Terapi Oksigenasi Keperawatan Gadar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Terapi Oksigenasi Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolism dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen (O2) untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen ke dalan paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara: yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia. B. Metode Pemberian Oksigen Metode pemberian oksigen dapat dibagi menjadi 2 teknik yaitu: sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi. 1. Sistem Aliran Rendah Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernapasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernapasan normal, misalnya klien dengan volume tidal 500 ml dengan kecepatan pernapasan 16-20 kali permenit. Teknik ini juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu low flow low concentration dan low flow high concentration. Teknik oksigenasi dengan low flow low concentration ini memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah dan dengan aliran yang rendah. Adapun teknik yang digunakan adalah sebagai berikut (Ni Luh Suciati, 2010): Contoh sistem aliran rendah adalah:



a. Nasal Kanul/Kanul Binasal Nasal kanul adalah alat sederhana yang murah dan sering digunakan untuk menghantarkan oksigen. Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada bagian tengah selang dan dapat dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk memberikan oksigen dan yang memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan hidungnya. Oksigen yang diberikan dapat secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %. Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan nasal kanul: •



1 Liter /min : 24 %







2 Liter /min : 28 %







3 Liter /min : 32 %







4 Liter /min : 36 %







5 Liter /min : 40 %







6 Liter /min : 44 %



Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 % Gambar:



Prinsip 1. Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah biasanya hanya 2-3 liter/menit 2. Membutuhkan pernapasan hidung 3. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsistensi >40% Indikasi dan Kontraindikasi (Suparmi, 2008 & Ignatavicius, 2006) Indikasi: 1)



Pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).



2)



Pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asthma, PPOK, atau penyakit paru yang lain



3)



Pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang



Kontraindikasi: 1)



Pada pasien dengan obstruksi nasal



2)



Pasien yang apneu



Hal-hal yang harus diperhatikan (Potter & Perry, 2010): 1) 2)



Pastikan jalan napas harus paten tanpa adanya sumbatan di nasal Hati-hati terhadap pemakaian kanul nasal yang terlalu ketat dapat menyebabkan kerusakan kulit ditelinga dan hidung.



3)



Jangan terlalu sering menggunakan aliran > 4 liter/menit karena dapat menimbulkan efek pengeringan pada mukosa



Keuntungan dan Kerugian (Ni Luh Suciati, 2010) Keuntungan: 1)



Pemasangannya lebih mudah dibandingkan dengan kateter nasal



2)



Lebih murah dan disposibel



3)



Pasien lebih mudah makan, minum dan berbicara



4)



Pasien lebih mudah mentolerir dan merasa nyaman



5)



Pemberian oksigen lebih stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan yang teratur



Kerugian: 1)



Konsentrasi yang diberikan tidak bisa lebih dari 44%



2)



Mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1-1.5 cm



3)



Oksigen bisa berkurang jika pasien bernapas melalui mulut



4)



Aliran Oksigen > 4 liter/menit jarang digunakantidak akan menambah FiO2 dan bisa menyebabkan iritasi selaput lender serta mukosa kering



5)



Pemasangan selang nasal yang terlalu ketat dapat mengiritasi kulit di daerah telinga dan hidung



Bahaya yang mungkin muncul Bahaya yang dapat terjadi untuk pemberian O2 yang berlebihan adalah timbulnya kondisi Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah yang terlalu tinggi. Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori diantaranya adalah untuk tindakan tidak mencuci tangan dapat memperbesar penularan penyakit, penggunaan nasal kanul yang tidak steril juga memperbesar penularan penyakit melalui secret dari satu pasien ke pasien lain. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril meningkatkan kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air akan terhirup oleh klien. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul. Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas. Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien. Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.



Sedangkan teknik oksigenasi dengan low flow high concentration ini memberikan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi tapi dengan aliran yang rendah. Adapun teknik yang digunakan adalah sebagai berikut: b. Sungkup



Muka



(Masker)



Sederhana/Simple



Face



Mask



Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling serta konsentrasi oksigen yang diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran oksigen yang diberikan sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen antara 40-60%. Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan masker sederhana:







5-6 Liter/menit : 40 %







6-7 Liter/ menit : 50 %







7-8 Liter/ menit : 60 %



Gambar :



Prinsip Masker wajah sederhana untuk mengalirkan oksigen tingkat sedang



dari



hidung kemulut, dengan konsentrasi oksigen 40-60%. Masker wajah sederhana mengalirkan oksigen dengan kecepatan 5-8 liter/menit. Indikasi dan Kontraindikasi (Ni Luh Suciati, 2010) Indikasi: Pasien dengan kondisi seperti nyeri dada (baik karena serangan jantung atau penyebab lain) dan pasien dengan sakit kepala Kontraindikasi : Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi Hal-hal yang harus diperhatikan (Ignatavicius, 2006 & Suzanne, 2008): 1)



Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit karena untuk mendorong CO2 keluar dari masker



2)



Saat pemasangan perlu adanya pengikat wajah dan jangan terlalu ketat pemasangan karena dapat menyebabkan penekanan kulit yang bisa menimbulkan rasa phobia ruang tertutup



3) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan masker dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit Keuntungan dan Kerugian (Suparmi, 2008) Keuntungan:



1)



Sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup yang berlubang besar



2)



Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih besar daripada kanul nasal ataupun kateter nasal



3)



Dapat diberikan juga pada pasien yang mendapatkan terapi aerosol



Kerugian : 1)



Konsentrasi oksigen yang diberikan tidak bisa kurang dari 40%



2)



Dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika alirannya rendah



3)



Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk



4)



Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah



5)



Umumnya menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien



6)



Menimbulkan rasa panas sehingga kemungkinan dapat mengiritasi mulut dan pipi



c. Sungkup Muka (Masker) dengan kantong rebreathing Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang, baik saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask (Ni Luh Suciati, 2010)



Gambar



:



Prinsip 1.



Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60%-80%



2.



Volume aliran 8-12 liter/menit



3.



Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2



Indikasi dan Kontraindikasi (Potter & Perry, 2010 ) Indikasi: Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah Kontraindikasi: Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi Hal-hal yang harus diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010): 1) Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. 2)



Memasang kapas kering di daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit



3)



Jangan sampai kantong oksigen terlipat atau mengempes karena apabila ini terjadi, aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien menghirup sejumlah besar karbondioksida.



Keuntungan dan Kerugian Keuntungan: 1)



Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi daripada sungkup muka sederhana



2)



Tidak mengeringkan selaput lendir



Kerugian: 1)



Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah



2)



Kantong oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes



3)



Jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2



4)



Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk



5)



Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah



d. Sungkup Muka (Masker) dengan Kantong Non-Rebreathing Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Prinsip alat ini yaitu udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi, dan ada 1 katup lagi yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi (Ni Luh Suciati, 2010). Gambar:



Prinsip



1.



Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi mencapai 99%



2.



Volume aliran 10-12 liter/menit



3.



Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO 2 dan dua katup untuk menampung oksigen



Indikasi dan Kontraindikasi (Potter & Perry, 2010) Indikasi : Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi, pasien COPD, pasien dengan status pernapasan yang tidak stabil dan pasien yang memerlukan intubasi Kontraindikasi: Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi Hal-hal yang perlu diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010): 1) Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir 2)



Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit



3)



Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya



4)



Menjaga supaya kantong O2 tidak terlipat/mengempes untuk mencegah bertambahnya CO2



Keuntungan dan Kerugian Keuntungan: 1)



Konsentrasi oksigen yang diperoleh bisa tinggi bahkan sampai 100%



2)



Tidak mengeringkan selaput lendir



Kerugian: 1)



Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah



2)



Kantong oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes



3)



Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk



4)



Terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama ketika pasien tidak sadar



DAFTAR PUSTAKA



Ignatavicius. 2006. Medical Surgical Nursing. Critical Thinking for Collaborative Care. 5 Ed. United States of America: Elsevier Saunders Perry, P. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Alih Bahasa: Diah Nur. Jakarta: EGC Suciati, N L. 2010. Oxygen Therapy. Karangasem: Nursing Community PPNI Karangasem. Suparmi, Yulia. 2008. Panduan Praktik Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Citra Aji Parama. Suzzane & Brenda. 2008. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Eleventh edition. Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins