Tugas Laporan Praktikum TBB [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Tirto
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN KATA PENGANTAR



Puji syukur kami kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Beton dan Bahan Bangunan. Laporan ini merupakan laporan praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 1819 Maret 2015 di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil ITS sebagai tugas mata kuliah Teknologi Beton dan Bahan Bangunan. Dalam penyelesaian laporan ini kami tentu mendapatkan kesulitan-kesulitan. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam mengatasi kesulitakesulitan tersbut. 1. Bapak Pujo Adi, ST., MT. Dr.techn. selaku dosen pengajar dan dosen asistensi kami yang dengan sabar membimbing kami dalam penyempurnaan laporan ini. 2. Bapak Kurdian Suprapto, Ir., MS. selaku dosen pengajar mata kuliah Teknologi Beton dan Bahan Bangunan yang telah memberikan ilmu mengenai beton danbahan bangunan. 3. Staf Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan (LB3) Jurusan Teknik Sipil ITS yang telah membantu dan membimbing kami dalam melakukan praktikum. 4. Teman-teman Jurusan Teknik Sipil ITS, khususnya yang satu kelas dalam mata kuliah Teknologi Beton dan Bahan Bangunan, yang telah membantu penyelesaian laporan ini. Kami meyadari bahwa laporan yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran pembaca sangat kami apresiasi untuk penyempurnaan tugas kami selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya para civitas academica teknik sipil dan teman-teman yang melakukan praktikum ini di masa yang akan datang. Akhir kata, kami mohon maaf atas segala kesalahan dalam penyusunan laporan ini. Terima kasih.



Surabaya, 17 Mei 2015



Penyusun



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



i



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR .................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii BAB I



: Pendahuluan ................................................................................................ 1



BAB II



: Penyelidikan Bahan Semen ......................................................................... 6



BAB III



: Penyelidikan Bahan Pasir ............................................................................ 19



BAB IV



: Penyelidikan Bahan Batu Pecah .................................................................. 35



BAB V



: Analisa Campuran Pasir dan Batu Pecah .................................................... 48



BAB VI



: Perencananaan Campuran Beton (Mix Design) .......................................... 57



BAB VII : Pelaksanaan Campuran Beton (Mix Design) .............................................. 65 BAB VIII : Evaluasi Mutu Beton .................................................................................. 71 BAB IX



: Hasil Percobaan, Kesimpulan, dan Saran ................................................... 80



BAB X



: Daftar Pustaka ............................................................................................. 84



LAMPIRAN



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



ii



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



BAB I PENDAHULUAN Beton adalah suatu material yang secara harfiah merupakan bentuk dasar dari kehidupan modern. Hampir setiap aspek kegiatan sehari-hari kita tidak dapat lepas dari beton baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh jalan dan jembatan yang kita lewati strukturnya ternuat dari beton, lapangan terbang, breakwater (pemecah gelombang), dam yang digunakan untuk menyimpan air yang dapat dipergunakan untuk pembangkit tenaga listrik juga terbuat dari beton. Bangunan-bangunan lain yang strukturnya terbuiat dari beton antara lain hotel dan power station, bangunan untuk membakar batu bara. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kegiatan kita sehari-hari dipengaruhi oleh dampak perkembangan teknologi beton. (Aman dkk, 2012) Dari kenyataan yang dihadapi semakin terasa pemanfaatan beton dalam kehidupan sehari-hari terlebih lagi dalam pembangunan. Salah satu indikasinya adalah banyak terdapat pabrik-pabrik semen yang tersebar diseluruh Indonesia dengan kapasitas produksi yang besar. Untuk hal itu sangat berguna bagi kita mengetahui lebih dalam tentang teknologi beton itu sendiri. 1.1 DEFINISI BETON Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri agregat kasar dan halus yang dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan agregat halus dan kadang-kadang ditambahkan additive atau admixture bila diperlukan. Agregat didapat dari beberapa jenis bahan yang pada umumnya didapat dari bahan alami seperti batu dan pasir. Agregat dibagi menjadi agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil atau batu pecah) demikian juga dengan semen dibedakan sesuai dengan kandungan unsur kimianya. Bentuk umum semen adalah sebagai pengikat dan kualifikasi semen tergantung pada material khusus. 1.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON Kelebihan beton sebagai bahan bangunan antara lain : 1. Bahan dasarnya mudah didapat 2. Dapat dibentuk sesuai dengan kemauan 3. Mempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi 4. Tahan terhadap api, gelombang air laut, gempa, cuaca, dan suhu ekstrem



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



1



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 5. Dapat dibuat dipabrik sehingga kualitas terjamin 6. Struktur beton dapat berumur panjang asal memenuhi persyaratan perencanaan



dan pelaksanaan sesuai dengan peraturan yang ada 7. Pemeliharaannya mudah dan murah 8. Harganya relatif murah (ekonomis)



Kekurangan beton : 1. Tegangan tarik rendah (bahan yang getas) 2. Daktilitas rendah 3. Mempunyai sifat susut rangkak (creep) 4. Berat jenis besar, sehingga beton sangat berat 5. Volume tidak stabil



I.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BETON Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton sekaligus mutu beton itu sendiri adalah: a.



Semen Kehalusan semen serta komposisi semen mempengaruhi kekuatan tekan. Makin halus partikel-partikel semen akan menghasilkan kekuatan tekan makin tinggi. C3S memberikan kontribusi yang besar pada perkembangan kekuatan tekan pada umur yang lebih panjang.



b.



Faktor lain selain semen Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kekuatan tekan beton adalah kualitas agregat, kekuatan ikat agregat dan pasta (bond strength), kekasaran permukaan agregat, konsentrasi agregat, ukuran agregat, water cement ratio, volume udara, ukuran maksimum agregat, cara pengerjaan agregat seperti pengadukan, pengayakan, dan juga pengeringan. Disamping itu, juga perlu diingat bahwa kekuatan tekan juga dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dari specimen dan cara menekan waktu pengetesan kekuatan tekan (dipengaruhi oleh kecepatan penekanan).



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



2



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 1.4 SEMEN Semen adalah bahan yang digunakan sebagai pengikat agregat dalam beton. Semen yang digunakan sebagai campuran beton yaitu semen hidraulis yang dapat mengikat dan mengeras setelah dicampur dengan air. Yang disebut semen hidrolik adalah suatu bahan pengikat yang mengeras jika bereaksi dengan air serta menghasilkan produk yang tahan air. Contoh semen hidrolik yaitu semen Portland, semen Alumina, semen Putih dan lain-lain. Gips bukan merupakan semen hidrolik karena setelah mengeras karena bereaksi dengan air, produk ini akan larut dalam air. Kapur yang telah mengeras adalah tahan air tetapi mengerasnya kapur setelah bereaksi dengan karbon dioksida, bukan air. Komponen utama semen Portland adalah: 1. Batu kapur yang mengandung komponen CaO (kapur,lime) 2. Lempung yang mengandung komponen SiO2 (silica), Al2O3 (oksida alumina), Fe2O3 (oksida besi)



1.5 AIR Ait digunakan bersama dengan semen menghasilkan pasta semen yang berfungsi untuk mengikat agregat. Fungsi air dalam campuran beton adalah untuk menghidrasi semen sehingga semen dapat digunakan sebagai bahan pengikat. Prasyarat air untuk campuran beton : a.



Air tawar yang dapat diminum



b.



Air yang tidak mengandung minyak, asam alkali, garam–garam, dan bahan organis.



c.



Air yang bereaksi netral terhadap kertas lakmus.



d.



Bila terdapat keraguan, dianjurkan untuk mengadakan pengetesan bahan air tersebut.



e.



Prasyarat air untuk beton dan hasil pengetesan di laboratorium : 2.



Sulfat – SO4 ................  1000 mg / l



3.



Chlorida – Cl- ..............  500 mg / l



4.



Angka KmnO4 .............  1500 mg / l



5.



Ph ................................ 4,5 – 8,2



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



3



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 1.6 AGREGAT Agregat adalah material beton yang penting dan 75% bahan beton adalah agregat. Oleh sebab itu mutu agrgat sengat berpengaruh pada mutu beton. Agregat ada 2 yaitu agregat halus dan agregat kasar. 1.6.1



Agregat halus. Agregat halus dalam hal ini adalah pasir. Agregat halus didefinisikan sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau hasil industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. Bila digunakan untuk campuran beton, pasir harus memenuhi syarat-syarat diantaranya, tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat kering, serta harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam (well grading). Prasyarat agregat halus untuk campuran beton :



a.



Terdiri dari butiran yang tajam dan keras



b.



Tidak mengandung bahan organik yang banyak NaOH



c.



Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat kering



d.



Harus berasal dari gradasi (well graded) yaitu di atas ayakan 4 mm,minimal terdapat 2% berattotal,dan terdapat 10% sisa di atas ayakan 0.25 mm berdasar antara 80%-95% berat total.



1.6.2



Agregat kasar Agregat kasar terbagi menjadi kerikil (alami) dan batu pecah (industri). Agregat kasar didefinisikan sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah hasil industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5,0 mm sampai dengan 40,0 mm. Bila digunakan untuk campuran beton, agregat kasar harus memenuhi syarat-syarat diantaranya, tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering, serta harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam (well grading). Prasyarat agregat kasar untuk campuran beton :



a.



Tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak.



b.



Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



4



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN c.



Terdiri dari butiran yang beraneka ragam



1.7 BAHAN TAMBAHAN (ADDITIVE) UNTUK CAMPURAN BETON Bahan tambahan/ additive (atau kadang disebut admixture) adalah semua bahan selain semen, air, agregat halus, dan agregat kasar yang ditambahakan dalam campuran beton. Penggunaan bahan tambahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan sifat beton yang diinginkan. Manfaat digunakannya additive dalam campuran beton : a.



Meningkatkan mutu campuran



b.



Meningkatkan workability campuran



c.



Mempercepat / memperlambat proses pengerasan beton



d.



Meningkatkan mutu beton pada waktu umur muda



e.



Meningkatkan ketahanan beton terhadap pengaruh dari luar



f.



Mengurangi “Bleeding”



( keluarnya air dari campuran beton setelah di



finish) Type additive untuk campuran beton : 1.



Type A



:Water Reducing Admixtures (mengurangi jumlah air dalam



campuran beton untuk menghasilkan konsistensi tertentu). 2.



Type B



: Retarding Admixtures (menghambat proses pengerasan beton).



3.



Type C



: Accelarating



Admixtures



(mempercepat



pengikatan



dan



pengembangan kekuatan awal beton). 4.



Type D



: Water Reducing and Retarding Admixtures.



5.



Type E



: Water Reducing and Accelarating Admixtures.



6.



Type F



: Water Reducing, High Range Admixtures.



7.



Type G



: Water Reducing, High Range, dan Retarding Admixtures.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



5



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



BAB II PENYELIDIKAN BAHAN SEMEN 2.1 PENDAHULUAN Semen didefinisikan sebagai bahan yang mempunyai sifat adhesive dan cohesive yang digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material) setelah dicampur dengan air (disebut pasta semen) dan bahan lain seperti pasir dan kerikil atau batu pecah. Semen yang sering digunakan sebagai campuran beton yaitu semen hidraulis yang dapat mengikat dan mengeras setelah dicampur dengan air. Dalam praktek, semen sering juga disebut dengan PC (Portland Cement) yaitu semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klingker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang dicampur dengan bahan tambahan yaitu gypsum. Sehingga dapat disimpulkan semen Portland terdiri dari kombinasi dari senyawa-senyawa: kapur, silika, oksida besi, alumina, serta gypsum. 2.2 PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN PORTLAND DENGAN ALAT VICAT UNTUK PEKERJAAN SIPIL (ASTM C187-98/SNI 03-6826-2002) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan pengujian konsistensi normal semen Portland untuk pekerjaan sipil. B. TUJUAN Menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pasta semen hidrolik yang diperlukan untuk tes standar tertentu. C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup metode ini meliputi persyaratan pengujian, ketentuan-ketentuan, cara pengujian dan laporan pengujian konsistensi normal semen Portland dengan menggunakan alat vicat. D. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan : 1. Konsistensi normal semen Portland adalah kadar air pasta semen yang apabila jarum vicat diletakkan di permukaannya dalam interval waktu 30 detik akan terjadi penetrasi sedalam 10 mm;



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



6



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 2. Pasta semen adalah campuran semen Portland dan air dengan komposisi tertentu; 3. Benda uji adalah sejumlah semen Portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat dari contoh-contoh semen portland; 4. Contoh semen Portland adalah sejumlah semen portland dengan berat dan isi tertentu yang diambil secara acak dari tempat penyimpanan, serta dianggap mewakili sejumlah semen portland yang akan digunakan untuk pekerjaan tertentu. E. ALAT DAN BAHAN ALAT : 1. Mesin pengaduk yang dilengkapi dengan mangkok pengaduk 2. Satu set alat vicat standar ASTM C-187 3. Gelas ukur kapasitas 200 ml dengan ketelitian 1 ml 4. Timbangan kapasitas 560 gram dengan ketelitian 0,1 gram 5. Sendok perata 6. Stopwatch atau pengukur waktu 7. Pelat kaca ukuran 150 x 150 x 3 mm BAHAN : 1. Semen Portland 2. Air suling F. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Siapkan tiga benda uji semen portland masing-masing beratnya 300 gram serta air suling sebanyak 84 ml, 80 ml, dan 78 ml; 2. Tuangkan 84 ml air suling ke dalam mangkuk pengaduk, kemudian masukkan pula secara perlahan-lahan benda uji sebanyak 300 gr; 3. Aduklah kedua bahan tadi selama 1 menit hingga tercampur; 4. Buatlah bola dari pasta, dengan menggunakan tangan, lalu lemparkan 6 kali dari tangan kiri ke tangan kanan dan sebaiknya jarak lemparan adalah 15cm; 5. Peganglah bola pasta yang terbentuk di salah satu tangan sedang tangan lainnya memegang benda uji. Melalui lobang dasarnya, masukkan bola pasta ke dalam cetakan benda uji sampai terisi penuh dan ratakan kelebihan pasta pada cincin dengan sekali gerakan telapak tangan;



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



7



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 6. Letakkan dasar cincin pada pelat kaca, ratakan permukaan atas pasta dengan sekali gerakan sendok perata dalam posisi miring dan haluskan permukaan pasta dengan ujung sendok perata, tanpa mengadakan tekanan pada pasta; 7. Letakkan benda uji yang berisi pasta pada alat vicat, lalu sentuhkan ujung batang vicat pada bagian tengah permukaan pasta dan kencangkan posisi batang vicat; 8. Letakkan pembacaan pada skala nol atau catat angka permulaan, dan segera lepaskan batang vicat sehingga dengan bebas dapat menembus permukaan pasta; setelah 30 detik, catatlah besarnya penetrasi batang vicat; 9. Ulangi pekerjaan 2 sampai 8 dengan menggunakan benda uji baru dan kadar air yang berlainan; 10. Hitung besarnya nilai konsistensi untuk setiap benda uji, kemudian buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara nilai konsistensi dengan penetrasi; 11. Tentukan titik pada sumbu penetrasi yang menyatakan nilai penetrasi 10 mm, lalu tariklah garis horizontal sehingga memotong grafik konsistensi penetrasi; setelah itu, pada titik perpotongan tesebut tariklah garis vertikal ke bawah sejajar sumbu penetrasi sehingga didapat nilai konsistensi normal.



G. DATA HASIL PERCOBAAN PERCOBAAN NOMOR



1



2



3



Satuan



Berat semen (W1)



300



300



300



Gram



Berat Air (W2)



84



80



78



Ml



Penetrasi (mm)



33



10



8



mm



28,0



26,67



26,0



%



KONSISTENSI =



W2 x 100% W1



Tabel 2.1. Percobaan Konsistensi Normal Semen Portland



Perhitungan : 1. Konsistensi 1 =



84  100%  28,0% 300



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



8



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



2. Konsistensi 2 =



80  100%  26,67% 300



3. Konsistensi 3 =



78  100%  26,0% 300



35 30



Penetrasi (mm)



25 20



15 10 5 0 0



26



26.67 Konsistensi (%)



28



Grafik 2.1. Percobaan Konsistensi Normal dengan Alat Vicat



H. PERHITUNGAN Pada grafik di atas, untuk mencari nilai konsistensi normal semen Portland, maka pada titik yang menunjukkan penetrasi sedalam 10 mm ditarik garis horizontal ke kanan sejajar sumbu konsistensi. Setelah itu, pada titik potong garis tersebut dengan grafik konsistensipenetrasi, tarik garis vertikal ke bawah sejajar sumbu penetrasi sehingga akan di peroleh nilai konstensi normal sebesar 26,67%. Setelah di dapat nilai konsistensi normal sebesar 26,67%, maka untuk menemukan jumlah air yang di butuhkan agar dapat mencapai nilai konsistensi normal tersebut, dapat di hitung : Konsistensi Normal



Jumlah Air



=



=



berat air  100% berat semen (𝑘𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 ×𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛) 100%



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



9



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



=



(26,67 %×300) 100%



= 80,02 ml



I.



REFERENSI Berat PC ( gram )



Konsistensi normal semen



500



0.35



300



0.30



250



0.25



200



0.20



150



0.15



100



0.10



50



0.05



10



0.04



5



0.03



2



0.02



1



0.01



Tabel 2.2. Konsistensi Normal sesuai dengan ASTM C187-86 J.



KESIMPULAN Dari pengujian yang telah dilakukan, maka dapat di ambil kesimpulan : 1. Konsistensi normal yang diperoleh dari pengujian ini sebesar 26,67%. 2. Untuk mencapai nilai konsistensi normal tersebut, maka dibutuhkan semen seberat 300 gram dengan air sebanyak 80,01 ml. Berdasarkan ASTM C187-86 yang menyatakan bahwa untuk semen sebesar 300 gram



mempunyai nilai konsistensi normal sebesar 0,3. Namun dari pengujian yang dilakukan didapat nilai konsistensi normalnya sebesar 26,67% atau 0,2667. Jika pembulatan satu tempat desimal maka nilai menjadi 0,3. Oleh karena itu semen yang diujikan sudah memenuhi dari syarat yang ada.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



10



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN K. GAMBAR



Gambar 2.1 Timbangan dan Wadah Gambar 2.2 Alat uji vikat, gelas ukur, dan stopwatch



2.3 PENGUJIAN WAKTU IKAT AWAL SEMEN PORTLAND DENGAN MENGGUNAKAN ALAT VICAT UNTUK PEKERJAAN SIPIL (ASTM C19101A/SNI 03-6827-2002) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan pengujian waktu ikat awal semen Portland untuk pekerjaan sipil. B. TUJUAN Mendapatkan waktu ikat awal semen saat semen kontak dengan air dan waktu ketika jarum vicat tidak meninggalkan jejak pada permukaan pasta. C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup metode ini meliputi persyaratan pengujian, ketentuan-ketentuan, cara pengujian, dan laporan pengujian untuk semen portland. D. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan : 1. Waktu ikat awal adalah waktu yang diperlukan oleh pasta semen untuk mengubah sifatnya dari kondisi cair menjadi padat atau menjadi kaku;



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



11



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 2. Waktu ikat akhir adalah waktu dimana penetrasi jarum vicat tidak terlihat secara visual. E. ALAT DAN BAHAN ALAT : 1. Satu set alat vicat standar ASTM C-91-82; 2.



Timbangan kapasitas 500 gram dengan ketelitian 0,1 gram;



3.



Gelas ukur kapasitas 200ml, ketelitian 1 ml;



4.



Sendok perata;



5.



Mesin pengaduk yang kecepatan pengaduknya dapat diatur dan dilengkapi dengan mangkuk pengaduk;



6.



Stop watch/pengukur waktu;



7.



Cetakan benda uji berbentuk kerucut terpancung;



8.



2 buah pelat kaca unkuran 150 x 150 x 3 mm;



9.



Sarung tangan (jika dibutuhkan).



BAHAN : 1.



Semen Portland type I sebanyak 300 gram;



2.



Air suling sebanyak 80 ml



F. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Siapkan benda uji semen portland beratnya 300 gram serta air suling sebanyak 80 ml (diperoleh dari pengujian sebelumnya untuk menentukan kadar air agar mencapai konsistensi normal); 2. Tuangkan air suling tersebut ke dalam mangkuk pengaduk, kemudian masukkan pula secara perlahan-lahan benda uji sebanyak 300 gr; 3. Aduklah kedua bahan tadi selama 1 menit hingga tercampur; 4. Buatlah bola dari pasta, dengan menggunakan tangan, lalu lemparkan 6 kali dari tangan kiri ke tangan kanan dan sebaiknya jarak lemparan adalah 15cm; 5. Peganglah bola pasta yang terbentuk di salah satu tangan sedang tangan lainnya memegang benda uji. Melalui lobang dasarnya, masukkan bola pasta ke dalam cetakan benda uji sampai terisi penuh dan ratakan kelebihan pasta pada cincin dengan sekali gerakan telapak tangan;



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



12



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 6. Letakkan dasar cincin pada pelat kaca, ratakan permukaan atas pasta dengan sekali gerakan sendok perata dalam posisi miring dan haluskan permukaan pasta dengan ujung sendok perata, tanpa mengadakan tekanan pada pasta; 7. Letakkan benda uji yang berisi pasta pada alat vicat, lalu sentuhkan ujung batang vicat pada bagian tengah permukaan pasta dan kencangkan posisi batang vicat; 8. Letakkan pembacaan pada skala nol atau catat angka permulaan; 9. Setelah 45 menit dijatuhkan jarum vicat menembus pasta dan setelah 30 detik jarum di stop dan penurunannya dibaca lalu dicatat; 10. Angkat jarum vicat diameter 1 mm tersebut dan dilap untuk memberikan semen yang menempel pada jarum. Setelah 15 menit ditest lagi, tempelkan ujung jarum pada permukaan pasta semen, bukan pada tempat yang tadi melainkan digeser ke tempat lain disekitarnya dengan jarak minimum 3mm; 11. Jatuhkan jarum vicat diameter 1 mm pada pasta, dan setelah 30 detik jarum distop, dibaca penurunannya, dicatat, jarum diangkat dan dilap. Demikian setiap 15 menit ditest dan dicatat sampai penurunan 0 mm didapat, maka percobaan dihentikan. G. DATA HASIL PERCOBAAN No



Interval Waktu Penurunan



Pukul (WIB)



Penetrasi (mm)



(menit) 1



0



18.08



45



2



15



18.23



41



3



30



18.38



41



4



45



18.53



43



5



60



19.08



43



6



75



19.23



40



7



90



19.38



18



8



105



19.53



17



9



120



20.08



15



10



135



20.23



11



11



150



20.38



2



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



13



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 12



165



20.53



0



Tabel 2.1. Percobaan Waktu Ikat Awal dan Pengerasan Semen Portland Dari data percobaan diatas dapat diketahui lamanya waktu untuk terjadi pengikatan awal (penurunan 25 mm) adalah ≤90 menit dan lamanya waktu untuk terjadi pengerasan adalah ≤165 menit. 60



Penetrasi (mm)



50 40 30 20 10 0 0



15



30



45



60



75



90



105



120



135



150



165



Intervarl Waktu (menit) Grafik 2.2 Waktu Ikat Awal Semen dengan Alat Vicat Pada grafik di atas, untuk mencari waktu ikat awal semen Portland, maka pada titik yang menunjukkan penetrasi sedalam 25 mm tariklah garis horizontal ke kanan sejajar sumbu waktu penurunan. Setelah itu, pada titik potong garis tersebut dengan grafik penetrasi-waktu, tarik garis vertikal ke bawah sejajar sumbu penetrasi sehingga akan di peroleh waktu ikat awal semen Portland yang diujikan pada menit ke ±85.



H. REFERENSI Berdasarkan ASTM C150 tentang syarat-syarat semen portland menyatakan bahwa waktu setting dari pasta semen untuk test vicat adalah minimal 45 menit dan maksimal 375 menit. I. KESIMPULAN 45 menit < 85 menit < 375 menit



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



14



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN Berdasarkan referensi yang ada menurut ASTM C 150, maka semen yang diujikan masih memenuhi syarat karena memiliki waktu ikat awal pada menit ke 85 .



J. GAMBAR



Gambar 2.3 Alat Percobaan waktu Mengikat dan Mengeras Semen



2.4 METODE PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND (ASTM C18895/SNI 15-2531-1991) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan untuk melakukan pengujian berat jenis semen portland. B. TUJUAN Mendapatkan waktu ikat awal semen saat semen kontak dengan air dan waktu ketika jarum vicat tidak meninggalkan jejak pada permukaan pasta. C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup metode ini meliputi persyaratan pengujian, ketentuan-ketentuan, cara pengujian, dan laporan pengujian berat isi untuk semen Portland dengan cara Le Chatelier. D. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan :



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



15



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 1. Berat isi semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen pada suhu kamar dengan satuan isi; 2. Suhu kamar adalah suhu ruangan pada saat dilakukan pengujian; 3. Benda uji adalah sejumlah semen portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat dari contoh-contoh semen portland; 4. Contoh semen Portland adalah sejumlah semen portland dengan berat dan isi tertentu yang diambil secara acak dari tempat penyimpanan, serta dianggap mewakili sejumlah semen portland yang akan digunakan untuk pekerjaan tertentu. E. ALAT DAN BAHAN ALAT 1. Timbangan analisa 2600 gram; 2. Labu takar 500cc; 3. Corong; 4. Cawan aluminium; BAHAN 1. Semen Portland Tipe I; 2. Minyak tanah.



F. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Timbang semen sebanyak 250 gr. 2. Timbang labu takar sebanyak 500 cc yang telah dibersihkan. 3. Masukkan semen dengan menggunakan corong kedalam labu takar dan beratnya ditimbang (untuk kontrol). 4. Isi labu takar dengan minyak tanah hampir penuh dan labu takar diputar-putar agar gelembung udaranya keluar. 5. Tambahkan minyak hingga batas kapasitas labu takar, kemudian ditimbang. 6. Semen dan minyak tanah dikeluarkan dan labu takar dibersihkan dengan menggunakan minyak tanah. Isi labu takar dengan menggunakan minyak tanah hingga batas kapasitas dan ditimbang.



G. DATA HASIL PERCOBAAN



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



16



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN Percobaan Nomor



1



Satuan



Berat semen (W1 )



250



Gram



Berat labu takar + minyak (W2)



560



Gram



Berat semen + minyak + labu takar (W3)



735



Gram



Berat jenis minyak (G)



0,8



Gram/cm3



H. PERHITUNGAN Untuk menemukan berat jenis semen tersebut, maka dapat di hitung dengan cara : Berat Jenis Semen =



W1 G W1  W 2  W 3



Percobaan Berat Jenis Semen =



250  0,8 = 2,67 gr/cm3 250  560  735



I. REFERENSI Menurut ASTM C188 uji Le Chatelier flask, berat jenis semen yang memenuhi standadr berada pada rentang 3100 - 3250 kg/m3. J. KESIMPULAN Dari percobaan diatas berat jenis semen adalah 2,667 gr/cm3 atau 2667,0 kg/m3. Jadi, hasil percobaan berat jenis semen Portland yang dipakai dalam praktikum ini belum memenuhi standar.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



17



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN K. GAMBAR



Gambar 2.4 Alat Percobaan Berat Jenis Semen



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



18



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



BAB III PENYELIDIKAN BAHAN PASIR 3.1 PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT (ASTM C 556-97/SNI 03-1971-1990) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan pengujian untuk menentukan kadar air agregat. B. TUJUAN Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh angka presentase dari kadar air yang dikandung oleh agregat. C. RUANG LINGKUP Pengujian ini dilakukan pada agregat yang mempunyai kisaran garis tengah dari 6,3 mm sampai 152,4 mm. Hasil pengujian kadar air agregat dapat digunakan dalam pekerjaan : 1. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton 2. Perencanaan campuran dan mutu perkerasan jalan. D. PENGERTIAN Kelembapan pasir yaitu perbandingan berat air yang dikandung pasir pada kondisi asli terhadap berat pasir pada kondisi kering oven. E. ALAT DAN BAHAN ALAT 1. Timbangan analisa 2. Oven 3. Talam logam tahan karat berkapasitas besar untuk BAHAN 1. Pasir dalam keadaan asli F. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Timbang dan catatlah berat talam (W1)



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



19



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 2. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2) 3. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1) 4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan temperatur 110+5 derajat Celcius. 5. Setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta talam (W4) 6. Hitung berat benda uji kering (W5 = W4 – W1) 7. Kadar air agregat = (W3 – W5)/W5 x 100%



G. DATA HASIL PERCOBAAN



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Jenis Hasil Berat Talam + Contoh Basah 655 Berat Talam + Contoh Kering 630 Berat Air (1 – 2) 25 Berat Talam 155 Berat Contoh Kering (2 – 4) 475 Kadar Air (3 : 5) 5,26 Tabel 3.1 Pengujian Kadar Air Agregat Halus



(gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (%)



H. KESIMPULAN Dari pengujian yang telah dilakukan, maka dapat di ambil kesimpulan kadar air rata– rata agregat halus tersebut adalah: 5,26 %. Nilai kadar air tersebut digunakan dalam mencari perbandingan banyaknya pasir dari kondisi kering permukaan (SSD) ke dalam kondisi asli. Tidak ada batasan untuk kadar air pasir di dalam ASTM C33. Pasir = C + (Cm – Ca) x C/100 C



adalah jumlah agregat halus (Kg/m3)



Cm



adalah kandungan air dalam agregat halus (%)



Ca



adalah absorpsi air pada agregat halus (%)



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



20



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN I.



GAMBAR



Gambar 3.1 Alat Percobaan Kelembapan Pasir



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



21



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 3.2 PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS (ASTM C128-01/SNI 031970-1990) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam melakukan pengujian untuk menentukan berat jenis curah , berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka penyerapan daripada agregat halus. B. TUJUAN Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam melakukan pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka penyerapan daripada agregat halus. C. RUANG LINGKUP Pengujian ini dilakukan pada tanah jenis agregat halus yaitu lolos saringan no 4 (4,75 mm). Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan : 1. Penyelidikan quarrry agregat 2. Perencanaancampuran dan pengendalian mutu beton 3. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan. D. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan : 1.



Berat jenis curah alah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C.



2.



Berat jenuh kering permukaan ialah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 C.



3.



Berat jenis semu adalah perbandingan antara nerat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25C.



4.



Penyerapan adalah perbandingan air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering yang dinyatakan dalam persen. Digunakan untuk menghitung perubahan massa dari suatu material agregat.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



22



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN E. ALAT DAN BAHAN 1.



Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.



2.



Kerucut terpancung diameter bagian atas (40 +/- 3)mm, diameter bagian bawah (90 plus minus 3mm) dan tinggi (75 +/- 3)mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm.



3.



Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110+/5)C



4.



Pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1 C.



5.



Talam



6.



Bejana tempat air



7.



Pasir yang sudah direndam selama 24 jam



8.



Hair dryer



F. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Penyiapan untuk kondisi pasir SSD a.



Saring pasir hingga airnya tidak ada.



b.



Keringkan dengan hair dryer atau kipas angin sambil dibolak-balik dengan sendok untuk mencari kondisi SSD



c.



Tempatkan kerucut SSD pada bidang datar yang tidak mengisap air, tahan jangan sampai goyang.



d.



Isi kerucut SSD 1/3 tingginya dan rojok 8 kali, isi lagi 1/3 tinggi dan rojok 8 kali, isi lagi 1/3 tinggi dan rojok 9 kali. Dirojok tiap bagian masing-masing.



e.



Ratakan permukaannya dan angkat kerucutnya, bila pasir masih berbentuk kerucut maka pasir belum SSD. Keringkan lagi dan ulangi lagi pengisian dengan prosedur sebelumnya, bila kerucut diangkat dan pasir gugur tetapi berpuncak maka pasir sudah dalam keadaan SSD dan siap untuk digunakan dalam pengujian.



f.



Timbang labu takar 1000 cc



g.



Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram, dan masukkan pasir ke dalam labu takar dan timbang.



h.



Isi labu takar yang berisi pasir dengan air bersih hingga penuh .



i.



Pegang labu takar yang sudah terisi air dan pasir dengan posisi miring, putar kiri dan kanan hingga gelembung-gelembung udara dalam pasir keluar.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



23



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN Sesudah gelembung-gelembung keluar tambahkan air ke dalam labu takar



j.



dengan air sampai dengan batas kapasitas dan timbang. G. HASIL PENGUJIAN Setelah data dari pengujian didapatkan kemudian dilakukan perhitungan yaitu: 1.



Berat jenis curah (bulk) = Bk / (B + 500 – B1) .......(1)



2.



Berat jenis jenuh kering permukaan = 500 / (B + 500 - Bt) .......(2)



3.



Berat jenis semu = Bk / (B + Bk - Bt)



Keterangan : B



=



berat piknometer berisi air (gram)



Bt



=



berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)



500 =



berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)



H. DATA HASIL PERCOBAAN Tabel 3.2 Percobaan Berat Jenis Pasir PERCOBAAN



1



Satuan



Berat piknometer + pasir + air (Bt)



1600



Gram



Berat Piknometer + air (B)



1250



Gram



Berat Pasir SSD



500



Gram



Perhitungan :



Berat jenis curah



=



Berat jenis jenuh kering permukaan



=



Berat jenis semu



=



𝐵𝑘 (𝐵+500−𝐵𝑡) 500 (𝐵+500−𝐵𝑡) 𝐵𝑘 (𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡)



= 3,167



= 3,33



= 3,8



Dari data di atas dapat digunakan untuk menghitung perubahan massa agregat berdasarkan penyerapan yang terjadi. Serta data berat jenis digunakan untuk



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



24



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN menghitung berat jenis relatif agregat gabungan. Untuk selanjutnya dari berat jenis agregat gabungan ini di dapatkan berat jenis beton yang direncanakan. I.



KESIMPULAN Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan didapatkan hasil sebesar 3,33 gr/cm3. Tidak ada batasan untuk berat jenis pasir menurut ASTM C 33.



J.



GAMBAR



Gambar 3.2 Alat Percobaan berat Jenis Pasir



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



25



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 3.3 PENGUJIAN RESAPAN AIR PADA PASIR (ASTM C128-01/SNI 03-19701990) A. TUJUAN Menentukan kadar air resapan pada pasir B. ALAT DAN BAHAN ALAT 1.



Timbangan



2.



Oven



3.



Pan



BAHAN 1.



Pasir dalam kondisi SSD



C. PROSEDUR PELAKSANAAN 1.



Timbamglah pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram



2.



Masukkan ke dalam oven dengan temperatur 110+5 derajat Celcius selama 24 jam



3.



Pasir dikeluarkan dan setelah dingin berat pasir ditimbang



D. DATA PADA HASIL PERCOBAAN Percobaan Nomor



1



Satuan



Berat pasir SSD



500



Gram



Berat pasir oven (W1)



486



Gram



Kadar air resapan :[(500-W1)/W1]x100%



2,88



%



Tabel 3.3: Percobaan Air Resapan Pada Pasir



Jumlah air resapan = [(500-486)/486] x 100% = 2,88%



E. REFERENSI Berdasarkan ASTM C 128-93, diketahui bahwa kadar air resapan yang baik ada di rentang antara 1-4 %.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



26



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN F. KESIMPULAN Dari hasil percobaan diperoleh kadar air adalah 2,88% sehingga pasir yang digunakan memenuhi syarat.



G. GAMBAR



Gambar 3.3 Alat Percobaan Air Resapan Pasir



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



27



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 3.4 PENGUJIAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS DAN RONGGA UDARA ( ASTM C 29/29M-97/SNI 03-4804-199 ) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam melakukan pengujian untuk menentukan berat volume dan kadar rongga udara dalam agregat halus. B. TUJUAN Menentukan berat volume pasir dan kadar rongga udara baik dalam keadaan lepas maupun padat. C. RUANG LINGKUP Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat ini mencakup perhitungan isi dalam kondisi padat atau gembur dan rongga udara dalam agregat. D. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan berat volume agregat halus adalah massa suatu agregat tiap satuan volume. E. ALAT DAN BAHAN ALAT 1.



Timbangan analisa;



2.



Takaran berbentuk silinder dengan volume 3 liter;



3.



Alat perojok dari besi berdiameter 16 mm dan panjang 60 cm;



4.



sendok.



BAHAN 1.



Pasir dalam keadaan kering



F. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Tanpa rojokan / lepas a.



Isi penakar sepertiga dari volume penuh dan ratakan dengan batang perata.



b.



Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk – ngetukkan alas penakar secara bergantian sebanyak 50 kali.



c.



Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian padatkan seperti diatas.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



28



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN d.



Isi penakar sampai berlebih dan padatkan lagi.



e.



Ratakan permukaan agregat dengan batang perata



f.



Tentukan berat penkar dan isinya dan berat penakar itu sendiri



g.



Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg.



2. Dengan rojokan a.



Timbang silinder dalam keadaan bersih dan kosong



b.



Silinder diisi batu pecah 1/3 bagian dan dirojok 25 kali. Demikian hingga penuh dan tiap 1/3 bagian dirojok 25 kali



c.



Ratakan permukaan pasir dan beratnya ditimbang



d.



Tentukan berat penkar dan isinya dan berat penakar itu sendiri.



e.



Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg



3. Dengan gembur a.



Silinder dalam keadaan kosong ditimbang



b.



Silinder



diisi sampai penuh, hindarkan terjadinya pemisahan dari butir



agregat. c.



Ratakan permukaanya



d.



Timbang silinder yang sudah terisi penuh



G. DATA HASIL PERCOBAAN Perhitungan 1. Berat Isi Berat isi sebagai berikut: a. agregat dalam keadaan kering oven dihitung menurut rumus berikut: M=



( 𝐺−𝑇 ) 𝑉



... (1)



atau M = (G – T) x F dimana: M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven (kg/m3) G = berat agregat dan penakar (kg) T = berat penakar (kg) V = volume penakar (m3)



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



29



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN F = faktor penakar (m-3)



b. agregat dalam keadaan kering permukaan dihitung menurut rumus berikut: MSSD = M [ 1 + (A/100)] ... (2) dimana: M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven (kg/m3) A = absorpsi (%)



2. Kadar Rongga Udara Kadar rongga udara dalam agregat dihitung menurut rumus berikut: Rongga udara =



[ ( 𝑠 ×𝑤 )– 𝑀 ] (𝑠 ×𝑤)



x 100% ... (3)



dimana: M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven (kg/m3) s = berat jenis agregat dalam kering oven menurut SNI 1969-1990 dan SNI 1970-1990 w = kerapatan air (998 kg/m3)



Berat tanpa wadah



Berat Isi (M)



Rongga Udara



Cara Dirojok



5060 (gram)



1,69 . 103



0, 37%



Cara Diketuk



5140 (gram)



1,71 .103



0, 37%



Cara Digembur



4725 (gram)



1,58 . 103



0, 41 %



Rata-rata



4975 (gram)



1,66. 103



0, 38 %



Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Berat Isi dan Rongga Udara



H. KESIMPULAN Dari data uji diperoleh rata-rata berat isi pasir adalah 1,66 kg/m3 dan kadar rongga udara 0,38 %.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



30



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN I.



GAMBAR



Gambar 3.4 Alat Percobaan Berat Volue Pasir



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



31



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 3.5 PENGUJIAN KOTORAN ORGANIK DALAM PASIR UNTUK CAMPURAN MORTAR DAN BETON (ASTM C40-99/SNI 03-2816-1992) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam melakukan pengujian untuk menentukan adanya kotoran organic dalam pasir untuk campuran mortar dan beton. B. TUJUAN Penentuan kadar zat organik di dalam agregat yang digunakan di dalam adukan beton dan Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh standar warna terhadap larutan benda uji. Percobaan ini dilakukan karena bahan organik mempunyai kelemahan, yaitu: 1.



Mudah menyerap air



2.



Tidak mempunyai kekuatan menempel yang baik.



3.



Gaya tekannya jelek.



C. RUANG LINGKUP Pengujian kotoran organik dalamp pasir alam yang akan digunakan sebagai bahancampuran mortar dan beton. D. PENGERTIAN Yang dimaksud kotoran organik adalah bahan-bahan organik yang terdapat di dalam pasir dan menimbulkan efek yang merugikan terhadap mutu mortar atau beton. E. ALAT DAN BAHAN ALAT 1. Botol bening BAHAN 1. Pasir asli 2. Larutan (3%NaOH +97%Air) 3. Botol bening 4. Larutan standart terdiri dari larutan 0.250 gr K2Cr2O7 didalam 100 ml H2SO4



F. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Botol bening diisi pasir sampai ± 130 ml. 2. Tambahkan larutan NaOH 3% sampai 200 ml dan tutup rapat dan kocok botol ± 10menit



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



32



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 3. Diamkan selama 24 jam. 4. Selanjutnya amati warna cairan di atas permukaan agregat halus yang ada dalam botol, bandingkan warnanya dengan larutan standart. 5. Jika warna larutan benda uji lebih gelap dari warna larutan standart atau menunjukkan warna standart, maka kemungkinan mengandung bahan organik yang tidak diizinkan untuk bahan campuran beton dan mortar.



G. DATA PENGUJIAN Tabel 3.5 : Pengujian Kadar Zat Organik Percobaan Nomor



1



Satuan



Volume Air (cc)



200



Ml



Larutan 3 % NaOH (cc)



6



Ml



Warna yang timbul



Kuning muda



H. HASIL Warna yang dihasilkan dari benda uji yaitu kuning muda I.



REFERENSI Berdasarkan ASTM C40, jika warna yang dihasilkan lebih gelap dari warna standar (kuning kecoklatan), maka agregat halus mengandung zat organik berbahaya.



J.



KESIMPULAN Warna yang dihasilkan dari benda uji yaitu kuning muda (lebih muda dari warna larutan standar kuning kecoklatan) sehingga tidak mengandung zat organik yang berbahayadan kadar zat organik pasir sudah sesuai dengan standar yang ditentukan.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



33



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN K. GAMBAR



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



34



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



BAB IV PENYELIDIKAN BAHAN BATU PECAH



4.1. PENDAHULUAN Batu pecah (coarse agregat) adalah salah satu jenis dari agregat kasar selain dari kerikil. Hal ini dapat mengatasi kendala bila kesulitan mendapat kerikil alam. Batu pecah didapat dari batuan alam yang dipecah melalui industri pemecah batu, batu pecah yang kami gunakan berasal dari Pasuruan. Dan pada umumnya, batu pecah lebih keras dari kerikil alam. Kekuatan beton yang dibuat dengan batu pecah pun biasanya lebih tinggi, karena spesi lebih dapat melekat kuat pada permukaan batu pecah yang kasar daripada permukaan kerikil yang relatif lebih licin / halus. Batu pecah yang digunakan pada campuran beton, harus memenuhi syarat-syarat antara lain, berbutir keras, tidak porus, tidak banyak butiran pipih (max. 20% berat kering batu pecah), tidak banyak mengandung bahan organik atau lumpur, serta bergradasi baik (well graded) dengan ciri-ciri di atas ayakan 31,5 mm harus 0% dari berat total, di atas ayakan 4,0 mm harus berkisar antara 90% - 98% dari berat total, dan selisih antara sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan antara 10% - 60% berat total. 4.2 PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT KASAR (ASTM C556-97/ SNI 03-19711990) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian menentukan kadar air agregat. B. TUJUAN Untuk mengetahui atau menentukan angka presentase dari kadar air yang dikandung oleh agregat. C. RUANG LINGKUP



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



35



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN Pengujian ini dilakukan pada agregat yang mempunyai kisaran garis tengah dari 6,3 mm sampai 152,4 mm. Hasil pengujian kadar air agregat dapat digunakan dalam pekerjaan : 1.



Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton;



2.



Perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.



D. PENGERTIAN Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen. E. ALAT DAN BAHAN ALAT 1.



Timbangan



2.



Oven



3.



Pan



BAHAN 1. Batu pecah dalam keadaan asli. F. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Menimbang batu pecah dalam keadaan asli sebanyak 1500 gram. 2. Memasukkan batu pecah ke oven selama 24 jam dengan temperature (100±5)oC. 3. Mengeluarkan batu pecah dari oven, setelah dingin batu pecah ditimbang beratnya. G. DATA PENGUJIAN Kadar air batu pecah Percobaan Nomor



1



Berat batu pecah asli (w1 gram)



1500 gr



Berat batu pecah oven (w2 gram)



1420 gr



Kelembapan batu pecah =



w1  w2 100% w2



5,63%



Perhitungan



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



36



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



 Kadar air agregat =



1500  1420  100%  5,63% 1420



H. KESIMPULAN Dari percobaan diatas didapat kadar air batu pecah sebesar 5,63%. Tidak ada batasan untuk kadar air batu pecah di dalam ASTM C33. I.



GAMBAR



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



37



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 4.3. METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR ( ASTM C127- 01/SNI 03-1969-1990) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam melakukan pengujian untuk menentukan berat jenis curah , berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari agregat kasar. B. TUJUAN Untuk menentukan berat jenis batu pecah dalam keadaan SSD. C. RUANG LINGKUP Pengujian dilakukan terhadap agregat kasar, yaitu yang tertahan oleh saringan berdiameter 4,75 mm (saringan no 4). D. ALAT DAN BAHAN ALAT 1. Timbangan 30 kg 2. Keranjang kawat tergantung pada timbangan 3. Oven 4. Kain lap BAHAN 1. Batu pecah dalam kondisi SSD. E. PROSEDUR PENGUJIAN 1.



Mengangkat batu pecah yang telah direndam di dalam air selama 24 jam kemudian mengelapnya satu persatu.



2.



Menimbang sebanyak 3000 gram.



3.



Memasukkan keranjang yang berisi batu pecah SSD tersebut kedalam keranjang yang tergantung pada timbangan.



4.



Menggantung keranjang pada timbangan dan tercelup seluruhnya ke dalam air.



5.



Menimbang berat dalam air (keranjang dan batu pecah).



F. DATA PENGUJIAN Berat Jenis batu pecah



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



38



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN PERCOBAAN NOMOR



1



Berat Batu pecah di udara (w1 3000 gr gram ) Berat Batu pecah di air (w2 gram)



1904 gr



Berat jenis = w1 / (w1 – w2) (gr/cc)



2,73 (gr/ccc)



Perhitungan 



Berat jenis =



3000  2.73gr / cc (3000  1904)



G. REFERENSI Menurut ASTM C127 batas berat jenis batu pecah yang diperbolehkan antara 2,42,7 gr/cm3. H. KESIMPULAN Dari percobaan diatas diperoleh berat jenis batu pecah 2,73 gr/cm3. I.



GAMBAR



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



39



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 4.4. PENGUJIAN RESAPAN AIR PADA BATU PECAH (ASTM C127-01/SNI 031969-1990) A. TUJUAN Menentukan kadar air resapan batu pecah. B. ALAT DAN BAHAN ALAT 1. Timbangan 30 kg 2. Oven BAHAN 1. Batu pecah dalam kondisi SSD. C. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Menimbang batu pecah kondisi SSD sebanyak 1500 gram. 2. Memasukkan oven selama 24 jam. 3. Mengeluarkan batu pecah dan setelah dingin menimbang beratnya. D. DATA PENGUJIAN Resapan air pada batu pecah PERCOBAAN NOMOR



1



Berat batu pecah SSD



1500 gr



Berat batu pecah oven (w gram)



1480 gr



Kadar air resapan = (3000 – w) / w x 100%



1,35%



Perhitungan  Kadar air resapan batu pecah =



1500  1480  100%  1.35% 1480



E. KESIMPULAN Dari percobaan diatas diperoleh kadar air resapan batu pecah sebesar 1,35%.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



40



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN F. Gambar



4.5 PENGUJIAN BOBOT ISI DAN RONGGA UDARA DALAM AGREGAT (ASTM C29/29M-97/SNI 03-4804-1998) A. TUJUAN Menentukan berat volume batu pecah dan mengetahui kadar rongga udara dalam agregat. B. RUANG LINGKUP Metode Pengujian Berat Uji dan Rongga Udara dalam Agregat ini mencakup :



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



41



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 1.



Perhitungan berat isi dalam kondisi padat atau gembur dan rongga udara dalam agregat



2.



Ketentuan–ketentuan peralatan, contoh uji, perhitungan, cara uji, dan laporan hasil uji



C. ALAT DAN BAHAN 1. Timbangan 2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 10 liter 3. Alat perojok besi BAHAN 1. Batu pecah dari Pasuruan dalam keadaan kering. D. PROSEDUR PENGUJIAN 1.



2.



Tanpa rojokan/lepas 



Menimbang silinder dalam keadaan kosong.







Mengisi silinder dengan batu pecah dan menjatuhkan seperti biasa.







Menimbang silinder yang sudah terisi batu pecah penuh.



Dengan rojokan 



Menimbang silinder dalam keadaan kosong.







Mengisi silinder penuh dengan batu pecah 1/3 bagian, kemudian merojok 25 kali, demikian hingga penuh dan tiap bagian dirojok 25 kali.



3.







Meratakan permukaannya.







Menimbang silinder yang sudah terisi batu pecah penuh.



Dengan digoyang 



Menimbang silinder dalam keadaan kosong.







Mengisi silinder 1/3 bagian , dan kemudian menggoyang silindere sebanyak 24 kali , kemudian mengisinya terus menerus sampai penuh dan tiap bagian digoyang selama 24 kali.







Jika sudah penuh permukaannya diratakan.







Menimbang silinder yang sudah terisi penuh batu pecah yang telah diketuk.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



42



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN E. DATA PENGUJIAN Berat volume batu pecah JENIS PERCOBAAN



TANPA



DENGAN



DENGAN



ROJOKAN



ROJOKAN



PUKULAN



Berat silinder (w1 kg)



5015 gr



5015 gr



5015 gr



Berat silinder + batu pecah (w2 kg)



19080 gr



19965 gr



19350 gr



Berat volume batu pecah (w2 – w1 kg)



14065 gr



14950 gr



14335 gr



Volume silinder (dm3)



10000



10000



10000



Berat volume (w2 – w1) / v



1,4065 gr/cm3



1,495 gr/cm3



1,4335 gr/cm3



Perhitungan berat volume  Berat isi agregat tanpa rojokan / lepas =



14065  1,4065 gr / cm3 10000



 Berat isi agregat dengan rojokan =



14950  1,495 gr / cm3 10000



 Berat isi agregat dengan pukulan =



14335  1,4335 gr / cm3 10000



 Berat isi rata-rata =



1,4065  1,495  1,4335  1,445 gr / cm3 3



F. REFERENSI Berdasarkan ASTM C 29-91 batas berat volume yang disyaratkan adalah sebesar 1.45 t/dm3 sampai dengan 1.7 t/dm3 G. KESIMPULAN Dari percobaan diatas diperoleh berat volume batu pecah sebesar 1,445 gr/cm 3. Jadi batu pecah yang digunakan memenuhi persyaratan.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



43



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN H. Gambar



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



44



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 4.6. PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES (ASTM C131-03/SNI 03-2417-1991) A. TUJUAN Mengetahui prosentasi keausan batu pecah untuk beton dengan menggunakan mesin Los Angeles. B. ALAT DAN BAHAN ALAT 1.



Mesin aus Los Angeles



2.



Bola baja 12 buah



3.



Timbangan analisa 2600 gram



4.



Saringan No. 1 ½



5.



Saringan No. ¾



6.



Saringan No. ½



7.



Saringan No. 3/8



8.



Saringan No. 12 (1,7 mm)



BAHAN 1. Batu pecah oven dengan gradasi Gradasi # 1 ½ ” – 1”



= 1250 gram



# 1” – ¾”



= 1250 gram



# ¾” – ½”



= 1250 gram



# ½” – 3/8”



= 1250 gram



C. PROSEDUR PENGUJIAN 1.



Mengayak batu pecah/kerikil sesuai gradasi di atas.



2.



Mengumpulkan menjadi satu (5000 gram).



3.



Memasukkan bola baja (12 buah).



4.



Menutup mesin dan baut sekrup dikencangkan.



5.



Memutar mesin sebanyak 500 kali (selama ± 15 menit).



6.



Membuka penutup mesin, batu pecah dan bola dikeluarkan.



7.



Menyaring batu pecah dengan ayakan No. 12 (1,7 mm).



8.



Menyuci agregat yang tertinggal di atas saringan lalu mengoven 16 – 24 jam.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



45



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 9.



Mengeluarkan setelah 24 jam dalam oven, kemudian ditimbang setelah dingin.



D. DATA PENGUJIAN Hasil te keausan dengan mesin Los Angeles PERCOBAAN NOMOR



1



Berat sebelum diabrasi (w1 gram)



5000 g



Berat sesudah diabrasi (w2 gram)



3340 g



Keausan = (w1 – w2) / w1 x 100%



33,2%



Perhitungan:  Keausan =



5000  3340  100%  33,2% 5000



E. REFERENSI Berdasarkan ASTM C131, batu pecah mememnuhi syarat jika keausan kurang dari 50%. F. KESIMPULAN Setelah di tes, diketahui keausan batu pecah adalah 33,2%. Maka dapat disimpulkan bahwa keausan batu pecah memenuhi syarat yaitu keausan kurang dari 50% . Keterangan tambahan : Tes ini diperlukan karena pada waktu pembuatan beton bahan-bahan ini harus mengalami gerakan-gerakan yang keras dalam mixer, demikian juga harus menerima gesekan pada saat pengecoran dan pemadatan.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



46



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN G. GAMBAR



Mesin Los Angeles



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



47



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



BAB V CAMPURAN AGREGAT 5.1 PERCOBAAN ANALISA SARINGAN PASIR (ASTM C136-01/SNI 03-19681990) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam melakukan pengujian untuk menentukan kondisi pasir. B. TUJUAN Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh gradasi dari benda yang di uji. C. RUANG LINGKUP Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton. D. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan gradasi adalah hasil dari ayakan pasir yang kemudian diplot ke dalam grafik. E. ALAT DAN BAHAN ALAT 1. Timbangan Analisa 2600 gram 2. Sikat Baja 3. Satu Set Ayakan ASTM – C33 Nomor Ayakan



Ukuran Diameter Lubang ( mm )



4



4.76



8



2.38



16



1.19



30



0.59



50



0.29



100



0.15



Pan



-



BAHAN 1. Pasir dalam keadaan kering oven



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



48



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN F. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Timbang pasir sebanyak 1000 gram 2. Bersihkan saringan dengan sikat / kuas kemudian di susun 3. Masukkan pasir dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar 4. Ditempatkan paling atas dan diguncang – guncang dengan tangan selama 10 menit. 5. Pasir yang tertinggal pada tiap ayakan ditimbang. Perlu untuk kontrol berat pasir keseluruhan 1000 gram. 6. Gambarlah hasil prosentase saringan pada grafik.



G. DATA PENGUJIAN Data ayakan pasir Saringan



Tertinggal pada



% Kumulatif



Ayakan



Tertinggal



Nomor



mm



gram



%



4



4,76



2,15



0,43



0,43



8



2,36



35,3



7,06



7,49



16



1,18



57,5



11,5



18,99



30



0,6



135,5



27,1



46,09



50



0,3



192,1



38,42



84,51



100



0,15



68,8



13,76



98,27



Pan



0,00



8,65



1,73



-



500



100%



255,78



Jumlah



Fm Pasir : 2,5578



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



49



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



Persentase lolos ayakan kumulatif (%)



Zona I 120 100



80 Batas Bawah



60



Batas Atas



40



Data Praktikum 20 0 0.15



0.3



0.6 1.2 2.4 4.8 Ukuran mata ayakan



9.6



Persentase lolos saringan kumulatif (%)



Zona II 120 100 80 60



Batas Bawah



40



Batas Atas Data Praktikum



20 0 0.15



0.3



0.6 1.2 2.4 4.8 Ukuran mata ayakan (mm)



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



9.6



50



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



Persentase lolos saringan kumulatif (%)



Zona III 120 100 80 60



Batas Bawah



40



Batas Atas Data Praktikum



20 0 0.15



0.3



0.6 1.2 2.4 4.8 Ukuran mata ayakan (mm)



9.6



presentase lolos sahringan kumulatif (%)



Zona IV 120



100 80 60



Batas Bawah



40



Batas Atas Data Praktikum



20 0



0.15



0.3



0.6 1.2 2.4 4.8 ukuran mata ayakan (mm)



9.6



H. KESIMPULAN Modulus kehalusan yang diperoleh (2,5578) sesuai dengan standar karena berada dalam range standard ASTM (2,3 – 3,1) I. KESIMPULAN Dari data uji diperoleh gradasi pasir pada zone ke 2. 5.2 PERCOBAAN ANALISA SARINGAN BATU PECAH ( ASTM C 136-01/SNI 03-1968-1990) A. TUJUAN



Menentukan distribusi ukuran butir/ gradasi batu pecah. B.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



51



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN C. PERALATAN DAN BAHAN 1.



Timbangan 25 kg



2.



Satu set ayakan ASTM dengan diameter # 3/2’’,#3/4’’ dan #3.8’’,bila perlu dengan #4,75’’ dan #2,38’’



3.



Alat penggerak listrik



4.



Batu pecah dalam keadaan kering oven



D. RUANG LINGKUP Hasil pengujianini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton. E. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan gradasi adalah hasil dari ayakan kerikil yang kemudian diplot ke dalam grafik.



F. PROSEDUR PELAKSANAAN 1.



Timbang kerikil sebanyak 10 kg.



2.



Masukkan batu pecah ke dalam ayakan yang telah disusun dari ayakan yang paling besar (di atas) sampai ayakan yang paling kecil (paling kecil), kemudian diguncang-guncang selama kurang lebih 10 menit



3.



Timbang batu pecah yang tertinggal pada masing–masing ayakan



4.



Mengontrol berat total = 10 kg



5.



Gambarlah hasil prosentase saringan pada grafik



G. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA Tabel: Pengujian Dan Analisa Ayakan Batu Pecah (Kerikil) Lubang



3/4" 1/2" 3/8" Total



berat tertinggal gr



%



0 840 1685 2525



0%



16,8% 33,7% 50,5%



berat kumulatif tertahan ayakan(%) 0 16,8 50,5 Fm = 0,505



berat kumulatif lolos ayakan (%)



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



83,2 49,5



52



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



gradasi batu pecah ukuran maksimum 10 mm 120



lolos ayakan %



100 80 Batas bawah



60



Batas atas



40



Data praktikum 20 0 4.76 9.5 19.1 ukuran mata ayakan (mm)



gradasi batu pecah ukuran mkasimum 20 mm 120



lolos sharingan %



100 80 Batas bawah



60



Batas atas



40



Data praktikum



20 0 4.76



9.5 19.1 ukuran mata ayakan (mm)



38



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



53



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



gradasi batu pecah ukuran mkasimum 40 mm 120



lolos sharingan %



100 80 Batas bawah



60



Batas atas



40



Data praktikum 20 0 4.76



9.5 19.1 38 ukuran mata ayakan (mm)



76



Gambar: Grafik Lengkung Ayakan Batu Pecah H. KESIMPULAN Dari data uji diperoleh gradasi kerikil yang keluar dari zone.



5.3 ANALISA CAMPURAN AGREGAT A. PENDAHULUAN Setelah melaksanakan pengayakan pasir dan batu pecah, maka akan didapatkan lengkung ayakan kumulatif pasir dan batu pecah dan diketahuinya grading zone masing-masing agregat.Hal ini harus diteruskan dengan menganalisa campuran agregat pasir dan batu pecah sehingga diketahui jenis lengkung ayakan campuran kedua agregat. Jenis lengkung ayakan ada tiga macam, yaitu: gap graded agregat (dimana terdapat satu atau lebih butiran (fraksi) yang hilang), well garded agregat (dimana semua ukuran butir agregat tidak ada yang hilang), dan uniform graded agregat (dimana ada beberapa ukuran butir yang sama atau seragam).Gap graded dan uniform graded mempunyai efek yang merugikan antara lain banyak memerlukan semen dan air, finishing dan pengerjaannya sulit, serta kualitas beton yang dihasilkan tidak sesuai dengan campuran beton standar.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



54



Analisa Lubang inci/mm



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN Campuran pasir dan batu pecah



Pasir I



Pasir II



Batu I



Batu II



∑%



∑%



∑%



∑%



Pasir I



Pasir II



Batu pecah I



Batu pecah II



35%



%



65%



%



∑%



Dia. 3”



--



--



--



--



--



--



--



--



--



¾”



--



--



0



--



--



--



0



--



1/2”



--



--



16,8



--



--



--



10,92



--



3/8”



--



--



50,5



--



--



--



32,825



--



0 10,92 32,825



# 4,75



0,43



--



100



--



0,1505



--



65



--



65,1505



2.36



7,49



--



100



--



2,6215



--



65



--



67,6215



1.18



18,99



--



100



--



6,6465



--



65



--



71,6465



0.6



46,09



--



100



--



16,1315



--



65



--



81,1315



0.3



84,51



--



100



--



29,5785



--



65



--



94,5785



0.15



98,27



--



100



--



34,3945



--



65



--



99,3945



0.075



--



--



100



--



--



--



65



--



65



Jumlah



255,78



--



767,3



--



89,523



--



498,745



--



588,268



MHB



2,5578



7,673



F campuran = 5,88



Lengkung Ayakan Campuran ∑ % lolos ayakan



120 100 80 60 diameter max 40 mm



40



diameter max 20 mm 20



0



ukuran lubang ayakan



Gambar: Grafik Lengkung Ayakan Campuran



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



55



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



B. ANALISA CAMPURAN AGREGAT PASIR DAN BATU PECAH Dari analisa saringan pasir dan batu pecah diperoleh persen komulatif yang tertinggal pada ayakan # 4,76 dari pasir ( Yp ) dan batu pecah ( Yk ) yaitu : Yp = 0,43 %



Yk = 100 %



Dari gambar gradasi gabungan diketahui prosentase bahan yang lolos ayakan # 4,76 antara 45-25. Maka diambil nilai tengahnya : A = (45+25)/2 = 35 Maka yang tertinggal C = (100 – 35) = 65 Rumus prosentase campuran adalah sebagai berikut : C = Yp



Xp (100  Xp)  Yk 100 100



65 = 0,43



Xp (100  Xp)  100 100 100



6500



= 0,43 Xp +10000 - 100 Xp



Xp= 35.151 % = 35 % Yp = 100 % - 36 % = 65 %



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



56



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



BAB VI PERENCANAAN CAMPURAN BETON (MIX DESIGN)



6.1 LANGKAH PERENCANAAN CAMPURAN BETON 6.1.1 Langkah-langkah rencana pembuatan campuran beton normal dilakukan sebagai berikut: 1. Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan fc pada umur tertentu 2. Hitung deviasi standar menurut ketentuan ayat 3.3.1 butir 1 3. Hitung nilai tambah 4. Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan fcr’ menurut ayat 3.3.1 butir



2 5. Tetapkan jenis semen 6. Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus. Agregat ini dapat dalam bentuk



tak dipecahkan (pasir atau koral) atau dipecahkan 7. Tentukan faktor air semen menurut ayat 3.3.2 bila dipergunakan grafik 1 atau 2



ikuti langkah-langkah berikut: a. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan table sesuai dengan semen dan agregat yang dipakai b. Lihat grafik 1 untuk benda uji berbentuk silinder atau grafik 2 untuk benda uji berbentuk kubus c. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir b diatas d. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai memotong kurva yang ditentukan pada sub butir c diatas e. Tarik garis tegak lurus kebawah melalui titik potong tersebut untuk mendapatkan faktor air semen yang diperlukan 8. Tetapkan faktor air semen maximum menurut ayat 3.3.2 butir 2 (dapat



ditetapkan sebelumnya atau tidak). Jika nilai yang dikehendaki, maka yang dipakai ialah yang terendah 9. Tetapkan slump 10. Tetapkan ukuran agregat maximum jika tidak ditetapkan dapat diabaikan



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



57



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 11. Tentukan nilai kadar air bebas menurut table 6 ayat 3.2.5 12. Hitung jumlah semen ialah kadar air bebas dibagi faktor air semen 13. Jumlah semen maximm jika tidak ditetapkan dapat diabaikan 14. Tentukan jumlah semen seminim mungkin. Jika tidak lihat ayat 3.2.2 kadar



semen yang telah diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan 15. Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah karena



lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari jumlah semen maximum yang disyaratkan), maka faktor air semen harus diperhitungkan kembali 16. Tentukan susunan besar butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus sudah



dikenal dan sudah dilakukan analisa ayaknya menurut standar yang berlaku, maka kurva-kurva yang tertera dalam grafik 3 s/d 6 dan grafik 7 s/d 9 untuk agregat kasar 17. Tentukan persentase pasir dengan menggunakan grafik 10 s/d 12



Dengan diketahuinya ukuran butir agregat maximum butir 10, slump butir 9, faktor air semen butir 15 dan daerah susunan butir agregat butir 16, maka jumlah persentase pasir yang diperlukan dapat dibaca pada grafik. Jumlah ini ialah jumlah seluruhnya dari pasir atau fraksi agregat yang lebih halus dari 5mm. dalam agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia seringkali dijumpai bagian yang lebih halus dari 5mm dalam jumlah yang lebih kurang dari 5%. Dalam hal ini maka jumlah agregat halus yang diperlukan harus dikurangi 18. Hitung berat jenis relative agregat menurut ayat 3.2.6 19. Tentukan berat jenis beton menurut grafik 13 sesuai dengan kadar air bebas



yang sudah ditemukan dari table 6 dan berat jenis relative dari agregat gabungan butir 18 20. Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis dikurangi



jumlah kadar air semen dan kadar air bebas 21. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil persentase pasir butir 17



dengan agregat gabungan butir 20 22. Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah hasil persentase pasir butir 20



dengan agregat gabungan butir 21. Dari langkah-langkah tersebut diatas, butir



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



58



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 1 s/d 22 sudah dapat diketahui susunan campuran bahan-bahan untuk 1𝑚3 beton 23. Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan pada ayat 3.3.8 24. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan



yang sesungguhnya, sesuai berikut: a. Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka susunan campuran beton tersebut dikatakan baik. Jika tidak, maka campuran perlu dibetulkan b. Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi/rendah, maka kadar airnya perlu dikurangi/ditambah (dengan demikian juga kadar semennya, karena faktor air semen harus dijaga agar tidak berubah) c. Jika kekuatan beton dari campuran uji ini terlalu tinggi atau rendah, maka faktor air semen dapat atau harus ditambah atau dikurangi sesuai dengan grafik 1 atau 2



6.1.2



Koreksi proporsi campuran Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi



campuran harus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat paling sedikit minimum satu kali dalam sehari dan dihitung menurut rumus sebagai berikut: a.



Air = B + (Cm - Ca) x C/100 + (Dm - Da) x D/100



b.



Agregat Halus = C - (Ca - Cm) x C/100



c.



Agregat Kasar = D - (Da - Dm) x D/100



Keterangan = B



adalah jumlah air (Kg/m3)



C



adalah jumlah agregat halus (Kg/m3)



D



adalah jumlah agregat kasar (Kg/m3)



Ca



adalah absorbsi air pada agregat halus (%)



Da



adalah absorbsi air pada agregat kasar (%)



Cm



adalah kandungan air dalam agregat halus (%)



Dm adalah kandungan air dalam agregat kasar (%)



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



59



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 6.2



PERHITUNGAN PROPORSI CAMPURAN BETON 1.



Kuat tekan karakteristik 27,5 MPa



2.



Standar deviasi ditetapkan 5 MPa



3.



Nilai tambah (margin) yang didapat adalah:



4.



∑ = 1,68 (5) MPa = 8,2 MPa Kuat tekan rata-rata yang didapat adalah: F’cr = 27,5 MPa + 8,2 MPa= 35,7 Mpa



5.



Semen yang dipakai ditetapkan Semen UPC type 1



6.



Agregat kasar ditetapkan batu pecah, agregat halus ditetapkan pasir



7.



Faktor air semen didapat dari grafik 1 sebesar 0,5



8.



Faktor air semen max didapat dari SNI 03-2847-2002 Pasal 6.2 sebesar 0,52



9.



Nilai slump ditetapkan oleh pengawas praktikum sebesar 90 milimeter.



10. Ukuran agregat maksimum ditetapkan sebesar 20 milimeter. 11. Pada saat pencampuran



suhu 27°C . Suhu ruang/ketetapan 25°C. Maka nilai



kadar air bebas adalah : 2/3 Wh + 1/3 Wk + C - x = 2/3 (195 ) + 1/3 (225 ) + 2 - 4 = 203 Kg/m3 12. Jumlah semen yang didapat:



Jumlah semen = 203 : 0,5 = 406 Kg/m3 13. Daerah atau zona gradasi agregat berdasarkan pengujian material agregat yaitu



masuk zona 3 14. Didapatkan persen agregat halus dari grafik adalah 35 %. Sehingga agregat kasar



didapatkan sekitar 65 %. 15. Menentukan berat jenis riil agregat SSD berdasarkan pada percobaan uji berat



jenis bahan agregat pada bab pengujian bahan agregat. Dari percobaan uji berat jenis agregat didapatkan hasil berat jenis agregat halus 2,7 dan berat jenis agregat kasar 2,74. Dengan menggunakan rumus Bj agregat = 2,7 x 35% + 2.74 x 65% = 2,726 Kg/m3 16. Menentukan berat isi beton basah dilakukan berdasarkan berat relative agregat



sekitar 2,726 kg/m3 didapatkan berat isi beton basah sebesar 2435 Kg/m3



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



60



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 17. Menentukan kadar agregat gabungan berdasarkan hasil penghitungan berat jenis



beton dan kadar air bebas serta jumlah semen. Dengan rumus Kadar agregat kabungan = 2435 – 203 – 406 = 1826 Kg/m3 18. Menentukan kadar agregat halus:



Kadar agregat halus



= 1826 Kg/m3 x 0,35 = 639,1 Kg/m3



19. Menentukan kadar agregat kasar



Kadar agregat kasar = 1826 Kg/m3 – 639,1 Kg/m3 = 1186,9 Kg/m3 20. Dari perhitungan di atas didapatkan proporsi teoritis / kondisi SSD campuran



beton dengan kuat tekan rata-rata target 35,7 MPa sebagai berikut : Proporsi Campuran



Semen (Kg)



Air (Kg)



Agregat kondisi SSD Agregat Halus (Kg) Agregat Kasar (Kg)



Tiap m3



406



203



639,1



1186,9



Campuran uji (0,05m3)



24,36



12,18



38,346



71,214



21. Kemudian data diatas dikoreksi untuk mendapatkan proporsi campuran beton



dalam kondisi asli dengan memperhitungkan nilai kadar air serta penyerapan pada tiap-tiap agregat. 22. Dari pengujian bahan agregat halus pada bab 3. Didapat nilai kadar air dan



penyerapan agregat halus sebesar 2,56% dan 2,56%. Serta dari pengujian agregat kasar pada bab 4 didapatkan nilai kadar air dan penyerapan agregat kasar sebesar 0,502% dan 1,52%.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



61



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



URAIAN



TABEL/ GRAFIK



NILAI



UNIT



Kuat tekan yang



Ditetapkan



27,5 Mpa pada 28 hari



Mpa



bagian cacat 10 %,



disyaratkan



k.=1,64 Deviasi Standart



SNI 03-2847-2002



5



Mpa



Pasal 7.3.1 Nilai Tambah ( Margin)



Ditetapkan



8,2



Kekuatan tekan rata-



SNI 03-2847-2002



27,5 + 8,2 = 35,7



rata target



Pasal 7.3.2



Jenis Semen



Ditetapkan



Semen UPC type 1



Jenis Agregat Halus



-



Pasir alami



Mpa



Batu Pecah



Jenis Agregat Kasar Faktor air semen bebas



Grafik 1



0,5



Faktor air semen max



SNI 03-2847-2002



0,52



Pasal 6.2 Slump



Ditetapkan



90



mm



Ukuran agregat max



SNI 03-2847-2002



20



mm



Pasal 5.3 Kadar air bebas



Tabel 6. Tabel Slump



203



dan ayat 3.3.5 Jumlah Semen



11 : 8 atau 7



406



Jumlah semen max



Tak Ditetapkan



-



Jumlah Semen min



Tak Ditetapkan



-



Faktor air semen yang



-



-



Analisis pasir



Daerah gradasi susunan



disesuaikan Susunan besar butir



butir Zona 3



agregat halus Persen agregat



Grafik melengkung



Halus : 35 %, Kasar: 65



campuran



agregat campuran



%



Berat jenis relatif



Perhitungan



(2,7 x 35%)+ (2.74 x



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



kg/m3



62



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 65%) = 2,726



agregat Berat isi beton



Grafik 16



2435



kg/m3



Kadar agregat gabungan



19 -(12 +11)



2435 – 203 – 406 =



kg/m3



1826 Kadar agregat halus



17 x 20



0,35 x 1826 = 639,1



kg/m3



Kadar agregat kasar



20 – 21



0,65 x 1826 = 1186,9



kg/m3



Porposi



Semen



Air



Campuran Tiap m3 (dalam



Agregat



Agregat



Halus



kasar



406



203



639,1



1186,9



24,36



12,18



38,346



71,2



Kg



kondisi asli) Campuran uji (0,06 m3)



Kg



14



6.3 PERHITUNGAN CAMPURAN BETON DALAM KEADAAN ASLI Data yang diperoleh dari hasil percobaan BAHAN



PASIR



BATU PECAH



2,7 gr/cm³



2,74 gr/cm³



Kelembaban



2,56 % (Cm)



0,502% (Dm)



Resapan



2,56 % (Ca)



1,52 % (Da)



Besar Jenis (SSD)



Kebutuhan bahan untuk membuat 1 m³ beton ( Dalam keadaan SSD ) 1. PC



(A)



= 406 kg/m³



2. AIR



(B)



= 203



3. PASIR



(C)



= 639,1 kg/m³



4. BATU PECAH



(D)



= 1186,9 kg/m³



kg/m³



Penyesuaian : 1.



PC



= 406 kg/m³



2.



Air



= B + (Cm-Ca)x(C/100) + (Dm-Da)x(D/100) = 203 + (2,56-2,56) x 639,1 / 100 + (1,52 – 0,502) x 1186,9 / 100 = 215,1 kg/m³



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



63



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 3. Pasir



= C - (Ca-Cm)xC/100 = 639,1 - (2,56-2,56) x 639,1 / 100 = 639,1 kg/m³



4. Batu pecah = D - (Da-Dm)xD/100



= 1186,9 - (1,52 – 0,502) x 1186,9 / 100 = 1174,8 kg/m³



Maka perbandingan dalam kondisi asli ialah : PC : Air : Pasir : Batu pecah



= 406



:



251,1



:



639,1



: 1174,8



=



:



0,62



:



1,6



:



1



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



2,9



64



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN BAB VII PELAKSANAAN CAMPURAN BETON



7.1 PEMBUATAN CAMPURAN BETON (ASTM C 192-02 ) A. MAKSUD Metoda pengambilan contoh untuk campuran beton segar ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan dalam mengambil contoh campuran beton segar. B. TUJUAN Untuk mendapatkan contoh beton segar yang mewakili seluruh adukan beton. C. ALAT DAN BAHAN Peralatan, terdri dari: 1.



Timbangan 100 kg.



2.



Takaran air.



3.



Ember.



4.



Cetok.



5.



Mollen.



Bahan, terdiri dari: 1.



Semen Portland type I.



2.



Pasir.



3.



Batu pecah.



4.



Air.



D. PROSEDUR PELAKSANAAN 1.



Siapkan semua bahan yang dibutuhkan sesuai dengan hasil perbandingan campuran beton dalam keadaan asli.



2.



Mollen diisi air secukupnya (sekedar membasahi molen tersebut).



3.



Masukkan batu pecah dan ¾ bagian dari air, setelah semua batu pecah terbasahi dengan rata lalu masukkan semen disusul pasir.



4.



Masukkan air sisanya tadi dan aduk sampai rata (mollen diputar).



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



65



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 5.



Setelah campuran beton homogen (5 menit) campuran tersebut dapat dikeluarkan dari molen dan ditempatkan di bak.



E. PENCAMPURAN BETON Kebutuhan bahan untuk membuat 15 benda uji Φ 10 cm dan tinggi 20 cm = 0.025 m³ Maka banyaknya bahan yang diperlukan dalam kondisi asli : 1.



PC



= 406



* 0.025 = 10,15 kg



2.



Air



= 215,1 * 0.025 = 5,3775 kg



3.



Pasir



= 639,1 * 0.025 = 15,9775kg



4.



Batu pecah = 1174,8 * 0.025 = 29,37 kg



Setelah bahan-bahan yang dibutuhkan ditimbang berdasarkan komposisi diatas, segera masukkan ke dalam molen. Langkah–langkah bahan yang dimasukkan molen : 1. Batu pecah + ¾ bagian air. 2. Semen + Pasir. 3. Sisa ¼ air.



7.2 PERCOBAAN SLUMP a. PERALATAN



Untuk mealaksanakan pengujian slump beton diperlukan peralatan sebagai berikut: a.



Cetakan dari logam tebal minimal 1,2 mm berupa kerucut terpancang (cone) dengan diameter bagian bawah 203 mm,bagian atas 102 mm,dan tinggi 305 mm;bagian bawah dan atas cetakan terbuka.



b.



Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm,panjang 600 mm,ujung dibulatkan dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat.



c.



Pelat logam dengan permukaan yang kokoh,rata, dan kedap air.



d.



Sendok cengkung menyerap air.



e.



Mistar ukur.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



66



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN b. BENDA UJI



Pengambilan benda uji hrus dari contoh beton segar yang mewakili campuran beton.



c. CARA PENGUJIAN



Untuk melaksanakan pengujian slump beton,harus diikuti beberapa tahapan sebagai berikut: a.



Basahilah cetakan dan pelat dengan air basah.



b.



Letakkan cetakan diatas pelat dengan kokoh.



c.



Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam3 lapis,tiap lapis berisikira-kira 1/3 isi catakan,setiap lapis dirojok dengan tongkat pemada t sebanyak25 kali secara merata,tongkat harus masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan,pada lapisan pertama perojokan bagian tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.



d.



Segera setelah selesai perojokan ratakan permukaan benda uji dengan tongkatdan semua sisi benda uji yang jatuh disekitar cetakan harusdisingkirkan, kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas,seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan diangkat harus selesaidalam jangka waktu 2,5 menit.



e.



Balikkan cetakan dan letakan perlahan-lahan diasamping benda uji ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggirata-rata benda uji.



 PENGUKURAN SLUMP Pengukuran slump harus dilakukan dengan cara mengukur tegak lurus antara tepi atas cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji,untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dilakukan pemeriksaan dengan adukan yang sama dan dilaporkan hasil rata-rata. J. PERHITUNGAN Harga slump rata-rata = 90 mm



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



67



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN K. KESIMPULAN Harga slump yang terjadi = 90 mm



L. GAMBAR



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



68



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 7.3



PERCOBAAN MENCETAK SILINDER BETON



A. ALAT DAN BAHAN Peralatan, terdiri dari: 1.



Satu cetakan beton silinder dengan diameter 10 cm tinggi 20 cm



2.



Alat perojok diameter 16 mm panjang 60 cm



3.



Cetok



Bahan, terdiri dari: 1.



Beton segar hasil campuran



B. PROSEDUR PELAKSANAAN 1.



Siapkan cetakan benda uji.



2.



Eratkan baut-bautnya dan lapisi dengan sedikit oli sampai merata.



3.



Isi silinder dengan 1/3 spesi beton rojok 25 kali, isi 2/3 rojok 25 kali, isi penuh rojok 25 kali dan ratakan permukaannya.



4.



Didiamkan setelah 24 jam, buka cetakannya.



5.



Rendam beton dalam air untuk curing.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



69



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN C. GAMBAR



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



70



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN BAB VIII EVALUASI MUTU BETON



8.1 PENDAHULUAN Evaluasi mutu beton ada dua macam yaitu tes kuat tekan hancur dan tes hammer. Pada tes kuat tekan hancur, benda uji dites menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). Sedangkan pada tes hammer, benda uji dites pada titik-titik yang berbeda di permukaanya. Evaluasi mutu beton dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan yang sebelumnya.



8.2 TEST KEKUATAN TEKAN HANCUR BETON (ASTM C39/C39M) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk menetukan kuat tekan (compressive strengthh) beton dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan dimatangkan (curring) dilaboratorium maupun dilapangan. B. TUJUAN Memperoleh nilai kuat tekan beton terhadap pembebanan (compressive strength) dengan prosedur yang benar. C. RUANG LINGKUP Pengujian ini dilakukan terhadap beton segar (fresh concrete) yang mewakili campuran beton; bemtuk benda uji bisa berwujud silinder ataupun kubus; hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan : 1. Perencanaan campuran beton; 2. Pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.



D. PENGERTIAN Suatu uji kekuatan tekan harus merupakan nilai kekuatan tekan rata-rata dari paling sedikit dua silinder 150 kali 300 mm atau paling sedikit tiga silinder 100 kali 200 mm yang dibuat dari adukan beton yang sma dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada umur uji yang ditetapkan untuk menentukan f’c.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



71



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



E. ALAT DAN BAHAN ALAT 1.



Timbangan



2.



Pemanas / kompor listrik + media untuk memanaskan belerang



3.



Alat perata belerang



4.



Mesin test hidrolis. (Torsee Universal Testing Machine) Tokyo Testing Machine MFG CO , LTD  Type



: RAT – 200



 CAP



: 200 tf



 MFG no : 20380  Date



: May 1981



BAHAN 1.



Belerang



2.



Minyak / oli



3.



Beton uji berbentuk silinder Ф 10 , tinggi 20 cm sebanyak 30 buah



F. PROSEDUR PELAKSANAAN TES Test kekuatan tekan hancur dilaksanakan saat benda uji berumur 3, 7, 14, 21, dan 28 hari. Sebelum ditest diukur dimensinya (tinggi dan diameter) terlebih dahulu dan beratnya.Setelah itu siapkan alat perata belerang kemudian diolesi dengan minyak atau oli agar belerang tidak menempel pada alat perata tersebut. Tuang belerang cair ke alat perata belerang, setelah itu benda uji beton diletakkan dalam alat peratadan tekan lalu tunggu sampai kira–kira belerang telah mengeras dan melekat dengan beton, kemudian angkat. Permukaan yang ditempeli belerang adalah permukaan beton yang kasar. Lalu letakkan benda uji pada alat tekan mesin test hidrolis dan pilih permukaan yang rata (yang terdapat belerangnya) sebagai bidang yang dibebani. Gerakkan tuas yang berwarna merah keatas dan tekan tombol penggerak ke posisi on. Matikan tombol penggerak pada saat beton pecah (jarum sudah tidak bergerak lagi). Untuk mengambil kembali benda uji, gerakkan tuas ke bawah sehingga benda uji terlepas dari jepitan.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



72



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm dihitung luas permukaan lingkarannya. Sehingga luas permukaan yang dibebani ialah



= 𝜋𝑟 2 = 3.14 × 52 = 78.5 cm2



Rumus untuk mencari nilai kuat tekan beton : Kuat tekan beton (kg/cm2) =



𝑷 𝑨×𝒌



P



: Beban ( kg )



A



: Luas penampang yang dibebani ( cm 2)



k



: faktor korelasi umur



Kuat tekan beton (Mpa) = Kuat tekan beton (kg/cm2) x 0,098



G. TABEL KEKUATAN TEKAN BETON DAN EVALUASI



No.



d (cm)



t (cm)



L



Umur



(cm^2)



(hari)



Berat (kg)



Kekuatan K



Pembebanan



Tekan (MPa)



1



10



20



78.5



3



3,895



0.5



12500



31,21019



2



10



20



78.5



3



3,840



0.5



10700



26,71592



3



10



20



78.5



3



3,915



0.5



7800



19,47516



4



10



20



78.5



3



3,845



0.5



6500



16,2293



5



10



20



78.5



3



3,610



0.5



6000



14,98089



6



10



20



78.5



3



3,850



0.5



16900



42,19618



1



10



20



78.5



7



3,905



0.7



15100



26,92994



2



10



20



78.5



7



3,895



0.7



14500



25,85987



3



10



20



78.5



7



3,865



0.7



17200



30,67516



4



10



20



78.5



7



3,860



0.7



15250



27,19745



5



10



20



78.5



7



3,885



0.7



15500



27,64331



6



10



20



78.5



7



3,960



0.7



12750



22,73885



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



73



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 1



10



20



78.5



14



3,870



0.85



17100



25,11502



2



10



20



78.5



14



3,835



0.85



19000



27,90558



3



10



20



78.5



14



3,860



0.85



16000



23,49944



4



10



20



78.5



14



3,875



0.85



18700



27,46497



5



10



20



78.5



14



3,855



0.85



15550



22,83852



6



10



20



78.5



14



3,815



0.85



17500



25,70251



1



10



20



78.5



21



3,875



0.97



14600



18,79047



2



10



20



78.5



21



3,890



0.97



14000



18,01825



3



10



20



78.5



21



3,875



0.97



16000



20,59229



4



10



20



78.5



21



3,830



0.97



15200



19,56268



5



10



20



78.5



21



3,870



0.97



14400



18,53306



6



10



20



78.5



21



3,850



0.97



17800



22,90892



1



10



20



78.5



21



3,855



1



19300



24,09427



2



10



20



78.5



28



3,990



1



20800



25,96688



3



10



20



78.5



28



3,940



1



23200



28,96306



4



10



20



78.5



28



3,900



1



19000



23,71975



5



10



20



78.5



28



3,845



1



24500



30,58599



6



10



20



78.5



28



3,895



1



24000



29,96178



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



74



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30



F’c 1 benda uji



Rata 3 benda uji



28,96306



26,3949 28,93631 25,19108 26,5103 25,4822 24,27051 18,40436 20,07748 20,72099 25,03057 26,3414 30,27389



Syarat b



NOT OK



17,85223 28,58854



Syarat a OK



25,13461



OK



NOT OK



24,27856



OK



NOT OK



27,97325



OK



OK



26,84076



OK



NOT OK



26,87923



OK



NOT OK



25,72786



OK



NOT OK



25,42101



OK



NOT OK



22,71903



NOT OK NOT OK



20,91745



NOT OK NOT OK



19,73428



NOT OK NOT OK



21,94302



OK



NOT OK



24,03099



OK



NOT OK



27,21529



OK



NOT OK



H. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN Menurut SNI 2847 2013 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung), Tingkat kekuatan suatu mutu beton individu harus dianggap memenuhi syarat jika: a. Setiap nilai rata-rata aritmatika dari semua tiga uji kekuatan yang berurutan mempunyai nilai yang sama atau lebih dari f’c. b. Tidak ada uji kekuatan dibawah f’c dengan lebih dari 3.5 MPa jika f’c sebesar 35 MPa atau kurang, atau dengan lebih dari 0.1 f’c, jika f’c lebih dari 35 MPa.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



75



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN Dari persyaratan yang ada, benda uji belum bisa dikatakan memenuhi syarat.



I.



FAKTOR - FAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN TARGET MEAN STRENGHT (F'CR) TIDAK TERCAPAI PADA PERCOBAAN Yaitu: 1. Kesalahan pada pelaksanaan pencampuran agregat, semen dan air. 2. Kurang sempurnanya rojokan pada saat mencetak silinder beton menyebabkan silinder kurang padat. 3. Caping yang kurang sempurna menyebabkan kurang mulusnya permukaan benda uji. 4. Kemungkinan letak benda uji kurang tepat pada sumbu alat mesin tes hidrolis. 5. Jumlah air yang dimasukkan ke dalam adukan molen kurang tepat 6. Kemungkinan terjadi segregasi karena penggetaran yang salah pada saat pembuatan benda uji.



J.



GAMBAR



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



76



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN



Proses perataan permukaan benda uji sebelum dites



8.3 TES KEKUATAN BETON DENGAN HAMMER (ASTM C805 – 79 ) A. MAKSUD Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk menetukan kekuatan beton menggunakan alat hammer test. B. TUJUAN Untuk mengetahui kekuatan beton dengan persyaratan yang lebih ringan. C. PERALATAN Hammer test type N-33 buatan Swiss. D. BAHAN Beton uji berbentuk silinder Ф 10 , tinggi 20 cm umur 28 hari sebanyak 6 buah. E. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Hammer test dilakukan pada 2 arah, yaitu arah vertical dan arah horizontal. 2. Tempatkan benda uji pada permukaan lantai yang datar dan rata untuk tes arah vertical pada beberapa titik yang berbeda.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



77



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 3. Selanjutnya tempatkan benda uji pada universal tester dan tekan dengan kekuatan kurang lebih 2 ton untuk mendapatkan jepitan yan kaku. Kemudian, lakukan test arah horizontal pada beberapa titik yang berbeda. 4. Untuk setiap benda uji dilakukan lima titik tes (pengujian) yang berbeda.



F. Data Hasil Tes Hammer Test arah Vertikal No



Angka Pantul 1



2



3



Rata-rata 4



5



Kekuatan



Kekuatan



(kg/cm2)



(Mpa)



1



23



27



25



24



27



25



220



22



2



24



23



24



27



26



25



220



22



3



30



26



26



25



30



27



240



24



4



28



29



29



28



28



28



260



26



5



26



25



25



23



25



25



220



22



6



28



28



29



28



28



28



260



26



Test arah Horizontal No



Angka Pantul 1



2



3



Rata-rata 4



5



Kekuatan



Kekuatan



(kg/cm2)



(Mpa)



1



38



38



39



40



39



39



400



40



2



42



40



37



39



42



40



420



42



3



41



38



37



38



40



39



400



40



4



39



37



38



36



38



38



380



38



5



39



40



40



38



38



39



400



40



6



39



39



40



41



39



40



420



42



Hasil Rata-Rata Hammer Test No



Horisontal (Mpa) Vertical (Mpa)



1



40



22



31



2



42



22



32



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



Rata-rata (Mpa)



78



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 3



40



24



32



4



38



26



32



5



40



22



31



6



42



26



34



Σ



192



Rata-rata



32



E. KESIMPULAN Dari hasil pengujian Hummer Test diperoleh f’cr adalah 28.5 Mpa. Dalam hal ini Hummer Test memenuhi karena nilai f’cr > 80% f’c.



F. GAMBAR



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



79



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN BAB IX HASIL PERCOBAAN, KESIMPULAN, DAN SARAN



9.1. HASIL PERCOBAAN Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh data-data sebagai berikut :



SEMEN 1. Jenis semen



: Semen portland type I



2. Konsistensi normal



: 26,67%



3. Waktu ikat



: 85 menit



4. Waktu pengerasan



: 165 menit



5. Berat jenis



: 2,667 gram/cm3



PASIR 1. Zona gradasi



:2



2. Kelembaban



: 5,26 %



3. Berat jenis



: 3,33 gr/cm3



4. Air resapan



: 2,88%



5. Berat volume rata-rata



: 1,66 kg/m3



6. Kadar rongga udara



: 0,38 %



7. Zat organik berbahaya



: tidak ada



8. Modulus kehalusan



: 2,5578



BATU PECAH 1. Ukuran maksimum batu pecah



: 19,1 mm



2. Kelembaban



: 5,63%



3. Berat jenis



: 2,73 gr/cm3



4. Air resapan



: 1,35%



5. Berat volume rata-rata



: 1,445 gr/cm3



6. Keausan



: 33,2%



7. Modulus kehalusan



: 5,05 %



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



80



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN CAMPURAN 1. Kadar pasir



: 35%



2. Kadar batu pecah



: 65%



3. Modulus kesehatan



: 5,88



MIX DESIGN 1. Kuat tekan yang disyaratkan



: 27,5 Mpa



2. Deviasi Standart



:5



3. Nilai Tambah ( Margin)



: 8,2 Mpa



4. Kekuatan tekan rata- rata target



: 35,7



5. Jenis Semen



: Semen Portland type I



6. Jenis Agregat Halus



: Pasir alami



7. Jenis Agregat Kasar



: Batu pecah



8. Faktor air semen bebas



: 0,5



9. Slump



: 90



10. Ukuran agregat max



: 20



11. Kadar air bebas



: 203 kg/m3



12. Jumlah Semen



: 406 kg/m3



13. Susunan besar butir agregat halus



: zona 3



14. Persen agregat halus



: 35%



Persen agregat kasar



: 65%



15. Berat jenis relatif agregat



: 2,726 kg/m3



16. Berat isi beton



: 2435 kg/m3



17. Kadar agregat gabungan



: 1826 kg/m3



Kadar agregat halus



: 639,1 kg/m3



Kadar agregat kasar



: 1186,9 kg/m3



Kebutuhan bahan untuk membuat 1 m³ beton ( Dalam keadaan SSD ) 1. PC



(A)



= 406 kg/m³



2. Air



(B)



= 203



3. Pasir



(C)



= 639,1 kg/m³



4. Batu pecah



(D)



= 1186,9 kg/m³



kg/m³



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



81



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN Penyesuaian : 1. PC



= 406 kg/m³



2. Air = B + (Cm-Ca)x(C/100) + (Dm-Da)x(D/100)



= 203 + (2,56-2,56) x 639,1 / 100 + (1,52 – 0,502) x 1186,9 / 100 = 215,1 kg/m³ 3. Pasir = C - (Ca-Cm)xC/100



= 639,1 - (2,56-2,56) x 639,1 / 100 = 639,1 kg/m³ 4. Batu pecah



= D - (Da-Dm)xD/100



= 1186,9 - (1,52 – 0,502) x 1186,9 / 100 = 1174,8 kg/m³ Maka perbandingan dalam kondisi asli ialah : PC : Air : Pasir : Batu pecah



= 406



:



251,1



:



639,1



: 1174,8



=



:



0,62



:



1,6



:



1



2,9



PELAKSANAAN CAMPURAN BETON 1. Slump yang terjadi



: 90 mm



2. Berat volume beton segar : 2435 kg/m3 EVALUASI 1. Dari hasil tes tekan benda uji menunjukkan sebagian besar hasil tidak memenuhi syarat. 2. Hasil tes hammer menunjukkan rata-rata f’c = 28.5 Mpa.



9.2.



KESIMPULAN Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa : 1. Benda uji tidak memenuhi syarat tes tekan beton menurut SNI 2847 2013 2. Benda uji memenuhi syarat tes hammer (f’cr > 80% f’c)



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



82



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN 9.3.



SARAN



Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan praktikum beton antara lain : a) Semua alat sebelum digunakan harus dalam kondisi yang baik dan bersih b) Pada pelaksanaan percobaan, harus telti dalam membaa alat alat ukur c) Data yang dapat dianalisa tanpa merubah desimalyang sebenarnya d) Untuk setiap percobaan sebaiknya dilakukanminimaldua kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat. e) Jika agregat mengandung lumpur yang tidak memenuhi syarat maka harus dilakukan pencucian dan ditest kembali sampai kadar lumpurnya memenuhi syarat f) Langkah langkah pencampuran bahan bahan beton ke dalam molen : a. Batu pecah + air ¾ bagian b. Pasir + Semen c. Sisa air g) Proses pencampuran beton harus homogen h) Pada saat pencampuran, rojokan harus merata sehingga dihasilkan campuran yang homogen i) Khusus pada saat pembuatan beton sebaiknya alat tes slump dan molen dibersihkan dan dibasahi permukaannya agar kadar air ntuk campuran beton tidak berkurang akibat terserap pada alat tes slump atau molen. j) Sebelum melakakukan tes tekan hancur, benda uji diukur dimensinyaterlebih dahulu. k) Waktu pengetesan dengan cara tes tekan hancur, benda uji diletakkan tepat pada sumbu alat Mesin Tes Hidrolis. l) Penggunaan alat tes Hammer harus tegak lurus terhadap bidang / permukaan benda uji, baik secara horizontal maupun vertikal. m) Pada saat pengetesan tes hammer, kemungkinan titik padabenda uji yang dites terdapat campuran yang tidak homogen, sehingga diusahakan pengetesan pada titik yang memiliki homogenitas yang sama.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



83



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN BANGUNAN BAB X DAFTAR PUSTAKA



Adi, Pujo, dan Rachmat Purwanto. 2010. Pengendalian Mutu Beton. Surabaya : ITS Press. Catatan Kuliah Teknologi Beton dan Bahan Banguan LB3 Jurusan Teknik Sipil ITS. 2012. Buku Petunjuk Praktikum Teknologi Beton dan Bahan Banguan. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil ITS. Subakti, Aman, dkk. 2012. Teknologi Beton dalam Praktek I. Surabaya: ITS Press.



INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER



84