Tanah Urug [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang



Dinamika pembangunan di Jawa timur berkembang sangat pesat seiring dengan perencanaan strategis jangka pendek, menengah, dan panjang dari pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pembangunan ini membutuhkan dukungan ketersediaan sarana dan prasarana, serta fasilitas. Salah satu pendukung bagi terlaksananya kegiatan pembangunan sarana fisik di Jawa Timur adalah ketersediaan bahan baku berupa material bangunan yaitu batuan (diantaranya adalah batu dan urugan). Batuan (batu dan urugan) merupakan bahan baku utama dalam pekerjaan konstruksi mulai dari konstruksi skala kecil hingga pekerjaan berskala besar. Kebutuhan akan bahan atau material bangunan terutama batu dan urugan semakin meningkat seiring dengan perkembangan pembangunan sarana dan prasarana atau infrastruktur, sedangkan suplai material batu dan urugan sering mengalami hambatan karena terkendala oleh sarana transportasi (jarak), jumlah armada dan jumlah stok batuan dan urugan. Kondisi ini membuka peluang bagi pengusaha tambang batuan di Jawa Timur untuk ikut berperan serta di dalam pembangunan daerah. Ditinjau dari aspek geologis, Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber daya energi dan bahan tambang yang beragam dan jumlah cadangan yang layak untuk di kembangkan. Di wilayah utara di dominasi oleh kelompok migas dan bahan galian industri (seperti batu gamping, dolomit, fosfat), di bagian tengah di dominasi oleh kelompok mineral industri (jenis-jenis lempung dan agregat atau material bangunan (batu dan urugan), dan di bagian selatan di dominasi oleh kelompok mineral industri (batu gamping) dan mineral logam. Potensi energi dan pertambangan yang besar ini perlu di kelola dengan sebaik mungkin sehingga mampu mencukupi kebutuhan energi dan bahan–bahan tambang untuk wilayah Provinsi Jawa Timur dan mendukung terpenuhnya pembangunan nasional.



1



2



Kabupaten Bondowoso termasuk dalam kelompok zona kawasan pertambangan batuan, dimana keberadaan material batu urugan, di jumpai dalam jumlah cadangan yang cukup besar. Wilayah yang di indikasikan berpotensi sebagai lokasi penambangan batu urugan adalah di desa Tanah Wulan Kec. Maesang Kab. Bondowoso. Untuk mengetahui layak tidaknya cadangan batu urugan tersebut untuk di tambang maka diperlukan suatu studi atau kajian terhadap faktor – faktor teknis dan ekonomis yang berpengaruh di dalam pengusahaan batu urugan dengan mempertimbangkan berbagai hal. Dengan adanya suatu studi kelayakan maka akan di dapatkan suatu gambaran tentang layak tidaknya deposit batu urugan di Ds. Tanah Wulan, Kec. Maesang Kab. Bondowoso tersebut untuk di usahakan secara teknis maupun ekonomis pada situasi dan kondisi saat ini. Didalam uraian berikut akan digambarkan mengenai eksplorasi yang akan dilakukan oleh PT. Devinaldi Chaeza untuk komoditas Tanah Urug seluas 15,5 Hektar di Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Tujuan dari penyusunan Dokumen eksplorasi ini adalah untuk memberikan informasi kepada Pemerintah Kabupaten Bondowoso mengenai tahapan-tahapan kegiatan eksplorasi dan perkiraan anggaran atau pembiayaan dari PT. Devinaldi Chaeza untuk kegiatan eksplorasi endapan Tanah Urug di Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Jawa Timur. Bagi pihak Devinaldi Chaeza, dokumen ekplorasi ini akan menjadi landasan serta acuan kerja yang menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan di lapangan, yang meliputi : kegiatan eksplorasi awal, kegiatan eksplorasi Detil serta sampai pada perhitungan sumber daya. Dengan demikian akan didapatkan hasil kerja yang optimal sesuai dengan sasaran dan target yang telah ditentukan. 1.1.1 Perizinan Perizinan usaha pertambangan memiliki dasar hukum berupa Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta pasal 33 dan ayat 3, yang



3



berbunyi bahwa bumi dan air serta kekayaan lainnya yang terkandung didalamnya, juga dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat, juga terkandung didalam undang- undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan batubara dan mineral. Adanya perundang- undangan mengenai pertambangan maka jika ingin mendirikan sebuah usaha pertambangan maka harus mendapatkan izin dari pemerintah terlebih dahulu. Untuk tata cara permohonan izin usaha jasa pertambangan ada beberapa hal yang harus diketahui, pertama adalah administratif, kedua teknis, ketiga lingkungan dan keempat adalah financial. Tabel 1.1 Perizinan



Nama Perusahaan



Devinaldi Chaeza



NPWP



84.385.823.9-656.001



Alamat



Lokasi



SK WIUP



SK IUP Eksplorasi



Jl. Manyar Kartika Barat No. 1C, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur No : P2T/11/31/41/V/2018 Tgl : 27 April 2018 No : P2T/11/31.01/VI/2018 Tgl : 30 April 2018



Kode WIUP



12 3511 5 19 2018 001



Luas WIUP



15,5 Ha



Luas IUP



5,43 Ha



Sumber : PT. Devinaldi Chaeza, 2018



1.1.2 Status dan Kegunaan Lahan Lahan yang dipakai untuk kegiatan eksplorasi sampai penambangan adalah ladang dan lahan perkebunan. Dimana, status lahan yang digunakan ini merupakan Hak Guna Pakai Tanah. Sesuai dengan persetujuan pada perjanjian hak pakai tanah yang telah disepakati, yang memiliki tanah (Pihak pertama) akan mendapatkan



4



sebesar 25% dari total pendapatan bersih. Surat keterangan tanah dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional. 1.2



Maksud dan Tujuan a. Untuk mengetahui tata guna lahan daerah penyelidikan b. Untuk mengetahui luas prospek area dan kondisi topografi daerah penyelidikan c. Untuk mengetahui jenis komoditas di daerah penyelidikan dilihat dari sisi geologi d. Untuk mengetahui jumlah sumberdaya yana ada dilokasi penyelidikan



1.3



Lokasi Daerah Penyelidikan



PT. Devinaldi Chaeza terletak di desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Luas area penambangan Tanah Urug adalah 15,5 Ha dengan posisi geografisnya adalah 8° 0’ 8,51’’ S 113o 44’ 14,99” E sampai 8o 0’ 22,90” S 113o 44’ 30,18” E. PT. Devinaldi Chaeza terletak kurang lebih 31 km dari Kota Bondowoso. 1.3.1 Administratif dan Geografis Secara administrasi terletak di Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur seluas 5.1838 km2. Batas wilayah izin usaha pertambangan sebagai berikut: Batas-batas wilayah pada daerah ini yaitu : 1. Utara



: Kabupaten Situbondo



2. Timur



: Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi



3. Selatan : Kabupaten Jember 4. Barat



: Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo



Lokasi Kabupaten Bondowoso di Provinsi Jawa Timur terdapat pada kordinat 113o 48’ 10” – 113o 48’ 26” BT dan 7o 50’ 10” – 7o 56’ 41” LS 1. Provinsi



:



Jawa Timur



2. Dasar Hukum :



UU No.47 Tahun 1999



3. Ibu Kota



Bondowoso



:



5



Pemerintahan Kabupaten Bondowoso, 1. Bupati



: Drs. KH. Salwa Arifin



2. APBD



: 2 Triliun (2013)



3. DAU



: Rp 752.776.704.000.- (2013)



4. Luas



: 1.586 km2



5. Populasi total



: 791.838 jiwa (2013)



6. Kepadatan



: 499,27 jiwa/km2



7. Agama



: Islam 99.26 % : Kristen 0,48 % : Katolik 0,18 % : Hindu 0.03 % : Budha 0.05 %



8. Kode area



: 0332



9. Bandar Udara : Bandara Udara Juanda, Bandara Udara Abdulrachman Saleh 10. Kecamatan



: 23



11. Kelurahan



: 10



12. Desa



: 209



Keadaan Geografis Kabupaten Bondowoso memiliki jumlah penduduk yang semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan penduduk yakni kelahiran dan kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yakni migrasi. 1.3.2 Kesampaian Wilayah Menuju lokasi Penambangan menggunakan akses darat, dari Kota Surabaya menuju Desa Tanah Wulan Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso memerlukan waktu tempuh 4 jam 46 menit dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 maupun kendaraan dengan roda 2.



6



Tabel 1.2 Kesampaian Lokasi Menuju Konsesi PT. Devinaldi Chaeza



NO



1



2



JALUR



JARAK TEMPUH



KETERANGAN



Jl. Arif Rahman Hakim -



209 km / 4 Jam 8



Jalan Kota, Beraspal 30-



Kabupaten Bondowoso



menit



40 km/jam



Kabupaten Bondowoso Lokasi Penambangan



Jalan kabupaten, 31 km / 56 menit



beraspal, kecepatan 40 km/jam



Sumber : Google Earth Pro Lokasi PT. Devinaldi Chaeza



1.4



Keadaan Umum Lingkungan



1.4.1 Sosial, Ekonomi, dan Budaya Perekonomian Kabupaten Bondowoso masih didominasi oleh sektor-sektor Industri, pertanian, dan Perdagangan. Wilayah Kabupaten Bondowoso masih di dominasi oleh perkebunan dan sawah yang luas juga peternakan-peternakan yang dimiliki oleh para petani menjadikan beberapa kecamatan memiliki pasar hewan yang besar. Pada tahun 2010



menunjukkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten



Bondowoso didominasi oleh sektor pertanian sebesar 44,62 %,



yang diikuti



sector perdagangan; hotel; dan restaurant sebesar 25,24 %, ketiga Indusri pengolahan sebesar 16,12 %, keempat jasa-jasa sebesar 7,90 %, kelima keuangan,;sewa; dan jasa perusahaan sebesar 2,36 %, keenam pengankutan dan komunikasi sebesar 1,47 %, ketujuh adalah konstruksi sebesar 1,26 %, kedelapan pertambangan dan penggalian 0,77 %, dan yang terakhir adalah sector listrik; gas; dan air bersih sebesar 0,68 %. Tabel 1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Dasar Berlaku (HB)



No



Lapangan Usaha



2008



2009



2010



2011



2012



7



( %)



( %)



( %)



( %)



( %)



44,81



44,62



44,28



43,58



42,89



0,81



0,80



0,78



0,76



0,72



16,24



16,18



16,12



16,16



16,25



4 Listrik ,Gas & Air Bersih



0,61



0,60



0,59



0,57



0,55



5 Konstruksi



1,20



1,21



1,26



1,33



1,42



24,64



24,83



25,24



25,91



26,58



7 Pengakutan &Komunikasi



1,50



1,49



1,47



1,46



1,45



8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan



2,33



2,53



2,36



2,39



2,42



9 Jasa – jasa



7,86



7,92



7,90



7,85



7,71



100.00



100.00



100.00



100.00



100.00



1 Pertanian 2 Pertambangan & Penggalian 3 Industri Pengolahan



6 Perdagangan, Hotel, & Restaurant



Jumlah



Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso Tahun 2008 – 2012



Struktur



yang



demikian



merupakan



karateristik



wilayah



agraris



yang



perekonomiannya berada pada tahap awal perkembangan karena sektor sekunder (sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum dan sektor bangunan) memberikan kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan kontribusi sektor primer (sektor pertanian). Selama periode tahun 2008 - 2012, struktur perekonomian Kabupaten Bondowoso tidak mengalami perubahan yang sangat signifikan. Bisa dilihat dari data PDRD pada tahun 2008-2012 sektor pertanian masih merupakan yang memiliki nilai terbesar dalam PDRD Kabupaten Bondowoso. Tabel 1.4 Realisasi Pendapatan Asli Daerah



8



Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso



Secara keseluruhan realisasi pendapatan daerah selama kurun waktu lima tahun mengalami peningkatan sebesar 82,91% dari Rp. 586.839.725.157,00 pada tahun 2008 menjadi Rp. 1.073.390.149.430,73 pada tahun 2012 dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 15,67%. Realisasi



penerimaan



pendapatan



daerah



tahun



2012



mencapai



Rp.



1.073.390.149.430,73 jauh melampaui target yang direncanakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.



Pendapatan



daerah



RPJMD



diestimasi



mencapai



Rp.



664.411.691.672,00 pada tahun 2012 sehingga apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan pendapatan daerah pada tahun 2012 terealisasi sebesar 157,61 % dari target RPJMD. PAD sebagai bagian dari komponen pendapatan daerah walaupun hanya memiliki tingkat kontribusi sekitar 5-7% terhadap pendapatan daerah tetapi setiap tahun cenderung meningkat. Realisasi PAD pada tahun 2008 sebesar Rp. 35.371.877.885,00 meningkat 120,08% menjadi Rp. 77.846.177.656,73 pada tahun 2012, dengan pertumbuhan rata-rata PAD sebesar 21,09%. Kontribusi penerimaan dana perimbangan yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dan Dana Bagi Hasil (DBH) selama periode 2008-2012 masih sangat dominan yaitu berkisar antara 68,32% sampai 89,15% terhadap pendapatan daerah. DAU memberikan porsi terbesar dalam menopang pendapatan daerah, yaitu berkisar antara 50% sampai 75%. Setiap tahun realisasi penerimaan dana perimbangan terus meningkat. Realisasi penerimaan Dana Perimbangan pada tahun 2008 mencapai perbesaran nominal sebesar Rp. 523.159.205.267,00 dan pada tahun 2012 mencapai Rp. 796.616.595.915,00 terjadi peningkatan sebesar 52,27% selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Rata – rata pertumbuhan Dana Perimbangan setiap tahun mencapai 11,74%. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan unsur pendapatan daerah yang sangat bervariasi karena pos ini merupakan kumpulan pendapatan daerah yang tidak dapat dimasukkan ke dalam pos pendapatan yang lain



9



berdasarkan peraturan perundang-undangan dan perolehannya setiap tahun tergantung kepada ketersediaan anggaran dari pemerintah pusat dan provinsi. Komponen penyusun pendapatan ini terdiri dari Hibah, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lain, bantuan keuangan dari pemerintah provinsi dan dana lainnya. Secara kumulatif lima tahun, pendapatan daerah dari pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp.751.752.489.630,00. Perolehan Dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah pada tahun 2008 terealisasi sebesar Rp.28.308.642.005,00 dan pada tahun 2012 terealisasi sebesar Rp.198.927.375.859,00 terjadi lonjakan sebesar Rp.170.618.733.854,00 atau meningkat 602,71%, pertumbuhan rata-rata mencapai 70,61%. Tabel 1.5 Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten Bondowoso Tahun 2009 – 2012



Uraian



2009



2010



2011



2012



Pendapatan



678.711.928



818.542.099.8



996.956.040



1.073.390.14



daerah



.046,10



84,39



.994,09



9.430,73



Belanja daerah



705.698.336



765.513.977.0



950.958.157



1.074.126.37



.447,84



31,58



.445,49



1.921,77



Tidak



53.028.122.85



45.997.883.



Tidak



Mengalami



3



549



Mengalami



Surplus (Defisit)



Surplus



Surplus



Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso dan Bagian Keuangan



Perkembangan public saving untuk Kabupaten Bondowoso pada tahun 2012 sangat fluktuatif dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun anggaran 2012 untuk pendapatan asli daerah tercatat sebesar Rp. 77.846.177.656,73lebih besar dari pada tahun 2011



yaitu Rp. 66.816.392.275,09. Pada tahun anggaran 2012



peningkatan dari tahun 2011 sebesar Rp. 11.029.785.382.



10



Tabel 1.6 Perkembangan Public Saving Kabupaten Bondowoso 2009 -2012



Komponen No.



Public



2009 (Rp.)



2010 (Rp.)



2011 (Rp.)



2012 (Rp.)



40.121.861.29



49.663.941.01



66.816.392.27



77.846.177.6



3,10



9,39



5,09



56,73



Pajak/Bagi



36.176.734.40



48.826.160.28



56.765.668.82



64.341.603.9



Hasil



7,00



6,00



8,00



15,00



455.450.603.0



479.819.794.0



539.918.142.0



666.857.212.



00,00



00,00



00,00



000,00



44.047.000.00



58.151.300.00



66.936.000.00



65.417.780.0



0,00



0,00



0,00



00,00



25.291.734.34



31.381.771.24



33.447.401.54



33.020.739.9



6,00



1,00



1,00



51,00



Grand Total



561.447.933.0



667.842.996.5



763.883.604.6



907.483.513.



Public Saving



46,00



46



64



523



Saving Pendapatan 1.



Asli Daerah Dana Bagi Hasil



2.



Bukan Pajak 3.



4.



5.



DAU



DAK Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak dari Provinsi



Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso



11



Pembayaran pokok pinjaman-pemerintah pusat Kabupaten Bondowoso pada tahun 2012 sebesar Rp. 0 (Nol), Total APBD pada tahun



2012



sebesar



Rp.



1.073.390.149.430,73 mengalami peningkata sebesar 7,6 % dibandingkan pada APBD tahun 2011 sebesar Rp. 996.956.040.994,09. Tabel 1.7 Perkembangan Realisasi Pembayaran Pinjaman Kabupaten Bondowoso Tahun 2010 – 2012 Pembayaran



2010



2011



2012



133.613.400.000,00



0



0



818.542.099.884,39



996.956.040.994,09



1.073.390.149.430,73



Pokok Pinjaman – Pemerintah Pusat Total APBD



Sumber : Bagian Keuangan Setda Kabupaten Bondowoso



1.4.2 Iklim dan curah hujan Pada umumnya suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Lokasi Kabupaten Bondowoso berada di sekitar garis Khatulistiwa sehingga secara langsung mempengaruhi kondisi iklim. Wilayah Kabupaten Bondowoso termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober dan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai dengan Mei. Tercatat suhu rata-rata berkisar antara 27oC hingga 30oC. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 62% hingga 69%. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Bondowoso sebesar 5.058,3 mm/tahun dan lama hujan rata-rata 264 hari/tahun. Curah hujan rata-rata minimum terjadi pada bulan Agustus-September, sedangkan rata-rata curah hujan maksimum terjadi pada bulan Januari.



12



1.4.3 Topografi dan Morfologi Wilayah Kabupaten Bondowoso Ditinjau dari ketinggiannya, hamparan wilayah Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian rata-rata sekitar 253 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan puncak tertinggi 3.287 meter dpl dan terendah 73 meter dpl. Hamparan tersebut dikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kendeng Utara dengan puncak Gunung Raung, Gunung Ijen dan Gunung Widodaren disebelah Timur, Pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Kilap dan Gunung Krincing di sebelah Barat, sedangkan di sebelah Utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Secara rinci luasan dan ketinggian wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.8 Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat



Luas Ketinggian



Km2



%



1



0-100 meter



50,94



3,27



2



100-500 meter



766,23



49,11



3



500-1000 meter



308,10



19,75



4



>1000 meter



434,83



27,87



1.560,10



100,00



Jumlah Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2013



Daerah terluas berada pada ketinggian 100-500 m dpl, dengan 49,11 % dari keseluruhan luas, daerah tersempit berada pada ketinggian 0-100 m dpl. Seluruh wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan, dimana 44,4% wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukitan, 30,7% merupakan dataran rendah, dan 24,9% merupakan dataran tinggi. Kondisi permukaan tanah bervariasi namun sebagian besar memiliki derajat kemiringan cukup tinggi sebagaimana tabel berikut ini:



13



Tabel 1.9 Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Lereng



No



Ketinggian



Luas 2



Km



%



1



Datar (0-2%)



190,83



12,23



2



Landai (2-15%)



568,17



36,42



3



Agak Curam (15-40%)



304,70



19,53



4



Sangat Curam (>40%)



496,40



31,82



1.560,10



100,00



Jumlah Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2013



Kabupaten Bondowoso memiliki 3 buah sungai dimana untuk sungai terpanjang yaitu sungai Sampean. Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Bondowoso merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam, berkelok putus, cagar alam bersifat tetap, selain sungai sampean di Kabupaten Bondowoso juga terdapat sungai Deluweng yang mengalir dari kecamatan Pakem dan Kecamatan Wringin dan sungai Kalipait yang terdapar di Kecamatan Sempol. Terdapat banyak sungai yang membelah Kabupaten Bondowoso menjadi dua bagian yaitu dataran dan pegunungan sebelah Timur dan dataran serta pegunungan sebelah barat. Sungai Sampean ini berhulu di sebelah selatan yaitu di wilayah Kecamatan Maesan dan bermuara di sebelah utara yaitu wilayah Kabupaten Situbondo. Di tengah-tengah Sungai Sampean ini tepatnya di antara batas wilayah antara Kecamatan Klabang di Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso terdapat bendungan yang cukup besar yaitu Bendungan Sampean Baru. Sumber air dari Sungai Sampean ditunjang dari sungai-sungai kecil yang lain, sungai-sungai kecil tersebut bermuara di Sungai Sampean, oleh karena itu debit Sungai Sampean juga tergantung dari sungai-sungai kecil tersebut. Sungai-sungai kecil tersebut antara lain : Sungai Bluncong, Taal, Telogo, Gunung piring, Klampokan, Pakisan dan lain-lain. Pada sungai-sungai kecil tersebut di buat bendungan atau dam kecil yang jumlahnya mencapai ± 48 buah.



14



Di samping sungai-sungai tersebut tata air/hidrologi di Kabupaten Bondowoso didukung juga dengan adanya mata air yang berjuimlah ± 126 buah. Saluran Dam Sampean Baru memanjang dari Kecamatan Tapen sampai Kecamatan Cerme ± 23,197 Km. Di Kabupaten Bondowoso juga terdapat sumber mata air mineral (air panas) sebanyak tiga buah yang terletak di Kecamatan Sempol. Menurut tinjauan geologis, stratigrafi wilayah Kabupaten Bondowoso disusun oleh batuan endapan vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan hasil gunung api kwarter muda 62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa dan batupasir (5,6%), endapan alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan komposisi ukuran dominan lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (± 96,9%) dan ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%). Kabupaten Bondowoso merupakan rangkaian zona fisiografis gunung api kuarter yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek Pegunungan Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan hasil aktifitas gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain (Recent Volcanic Formation).



Sumber : Bappeda Kabupaten Bondowoso



Gambar 1.1 Kondisi Geologi Kabupaten Bondowoso



Sebagian besar wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki jenis tanah Regosol yaitu seluas 78.286 Ha yang tersebar di 23 Kecamatan. Jenis tanah ini luasan terbesar terdapat di Kecamatan Tlogosari mencapai seluas 11.092 Ha. Tanah regosol merupakan tanah berbutir kasar berasal dari material vulkanik gunung



15



berapi yang mengendap berupa abu dan pasir vulkanik yang merupakan areal pertanaman padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran. Sedangkan jenis tanah Andosol 32.859 Ha tersebar di 10 Kecamatan dengan luasan terbesar terdapat di Kecamatan Sempol seluas 16.811 Ha, vegetasi yang tumbuh berupa tanaman hutan bambu, dan rumput. Untuk jenis tanah Mediteran terdapat seluas 11.230 Ha tersebar di Kecamatan Tapen, Wringin, Tegalampel, Taman Krocok, Klabang, Botolinggo, Prajekan dan Cermee. Tanah mediteran berwarna antara merah sampai kecoklatan yang merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Jenis tanah mediteran merupakan bagian lahan subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang lainnya. Tanaman yang tumbuh berupa palawija, jati, tembakau, dan jambu mente. Jenis tanah Gromosol terdapat seluas 510 Ha hanya di wilayah Kecamatan Cermee. Gromosol adalah jenis tanah berwarna kelabu hitam berbentuk material halus berlempung. Jenis tanah ini bersifat subur dan merupakan areal pertanaman padi, jagung, kedelai, tebu, tembakau, dan jati. Jenis tanah Litosol terdapat di Kecamatan Curahdami (1.800 Ha), Pakem (1.950 Ha) dan Klabang (1.150 Ha), Jenis tanah ini berbatu-batu dan berupa areal pertanaman rumput ternak, palawija, dan tanaman keras. Sedangkan untuk jenis tanah Latosol tersebar di 12 Kecamatan, total seluas 28.224 Ha yang sebagian besar terdapat di Kecamatan Grujugan, Klabang, Cermee dan Sumber Wringin. Jenis tanah ini berwarna merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah, banyak mengandung zat besi dan aluminium dengan kandungan bahan organik yang rendah sampai sedang dan pH berkisar antara 4,5-5,5. Areal pertanaman yang ada berupa padi, palawija, sayuran, buah-buahan, dan kopi.



16



Tabel 1.10 Luas Wilayah (Km ) Kecamatan Menurut Jenis Tanah Kab. Bondowoso 2



Sumber : Bappeda Kabupaten Bondowoso



Geomorfologi daerah Bondowoso dan sekitarnya dapat dibagi atas empat satuan morfologi sebagai berikut : 1. Satuan Perbukitan Satuan perbukitan terdiri dari perbukitan vukanik dan lipatan yang mendominasi daerah Bondowoso pada ketinggian sekitar diatas 1000 meter diatas permukaan laut. Satuan perbukitan mendominasi di batas wilayah daerah Bondowoso, seperti daerah gunung Raung. 2. Satuan Perbukitan Lipatan Satuan perbukitan lipatan mendominasi daerah Gunung Widodaren ketinggian sekitar 500 meter diatas permukaan laut. 3. Satuan Lembah Vulkanik Satuan lembah vukanik terbentuk disekitar gunung Raung akibat letusan gunung Raung. Dimana lembah vulkanik terdapat berbagai batuan hasil letusan gunung Raung seperti batuan beku dan piroklastik.



17



Pola aliran sungai (drainage pattern) berupa pola aliran dendririk berbentuk menyerupai cabang-cabang pohon yang mencerminkan kekerasan batuan yang sama atau tanah seragam dengan lapisan batuan sedang horisontal atau miring landai serta kontrol struktur tidak begitu tampak jelas. Pola aliran sungai dendritik ini mengalir dari bagian puncak pebukitan dengan arah lembah sungai yang tidak teratur dan mengalir menuju ke arah sungai induk yaitu sungai sesayap. Stratigrafi daerah Bondowoso terbagi dalam enam satuan batuan sebagai berikut : a. Satuan Batuan Lempung Satuan batuan lempung memiliki Formasi Menuran dan Miosen Akhir, dimana satuan batuan lempung tersebut berupa campuran antara produk lingkungan turbiddit proksimal – distal yang terdiri dari perselingan batu pasir dengan batu lempung. b. Satuan Batuan Gamping Satuan batu gamping tersebut merupakan Anggota Pacalan, Anggota Menuran, Pliosen Awal, dimana satuan batuan gamping kalkarenit dan bioklastuik dengan fragmen litik vulkanik yang cukup melimpah. c. Satuan Batu Pasir Satuan batu pasir memiliki formasi Leprak dan merupakan Pliosen Akhir, dimana satuan batuan pasir tersebut berupa endapan turbidit kipas bawah laut bagian kipas tengah terdiri dari batu pasir dengan kandungan material vulkanik yang cukup tinggi. d. Satuan Breksi Satuan breksi memiliki formasi Ringgit dan merupakan Pleistosen, dimana satuan breksi terdiri dari breksi vulkanik dengan sisipan batugamping koral pada bagian tengah sebagai penanda lingkungan laut dangkal serta penanda susulaut pada kala Pliestosen. e. Satuan Breksi Tufan Satuan breksi tufan memiliki formasi Bagor dan merupakan Holosen, dimana satuan breksi tufan merupakan endapan darat dengan kandungan fragmen dominan penciri khusus yang teridri dari batu apung dan glass dam satuan alluvial.



18



Hubungan secara stratigrafi dari satuan batuan di daerah bondowoso, batuan yang dianggap sebagai batuan yang paling tua adalah batuan-batuan pada Formasi Ringgit dan Bagor, yang diduga umurnya lebih tua. Sedangkan batuan-batuan pada kelompok batu lempung dan batu pasir hanya didasarkan pada posisi stratigrafi dan kolerasi dengan lembar lainnya dan diduga berumur muda. Hubungan stratigrafi antara kelompok batuan batu lempung dan batu pasir terletak selaras dibawah satuan batuan pada formasi Ringgit setelah itu formasi Bagor. Karakteristik Tanah Secara genesanya tanah terbentuk oleh hasil pelapukan pada gunung yang terbentuk dari lipatan kerak bumi dan akibat tubrukan lempeng, yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama hingga sampai jutaan tahun. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah : a) Iklim (suhu dan curah hujan) b) Jasad hidup (terutama vegetasi asli) c) Batuan sebagai bahan niduk (tekstur dan struktur susunan kimia dan material) d) Topografi daerah e) Waktu yang diperlukan bahan untuk membentuk tanah Fungsi tanah pada masing-masing sektor tentunya berbeda-beda. Untuk sektor pertanian, tanah sangat penting untuk pertanian. Untuk sektor keteknikan, tanah berfungsi pada daya dukungnya. Untuk sektor pertambangan, tanah itu tidak punya arti, dalam artian apabila ada suatu endapan bahan galian (misalnya belerang) maka tanah yang ada diatas endapan belerang tersebut, disingkirkan sehingga



endapan



belerang



itu



tersingkap



dan



selanjutnya



dilakukan



penambangan. Ada tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal ialah pasir, geluh, dan lempung (dalam Ilmu Tanah, oleh Harry Buckman, terjemahan Soegiman, 1982) sebagai berikut :



19



- Pasir



Golongan pasir mencakup semua tanah yang pasirnya meliputi 70% atau lebih dari berat tanah itu. Sifat tanah semacam ini karena mencerminkan sifat pasirnya. - Geluh



Umumnya geluh itu memiliki kualitas-kualitas pasir dan lempung, tidak terlalu lepas, tanah pertanian ialah geluh. Geluh yang mengandung pasir digolongkan geluh pasiran. Geluh yang mengandung lempeng digolongkan geluh lempungan. - Lempung



Tanah dibentuk sebagai tanah lempung jika paling sedikit mengandung 35% lempung, setidak-tidaknya 40%. Selama kandungan lempung 40% atau lebih; nama kelas tanah ialah lempung pasiran, lempung debuan atau biasanya disebut lempung saja. 1.4.4 Tata Guna Lahan Status lahan secara umum pada kabupaten Bondowoso yaitu sebagai berikut : Tabel 1.11 Luas Wilayah Kabupaten Bondowoso dengan peruntukannya



No Fungsi Kawasan 1



Kawasan Lindung



Pemanfaatan Lahan Taman Nasional Gunung



Luas ( Km )



%



262.45



16,82



172.572



11.06



331.10



21.23



Kawasan Budidaya Kehutanan



569.640



36.5



Kawasan Budidaya Non



224.338



14.39



Argopuro Gunung Ijen Gunung Raung 2



Kawasan Budidaya



Kehutanan Jumlah Sumber : Lakip Kabupaten Bondowoso Tahun 2015



1,560.10 100.00



20



Berdasarkan



Keputusan



Menteri



Kehutanan



RI



Nomor: SK



Menhut



No.395/Menhut-II/2011 tanggal 21 Juli 2011, tentang Kawasan Hutan Provinsi Jawa Timur seluas ± 1.361.146 Hektar yang meliputi : 1. Dikelola oleh Perum Perhutani : a. Hutan Produksi Tetap : 782.772 Ha b. Hutan Lindung : 344.742 Ha 2. Dikelola oleh Kementerian LHK (Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam 1.4.5 Kebudayaan Daerah Penelitian Terdapat lima suku atau etnis di Kabupaten Bondowoso. Mayoritas dari Madura. Minoritas lainnya adalah minoritas nonpribumi, yakni suku India, Arab, dan Cina yang terdapat di ibu kota kabupaten. Umumnya dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa Jawa (dialek Surabaya) bercampur bahasa Madura. Bahkan hampir dua pertiga penduduk Bondowoso tidak bisa berbahasa Jawa sama sekali dan hanya berbahasa Madura dalam kesehariannya. 1.4.6 Flora dan Fauna Daerah Penelitian Fauna Identitas pada kabupaten Bondowoso pada provinsi Jawa Timur merupakan fauna khas yang menjadi maskot kota dan kabupatennya. Hewan-hewan ini melengkapi ayam bekisar yang merupakan dan ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Jawa Timur. Adapun hewan khas endemik asli dari kabupaten Bondowoso yaitu Sapi Aduan. Begitu juga kondisi geografis yang dominan perbukitan menjadikan kabupaten Bondowoso sangat potensial untuk pengembangan sektor perkebunan. Dengan melibatkan peran masyarakat secara aktif, pengembangan sektor perkebunan bisa lebih semakin optimal melalui penanaman tanaman semusim dan tahunan. Perkebunan tanaman semusim Disesuaikan dengan kondisi tanah, iklim dan curah hujan yang sesuai dengan jenis komoditas. Untuk perkebunan tanaman tahunan diarahkan untuk tanaman keras dengan perakaran kuat. Alokasi perkebunan



21



tanaman tahunan ini terutama di kawasan yang berbatasan dengan kawasan lindung yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga. 1.5



Waktu Pelaksanaan



Studi eksplorasi dan pembuatan laporan eksplorasi dilakukan selama sekitar 2 bulan termasuk pengamatan langsung di lapangan dan analisis data-data geologi, sosial budaya dan keekonomiannya. Tabel 1.12 Jadwal Penelitian untuk kegiatan Studi Ekplorasi



Maret



Nama kegiatan 1



2



3



April 4



1



2



3



Mei 4



1



2



3



4



Pemetaan geologi Pemetaan topografi Pengambilan sampel Pemboran 1.6



Metode dan Peralatan Metode eksplorasi yang digunakan adalah metode eksplorasi langsung dan



tidak langsung. Pada kegiatan eksplorasi menggunakan metode Geofisika dan Geologi. 1.



Eksplorasi Langsung Eksplorasi langsung terdiri dari kegiatan langsung dilapangan yang dimulai dari pemetaan dan pemboran serta pengambilan sample. Pemetaan yang dilakukaan terbagi atas pemetaan topografi dan pemetaan geologi. Pemetaan topografi untuk mengetahui tampak permukaan dari daerah penyelidikan. Sedangkan pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui sebaran, litologi, struktur dan kualitas bahan galian dengan dilakukannya pemboran. Semua data yang diambil dari lapangan merupakan data primer. Pengambilan sampel



22



dilakukan pada setiap lubang bor. Alat yang digunakan pada saat pemetaan topografi adalah kompas, theodolite digital, dan GPS. Alat yang digunakan untuk perintisan jalan adalah bulldozer. Alat yang digunakan untuk pemetaan geologi dan logging geofisika adalah drilling machine, logging geofisika, radioaktif, water level test, dan pump. Sedangkan alat untuk pengelolaan limbah dan lingkungan adalah soil pH meter, dan water pH meter. 2.



Eksplorasi Tidak Langsung Eksplorasi tidak langsung merupakan data yang didapat dari jurnal ataupun penyelidik terdahulu. Data ini disebut sebagai data sekunder. Analisis laboratorium dan geokomia termasuk kedalam eksplorasi tidak langsung. Eksplorasi tidak langsung membutuhkan laptop sebagai alat untuk melakukan studi literature.



1.7



Pelaksanaan



Tenaga kerja yang bekerja untuk eksplorasi ini ada 5 orang untuk pemetaan topografi dan 8 orang untuk pemetaan geologi dan pengelolaan limbah. Adapaun yang bertanggung jawab atas semua kegiaitan eksplorasi adalah KTT Eksplorasi. KTT Eksplorasi bertanggug jawab kepada Manajer Geologi dan Manajer Lingkungan. Dibawah ini adalah nama tenaga kerja pada kegiatan eksplorasi : Tabel 1.13 Pelaksana Kegiatan Eksplorasi No 1 2



Nama Andyl Chaeza A



S.T, M.T Zuhrotus Sa’adah



S.T, M.T Evie Noviany D



3 4



S.T, M.T Eka Rizky R



S.T, M.T



Keahlian



Status Pekerjaan



Kegiatan



Ahli Geologi Dan Pemetaan



Manajer Geologi



Pemetaan Topografi Dan Geologi



Ahli Lingkungan



Manajer Lingkungan



Pemetaan Geologi



Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pengelolaan Lingkungan



KTT



Pemetaan Topografi Dan Geologi



Ahli Pemetaan



Tenaga Ahli



Pemetaan Topografi



23



5



Alfian Maulana



S.T, M.T 6 Aldy Elriq S S.T, M.T 7



Ahli Pemboran



Tenaga Ahli



Design Engineer



Supervisior



Melly Ayu S



S.T, M.T



Pemetaan



Maudy C Sikopa 8 11



12



S.T, M.T Bryan M Beko



Pemetaan



Pemetaan Topografi Pemetaan Topografi



Asisten Tenaga Pemetaan Topografi Ahli Asisten Tenaga Pemetaan Topografi Ahli



Operator Alat Berat



Operator



Pemetaan Geologi



Pemetaan Geologi



Operator Alat Berat



Operator



13



Illa Firda Anggraini Rizky Ardhi W



Operator Alat Berat



Operator



14



Herman



Pengambil Semua Data



Helper



Pemetaan Geologi



15 Daniel Mahmud Pengelolaan Lingkungan



Helper



Pemetaan Geologi



Pengelolaan Lingkungan



Helper



Pemetaan Geologi



17 Dhymas Wahyu T



Pemboran



Helper



Pemetaan Geologi



18



Pemboran



Helper



Pemetaan Geologi



16



Johanis Aristo Rawul



Yopi Kombongkila’



Pemetaan Geologi



24



BAB II GEOLOGI



2.1 Geologi Regional Wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum PT. Devinaldi Chaeza terletak pada geografi Kabupaten Bondowoso antara 113o 48’ 10” – 113o 48’ 26” Bujur Timur dan 7o 50’ 10” – 7o 56’ 41” Lintang Selatan dengan batas –batas wilayah: Utara



: Kabupaten Situbondo



Selatan



: Kabupaten Jember



Timur



: Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi



Barat



: Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo



Kabupaten Bondowoso berda di antara pegunungan Kendeng utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen di sebelah timur serta kaki Pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Kerinci, dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser, dan Gunung Bendusa. Kondisi wilayah Kabupaten Bondowoso terdiri dari daerah pegunungan pada bagian barat, dataran tinggi dan bergelombang pada bagian tengah, dan pegunungan pada bagian timur. Kondisi dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri atas pegunungan dan perbukitan seluas 44,4%, 24,9% berupa dataran tinggi dan dataran rendah 30,7% dari luas wilayah keseluruhan. Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian 78-2.300 mdpl dengan rincian 3,27% berada pada ketinggian di bawah 100 mdpl, 49,11% berada pada ketinggian di antara 100-500 mdpl, 19,75% pada ketinggian antara 500-1000 mdpl dan 27,87% berada pada ketinggian di atas 1000 mdpl.



25



2.1.1



Geomorfologi



Geomorfologi daerah Bondowoso dan sekitarnya dapat dibagi atas empat satuan morfologi sebagai berikut : 1. Satuan Perbukitan Satuan perbukitan terdiri dari perbukitan vukanik dan lipatan yang mendominasi daerah Bondowoso pada ketinggian sekitar diatas 1000 meter diatas permukaan laut. Satuan perbukitan mendominasi di batas wilayah daerah Bondowoso, seperti daerah gunung Raung. 2. Satuan Perbukitan Lipatan Satuan perbukitan lipatan mendominasi daerah Gunung Widodaren ketinggian sekitar 500 meter diatas permukaan laut. 3. Satuan Lembah Vulkanik Satuan lembah vukanik terbentuk disekitar gunung Raung akibat letusan gunung Raung. Dimana lembah vulkanik terdapat berbagai batuan hasil letusan gunung Raung seperti batuan beku dan piroklastik. 2.1.2 Litologi Batuan Penyusun Dalam penafsiran batuan (litologi), dilihat dari pola dan sifat garis kontur, maka hasil penafsiran litologi dapat dibedakan antara lain : 1.



Batuan keras (litologi resisten) dicirikan oleh morfologi yang relatif tinggi dengan pola kontur rapat.



2.



Batuan lunak (litologi non resisten) dicirikan oleh morfologi yang relatif landai dengan pola kontur rendah.



3.



Batuan urai (endapan alluvial).



4.



Batuan karbonat dicirikan oleh kenampakkan pebukitan karst (dolina, uvala, dan lainnya).



5.



Intrusi, dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan berbeda dengan pola kontur sekitarnya (merupakan bukit terisolir).



2.1.3



Struktur



Struktur Geologi Kabupaten Bondowoso memiliki jalur lipatan sinklin dan Antiklin Klabang yang berarah timur laut – barat daya, sesar normal dengan jurus



26



yang



relative sama, serta sesar mendatar dengan arah relative barat daya–



tenggara. Wilayah Bondowso termasuk dalam rangkaian zona fisiografis gunung api kuarter yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek Pegunungan Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan hasil aktifitas gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain (Recent Volcanic Formation). Batuan penyusun utama terdiri dari batuan endapan vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan hasil gunung api kwarter muda 62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa dan batupasir (5,6%), endapan alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan komposisi ukuran dominan lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (± 96,9%) dan ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%). 2.2 Penyelidik dan Hasil Penyelidikan Terdahulu 2.2.1 Nama Instansi/ Organisasi 2.2.2 Rekapitulasi Kegiatan Eksplorasi yang dilakukan 2.2.3 Geomorfologi Daerah penyelidikan umumnya ditempati oleh satuan perbukitan bergelombang rendah hingga sedang dengan ketinggian berkisar 100 – 1000 meter diatas permukaan air laut. Kemiringan lereng berkisar 10O – 30O. Proses geomorfologi yang bekerja adalah pelapukan dan erosi. Proses pelapukan berlangsung cukup intensif, hal ini ditandai dengan tebalnya top soil sehingga batuan jarang untuk dijumpai Singkapan batuan. 2.2.4 Litologi dan Stratigrafi Litologi daerah penyelidikan diketahui berdasarkan hasil pemetaan geologi secara langsung di lapangan. Berdasarkan variasi dan ciri litologi, maka litologi daerah penyelidikan secara singkat terbagi atas 1 satuan batuan yang melingkup seluruh wilayah. Satuan Breksi Argopuro yaitu Breksi gunungapi bersusunan Andesit bersisipan dengan lava hasil dari letusan gunung Argopuro. Dari seluruh ketebalan batuan dan bagian atasnya sudah terubah menjadi tanah.



27



BAB III KEGIATAN PENYELIDIKAN



3.1 Penyelidikan Sebelum Lapangan Kegiatan ini berupa persiapan sebelum ke lapangan yang meliputi studi literatur geologi daerah peninjauan dari peneliti terdahulu, penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 5.000, peta geologi regional daerah penyelidikan untuk kegiatan lapangan dengan skala 1 : 100.000. 3.2 Penyelidikan Lapangan Tahap Kerja Lapangan dengan metode pemetaan permukaan yaitu dengan mengamati ciri-ciri fisik tanah urug, pengukuran kedudukan lapisan, ketebalan, dan, penyebaran. Pemetaan Geologi permukaan juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan variasi dan sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini akan membantu dalam penentuan jenis dari tanah urug serta berguna dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tanah urug di daerah ini selanjutnya. Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran tanah urug, cadangan tanah urug yang selanjutnya dapat digunakan untuk penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohonan atau usulan daerah Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi. 3.2.1



Pemetaan Geologi



Pemetaan Geologi



juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan variasi dan



sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini akan membantu dalam penentuan korelasi singkapan tanah urug serta berguna dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tanah urug di daerah ini selanjutnya. Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran tanah urug, cadangan tanah urug yang selanjutnya dapat digunakan untuk penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohon peningkatan usulan daerah Kuasa Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.



28



Tujuan utama dari kegiatan pemetaan geologi adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan geologi lokasi penyelidikan dan untuk menentukan titik pemboran yang merupakan semua singkapan yang ditemukan yang akan dideskripsikan. Peralatan yang dipergunakan dalam pemetaan geologi diantaranya GPS (GPSMAP 66S), theodolite digital (SOKKIA DT 740), dan kompas (Brunton 5008 ComPro). 3.2.1.1 Lokasi dan Luasan Perusahaan ini di bangun masuk secara adminitrasi terletak di Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Dan berbatasan Kabupaten Situbondo di utara, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi di sebelah timur, Kabupaten Jember di selatan, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo di sebelah Barat. Luas lahan Wilayah Izin Usaha Pertambangan seluas 15,5 Ha. 3.2.1.2 Metoda dan Skala Pemetaan metode chaining atau pengukuran stratigrafi terukur dan terikat sepanjang jalur pemetaan menggunakan theodolite digital (SOKKIA DT 740) dilakukan dengan membuat titik detail sepanjang jalur pemetaan. Pemetaan geologi Biasanya menggunakan skala pengamatan 1:5000. Inti pekerjaan ini merupakan kombinasi 3 pekerjaan utama, yaitu navigasi dan pengukuran lintasan, pengamatan dan pencatatan kondisi geologi secara detail, pengambilan contoh batuan serta penggambaran peta. 3.2.1.3 Pengambilan Conto Data yang di peroleh dari hasil eksplorasi adalah berupa data singkapan dan data pengeboran. Dari data-data inilah kemudian akan dilakukan perhitungan sumberdaya Tanah Urug di daerah penelitian. Metode yang dipakai adalah navigasi dan pemetaan serta pengambilan contoh batuan.



29



3.2.2



Pemetaan Topografi/Batimetri



Dalam kegiatan eksplorasi pemrakarsa memetakan wilayah dengan pemetaan topografi, dengan menggunakan alat theodolite, kompas yang selanjutnya data akan diolah di dalam software arcgis dan kemudian membentuk peta topografi dengan skala yang di digunakan 1 : 5000. 3.2.2.1 Lokasi dan Luasan Lokasi pada kegiatan ini berada pada Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Dengan luas area izin usaha pertambangan 5,43 hektar. 3.2.2.2 Metoda dan Skala Pengukuran detail topografi (pengukuran situasi) selain dapat dilakukan langsung dilapangan dapat pula dilakukan dengan teknik pemotretan dari udara sehingga dalam waktu yang singkat dapat terukur atau terpotret daerah yang seluas mungkin. Pada dasarnya metode fotogametris ini mencakup fotogametris metrik dan interprestasi citra. Fotogametris metrik merupakan ilmu dan teknik pengukuran citra, sedangkan interprestasi citra merupakan pengenalan serta identifikasi suatu objek pada foto. Dengan metode fotogametris ini, pengukuran tidak perlu dilakukan lansung dilapangan tetapi cukup dilaksanakan di laboratorium melalui pengukuran pada citra foto. Untuk dapat melaksanakan pengukuran tersebut, diperlukan bebrapa titik kontrol pada setiap foto udara. Titik kontrol ini dapat dihasilkan dari proses fotogametris selanjutnya yaitu proses triangulasi udara yang bertujuan memperbanyak titik kontrol foto (titik kontrol minor) beradasarkan titik kontrol tanah yang ada. Penyajian data tersebut sangat tergantung pada skala peta, semakin besar skala peta tersebut akan semakin rinci data yang dapat di sajikan, dan sebaliknya semakin kecil skala peta yang dibuat maka semakin kurang rinci pula data yang disajikannya. Oleh sebeb itu skala yang digunakan yaittu 1 : 5000. Sebuah peta topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat mengenai keadaan alam di suatu daratan.



30



3.2.3 Penyelidikan Lainnya 3.3



Penyelidikan Laboratorium Fisika



Penyelidikan laboratorium dilakukan pada sampel yang diambil dari lokasi penelitian, penyelidikan dilakukan di laboratorium milik Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Penyelidikan laboratorium dilakukan untuk mengetahui tipe batuan dan komposisi mineral pada setia sampel. 3.3.1 Metoda dan Nama Laboratorium Metode yang digunakan untuk penyelidikan di laboratorium yaitu menggunakan metode analisa kimia dan bertempat laboratorium Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Contoh Tanah Urug diambil dari hasil pengamatan lapangan berupa coring dari pemboran dengan sistem coring (hasil pemboran inti). Contoh batuan tanah urug yang diambil dibungkus dengan plastic sampel dengan perekat klip agar tidak terpengaruh udara luar. Berat contoh Tanah Urug diambil ± 1 kg, kemudian diberi label, nomor, kedalaman, dan tanggal pengambilan, yang berguna untuk sampling. Analisa conto Tanah Urug yang diambil dilakukan pada laboratorium bertempat laboratorium Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya dengan beberapa parameter : Tebal Solanum, warna, struktur, tekstur, berat jenis, konsistensi, dan kandungan unsur yang ada di dalam tanah urug lokasi penyelidikan. Seluruh parameter merupakan parameter dasar untuk mengevaluasi sifat-sifat dan jenis dari tanah urug. 3.3.2



Jenis Conto dan Jumlah



Jenis conto yang didapat dari pengeboran coring berupa hand specimen sample dari singkapan-singkapan yang ada di daerah penyelidikan. Dengan jumlah lubang bor yang di analisis yaitu terdiri dari 9 lubang bor.



31



BAB IV HASIL PENYELIDIKAN



4.1



Blok/Prospek A



Secara umum daerah penyelidikan WIUP mempunyai prospek komoditas batuan (tanah urug). Prospek utama dari penyelidikan ini adalah dari segi kelimpahan sumberdaya dan urutan rencana penambangan dari yang terdekat ke akses jalan, sehingga prospek penambangan mempunyai luasan sekitar 5,43 Ha atau sekitar 35% dari seluruh WIUP 15,5 Ha yang secara detil akan dibahas pada pembahasan selanjutnya. 4.1.1 Pemetaan Geologi Pemetaan geologi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat geologi yang terjadi di daerah eksplorasi yang berhubungan dengan komoditas batuan yang akan diselidiki. Metode pemetaan geologi dilakukan dengan kompilasi data lintasan terbuka dimana data geologi berupa singkapan batuan dan tanah lapuknya, struktur geologi, batasan lithologi, serta indikasi mineralisasi, diplot melalui alat GPS (global position system) kemudian dituangkan kedalam peta kerja. Hasil pemetaan geologi ini kemudian dituangkan dalam peta penyebaran potensi batuan, yang kemudian menjadi acuan dalam penyusunan rencana kegiatan penambangan dan pembagian blok penambangan. Peta geologi dibuat berdasarkan kesamaan sumber batuan dan proses geologi yang terjadi. Data lapangan dilakukan delineasi batas satuan berdasarkan karakteristik pola kontur tertentu yang menggambarkan proses geologi yang terjadi. Dalam peta geologi lokal daerah WIUP satuan batuan terbagi 1, yaitu satuan Breksi Argopuro yaitu Breksi gunungapi bersusunan Andesit bersisipan dengan lava.



32



Sumber : Arcgis Gambar 4.1 Peta Geologi Lokal



4.1.1.1 Litologi Litologi daerah penyelidikan diketahui berdasarkan hasil pemetaan geologi secara langsung di lapangan. Berdasarkan variasi dan ciri litologi, maka litologi daerah penyelidikan secara singkat terbagi atas 1 satuan batuan yang melingkup seluruh wilayah WIUP Eksplorasi. Satuan Breksi Argopuro yaitu Breksi gunungapi bersusunan Andesit bersisipan dengan lava hasil dari letusan gunung Argopuro. Dari seluruh ketebalan batuan dan bagian atasnya sudah terubah menjadi tanah.



33



Tabel 4.1 Litologi Hasil Pemboran



Pasir Piroklastik Pasir Piroklastik Pasir Piroklastik Pasir Piroklastik Pasir Piroklastik Pasir Piroklastik Pasir Piroklastik Pasir Piroklastik Pasir Piroklastik



4.1.1.2 Struktur Batuan yang terdapat di daerah penyelidikan merupakan batuan berumur kuarter yang cenderung berumur muda dan tidak terpengaruh oleh proses deformasi regional yang telah berlangsung sebelum batuan kuarter hadir. Batuan di daerah penyelidikan berwarna coklat kehitaman dengan struktur remah sampai padat dengan Pola struktur yang hadir di daerah penyelidikan berupa satu sungai disisi timur laut. 4.1.2 Pemetaan Topografi/Batimetri Pada tahap praeksplorasi Tanah Urug, dilakukan pengukuran topografi diarea rencana tambang untuk lokasi yang secara fisik kondisinya masih berupa ladang dan perkebunan. Data topografi ini telah diukur dengan alat total station dan disajikan dalam peta topografi areal tambang Tanah Urug dengan skala 1:5.000. Data yang didapat berupa data kontur topografi digital dengan selang/interval kontur sebesar 50 yang diekspor menjadi kumpulan titik koordinat X, Y, Z



34



(Easting, Northing, Elevation) dan kemudian data ini di overley ke dalam peta dasar topografi global sehingga topografi detail dapat tergambarkan pada area eksplorasi.



Sumber : Arcgis Gambar 4.2 Peta Topografi



4.1.3



Penyelidikan Lainnya



4.1.3.1 Hasil Penelitian 4.1.3.2 Interpretasi 4.1.4 Karakteristik Batuan Kenampakan kondisi perlapisan pada lereng atau tebing-tebing daerah bukaan yang telah ada sangat memudahkan dalam melakukan kegiatan ini, oleh karena pemercontoan dilakukan permeter kedalaman sehingga anlisa lapangan ini juga dilakukan permeter dari kondisi perlapisan yang ada. Untuk mengetahui kandungan endapan mineral dan batuan secara langsung dilapangan, dilakukan



35



dengan dua pengamatan. Pengamatan pertama dengan melihat karakteristik warna dan tekstur tanah dan yang kedua dengan melakukan pengambilan contoh dengan chip sampling, hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan kandungan mineral yang ada pada setiap lapisan. Karakteristik batuan pada satuan Breksi Argopuro diperkirakan telah terlapukan sekitar 47 persen terlihat dari ubahan warna dari batuan aslinya dan remahnya kekompakan satuan batuan, dimana bongkah andesit telah terlapukan menjadi ukuran fragmen yang lebih kecil. 4.2 Blok/Prospek 4.3 Estimasi Sumber Daya Hasil Estimasi Sumberdaya dan Cadangan; Dari hasil kegiatan pemetaan geologi, pemetaan topografi, dan model endapan maka akan dievaluasi seberapa besar sumberdaya endapan bahan galian yang akan diperoleh di lokasi pekerjaan Pemrakarsa. 4.3.1 Metoda Metode yang digunakan untuk perhitungan sumber daya pada bahan galian Tanah Urug yaitu menggunakan metode cross section (metode penampang). Kemudian untuk perhitungannya dengan menghitung luas dari masing-masing sayatan yang meliputi luasan dari Tanah Urug yang dilakukan dengan bantuan software pemodelan dalam tambang, setelah itu dilanjutkan menghitung volume serta menghitung tonase Tanah Urug dengan densitas Tanah Urug sebesar 1,7 ton/m³. 4.3.2 Parameter Estimasi Dalam penentuan sumber daya batu bara dapat menggunakan parameter berikut : 1. Lokasi daerah yang memiliki potensi Tanah Urug 2. Bentuk endapan Tanah Urug 3. Ketebalan Tanah Urug 4. Luas lahan eksplorasi 5. Luas WIUP Eksplorasi



36



6. Luas IUP eksplorasi Dalam perhitungan sumber daya, ada beberapa parameter lain yang digunkan yaitu dianataranya adalah : 1.



Sumber Daya Tereka Jumlah Tanah Urug didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat – syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. Parameter dalam penentuan sumber daya tereka yaitu : 1) Luasan daerah tahap eksplorasi pendahuluan menggunakan luasan Lahan eksplorasi ( 21,5 ha ) 2) Densitas Tanah Urug yang digunakan 1,7 ton/ m3.



2.



Sumber Daya Terunjuk Jumlah Tanah Urug didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. Parameter dalam penentuan sumber daya terunjuk yaitu : 1) Luas lahan WIUP eksplorasi ( 15,5 ha ) 2) Densitas Tanah Urug yang digunakan 1,7 ton/ m3.



3.



Sumber Daya Terukur Jumlah Tanah Urug didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat – syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci. Parameter dalam penentuan sumber daya terukur yaitu : 1)



Luas IUP Eksplorasi (5,43 ha), luas lahan sudah lebih rapat dengan lubang bor terluar.



2)



Densitas Tanah Urug yang digunakan 1,7 ton/ m3.



37



Sumberdaya Kondisi geologi



Sederhana



Moderat



Kompleks



4.3.3



Kriteria



Hipotetik



Jarak titik



Tidak



informasi(m)



terbatas



Jarak titik



Tidak



informasi(m)



terbatas



Jarak titik



Tidak



informasi(m)



terbatas



Tereka



Tertunjuk



1000