12 0 135 KB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemitraan merupakan upaya melibatkan berbagai komponen baik kelompok, masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan
bersama berdasarkan atas
kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing. Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undangundang No. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat
salah satunya
adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk komunitas perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan. Hingga saat ini, dan beberapa tahun yang akan datang di negara-negara berkembang seperti Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi prioritas utama di kalangan masyarakat. Dan ini
1
menjadi salah satu patokan keberhasilan program kesehatan di negara-negara yang sedang berkembang. Kelompok masyarakat di negara ini, rata- rata mencangkup bayi, balita, anak, remaja, dewasa, ibu hamil dll. Secara biologis dan sosiologis merupakan kesatuan yang sangat erat untuk menanggung reiko kesehatan yang relatif lebih berat dan berjalan dengan seadanya. Kelompok ibu berada dalam peran reproduksi (kehamilan dan persalinan) disamping mereka juga sebagai tulang punggung kehidupan keluarga. Sementaraitu, anak sampai dengan usia 5 tahun adalah
kelompok
yang
kebutuhan hidupnya yang
sangat
bergantung
dalam
memenuhi
justru sedang dalam fase kritis dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental
dan sosialnya.
Angka kematian yang terus melonjak pada setiap tahunnya, termasuk angka kematian bayi yang terus meningkat, contoh kasusnya
seperti
angka-angka
:
tersebut
dikarenakan memang
persalinan yang saat ini
penyebab masih
utama
kompleks.
tingginya
Pertolongan
masih dilakukan oleh “dukun bersalin
tradisional” memang masih dianggap sebagai pemegang peran utama tingginya angka-angka tersebut, meskipun pendekatan kepada dukundukun tersebut sebenarnya sudah merupakan salah satu kegiatan utama dalam program KIA.
2
Keterlambatan merujuk ke fasilitas yang lebih mampu (Rumah Sakit, Dokter atau Bidan) yang diduga masih menjadi penyebab tingginya “kecelakaan” persalinan bila dukun-dukun tadi tiba-tiba menghadapi
proses
persalinan
yang
tidak
normal,
meskipun
kewaspadaan untuk menghadapi hal-hal seperti ini sebenarnya sudah termasuk dalam bahan pelatihan yang seringkali diberikan kepada dukun-dukun tadi. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut yang juga membutuhkan partisipasi masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok agar derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam hal ini dapat berbentuk program kemitraan yang saling menguntungkan.
1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang menjadi dasar penyusunan makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan kemitraan dalam promosi kesehatan ? 2. Apa saja unsur- unsur kemitraan ? 3. Apa saja prinsip-prinsip kemitraan ? 4. Apa saja model dan jenis kemitraan ? 5. Apa saja dasar kemitraan ? 6. Apa saja ruang lingkup kemitraan ? 7. Bagaimana dasar pemikiran kemitraan dalam promosi kesehatan ? 8. Apa saja tujuan kemitraan ?
3
9. Bagaimana perilaku kemitraan dalam kesehatan ? 10. Apa saja syarat kemitraan ? 11. Apa itu promosi kesehatan ? 12. Bagaimana peran organisasi masyarakat dalam kemitraan ? 13. Bagaimana sistem kemitraan kesehatan ?
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Mengetahui pengertian dari kemitraan dalam pendidikan dan 2. 3. 4. 5.
promosi kesehatan. Mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kemitraan dalam. Pendidikan dan promosi kesehatan di masyarakat. Mengetahui dan menjelaskan model-model dalam kemitraan. Mengetahui dan menerapkan kerangka berpikir dalam kemitraan.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian kemitraan
4
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan yang menarik yang berbunyi bahwa “memulai dengan mengakui dan memahami kemitraan pada diri sendiri dan orang lain, dan menemukan alternatif yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku dominator merupakan langkah pertama ke arah membangun sebuah organisasi kemitraan.” Dewasa inigaya-gaya seperti perintah dan kontrol
kurang
dipercaya.
Di
dunia
baru
ini,
yang
dibicarakan orang adalah tentang karyawan yang “berdaya”, yang proaktif, karyawan
yang
berpengetahuan yang menambah nilai
dengan menjadi agen perubahan. Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi: a.
kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak atau lebih dimana masingmasing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
b.
Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
5
c.
Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau nonpemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masingmasing.
d.
Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil menanggung
dan
melaksanakan
bersama
baik
serta
yang
berupa
membagi resiko
tugas, maupun
keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004). Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah maupun bukan
pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing, dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang sama, kesediaan untuk berkorban. Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual
maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), ”kemitraan adalah
6
suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai
mitra.Kemitraan
pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. 2.2 Unsur-unsur Kemitraan Adapun unsur-unsur kemitraan adalah : a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut : a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan, b. Saling mempercayai dan saling menghormati
7
c. Tujuan yang jelas dan terukur d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain. 2.3 Prinsip Kemitraan Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu: a. Prinsip Kesetaraan (Equity) Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati. b. Prinsip Keterbukaan Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan
sampai
berakhirnya
kegiatan.
Dengan
saling
keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit) Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama. 8
Beberapa prinsip kemitraan yang lainnya yaitu: a) Saling menguntungkan (mutual benefit) Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan. b) Pendekatan berorientasi hasil Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan
berorientasi
koordinasi
yang
pada
tindakan.
berorientasi
Hal
hasil
ini
dan
membutuhkan berbasis
pada
kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit. c) Keterbukaan (transparansi) Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain Transparansi dicapai melalui
dialog
(pada
tingkat
yang
setara)
dengan
menekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk transparansi finansial,
membantu
meningkatkan
kepercayaan
antar
organisasi. d) Kesetaraan Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan
kehendak
kepada
yang
lain.
Kesetaraan
9
membutuhkan
rasa
saling
menghormati
kemitraan tanpa melihat besaran dan
antar
anggota
kekuatan. Para peserta
harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta memahami komitmen
yang
dimiliki
satu
sama
keterbatasan dan lain.
Sikap
saling
menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat yang konstruktif. e) Tanggung Jawab Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi,
keahlian
dan
tersebut.
kapasitas
untuk
mewujudkan
Pencegahan yang tegas dan
komitmen
jelas terhadap penyelewengan
yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan.
f)
Saling Melengkapi Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihan-
kelebihan komparatif dan
saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain.
10
Kapasitas lokal
adalah
salah
satu aset penting
untuk
ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang.
Ketika
memungkinkan,
harus
organisasi-organisasi
kemanusiaan
berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi. Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan :
Policy-makers (pengambil kebijakan) Health managers Health professionals Academic institutions Communities institutions
Adapun ruang lingkup kemitraan secara garis besar adalah : Persiapan; Inisiasi Kemitraan; Pelaksanaan kerjasama; Pelaporan; Publikasi hasil pelaksanaan 2.4 Model-model Kemitraan dan Jenis Kemitraan Secara
umum,
model
kemitraan
dalam
sektor
kesehatan
dikelompokkan menjadi dua (Notoadmodjo, 2003) yaitu: a. Model I
11
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya. b. Model II Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama.
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu: a. Potential Partnership Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal c. Complementary Partnership
12
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program delivery dan resource mobilization. d. Synergistic Partnership Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian. Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam: a. SK bersama b. MOU (Memorantum of understanding) c. Pokja d. Forum Komunikasi e. Kontrak Kerja/perjanjian kerja
2.5 Dasar Kemitraan 1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan Dala membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian dan kepentingan bersama. Tanpaadanya
13
perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatumasalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan,
dengan upaya-upaya informasi
dan advokasi secara intensif. 2. Saling mempercayai dan saling menghormati Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya. 3. Tujuan yang jelas dan terukur Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain. Visi,
misi,
tujuan
dan
nilai
tentang
kesehatan
perlu
disepakatibersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan
14
bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan. 2.6 Tahap – tahap Kemitraan Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap yaitu: 1. Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri 2. Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah 3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup: 1. Unsur pemerintah 2. Unsur swasta atau dunnia usaha 3. Unsur LSM da organisasi massa 4. Unsur organisasi profesi
2.7 Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan 1. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi semua pihak.
15
2. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan, dll. 3. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap
masalah kesehatan
tersebut,
khususnya
kalangan
swasta. 4. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat,
karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan
produktivitas. 5. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang
keempat di Jakarta pada tahun 1997. 6. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan
lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.
2.8 Tujuan Kemitraan a. Tujuan umum :
16
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya. b. Tujuan khusus :
Meningkatkan saling pengertian
Meningkatkan saling percaya
Meningkatkan saling memerlukan
Meningkatkan rasa kedekatan
Membuka peluang untuk saling membantu
Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
Meningkatkan rasa saling menghargai
Hasil yang diharapkan : Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan. 2.9 Perilaku Kemitraan Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta. 6 langkah pen gembangan kemitraan : a. penjajagan/persiapan, b. penyamaan persepsi, c. pengaturan peran, d. komunikasi intensif, e. melakukan kegiatan, dan f. melakukan pemantauan & penilaian. Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat adalah : 17
a.
Initiator
:
memprakarsai
kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia Sehat. b.
Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui
pertemuan, kegiatan
bersama, dll. c.
Fasilitator
:
memfasiltasi,
memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan lancar. d.
Anggota aktif
: berperan
sebagai
anggota kemitraan yang aktif. e.
Peserta kreatif
: sebagai
peserta
kegiatan kemitraan yang kreatif. f.
Pemasok
input
teknis
:
memberi
masukan teknis (program kesehatan). g.
Dukungan sumber daya
: memberi
dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah
dan potensi yang ada.
Indikator keberhasilan dalam kemitraan a. Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.
18
b. Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan
bersama
yang
dilakukan,
keberlangsungan
kemitraan yang dijalankan. c. Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan. Contoh Kemitraan dalam Kesehatan a. AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) b. Balai Keperawatan c. Kemitraan antara bidan dengan dukun bayi d. Paguyuban Penderita Tuberkulosis 2.10 Promosi Kesehatan Suatu proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat.
Five level of Prevention (Leavel & Clark):
Health Promotion (Promosi kesehatan)
Specific Protection (Perlindungan khusus)
19
Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis dini dan pengobatan segera)
Disability Limitation (Mengurangi terjadinya kecacatan)
Rehabilitation. (pemulihan)
Strategi Promosi Kesehatan (WHO, 1994) :
Advokasi (Advocacy)
Dukungan sosial (Social Support)
Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Strategi Baru Promosi Kesehatan (Ottawa Charter, 1986) :
Kebijakan berwawasan kesehatan (Healthy public policy)
Lingkungan yang mendukung (Supportive environment)
Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service)
Ketrampilan individu (personnel skill)
Gerakan masyarakat (community action)
2.11 Syarat dalam Kemitraan 1. Kesamaan perhatian ( common interest ) Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harus merasa mempunyai perhatian dan kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu masalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus
mampu
menimbulkan
perhatian
terhadap
masalah
kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upayaupaya informasi dan advokasi secara intensif. 20
2. Saling mempercayai dan menghormati Kepercayaan (trust) _ modal dasar setiap relasi/hub antar manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya. 3. Saling menyadari pentingnya arti kemitraan Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan
kesehatan
masyarakat
pada
khususnya,
kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan _ advokasi dan informasi. 4. Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati bersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan. 5. Berpijak pada landasan yang sama Prinsip lain yang harus dibangun dalam kemitraan adalah bahwa kesehatan
merupakan
aspek
yang
paling
kehidupan
manusia.
Sektor
kesehatan
utama harus
dalam mampu
meyakinkan kepada sektor lain bahwa “health is not everything, but without health everything is nothing” disini Informasi dan Advokasi sangat penting. 6. Kesediaan untuk berkorban
21
Dalam kemitraan sangat memerlukan sumber daya, baik berupa tenaga, sarana dan dana yang dapat berasal dari masing-masing mitra,
tetapi
dapat
juga
diupayakan
bersama.
Disinilah
dibutuhkan pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, dana, materi, waktu dsb. 2.12 Peran dalam Kemitraan Beberapa contoh dibawah ini adalah peranan sektor atau ormas dalam membangun kemitraan : 1. Sektor
Kesehatan
:
sebagai
penggerak,
perumus
standar/pedoman. 2. Sektor diluar kesehatan : pengembang kebijakan lingkungan dan perilaku sehat. 3. Organisasi
profesi
:
memberi
masukan,
pengembangan,
dukungan sumberdaya dan peran aktif. 4. Ormas dan LSM : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan peran aktif. 5. Media masa : memberi masukan, penyebarluasan informasi. 6. Swasta : memberi dukungan sumber daya dalam bentuk sarana, dana, dan tenaga.
2.13 Sistem Kemitraan Kesehatan Input Meliputi Jenis dan jumlah instansi/sektor yang akan diajak bermitra,mengkaji potensi masing-masing sektor, yang meliputi :
22
1. Sumberdaya manusia 2. Keuangan 3. Tugas pokok dan fungsi masing-masing 4. Lainnya Prediksi peran masing-masing. Proses Diadakan pertemuan dengan tahapan : 1. Penjajakan 2. Sosialisasi / advokasi 3. Dibangun kesepakatan 4. Pertemuan pendalaman dan penyusunan rencana kegiatan Output 1. Tersusunnya rencana kerja yang berisi : a. Program b. Kegiatan c. Penanggung jawab d. Peran masing-masing e. Lokasi f. Waktu g. Biaya 2. Pelaksanaan Kegiatan 3. Monitoring dan Evaluasi Outcome 1. Indikator Kesehatan Membaik : a. ANGKA KESAKITAN (IR, PR) b. ANGKA KEMATIAN c. ANGKA KELAHIRAN d. UMUR HARAPAN HIDUP e. PERILAKU KESEHATAN f. STATUS GIZI
23
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang
terlibat,
sumberdaya
(3M)
tersedia
(input),
pertemuan-
pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama, seminat (proses), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (output), membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome). Fokus praktik keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat. Pengorganisasikan komponen masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis komunitas dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat (community development). Intervensi keperawatan komunitas yang paling penting adalah membangun kolaborasi
dan
kemitraan
komponen
masyarakat
bersama
lainnya,
anggota
karena
masyarakat
dengan
dan
terbentuknya
24
kemitraan
yang
saling
menguntungkan
dapat
mempercepat
terciptanya masyarakat yang sehat. Model
kemitraan
pengembangan
kesehatan
keperawatan masyarakat”
komunitas merupakan
dalam paradigma
perawat spesialis komunitas yang relevan dengan situasi dan kondisi profesi
perawat
kewirausahaan
di
Indonesia.
yang
memiliki
Model dua
ini prinsip
memiliki penting,
ideologi yaitu
kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan. Dalam tulisan ini telah disajikan analisis mengenai kemanfaatan model. kemitraan keperawatan komunitas terhadap: keperawatan spesialis komunitas, sistem pendidikan keperawatan komunitas, regulasi, sistem pelayanan kesehatan, dan masyarakat serta implikasi model terhadap pengembangan kebijakan keperawatan komunitas dan promosi kesehatan di Indonesia. 3.2 Saran 1.
Dapat dikembangkannya model praktik keperawatan komunitas yang terintegrasi antara praktik keperawatan dengan basis riset ilmiah.
2. 3.
Mengenalkan model praktik keperawatan komunitas. Meningkatkan proses berpikir kritis dan pengorganisasian pengembangan kesehatan masyarakat
25
4.
Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sektor terkait
5.
Meningkatkan legalitas praktik keperawatan spesialis komunitas
6.
Mendorong praktik keperawatan komunitas yang profesional
DAFTAR PUSTAKA aisyahikmstikesas.2016. kemitraan dalam promosi kesehatan (online) http://aisyahikmstikesas.blogspot.co.id/2016/12/kemitraan-dalampromosi-kesehatan.html. Di akses 03 November 2017 nesyairmalia.2012. kemitraan dalam promosi kesehatan (online) http://nesyairmalia.blogspot.co.id/2012/03/kemitraan-dalam-promosikesehatan.html. Di akses 03 November 2017
26