Teori Akuntansi - Pendapatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Akuntasi memang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena dengan Akuntansi kita bisa memantau kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan yang kita jalani, apakah memperoleh laba atau menderita kerugian.dengan akuntansi kitapun dapat memperoleh informasi yang nantinya berguna untuk pemakainya,baik itu pihak ekstern maupun intern. Dengan adanya informasi ini kita juga bisa membayar pajak kepada pemerintah demi kesejahteraan sosial. Semua informasi diatas terkait



halnya



dengan banyak



pendapatan yang



kita



peroleh



dari



kegiatan



perusahaan kita, kerana pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap perusahaan. Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat penghasilan atau earnings . Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa(fees ), bunga, dividen, royalti dan sewa. Menurut PSAK nomor 23 paragraf 6 adalah sebagai berikut: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk it u mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan dan biaya merupakan penyebab penting perubahan ekuitas yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dan pembentuk laporan laba rugi yang menentukan laba perusahaan. Itulah sebabnya akun-akun tersebut disebut dengan akun nominal atau temporer yang akhirnya secara periodik harus ditutup dengan membuat jurnal penutup. Konsep dasar upaya dan capaian (effort and accomplishment) menyatakan bahwa pendapatan harus diperoleh dengan biaya dan bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya. Jadi, tidak ada pendapatan tanpa biaya. Oleh karena itu, secara konseptual biaya harus dikeluarkan dulu untuk memperoleh pendapatan. Artinya hanya dengan biaya, pendapatan dapat tercipta.



1



1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana karakteristik pendapatan ? 2. Bagaimana pengakuan pendapatan, pembentukan pendapatan dan realisasi pendapatan 3. Apa saja kriteria pengakuan pendapatan 4. Bagaimana saat pengakuan pendapatan 5. Bagaimana saat pengakuan penjualan jasa 6. Bagaimana pedoman umum pengakuan pendapatan 1.3 TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui karakteristik pendapatan 2.



Untuk memahami bagaimana pengakuan pendapatan, pembentukan pendapatan dan realisasi pendapatan



3. Untuk mengetahui kriteria pengakuan pendapatan 4. Untuk memahami bagaimana saat pengakuan pendapatan 5. Untuk memahami saat pengakuan penjualan jasa 6. Untuk mengetahui pedoman umum pengakuan pendapatan



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Karakteristik yang harus dipenuhi sehingga disebut Pendapatan: 1. Kenaikan Aset Pendapatan ada atau timbul apabila terjadi transaksi atau kejadian yang menaikkan asset atau menimbulkan aliran masuk asset yaitu jumlah rupiah kotor (gross).. Tidak ada batasan bahwa asset harus berupa kas atau alat likuid yang lain. Akan tetapi, tidak semua kenaikan asset dapat menimbulkan pendapatan. FASB dan IAI (IASC) menyatakan hal yang sama bahwa pendapatan diukur dengan jumlah rupiah dari penjualan. Paton dan Littleton menyebutkan 5 transaksi atau kejadian yang membuat asset bertambah. Maka dari itu, merujuk kegiatan yang disebutkan Paton dan Littleton, hanya kegiatan point 5 yang masuk dalam kategori sumber pendapatan yaitu penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa). Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut: a. Transsaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor. b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan. c. Hadiah, donasi atau temuan\Revaluasi aset yang telah ada. d. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa) Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah kotor.FASB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah rupiah yang datang dari p-enyerahan produk atau pelaksanaan jasa.(IASC) menunjuk jumlah kotor dengan menyebutkan bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen, royalitas, dan sewa. Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk. Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan kata lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu periode.



3



Kelemahan lain adalah definisi ini mengacaukan pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan proses penciptaan pendapatan. IAI harus membatasi bahwa kenaikan aset tersebut adalah yang menaikkan ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi dengan pemilik.konsep ka\enaikan aset mengalami masalah dalam hal aliran masuk yang berupa pembayaran di muka yang berasal dari pelanggan.Walaupun pembayaran semacam ini merupakan bagian dari operasi utama perusahaan, pada kenyataannya aliran masuk tersebut tidak atau belum dianggap pendapatan.Demikian juga, walaupun penjualan kredit menimbulkan piutang usaha, piutang sering dianggap buakan suatu aliranmasuk aset. 2. Operasi Utama Berlanjut Tidak semua kenaikan aset di atas membentuk pendapatan.Kegiatan utama atau sentral yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang dapat disebut pendapatan.Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan pendanaan.Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan mengirimkan berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa. Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian operasi dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi, investasi, dan pendanaan.Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utama dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi. a.



Operasi dan Non-operasi



Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap sebagai pos pendapatan “non-operasi” dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan memang perlu tetapi mengklasifikasinya sebagai non-operasi dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan. Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos operasi dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi sebagai pos operasi tesebut benar benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja.Jadi, istilah “non-operasi” kurang deskriptif untuk mengklasifikasikan beberapa pendapatan atau untung yang sebenarnya masuk dalam 4



pengertian operasi dalam arti luas.Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung (other revenue and gains). 3. Penurunan Kewajiban Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima.Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampaiada prestasi dari perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan. Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan



4. Suatu Entitas Pendapatan didefinisi sebagai kenaikan asset bukannya kenaikan ekuitas bersih meskipun kenaikan asset tersebut akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan ekuitas bersih. Telah disebutkan, dengan konsep kesatuan usaha, ekuitas secara konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik. Oleh karena itu, naiknya asset karena pendapatan akan mengakibatkan naiknya ekuitas. Jadi, naiknya ekuitas merupakan konsekuensi dan bukan sumber pendapatan sehingga pendapatan tidak dapat didefinisikan sebagai kenaikan ekuitas. 5. Produk Perusahaan Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan.Di sini pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter.Definisi ini juga netral terhadap saat pengakuan.Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan pendapatan itu sendiri; produk fisis yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah pendapatan.Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian (efford and accomplishment)



yaitu



pendapatan



merupakan



capaian



upaya



produktif



5



perusahaan.Produk merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif.Dengan pengertian ini, pendapatan terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan atau selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat penyerahan produk kepada pelanggan. Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan moneter.Pendapatan merupakan aliran masuk aset (unit moneter dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisis berupa penyerahan produk (output) perusahaan.Dalam hal ini, Kam (1990, hlm. 237) mempertanyakan apakah pendapatan itu objek atau kejadian. Untuk menjawab hali tersebut, Kam merinci lebih lanjut kedua aliran tersebut yaitu: a. Aliran fisis berupa : 



Kejadian memproduksi dan menjual produk







Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.



b. Aliran moneter berupa : 



Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan produk ke konsumer.







Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual.



6. Pertukaran Paton dan Litteleton memasukkan kata pertukaran (exchange) dalam definisinya karena pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah jika jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen. 7. Berbagai Bentuk dan Nama Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan, misalnya, disebut dengan penjualan. Misalnya bagi perusahaan jasa, pendapatan dapat disebut sebagai pendapatan sewa, pendapatan jasa angkutan, pendapatan bunga, dan sebagainya.



6



Sekilas Tentang Untung FASB membatasi pengertian pendapatan hanya untuk kenaikan aset yang berkaitan dengan operasi utama atau sentral. IAI (IASC) tidak membedakan untung dan pendapatan sehingga keduanya digabung dalam konsep penghasilan (income). Maka dari itu, definisi untung dapat dikatakan sebagai: 1. Kenaikan ekuitas (aset bersih) 2. Transaksi peripheral atau incidental 3. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik 2.2



PENGAKUAN PENDAPATAN, PEMBENTUKAN PENDAPATAN DAN



REALISASI PENDAPATAN PENGAKUAN PENDAPATAN Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan. Pendapatan sebagai produk perusahaan tidak mengisyaratkan berapa jumlahnya dan kapan harus dicatat tetapi lebih mengisyaratkan bahwa pendapatan memang ada atau terwujud, definisi tersebut lebih difokuskan pada eksistensi pendapatan. Secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran (measurability), dan keterandalan (reliability). Sebagai produk perusahaan, kriteria keterukuran berkaitan dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan kriteria keterandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut objektif serta dapat diuji kebenarannya. Pendapatan belum terealisasi sebelum terjadinya penjualan yang nyata ke pihak lain dan pendapatan belum terbentuk sebelum perusahaan melakukan upaya produktif.  PEMBENTUKAN PENDAPATAN



7



Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul dan menjadi ada. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil capaian serta kontiuitas usaha. Biaya dan operasi perusahaan merepresentasikan upaya. Pendapatan dan produk merepresentasikan capaian. Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep homogenesitas kos yaitu bahwa semua tahap kegiatan atau unsur di dalamnya (direpresentasikan) mempunyai kedudukan atau arti penting yang sama dalam menghasilkan pendapatan (Paton dan Littleton 1970 : 67 dalam Suwardjono, 2005 : 364). Implikasi dari konsep ini adalah semua tahap kegiatan memberi sumbangan dalam penciptaan pendapatan yang secara proporsional sama dengan besarnya kos. Jadi, begitu kos suatu objek biaya terjadi, pendapatan dapat dianggap terbentuk sehingga laba juga terbentuk. REALISASI PENDAPATAN Menurut konsep ini, pendapatan baru dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan atau belum dibuat sama sekali. Pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi atau terbentuk. Konsep realisasi lebih berkaitan dengan masalah pengukuran pendapatan secara objektif dan lebih bersifat kriteria pengakuan daripada bersifat makna pendapatan. Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu : 1. Kejadian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya (misalnya kontrak penjualan) 2. Penguatan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya aset lancar. 8



Dari kedua kejadian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses realisasi merupakan konfirmasi proses penghimpunan dana. 2.3 KRITERIA PENGAKUAN PENDAPATAN Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi dan penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan kata lain, pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum ada penjualan yang nyata. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas; jumlah rupiah harus cukup pasti dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen. Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan. Atas dasar konsep kesatuan usaha, tidak ada pendapatan tanpa upaya. Tanpa upaya yang cukup pendapatan belum dapat diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83): a.    Terealisasi atau cukup pasti terealisasi Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya. b.    Terbentuk atau terhak  Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan. Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot



9



pentingnya untuk suatu kegiatan tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu penghimpunan menjadi lebih kritis daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus mendahului realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi terbentuk. Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syaratsyarat berikut : 



Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)







Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)







Proses perhimpunan secara substansial telah selesai Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB. Agar dapat dikatakan



terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut pada umunya dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1) berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila pendapatan dalam bentuk piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti sehingga jumlah rupiah pendapatn yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang akhirnya diterima. Dengan demikian pengukkuran pendapatan sangat andal. Syarat (3) tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB. (Sumber Suwardjono, 2005 : 362-369) 2.4 SAAT PENGAKUAN PENDAPATAN Masalah kapan suatu pendapatan dapat diakui berkaitan dengan saat (timing) pengakuan pendapatan itu sendiri. Ada beberapa gagasan mengenai hal ini : A. Pada Saat Kontrak Penjualan Dapat terjadi ketika perusahaan telah menandatangani kontrak perusahaan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang. Pendapatan sudah terealisasi tetapi belum terbentuk karena hanya satu kriteria yang terpenuhi dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Sementara itu, pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan 10



kepada pembeli, biasanya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pada umumnya, perlakuan semacam ini berlaku untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi dan jarak antara penandatangan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu tahun). B. Selama proses produksi secara bertahap Biasanya produk yang memerlukan waktu yang cukup lama (misalnya industri konstruksi bangunan ) diperlakukan sebagai projek dan dilaksankan atas dasar kontrak sehingga pendapatan terealisasi untuk seluruh periode kontrak tetapi mungkin belum cukup terbentuk pada akhir tiap periode akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai dilakukan. Yang pertama disebut metode persentase penyelesaian, sedangkan yang terakhir disebut metode kontrak selesai. Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah : Akresi. Yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah lainnya. Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif. Tapi yang terjadi sekarang adalah pendapatan sudah terbentuk tapi belum terealisasi.  Untuk merealisasikan pertambahan tersebut nilai tersebut, proses produksi masih diperlukan. Apresiasi. Yaitu, selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset terdepresiasi). Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi definisi pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar. Penghematan Kos. Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian. Hal 11



ini bukanlah suatu pendapatan, kalau pembelian dilakukan dengan cara bijaksana, yang terjadi yang terjadi hanyalah bahwa kos akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pembelian biasa. Memang benar bahwa efisiensi dan keberuntungan dalam pembelian akan mempunnyai pengaruh terhadap laba yang akhirnya diperoleh. Akan tetapi, diperolehnya laba tersebut masih menunggu realisasi penjualan. C. Pada saat produk selesai Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Bahan dasar hasil produksi biasanya memiliki harga yang sudah pasti. Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi suatu sediaan barang jadi pada tanggal tertentu, sehingga kedua kriteria pengakuan dianggap dapat terpenuhi. Kalau sudah ada kontrak penjualan sebelumnya, tidak ada masalah dengan pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai karena pendapatan sudah terealisasi dan pada saat produk selesai pendapatan secara subtansial sudah terbentuk. Pengakuan ini setara dengan metode kontrak-selesai Namun bila belum ada kontrak penjualan sebelumnya hanya kriteria terbentuk yang terpenuhi. Dan hal seperti ini keberatan untuk dikatakan sebagai pendapatan. D. Pada saat penjualan Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah terpenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan. Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam perusahaan (kas atau piutang). Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal 12



pertama yaitu berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna jual dan masalah kedua adalah adanya kemungkinan retur barang. Akhirnya kemungkinan akan ada piutang tak tertagih, sehingga piutang tidak dapat dijadikan bukti terealisasinya pendapatan. Masalah pengakuan saat penjualan : 1. Kembalian dan potongan tunai Adanya hak pengembalian tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan menjual produknya dengan hak mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat penjualana kalau syarat-syarat berikut terpenuhi (SFAS No. 48 prg.6) : a. Harga jual cukup pasti b. Pembeli sudah membayar kepada penjual c. Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi penculikan atau kerusakan fisis produk d. Pembeli benar-benar ada secara substantive e. Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan di masa dating f. yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk bersangkutan g. Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak. Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi berapa jumlah rupiah pendapatan harus dicatat. 2. Kos purna-jual Masalah yang paling sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin akan terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut. Prosedur yang umum dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah mendebit jumlah rupiah yang sama ke dalam satu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun. 3. Kerugian piutang 13



Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan. Alasannya, piutang bukan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai pengukur pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan yang sama seperti kos purna jual, yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan disajikan dalam statement sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi. 4. Transaksi penjualan Secara umum, penjualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa hasil produksi perusahaan dengan kas atau klaim atas kas. Secara teknis, transaksi penjualan adalah transaksi pertukaran aset secara aktual bukan transaksi kontrak itu sendiri. Penjualan dikatakan telah terjadi secara teknis bila produk (dan risiko yang melekat) telah ditransfer ke pembeli dan sebagai penghargaan penjual mendapat kas atau klaim atas kas. Kontrak penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum dapat dikatakan sebagai transaksi penjualan berapapun perusahaan telah menerima uang muka. Namun, secara konseptual kontrak penjualan dapat dipandang sebagai realisasi pendapatan. Masalah lebih banyak terletak pada kriteria realisasi. Melalui PSAK No. 23, IAI membuat ketentuan dapat mengakui pendapatan dari penjualan barang sebagai berikut (Pasal 13 atau 38)24: o Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. o Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. o Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. o Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dibuhungkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut. o Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transasksi penjualan dapat diukur dengan andal. 14



E. Pada saat kas terkumpul Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas.. Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang. Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang ketertagihan piutang. Pendapatan suatu periode diakui secara proporsional atas dasar kas yang telah diterima dalam periode tersebut. Ini berarti, jumlah rupiah tagihan sejalan dengan kemajuan pekerjaan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul adalah:



1) Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Pendek Dalam perusahaan jasa seperti perusahaan angkutan dan bioskop, transaksi dilakukan dalam waktu yang relatif pendek. Penerimaan kas hampir bersamaan dan sejalan dengan penyerahan jasa. Ini berarti bahwa saat penerimaan kas atau penyerahan jasa dapat dijadikan pengujian untuk dasar pengukuran dan pengakuan pendapatan. 2) Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Panjang Di lain pihak, apabila jasa yang diberikan adalah kompleks dan baru akan selesai dalam periode yang relatif panjang seperti halnya penyewaan ruang, maka besar kemungkinan akan terjadi perbedaan yang mencolok antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui dengan basis akrual dan basis kas. 3) Argumen Pendukung Validitas pengakuan pendapatan secara proporsional dengan penerimaan kas didasarkan atas tiga pertimbangan yang saling berkaitan, yaitu:  Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan aset yang mempunyai daya beli murni (dapat dibelanjakan).  Makin lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan piutang tidak tertagih. 15



 Kos purna-jual, terutama kos penagihan dan pengumpulan piutang, biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kos purna jual untuk penjualan kredit (biasa). 4) Alasan Penyanggah Patton dan Litteton (1970) menegaskan bahwa pengakuan pendapatan dasar kas (untuk perusahaan jasa) kurang dapat didukung dengan alasan: 



Tagihan (piutang) yang timbul akibat penyerahan jasa pada dasarnya mempunyai kedudukan yuridis yang sama dengan piutang yang timbul dari penjualan barang.







Belum tentu kegagalan untuk penerimaan peluanasan piutang dalam perusahaan jasa lebih besar daripada perusahaan barang dagang.







Dalam hal penerimaan pembayaran dimuka, kemungkinan terjadinya kerugian piutang memang sudah tidak ada lagi tetapi tidak berarti bahwa pendapatan sudah dapat diakui. Jadi, pada dasarnya pengakuan pendapatan atas penerimaan kas hanya berlaku



untuk jasa profesi yang mempunyai karakteristik: (1) jasa bersifat unik dan tidak dapat ditentukan secara jelas dan pasti pada permulaan pekerjaan, dan (2) jumlah pendapatan total yang harus ditagih tergantung pada hasil pekerjaan yang bersangkutan.



5) Prosedur Akuntansi Dasar Kas Patton dan Litteton (1970) menggambarkan prosedur akuntansi untuk mencapai penandingan yang tepat sebagai berikut: 



Pada saat kontrak penjualan angsuran dan pengiriman seluruh barang, perusahaan mencatat sebagai berikut: Pengiriman Barang-Dasar Kas    xxx Sediaan Barang Dagangan        xxx



16



Jumlah di atas dicatat atas dasar kos. Piutang angsuran dicatat secara memorial (tidak dijurnal). Pengiriman barang-dasar kas mempunyai status sebagai aset perusahaan (semacam barang konsinyasi).







Bila perusahaan menerima uang muka atau angsuran, penerimaan dicatat sebagai: Kas            xxx Penjualan-Dasar Kas        xxx Seluruh jumlah rupiah kas yang telah diterima dari penjualan dalam suatu periode yang tampak dalam saldo akun Penjualan-Dasar Kas yang merupakan pendapatan yang diakui dan dilaporkan dalam periode tersebut.







Pada akhir periode harus diperhitungkan kos produk yang dapat dibebankan secara tepat (sebagai biaya) ke pendapatan dasar kas tersebut. Jurnal yang harus dibuat pada akhir tahun adalah: Cost Barang Terjual-Dasar Kas    xxx Pengiriman Barang-Dasar Kas    xxx







Kalau ternyata ada akhir periode terdapat penjualan yang sudah diterima kasnya tetapi barang belum dikirim maka cost barang tersebut harus ditaksir dan ditambahkan ke kos barang terjual dasar kas. Jurnal yang harus dibuat pada akhir periode adalah: Cost Barang Terjual-Dasar Kas        xxx Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas        xxx Dalam neraca, pos Pengiriman Barang-Dasar Kas akan disajikan sebagai aset lancar sebesar kosnya dan pos Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas



17



dapat dilaporkan sebagai kewajiban atau dikontrakan dengan pos Pengiriman Barang-Dasar Kas. 6) Biaya Administrasi dan Penjualan Pada umumnya cost administrasi dan penjualan bukan merupakan cost yang dapat diperlakukan seperti cost sediaan yaitu tersediakan. Cost tersebut harus segera dibebankan ke pendapatan sebagai biaya periode. Dalam hal inilah pengakuan pendapatan atas dasar kas menunjukkan kelemahannya. Sementara cost produk dapat diperhitungkan secara cukup teliti untuk ditandingkan dengan pendapatan dasar kas, biaya administrasi dan umum sangat sulit untuk dikaitkan dengan pendapatan tersebut. 2.5 SAAT PENGAKUAN PENJUALAN JASA Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan. Yang sering sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan jasa telah terjadi dan selesai. AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut: 



Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.







Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara proporsional.







Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan bila kondisi berikut terpenuhi :



18



a.



Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir dilaksanakan.



b.



Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditetukan di muka selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.







Terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul. Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar



kemajuan pelaksanaan merupkan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan pengecualian dari kaidah ini. IAI mengeksplisitkan asumsi atau kondisi yang melandasi keterterapan pengakuan atas dasar kemajuan pelaksanaan yaitu: a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. b) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. c) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal. d) Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. 2.6 PEDOMAN UMUM PENGAKUAN PENDAPATAN FASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut: 1. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk diserahkan kepada konsumen. 2. Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi atau pengiriman barang, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman. 3. Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan dapat diukur secara andal. 19



4. Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara terusmenerus selama suatu periode dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu. 5. Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti, pendapatan dan untung rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah. 6. Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang tidak segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung rugi dapat diakui pada saat telah terhak atau transaksi telah selesai asalkan nilai wajar aset non moneter yang dapat ditentukan dengan layak. 7. Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul. PROSEDUR PENGAKUAN Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa yang dapat digunakan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi. Kegiatan Internal Sebagai Pemicu dan Bukti Pengakuan Pendapatan:       Kaidah



Kegiatan



Internal



yang



proses



Overhead.



Penyiapan dan pengiriman surat penagihan.



produksi



Pembayaran biaya Adm.



Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan



secara



Penagihan.



akumulasi kos.



Kegiatan Pemicu dan Bukti Pengakuan Pengakuan Terlibat Pada saat Pendapatan belum diakui. Surat kontrak dan Penandatanganan kontrak, kontrak penerimaan bukti setor bank sebagai dasar penerimaan uang muka penjualan pencatatan uang muka Selama Penggunaan BB, TKL, dan



bertahap Penyesuaian akhir tahun. Pada saat Pemindahan barang jadi dari Belum ada kontrak : (1) penyerahan barang ke 20



gudang proses produksi selesai



disertai



nota



penerimaan,



atau



(2)



penyesuaian akhir tahun.



pabrik ke gudang.



Sudah ada kontrak: Penyerahan barang ke bagian



Penyesuaian akhir tahun



gudang disertai nota penerimaan dan surat kontrak atau order pembelian



Penerimaan



order



pembelian. Penerimaan uang Pengiriman barang disertai pengiriman faktur Pada



saat muka. Pengiriman barang. sesuai syarat.



penjualan



Pengiriman



faktur Penerimaan nota terima barang didukung faktur



penjualan. Penerimaan nota dan order pembelian/penjualan terima barang dari pembeli Pengiriman surat tagihan Pada



saat angsuran.



kas



Penerimaan kas atau alat



terkumpul



pembayaran lain. Penyesuaian akhir tahun



Penerimaan kas didukung nota pembayaran atau bukti transfer. Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan kas yang terkumpul sampai akhir periode



PENYAJIAN Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemetnt laba rugi.



BAB III PENUTUPAN



21