnya ditunjukkan oleh menurunnya konsentrasi dan ingatan, kebingungan, hilangnya rasa humor, bimbang dan lain-lain. 3. Emosional (emotional). Hal ini contohnya ditunjukkan oleh rasa gelisah, depresi dan timbulnya rasa tegang, frustasi, ketakutan dan lain-lain 4. Perilaku (behavioral). Hal ini contohnya ditunjukkan oleh tindakan makan, minum atau merokok yang berlebihan, menangis dan menyalahkan orang lain. B. Faktor Penyebab Stres dan Akibat Stres Patimah (2016) beberapa penyebab dari stres yang disebut stressor atau pemicu (triggers) yang bersifat internal dan eksternal. Kedua jenis penyebab stres tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Penyebab internal (internal stressors) meliputi: pilihan gaya hidup, pemikiran yang negatif seperti pemikiran yang pesimistik dan analis yang berlebihan, perangkap jebakan pemikiran individu seperti harapan yang tidak realistik, egois dan selalu membesar-



besarkan sesuatu, sifat kepribadian yang penuh stres seperti kepribadian Tipe A, perfeksionis, workaholic.



2. Penyebab eksternal (eksternal stressors) meliputi: lingkungan fisik seperti cuaca, cahaya dan suhu, interaksi sosial, lingkungan organisasi seperti peraturan organisasi, kejadian dalam kehidupan manusia. Rochmawati (2014) dampak stress dibedakan dalam 3 kategori, yaitu dampak fisiologik, dampak psikologik dan dampak perilaku. 1. Dampak Fisiologik. Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti, cardiovasculer dan hypertensi. Secara jelas dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 2.



Dampak Psikologik : a. Keletihan emosi, jenuh, kelelahan dalam aktifitas yang memerlukan energi. b.



Terjadi



‘depersonalisasi’,



dalam



keadaan



stress



yang



berkepanjangan, adanya keletihan emosi, dapat menyebabkan yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ daripada sebagai ‘seseorang’ c.



Penurunan



pencapaian



pribadi,



sehingga



menyebabkan



penurunan kemampuan dan keberhasilan. 3.



Dampak Perilaku. Ketika stress menjadi distress, prestasi/kualitas



kerja menurun dan sering terjadi tingkah laku menyimpang yang tidak diterima oleh masyarakat. Tingkat stress yang cukup tinggi berdampak



negatif



pada



kemampuan



menerima informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.



C. Manajemen Stress Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno m ménagement, yang memiliki



arti



seni



melaksanakan



dan



mengatur.



Karenanya,



manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian yang ada memberi tuntutan yang berlebihan. Tidak ada seorang pun yang bisa menghindarkan diri dari stres. Namun, stres bisa dikelola sehingga justru mendatangkan nilai positif bagi seseorang. Stres tidak boleh dihilangkan sama sekali karena dia membantu kelangsungan hidup dan memberikan dinamika hidup (Patimah, 2016). Salah satu bentuk manajemen stress adalah strategi coping. Strategi coping merujuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Strategi Coping Coping dibagi menjadi 2 jenis yaitu Problem focused coping (PFC) dan Emotion focused coping (EFC). Bishop (Bachtiar dan Asriani 2015) menyatakan bahwa Problem focused coping adalah usaha untuk merubah situasi, sasaran atau tujuan dengan cara merubah sesuatu dari lingkungan tersebut atau bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Istono (Bachtiar dan Asriani 2015) menjelaskan bahwa Emotion focused coping merupakan strategi untuk meredakan emosi individu yang ditimbulkan oleh stressor (sumber stres), tanpa berusaha



untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stres secara langsung. Pada implementasi problem focused coping atau PFC, teknik yang dapat dilakukan antara lain berupa : a. Menghadapi masalah secara aktif, yaitu proses menggunakan strategi untuk



mencoba menghilangkan stressor.



b. Perencanaan, adalah berpikir mengenai bagaimana menghadapi stresor. c.Mengurangi



aktifitas-aktifitas



persaingan



yaitu



individu



mengurangi keterlibatan dalam aktifitas yang menimbulkan persaingan sebagai cara untuk dapat lebih fokus pada masalah yang dihadapinya. d. Pengendalian, yaitu menunggu kesempatan yang tepat untuk bertindak, menahan diri, dan tidak bertindak secara gegabah. e. Mencari dukungan sosial karena alasan



instrumental, yaitu



mencari nasihat, bantuan atau informasi. Bentuk strategi coping Emotion focused coping (EFC) adalah: 1) Pelarian diri adalah individu berusaha untuk menghindarkan diri dari



pemecahan masalah yang sedang dihadapi, 2) Penyalahan diri adalah individu selalu menyalahkan dirinya



sendiri dan



menghukum diri sendiri serta menyesali yang telah terjadi,



3) Minimalisasi adalah individu menolak masalah yang ada dengan cara menganggap seolah-olah tidak ada masalah, bersikap pasrah, dan acuh tak acuh terhadap lingkungan, 4) Pencarian makna adalah individu menghadapi masalah yang mengandung stres dengan mencari arti kegagalan bagi dirinya sertamelihat segi-



segi



yang



penting dalam hidupnya.



BAB III Metodologi Berdasarkan latar belakang masalah yang dialami subjek dan landasan teori yang telah dijelaskan di atas, penulis memutuskan untuk melakukan



intervensi kepada subjek dengan memberikan subjek beberapa treatmen sebagai bentuk manajemen stress untuk mengurangi dan mengatasi stres yang dialami oleh subjek. Intervensi tersebut terbagi menjadi 4 macam, meliputi manajemen fisik, manajemen psikologis, manajemen sosial, dan manajemen spiritual. a. Manajemen Fisik Manajemen fisik merupakan upaya untuk mencegah, mengelola, dan menangani stress dengan cara melakukan kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas fisik : seperti menjaga pola makan, mengonsumsi vitamin dan suplemen kesehatan, rutin olahraga, jalan santai, istirahat yang cukup, menjaga pola tidur, dan lain sebagainya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memberikan treatment manajemen fisik kepada subjek berupa olahraga jogging di pagi hari.hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi tingkat cemas/stress yang selama ini sangat mengganggu aktivitasnya. Tahapan intervensi manajemen fisk berupa olahraga jogging yang diberikan kepada subjek yaitu : 1) Mula-mula penekliti mendampingi subjek melakukan pemanasan dan pendinginan selama 5 menit untuk menghindari cidera dan kram otot sebelum melakukan jogging. 2) Selanjutnya peneliti menuntun subjek melakukan rileksasi berupa olah napas agar mengurangi ketegangan syaraf dan otot. 3) Setelah itu melakukan jogging selama 15 menit dengan berlari-lari kecil di sekitar gang rumah rubjek 4) Tahap selanjutnya adalah melakukan sharing tentang manfaat olahraga dan kesehatan fisik dalam mengelola stres 5) Terakhir, melakukan evaluasi terhadap treatment manjemen fisik yang diberikan kepada subjek



b. Manajemen Psikologis Manajemen psikologis merupakan upaya mencegah, mengelola, dan menangani perasaan cemas atau stress yang berfokus pada pemulihan psikis, seperti memberikan motivasi, semangat serta pandangan positif kepada seseorang yang sedang menghadapi masalah. keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helpless) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe problem solving focused coping (Patimah, 2016). Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti juga memberikan treatment manajemen psikologis kepada subjek berupa meditasi dan sesi curhat untuk menunjang proses pemulihan akan kondisi psikisnya yang kurang baik. Tahapan intervensi manajemen psikologis berupa meditasi dan sesi curhat yang diberikan kepada subjek yaitu : 1) Mula-mula peneliti menyiapkan alas duduk sebagai persiapan sebelum melangsungkan meditasi. 2) Selanjutnya peneliti memutar musik instrumen piano dari HP untuk



memperoleh



suasana



tenang



dan



nyaman



saat



melangsungkan meditasi. 3) Setelah semuanya siap, peneliti menuntun subjek untuk melakukan meditasi selama 5 menit. Selama melangsungkan proses meditasi peneliti menuntun subjek untuk mleluapkan semua perasaan dan keluh kesah yang selama ini ditahan. 4) Setelah sesi meditasi berakhir peneliti dan subjek berisitirahat selama 3 menit, dan setelahnya dilanjutkan sesi curhat mengenai bagaiamana perasaan subjek setelah melakukan meditasi, apakah masih ada perasaan yang mengganjal atau tidak,



5) Tahap selanjutnya adalah melakukan sharing tentang manfaat meditasi dan sesi curhat yang dilakukan dan pengaruhnya dalam mengurangi stress. 6) Sesi meditasi dan curhat diakhiri dengan melakukan evaluasi terhadap treatment manajemen psikologis yang diberikan kepada subjek. c. Manajemen Sosial Manajemen sosial merupakan upaya mencegah, mengelola, dan menangani perasaan cemas/stress yang ada dalam diri seseorang dengan cara memperoleh dukungan secara moril dari orang-orang disekitarnya, seperti keluarga, sahabat teman, dan masyarakat. Dukungan sosial dapat meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya (Patimah, 2016). Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti selain memberikan treatment manajemen fisik dan psikologis, juga memberikan treatment sosial kepada subjek dengan cara memberikan pengertian kepada keluarga subjek bahwa dukungan, semangat, perhatian, dan pengertian dari keluarga sangat berpengaruh besar pada proses pemulihan subjek dalam mengahadapi dan mencapai penerimaan dirinya akan masalah yang dihadapi. Tahapan intervensi manajemen sosial berupa sosialisasi pentingnya dukungan sosial yang diberikan kepada ibu subjek yaitu : 1) Mula-mula peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan apa maksud dan tujuan yang ingin disampaikan. 2) Selanjutnya peneliti memberikan sosialisasi tentang pentingnya dukungan sosial dari keluarga terhadap proses pemulihan psikis subjek dengan cara sharing ringan seputar cara memberikan



perhatian, pengertian, dan pemahaman, support atas masalah yang dihadapi subjek. 3) Terakhir peneliti meminta agar orang tua subjek dapat bekerja sama membantu proses pemulihan subjek dengan cara terus memberikan support dan pengertian terhadap subjek d. Manajemen Spiritual Manajemen spiritual merupakan upaya mencegah, mengelola, dan mengatasi perasaan cemas/stress dengan cara melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pencarian makna hidup dan hubungannya dengan Ketuhanan. Mitroff dan Denton (Aditama, 2017) mendefinisikan spiritualitas sebagai keinginan dasar untuk menemkukan makna dan tujuan dalam kehidupan seseorang dan untuk menjalani kehidupan yang reintegrasi. Spiritualitas mencakup segala bentuk amal atau nilai-nilai kebaikan, lebih luas daripada religiusitas, sebab tidak mencakup agama tertentu akan tapi merupakan suatu hal yang lebih tinggi maknanya meliputi seluruh agama, golongan ataupun sistem kepercayaan apapun. Aditama (2017) dalam hasil penelitiannya diketahui bahwa semakin tinggi spiritualitas maka semakin rendah stres pada diri individu, sebaliknya semakin rendah spiritualitas maka semakin tinggi stres pada diri individu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memberikan treatment terakhir berupa treatment spiritual kepada subjek dengan tujuan subjek secara perlahan-lahan dapat menerima peristiwa yang menimpanya sebagai sebuah proses yang harus dilewati dalam kehidupan, karena sejatinya segala sesuatu dapat terjadi atas kehendak Tuhan. Sehingga kita sebagai manusia alangkah baiknya dapat mengambil hikmah dan pelajaran atas ketetapan-Nya dan menjadikan hal tersebut sebagai sebuah pengalaman untuk pedoman hidup yang lebih lagi.



Tahapan intervensi manajemen spiritual berupa tugas menulis jurnal hikmah yang diberikan subjek, yaitu : 1) Mula-mula peneliti menjelaskan tentang apa itu jurnal hikmah beserta manfaatnya kepada subjek. 2) Setelah itu peneliti sharing mengenai pengalaman hidup, hikmah yang ada di dalamnya, keajaiban bersyukur, dan dahsyatnya kekuatan pemaafan diri, penerimaan diri, serta perasaan ikhlas dan berserah atas kehendak Tuhan. 3) Selanjutnya peneliti menjelaskan bagaimana cara mengisi tugas jurnal hikmah. 4) Kolom jurnal hikmah yang harus diisi oleh subjek meliputi : a) hikmah apa yang bisa dipetik oleh subjek atas permasalahan yang dihadapi, b) bagaimana subjek memandang peran Tuhan dalam masalah yang dihadapinya, dan c) apa upaya yang akan subjek lakukan sebagai bentuk syukur atas hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari permasalahannya.



BAB IV Pelaksanaan dan Pembahasan Berdasarkan hasil rancangan metodologi yang telah dibuat oleh peneliti, maka peneliti memutuskan untuk melaksanakan program treatment selama 4 hari, yaitu dimulai dari tanggal 17-20 Juni 2021.



Urutan pelaksanaan treatment manajemen stres yang diberikan kepada subjek adalah manajemen sosial, manajemen fisik, manajemen psikologis, dan manajemen spiritual. Treatment dilakukan sebanyak 5 kali yaitu dengan pembagian berupa : 1 kali treament manajemen sosial, 1 kali treatment manajemen fsisk, 2 kali treatment manajemen psikologis, dan 1 kali treatment manajemen spiritual. Pelaksanaan dan hasil dari 5 kali treatment yang dilakukan selama 4 hari (17-20 Juni 2021) dapat dilihat pada tabel berikut : No . 1.



Hari/Tanggal



2.



Kamis/17-0621



Kamis/17-0621



Treatmen Jenis keManajemen 1 (Pretest)



1



Sosial



Proses 1. Sebelumnya peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada ibu subjek, memberitahukan apa maksud dan tujuan yang akan peneliti langsungkan. 2. Selanjutnya peneliti memberikan lembar pretes berupa alat ukur kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) untuk diisi oleh subjek. 3. Subjek menyerahkan kembali lembar pretes kepada peneliti. 4. Ketentuan hasil skor alat ukur tingkat kecemasan SAS berupa : a. Skor 24-44 (kecemasan ringan) b. Skor 45-59 (kcemasan sedang) c. Skor 60-80 (kecemasan berat) 1. Manajemen sosial merupakan treatment pertama yang peneliti lakukan. Treatment ini berupa sosialisasi kepada ibu subjek tentang pentingnya memebrikan dukungan sosial kepada subjek, berupa perhatian, pengertian, pemahaman, serta pemakluman atas kondisi psikis yang menimpa subjek



Hasil



Diperoleh hasil pretest sebesar yang artinya tin kecemasan/stres su termasuk d kategori kecem berat



Berdasarkan keterangan dari su dirinya merasa terh dan sangat bahagia ibunnya memeluk Subjek merasa perasaan damai y dan tenang y menyelimuti diri Subjek menambahkan ba



3.



Jumat/18-06-21 (pagi)



2



Fisik



saat ini. 2. Selanjutnya peneliti meminta ibu subjek untuk memeluk subjek sembari meyakinkan bahwa dirinya akan selalu mendukung penuh proses pemulihan pada putri bungsunya itu. 3. Peneliti memberikan arahan kepada ibu subjek untuk setiap harinya bisa melakukan obrolan ringan, serta meananyakan bagaiman kondisi atau perasaan subjek saat ini. 4. Peneliti menjelaskan bahwa kerja sama antara dirinya dan keluarga subjek merupakan bentuk dukungan sosial yang dapat memberikan pengaruh signifikan pada rasa nyaman serta aman dalam diri subjek agar dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya kembali seperti sedia kala. 1. Manajemen ini berupa olahraga jogging di pagi hari. Pada hari jumat, 18 Juni 2021 pukul 07.00-07.40 WIB. Peneliti mengajak subjek untuk melakukan pemanasan, pendinginan, kemudian olahraga jogging (lari-lari kecil) di sekitar gang rumah subjek. 2. Subjek awalnya terlihat malu-mallu, karena sebelumnya tidak pernah melakukan olahraga sehariharinya. 3. Subjek mengikuti instruksi dan gerakan pemanasan dan pendinginan yang dicontohkan oleh peneliti dengan seksama dan kemudian mengiktinya.



dia akan beru semaksimal mun untuk bisa me percaya diri menjalani akti seperti sedia kala ini karena dari l hatinya yang terd subjek merasa tega melihat k orang tuanya s akibat kondisinya down saat ini.



Berdasarkan keterangan disampaikan subjek, me olahraga ini dir memeperoleh beb manfaat yaitu tubuhnya terasa l segar, seperti mu semangat untuk bisa pulih kembali tidak terlalu me cemas dan terte terakhir su menambhkan ba ada rasa takut malu yang m berkurang ka ternyata tetangg justru senang k dapat melihat su



4.



Jumat/18-06-21 (sore)



3



Psikologis



4. Sesekali peneliti dan subjek berisitirahat dan melakukan olah napas agar tubuh dan pikiran kembali rileks. 5. Jogging berlangsung selama 15 menit. 6. Peneliti dan subjek melakukan sharing dan evaluasi terkait treatment kedua yang dilakukan. 1. Manajemen ini merupakan treatment ketiga berupa meditasi dan sesi curhat. Berlangsung pada hari jumat, 18 Juni 2021 Pukul 16.3017.10 WIB. 2. Sesi pertama adalah sesi meditasi, yang dilakukan di halaman depan rumah subjek. Meditasi dilakukan 2 kali dengan durasi waktu masingmasing 5 menit. 3. Meditasi pertama bertujuan untuk meluapkan segala emosi yang selama ini masih dipendam subjek. Peneliti menyiapkan tempat yang nyaman dan memutar instrumen musik piano untuk menunjang suasana yang tenang agar subjek bisa fokus dan rileks melepaskan emosi negatifnya. 4. Setelah selesai sesi meditasi pertama, peneliti mengajak subjek untuk melangsungkan sesi curhat selama 25 menit. Subjek bebas melupkan keluh kesah dan persaannya kepada peneliti. 5. Meditasi kedua dilakukan berselang 25 menit stelah sesi curhat. Meditasi keuda bertujuan agar subjek mampu pelan-pelan menerima segala peristiwa mengecewakan



mulai kembali.



berakti



berdasarkan ketera yang disampaikan subjek, dirinya me sangat lega pikirannya men lebih ringan set melangsungkan meditasi dan cur Rasa sesak selama ini diras dalam dada subjek seperti berku Subjek terlihat se dan bersemangat u melanjutkan treat selanjutnya.



dalam hidupnya 6. Terakhir, peneliti dan subjek melakukan sharing dan evaluasi terkait treatment ketiga yang dilangsungkan. 5.



Sabtu/19-06-21



4



Psikologis



6.



Minggu/20-0621



5



Spiritual



1. Treatment keempat ini dilangsungkan pada hari sabtu, 19 Juni 2021 pukul 06.00-06.30 2. Pada treatment manajemen psikologis yang kedua ini hanya dilangsungkan satu kali sesi yaitu sesi meditasi. 3. Sesi meditasi berlangsung selama 10 menit. Peneliti memutarkan instrumen musik denga latar suara pantai dan deburan ombak. Peneliti menuntun subjek untuk merasakan kenyamanan dan ketenangan. Di samping itu peneliti juga memberikan kalimat motivasi bahwa apa yang menimpa subjek adalah pembelajaran yang sangat berharga. 4. Seusai sesi meditasi berakhir, peneliti dan subjek melakukan sharing selama 15 tentang progress yang subjek rasakan selama treatment berlangsung. 5. Treatment keempat ini diakhiri dengan evaluasi treatment hari ini. 1. Treatment terakhir berupa manajemen spiritual. Treatment ini dilagsungkan pada hari minggu, 20 Juni 2021. 2. Treatment berupa sharing kepada subjek tentang pasti ada hikmah yang bisa dipetik atas segala sesuatu yang telah terjadi.



Berdasarkan keterangan diberikan oleh su subjek me treatment kali hasilnya tidak be terasa pengaruh Subjek menjela hal itu mun karena du meditasi yang ter lama, sehin membuat f subjek justru b dan kondisi tubuh jadi kurang nyam



Berdasarkan keterangan disampaikan subjek, dirinya me mampu melihat permasalahan y dihadapinya sudut pandang y berbeda. Su menambahkan ba



7.



Minggu/20-0621



5



(Postest)



3. Pada treatment ini peneliti banyak menceritakan tentang pengalaman hidupnya dan juga beberapa pengalaman orang lain yang pernah diceritakan kepadanya. 4. Peneliti menekankan bahwa kunci utama kita dapat kembali percaya diri dan mampu pelan-pelan ikhlas atas ujian yang menimpa kita adalah dengan bersyukur dan mengingat banyaknya nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, 5. Kemudian peneliti memberikan 3 lembar kertas yang merupakan jurnal hikmah yang harus diisi oleh subjek. 6. Subjek memberikan kembali lembar jurnal hikmah yang telah diisi kepada peneliti. Sebelum mengakiri sesi treatment teraakhir dan melakukan evaluasi bersama subjek, peneliti melakukan post tes kepada subjek dengan memberikan lembar tes alat ukur yang sama seperti sebelum dilakukan intervensi treatment. Yaitu alat ukur tingkat kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) untuk kembali diisi oleh subjek.



kini dirinya ma mengambil ban hikmah pelajaran peristiwa y menimpanya.



Diperoleh hasil pretest sebesar yang artinya tin kecemasan/stres su termasuk d kategori kecem sedang.



Berdasarkan hasil tes tingkat kevcem yang kedua, d diketahui bahwa te penurunan tin kecemasan dalam subjek, dari y mulanya berjumlah (Kecemasan be menjadi berjumlah (kecemasan ringa Hasil



ters



menunjukkan ba treatment manaje stress yang diber kepada subjek ber menurunkan tin kecemasan/stres p diri subjek. Ar manajemen stress diaplikasikan ke subjek berpeng positif d menunjang d proses pemulihann Pembahasan Hasil Manajemen Stress Berdasarkan hasil dari tabel pelaksanaan manajemen stress, diperoleh hasil bahwa treatment berupa manajemen fisik, manajemen psikologis, manajemen sosial, dan manajemen spiritual yang diberikan kepada subjek memberikan hasil yang cukup signifikan dan berhasil menurunkan tingkat kecemasan/stress subjek. Di mana hasil pretest alat ukur kecemasan menggunakan Tes Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) pada mulanya memperoleh skor 61 (kecemasan berat), pada hasil psotes diperoleh total skor sebebsar 46 (kecemasan sedang). Artinya adanya tretament manajemen stress yang dilakukan berhasil menurunkan satu tingkat kecemasan pada subjek. Hakim dkk (2017) menjelaskan bahwa ada hubungan negatif antata manajemen stress dan tingkat stres dalam diri seseorang. Semakin tinggi atau intens sesorang melakukan manajemen stress maka semakin rendah tingkat stres yang dialaminya. Patimah (2016) stres bisa dikelola sehingga justru mendatangkan nilai positif bagi seseorang. Stres tidak bisa dihilangkan sama sekali karena dia membantu kelangsungan hidup dan memberikan dinamika hidup. Berdasarkan dari hasil tabel pelaksanaan manajemen stress, hampir semua treatment memberikan dampak postif dalam menumbuhkan



semangat subjek untuk bisa mencapai kondisi psikis yang netral dalam dirinya.



Seperti setelah melakukan manajemen fisik berupa jogging,



subjek merasa mendapatkan semangat karena kondisi fisiknya yang fit dan bugar. Hal ini denada dengan yang disampaikan oleh Patimah (2016) kesehatan fisik merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. Oleh karena itu jika seseorang yang mengalami stres tidak memiliki stamina yang sehat (lemah), maka stres akan memberi dampak lebih buruk lagi. Hasil dari treatnement manajemen psikologis juga terhitung sangat signifikan. Subjek merasakan perasaan lega dan begitu bahagia saat mampu meluapkan apa yang dipendamnya selama ini. hal ini sesuai dengan penjelasan Patimah (2016) bahwa manajemen psikologis merupakan upaya mencegah, mengelola, dan menangani perasaan cemas atau stress yang berfokus pada pemulihan psikis, seperti memberikan motivasi, semangat serta pandangan positif kepada seseorang yang sedang menghadapi masalah. keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helpless) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe problem solving focused coping. Faktor penunjang keberhasilan treatment lainnya adalah karena adanya dukungan sosial dari keluarga dan munculnya kesadaran diri dari diri subjek untuk berlapang dada menerima ujian yang telah menimpanya dengan cara belajar bersyukur kepada Tuhan dan mengambl hikmah dari apa yang telah terjadi. Manajemen sosial merupakan upaya mencegah, mengelola, dan menangani perasaan cemas/stress yang ada dalam diri seseorang dengan cara memperoleh dukungan secara moril dari orang-orang disekitarnya,



seperti keluarga, sahabat teman, dan masyarakat. Dukungan sosial dapat meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya (Patimah, 2016). Mitroff dan Denton (Aditama, 2017) mendefinisikan spiritualitas sebagai keinginan dasar untuk menemkukan makna dan tujuan dalam kehidupan seseorang dan untuk menjalani kehidupan yang reintegrasi. Spiritualitas mencakup segala bentuk amal atau nilai-nilai kebaikan, lebih luas daripada religiusitas, sebab tidak mencakup agama tertentu akan tapi merupakan suatu hal yang lebih tinggi maknanya meliputi seluruh agama, golongan ataupun sistem kepercayaan apapun. Aditama (2017) dalam hasil penelitiannya diketahui bahwa semakin tinggi spiritualitas maka semakin rendah stres pada diri individu, sebaliknya semakin rendah spiritualitas maka semakin tinggi stres pada diri individu.



BAB V a. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa manajemen stres yaang diberikan kepada subjek berhasil menurunkan tingkat stres/kecemasan subjek. Treatmen berupa manajemen fisik, manajemen psikologis, manajemen sosial, dan manajemen spiritual yang diberikan kepada subjek memberikan hasil yang cukup signifikan dan berhasil menurunkan tingkat kecemasan/stress subjek. Hasil pretest alat



ukur kecemasan menggunakan Tes Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) pada mulanya memperoleh skor 61 (kecemasan berat), pada hasil posttes diperoleh total skor sebesar 46 (kecemasan sedang). Artinya adanya tretament manajemen stress yang dilakukan berhasil menurunkan satu tingkat kecemasan pada subjek. b. Saran Berdasarkan hasil pelaksanaan, pembahasan, dan kesimpulan penulis memberikan beberapa saran yaitu : 1. Bagi subjek agar melakukan treatmen yang telah diberikan secara mandiri dengan rutin agar hasil dari manajemen stress yang dilakukan dapat maksimal. 2. Bagi keluarga dan masyarakat, diharapkan mampu memberikan dukungan secara moril serta memberikan tanggapan positif atas usaha yang dilakukan oleh subjek yang berjuang memulihkan kesehatan mentalnya.



DAFTAR PUSTAKA



Aditama, D. (2017). Hubungan Antara Spiritualitas dan Stres pada Mahasiswa Yang Mengerjakan Skripsi. Jurnal eL-Tarbawi, x (2) : 39-62. Amalia, H dan Deni, P. (2017). Gambaran Stres pada Wanita yang Telat Menikah di Usia 30 Tahun. Jurnal Psikologi An-Nafs, x (1) : 25-44. Bachtiar, M. I. dan Asriani. (2015). Evektivitas Strategi Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping dalam Meningkatkan Pengelolaan Stress Siswa di SMA NEGERI BARRU. Jurnal Ilmu Pendidikan, 5 (2) : 69-82. Gaol, N. T. L.. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin Psikologi, 24 (1) : 1-11. Hakim dkk. (2017). Efektivitas Pelatihan Manjemen Stress pada Mahasiswa. Jurnal Sains Psikologi, 6 (2) : 75-79. Patimah, S. (2016). Manajemen Stres : Perspektif Pendidikan Islam. Bandung : Alfabeta.



LAMPIRAN



1. Informed consent



2. Hasil Pretest dan Post test



a. Pretest



b. Post test



3. Foto Pelaksaan Treatmen Manajemen Stres c. Manjemen Fisik : Olahraga



d. Manejemen Psikologis : Meditasi



e. Manajemen Sosial : sosialisasi kepada ibu subjek untuk memberikan dukungan sosial



f. Manjemen Spiritual : Tugas Mengisi Jurnal Hikmah