ASKEB NEO KN 1 BY. NY. U Umur 7 Jam [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Nisma
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH KUNJUNGAN NEONATUS KETIGA PADA AN. NY. U USIA 6 JAM DI RUMAH SAKIT TUGUREJO



Di Susun Oleh : NISMA NUR OKTAVIANA P1337424417048



PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG TAHUN AJARAN 2019



HALAMAN PENGESAHAN



Laporan Ilmiah ini disusun oleh:



Nama : Nisma Nur Oktaviana NIM



: P1337424417048



Kelas : Sarjana Terapan Kebidanan Semester V Laporan ilmiah berjudul “LAPORAN ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ny. U KUNJUNGAN NEONATUS KE SATU USIA 6 JAM DI RUMAH SAKIT TUGUREJO ” Dalam Rangka Praktik Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas yang telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 2018. Semarang,



November 2019



Pembimbing Klinik



Mahasiswa



Woro I, SST



Nisma Nur Oktaviana



NIP.



NIM. P1337424417048



Mengetahui, Pembimbing Akademik



Agustin Setianingsih, S.SiT.M.Kes NIP. 197908202002122003



KATA PENGANTAR



Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Rahmat dan Hidayah Nya maka penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Anak Prasekolah Kunjungan Neonatus Ketiga pada By. Ny. U Usia 6 Jam



di Rumah



Sakir Tugurejo. Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang. Dalam penulisan laporan ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Ibu Agustin Setianingsih, S.SiT.M.Kes selaku Dosen Pembimbing Institusi 2. Ibu Woro I, S.S.T selaku Pembimbing Lahan 3. Orang tua yang telah memberi kasih sayang kepada kami sehingga laporan ilmiah ini dapat terselesaikan 4. Teman-teman S1 Terapan Kebidanan Semester V 5. Dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam laporan ilmiah ini. Dalam penulisan laporan ini penulis merasa banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan penulis yang masih sangat perlu untuk ditingkatkan.Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kemajuan penulis sendiri dan banyak orang kemudian. . Semarang, November 2019



Penulis



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 828 hari (Riskesdas, 2013). Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak. Kematian neonatal memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di usia 0-28 hari. Berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup. Komplikasi Neonatal yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu



asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini



sebenarnya dapat segera dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orangtua untuk mencari pertolongan (Kemenkes RI, 2015:129).



B. Rumusan Masalah Bagaimanakah aplikasi Asuhan Kebidanan Kunjungan Neonatus ke-1 di Rumah Sakit Tugurejo?



C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui aplikasi Asuhan Kebidanan Kunjungan Neonatus ke-1 di Rumah Sakit Tugurejo 2. Tujuan Khusus Penulis diharapkan mampu : a. Melaksanakan pengkajian data subyektif melalui anamnesa b. Melaksanakan pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan fikik dan pemeriksaan penunjang c. Mengidentifikasi diagnosa dari hasil pengkajian data subyektif dan obyektif d. Melakukan penatalaksanaan sesuai dengan diagnose



BAB II TINJAUAN TEORI



1. Definisi Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28hari (Kementerian KesehatanRI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010). Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (M. Sholeh 2007 dalam Marmi dan Kukuh 2012). 2. Tanda – Tanda Neonatus Normal Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 25004000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI,2010). Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna kulit) seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit, grimance (reaksi terhadap rangsangan) menangis atau batuk ataupun bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi menangis kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012). Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin (kurang dari 360C), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar. Pada saat diberi makan, hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak juga terlihat tandatanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas, mengantuk, lunglai, kejang-



kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Prawirohardjo 2002 dalam Rukiyah 2012).



3. Klasifikasi Neonatus Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015) : a. Neonatus menurut masa gestasinya 1) Kurang bulan (preterm infant) :294hari (42 minggu) b. Neonatus menurut beratlahir : 1) Berat lahir rendah: 4000 gram. c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan : 1) Neonatus cukup/kurang/lebih bulan. 2) Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan.



4. Fisiologi Neonatus Menurut Fraser (2009:690), transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan merupakan perubahan drastis, dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna



memastikan



kemampuan



bertahan



hidup.



Bayi



harus



melakukan penyesuaian mayor pada sistem pernapasan, sirkulasi, dan pengaturan suhu tubuh. Adaptasi awal ini sangat penting bagi kesejahteraan bayi selanjutnya. a. Sistem Pernapasan Frekuensi napas bayi yang normal adalah 40-60 kali/menit yang cenderung dangkal menggunakan pernapasan diafragma dan abdomen. Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi adalah sebagai berikut :



1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak. 2) Tekanan pada rongga dada yang tejadi karena kompresi paruparu selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis. Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paruparu dan mengembangkan alveolus paru untuk pertama kali. Produksi surfaktan mulai meningkat dimulai dari usia kehamilan 20 minggu sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan.



Surfaktan



ini



berfungsi



mengurangi



tekanan



permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir Oksigenasi



sangat



penting



dalam



pernapasan.



mempertahankan



kecukupan pertukaran udara. Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami vasokonstriksi sehingga tidak ada pembuluh darah yang terbuka untuk menerima oksigen sehingga terjadi penurunan oksigenasi jaringan. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paruparu akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu



menghilangkan cairan paru serta merangsang



perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Rohani, 2011: 246-247). b. Sistem Kardiovaskular Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua perubahan besar diantaranya : 1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung 2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta sebagai akibat meningkatnya tekanan oksigen pada alveolus.



Dengan pelepasan plasenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk di reoksigenasi (Fraser, 2009: 691). Hal ini dipengaruhi saat pemotongan tali pusat yang mengakibatkan aliran darah pada atrium kanan menurun sehingga tekanan pada atrium kanan juga menurun



sehingga



darah



dengan



kandungan



oksigen



sedikit bergerak mengalir menuju paru-paru. Darah yang berisi oksigen yang kembali ke jantung dari paru-paru meningkatkan tekanan pada atrium kanan dan penurunan pada atrium kiri sehingga foramen ovale secara fugsional akan menutup (Rohani, 2011: 248). Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali per menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120-160 kali/menit. Frekuensi jantung saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Saat tidur, frekuensi jantung bayi menurun dengan nilai paling rendah 100 kali/menit dan dapat mencapai 180 kali/ menit saat menangis (Ladewig, 2006). c. Sistem Termoregulasi Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahanperubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian menyesuaikan lingkungan luar rahim yang lebih dingin yang menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil adalah usaha utama bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya yang merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat di seluruh tubuh bayi. Timbunan lemak coklat ini mampu meningkatkan panas tubuh bayi sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat ini seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.



Ketika seorang bayi mengalami stress akibat udara dingin, konsumsi oksigen akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan vasokontriksi



pulmoner sehingga ambilan oksigen dan kadar



oksigen di jaringan menurun. Glikolisis anaerobik meningkat mengakibatkan asidosis metabolik (Rohani, 2011). Suhu inti normal bayi sekitar 36°C-37°C. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme (Rohani, 2011) : 1) Konveksi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. 2) Konduksi Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yg dingin. 3) Radiasi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi. 4) Evaporasi Kehilangan panas yang terjadi ketika menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh karena tidak segera dikeringkan. d. Sistem Gastrointestinal Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, (15-30 ml) untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan meningkat secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Waktu pengosongan lambung normalnya 2-3 jam. Terkait dengan ukuran tubuhnya, usus bayi panjang yang berisi banyak kelenjar sekresi dan terdiri dari permukaan absorbs yang luas. Enzim telah ada meskipun terjadi defisiensi amilase dan lipase yang menurunkan kemampuan bayi mencerna karbohidrat dan lemak. Mekonium yang telah ada di usus besar sejak usia 16 minggu kehamilan, dikeluarkan dalam waktu 24 jam pertama dan dikeluarkan seluruhnya dalam waktu 48-72 jam. Feses pertama ini bewarna hijau kehitaman, lengket serta mengandung empedu, asam lemak, lendir dan sel epitel. Sejak hari



ke 3 hingga hari ke 5 kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan bewarna kuning kecoklatan. Setelah bayi diberi makan, feses



bewarna kuning. ASI



mengakibatkan karakterisitik feses lunak, kuning terang atau keemasan,



dan



tidak



mengiritasi



kulit



bayi,



sedangkan



pada pemberian susu formula feses lebih berbentuk tetapi tetap lunak, bewarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta cenderung mengiritasi kulit bayi. Tingginya kadar pemecahan sel darah merah (umur sel darah merah 40-90 hari) menyebabkan ikterus sementara yang muncul pada hari ke-3 sampai ke-5. Sel darah merah yang mengalami penghancuran ini menghasilkan bilirubin indirek. Pada bayi baru lahir, hati masih belum sempurna dalam pengubahan bilirubin indirek menjadi direk, sehingga masih terdapat bilirubin direk yang kembali terserap oleh usus dan masuk kembali kedalam hati. Penyimpanan glikogen lebih cepat berkurang sehingga dibutuhkan pemberian makanan dini guna mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal (2,6-4,4 mmol/L) (Fraser, 2009). e. Sistem Imun Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Terdapat imunoglobin utama, IgG, IgA, IgM dan hanya IgG yang cukup kecil menembus sawar plasenta. Pada saat lahir IgG bayi sama atau sedikit lebih tinggi dari ibu, ini memberikan kekebalan pasif selama 3 bulan. IgA melindungi terhadap infeksi saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan mata. ASI dan terutama kolostrum



memberikan



kekebalan



pasif



pada



bayi



dalam



bentuk lactobacillus bifidus, lactoferin, lisozim, dan sekresi IgA (Fraser, 2009). f. Sistem Ginjal Beban kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan cairan meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar ureum yang masih rendah. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih



dalam 24 jam pertama. Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Intake cairan sangat mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem ginjal, hal ini dapat dimulai dengan pemberian ASI sesering mungkin (Rohani, 2011: 250). g. Sistem Reproduksi Pada anak laki-laki, testis turun ke skrotum dan pada anak perempuan labia mayora menutupi labia minora. Spermatogenesis pada anak laki-laki tidak turun hingga usia pubertas, tetapi anak perempuan mempunyai ovum pada indung telurnya. Pada kedua jenis



kelamin,



hilangnya



estrogen



maternal



menyebabkan



pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi air susu pada hari ke-4 atau ke-5 (Fraser, 2009). h. Sistem Otot dan Rangka Otot sudah dalam keadaan sempurna pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses hipertrofi. Tulang panjang belum mengalami osifikasi secara sempurna untuk memfasilitasi pertumbuhan epifisis. Tulang kepala juga belum mengalami osifikasi. Ini penting untuk pertumbuhan otak dan memfasilitasi molase selama persalinan yang hilang beberapa hari setelah



persalinan. Ubun-ubun belakang



menutup pada minggu ke 6 sampai ke 8. Ubun-ubun besar menutup pada usia 18 bulan (Fraser, 2009). i. Sistem Neurologis Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf belum matang secara anatomi dan fisiologi. Adanya beberapa reflek yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem saraf dan muskuloskeletal (Sondakh, 2013).



Tabel Refleks Pada Bayi Baru Lahir (Wahyuni, 2012) Refleks



Respons



Reflek



Dinilai dengan mengetuk daerah pangkal hidung



Glabelar



secara perlahan menggunakan jari telujuk saat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan pertama.



Reflek



Reflek ini



dinilai dengan



memberi



Sucking



tekanan pada mulut bayi dilangit bagian dalam gusi atas yang akan menimbulkan isapan yang kuat dan cepat. Reflek ini juga dapat dilihat pada waktu bayi menyusu.



Reflek



Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.



Rooting



Dapat dinilai dengan mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi akan menolehkan kepalanya kearah jari kita dan membuka mulutnya.



Reflek



Refleks ini dinilai



dengan



meletakkan jari



Grasping



telunjuk pemeriksa ada telapak tangan bayi, tekanan dengan perlahan,



Refleks



Pemeriksaan refleks ini



dengan



memberi



Babinski



goresan telapak kaki dimulai dari tumit. Gores sisi lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakan jari



sepanjang



telapak



kaki.



Bayi



akan



menunjukkan respon berupa semua jari kaki hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi. Reflek Moro



Refleks



ini



timbulnya apabila



ditunjukan



pergerakan kepala



dengan



tangan



tiba-tiba



yang



simetris



digerakkan



atau



dikejutkan dengan cara bertepuk tangan. Fungsi pemeriksaan ini adalah menguji kondisi umum bayi serta kenormalan sistem syaraf pusatnya. Reflek Tonik



Ekstremitas



pada



satu



sisi



ketika



kepala



Neck



ditolehkan akan ekstensi, dan ekstermitas yang



berlawanan



akan



fleksi



bila



kepala



bayi



ditolehkan ke satu sisi saat istirahat. Respon ini mungkin tidak ada atau tidak lengkap segera setelah lahir. Reflek



Bayi menggerakkan tungakainya dalam waktu



Melangkah



gerakan berjalan atau melangkah memegang



lengannya



sedangkan



jika



kita



kakinya



dibiarkan menyentuh permukaan yang rata dank keras. Reflek



Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan



Merangkak



dengan kedua tangan dan kaki ke depan dengan kedua tangan dan kaki permukaan datar.



5. Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Neonatal (0-28 hari) Pertumbuhan dan perkembangan bayi setelah lahir adalah terjadinya adaptasi pada semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi tersebut dimulai dari sistem pernapasan yaitu pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali per menit, penyesuain denyut jantung antara 120-160 kali per menit dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada, kemudian terjadi aktivitas (pergerakan) bayi yang mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi seperti menangis, memutar-mutar kepala, menghisap, dan menelan.Pada masa neonatal, perkembangan motorik kasar ditandai dengan gerakan seimbang tubuh, mulai mengangkat kepala. Kemudian perkembangan motorik halus ditandai dengan kemampuan anak mengikuti garis tengah bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari atau tangan. Perkembangan bahasa adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara dan perkembangan sosial anak mulai tersenyum serta menatap untuk mengenali seseorang.



6. Aspek – Aspek Penting dari Perawatan Bayi Baru Lahir Dalam waktu 24 jam, bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan sebagai berikut : 1) Pertahankan Suhu Tubuh Bayi a. Hindarkan memandikan bayi setelah lahir, tunggu minimal 6 jam setelah bayi dilahirkan. Dan pastikan tidak terdapat masalah medis serta suhu tubuhnya tetap normal. b. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tetap tertutup. 2) Pemeriksaan Bayi Bayi baru lahir akan menjalani prosedur pemeriksaan. Beberapa diantarnya dilakukan segera setelah lahir, dan yang lainnya ditunda sampai sesaat sebelum pulang dari klinik bersalin ataupun rumah sakit. Bayi yang diperiksa dengan karakteristik bayi baru lahir sebagai berikut : a. Kepala Kepala bayi mungkin tampak tidak seimbang dan berbentuk lonjong seperti buah melon akibat tekanan dijalan lahir. Besar kepala tampak tidak proporsional dengan tubuhnya. Leher pendek dan berlipat-lipat. Membran liat menutupi dua titik bukan kepala yang disebut Fontanel, yakni tulang tengkorak yang belum menyatu. Fontanel anterior, merupakan fontanel yang lebih besar diatas agak kedepan, menutup setelah usia 18-24 bulan. Sedangkan fontanel posterior, terletak lebih kebelakang, menutup pada usia 6 bulan.Seberapa lebat rambut bayi baru lahir sulit untuk diperkirakan. Beberapa bayi tidak memiliki rambut atau hanya sejumput rambut yang akan rontok dan tumbuh kembali setelah 6 minggu. Sedangkan bayi yang lain mungkin akan lahir dengan lebat dan tidak mungkin tidak mudah rontok.



b. Wajah Mata bayi baru lahir mungkin tampak merah dan bengkak akibat tekanan pada saat lahir dan akibat obat tetes atau salep mata yang digunakan. Bayi berkulit terang biasanya memiliki mata biru keabu-abuan, dan bayi berkulit gelap biasanya memiliki mata berwarna cokelat. Warna permanen belum terbentuk sampai usia sekitar 6 bulan. Air mata sudah ada sejak lahir, tetapi tidak akan keluar sampai usia 6 minggu atau lebih.Hidung bayi baru lahir, yang seluruhnya tersusun dari jaringan kartilago, tampak datar dan lebar. Pipi biasanya berlemak dan wajah kadang-kadang tampak tanpa bentuk dagu yang jelas. c. Kulit Kulit bayi baru lahir keriput dan longgar, dan mungkin mulai tampak kering dan mengelupas setelah beberapa hari. Tubuh bayi baru lahir mungkin dilapisi verniks kaseosa, lapisan putih dan berminyak yang berfungsi mempermudah gerakan bayi saat dijalan lahir. Tubuh bayi juga memiliki lanugo, rambut halus dibahu, punggung, dan pipi. Lanugo akan menghilang dalam beberapa hari. d. Badan Perut bayi baru lahir lebar, dengan pinggul kecil dan badan melengkung kedepan. Punting tali pusat masih ada yang merupakan potongan tali pusat. Puntung tali pusat akan mongering dan terlepas sendiri, kebanyakan dalam 10-14 hari.Payudara dan genital bayi baru lahir mungkin tampak membengkak baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan adanya hormone ibu dan bayi lahir mungkin mengeluarkan sedikit darah dari vagina. Umumnya pembengkakan ini akan menghilang dalam 3-5 hari. Urine dan feses pertama biasanya akan keluar dalam 24 jam pertama.



e. Lengan Lengan bayi baru lahir dalam posisi fleksi atau menekuk. Tangan biasanya teraba dingin dan melegkung hingga pergelangan tangan, mungkin tampak kebiruan karena sistem sirkulasi yang belum sempurna. Pergelangan tangan tampak gemuk dan berlipatlipat, sedangkan kuku jari tampak panjang dan tajam. f. Kaki Lutut bayi baru lahir menekuk dan kaki melengkung. Seperti ditangan, sistem sirkulasi bayi yang belum sempurna menyebabkan kaki tampak kebiruan. Kaki pada bayi baru lahir mungkin terdapat bercak-bercak dan tampak datar karena bantalan lemak ditelapak kaki. 3) Memandikan Bayi Mandi pada bayi bukan hanya untuk membersihkan tubuh, tetapi merupakan hal yang sangat menyenangkan bayi. Bagi orang tua mandi merupakan alat komunikasi antara orang tua dengan bayinya, karena pada saat mandi orang tua bisa melakukan sentuhan, usapan dan berbicara langsung walaupun bayi tidak mengerti arti ucapan tersebut. Memandikan bayi bagi pasangan muda merupakan pekerjaan yang berat dan membingungkan. Bukan berat dalam arti yang sebenarnya tetapi karena sulit untuk melakukannya. Memandikan bayi bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi jika mengetahui pedoman memandikan bayi sebelum mempunyai anak, hal ini akan menjadi pekerjaan yang ringan. Pada kenyataanya, bayi akan merasa lebih hangat dan tenang jika direndam dalam air hangat. Bayi baru lahir tidak perlu sering-sering dimandikan, sebaiknya mandikan sekali atau dua kali seminggu (Penny Simkin, P.T, dkk, 2007).Sebelum memandikan bayi lebih dahulu harus diperhatikan hal-hal berikut : a. Mandikanlah bayi pada waktu yang sama setiap hari b. Saat memandikan harus memperhatikan :



1) Tidak ada gangguan dan harus tenang 2) Tidak sibuk 3) percaya diri c. Memandikan bayi sebaiknya dilakukan sebelum bayi diberi makan, tetapi harus ingat bayi tidak boleh lapar. d. Dilarang memandikan bila bayi baru diberi makan, karena bayi akan mudah muntah. Bayi yang diberi makan sebelum mandi sebaiknya ditunggu hingga 15 sampai 20 menit baru dimandikan. e. Ruangan harus dijaga tetap hangat, karena bayi sangat mudah untuk kehilangan panas. 4) Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat merupakan tindakan kebidanan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Alat dan bahan : Kasa steril, air bersih dan sabun Prosedur : 1. Cuci tangan 2. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan dengan kassa steril 3. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih dan longgar 4. Lipat popok di bawah sisa tali pusat 5. Jika tali pusat terkena kotoran (feses), cuci dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan 6. Cuci tangan 5) Perawatan Kulit Bayi Banyak orang menginginkan agar kulitnya sama dengan kulit bayi, sebab kulit bayi halus dan menarik. Bayi dalam kandungan kulitnya masih dilindungi lapisan berwarna keputihan (vernik).Perbedaan kulit bayi dengan orang dewasa, yaitu :



Kulit Bayi



Kulit Orang Dewasa



Tidak mampu melawan infeksi



Mampu



Sedikit memproduksi melanin



Banyak memproduksi melanin



Tembus air



Tidak tembus air



Lebih tipis



Lebih tebal



Perlu perawatan khusus



Tidak perlu perawatan khusus



Masalah yang sering timbul pada kulit bayi antara lain : a. Kulit kering b. Lecet c. Dermatitis Seboroik d. Ruam Susu e. Ruam Popok f. Ruam Panas g. Biang Keringat 6) Pemberian salep mata/tetes mata Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013) 7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri. Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikandalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi



yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013).Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014). 8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di pahakanan Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 9) Pemberian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.



7. Kunjungan Neonatal Kunjungan Neonatus dilaksanakan minimal 3 kali yaitu : a. Kunjungan pertama 6–48 jam setelah lahir. Yaitu : mempertahankan suhu tubuh bayi, memandikan bayi setelah 6 jam, melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, memberikan vitamin K dan imunisasi HB–0 b. Kunjungan dua 3–7 hari setelah lahir. Yaitu : perawatan tali pusat, pemeriksaan tanda bahaya seperti infeksi, bakteri, ikterus, diare dan berat badan rendah, konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA, penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.



c. Kunjungan tiga 8–28 hari setelah lahir. Yaitu : menjaga kebersihan bayi, konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di



rumah dengan



menggunakan buku KIA, memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir (Walyani, 2015).



8. Imunisasi Pada Neonatus Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit tertentu seperti: Difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak dan hepatitis. Proses imunisasi ialah memasukkan vaksin atau serum ke dalam tubuh melalui oral atau suntikan. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak–anak karena system kekebalan tubuh mereka belum sebaik orang dewasa sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap agar tidak rentan terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan kehidupan anak (Tando, 2016). a. Manfaat imunisasi 1) Untuk anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, kemungkinan cacat dan kematian 2) Untuk keluarga : Menghilangkan kecemasan dan faktor psikologis



pengobatan



jika



anak



sakit,



mendorong



pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anak akan menjalani masa kanak–kanak yang nyaman b. Tujuan imunisasi 1) Mencegah penyakit tertentu pada seseorang 2) Menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat 3) Menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (misal cacar) c. Jenis imunisasi 1) Imunisasi Pasif Merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit



2) Imunisasi Aktif Merupakan kekebalan yang didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama, baik yang lemah maupun yang kuat d. Imunisasi Dasar Imunisasi dasar diberikan untuk mendapatkan kekebalan secara aktif.Imunisasi yang diwajibkan sesuai program pengembangan imunisasi (PPI) adalah imunisasi BCG, polio, hepatitis B (HB), DPT dan campak (Tando, 2016). 1) Vaksin Bacillus Calmette–Guerin (BCG) Vaksin BCG merupakan vaksin hidup sehingga tidak diberikan kepada pasien dengan gangguan imun jangka panjang (leukemia, pengobatan steroid jangka panjang, HIV).Tujuan imunisasi BCG bukan untuk mencegah TBC, melainkan untuk mengurangi risiko TBC berat, seperti TBC meningitis dan TBC milier.Imunisasi ini diberikan pada bayi yang berusia dua bulan atau kurang.Dosis pemberian vaksin BCG adalah 0, 05 ml sebanyak 1 kali (Tando, 2016). Efek Samping imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. Satu sampai dua minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule dan kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak.memerlukan pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang–kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak atau leher, terasa padat, tidak sakit dan menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya (Tando, 2016). 2) Vaksin Polio/Oral Polio Vaccine (OPV) Vaksin virus polio hidup oral berisi polio tipe 1, 2, 3 yang masih hidup, tetapi sudah dilemahkan.Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir sebagai dosis awal dengan dosis 2 tetes (0, 1



ml).Vaksin virus polio hidup oral adalah vaksin polio trivalent yang terdiri atas suspense virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. terhadap



respons



antibodi.Apabila



ASI tidak berpengaruh vaksin



yang



diberikan



dimuntahkan dalam 10 menit, harus diberikan dosis pemberian ulang (Tando, 2016). Efek Samping pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi ( 37,5 C, mata bayi bernanah, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat buang besar berwarna pucat dan segera membawanya ke tenaga kesehatan jika ditemukan tanda-tanda tersebut. hasil : Ibu mengerti apasaja tanda bahaya pada bayi dan akan segera membawanya ke tenaga kesehatan jika ditemukan tanda tersebut.



3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eklusif sampai berusia 6 bulan. Berikan minimal 2 jam sekali atau sesuai kebutuhan bayi (on demand). Hasil : Ibu mengerti



4. Memberitahu ibu untuk tetap melakukan perawatan tali pusar,yaitu: a. Selalu cuci tangan dengan sabun da air bersih mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi.



b. Jangan memberkan apapun pada tali pusar. c. Rawat tali pusar terbuka dan kering. d. Bila tali pusar kotor atau basah, cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain bersih. Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk tetap melakukan perawatan tali pusat.



5. Menjaga kehangatan bayi, yaitu: a. Bayi harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai pakaian kering dan lembut.



b. Ganti popok dan baju jika basah. c. Jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin. d. Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos tangan dan pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan. Hasil : Ibu mengerti cara menjaga kehangatan pada bayinya.



6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada saat bayinya sudah berusia 1 bulan untuk dilakukan imunisasi BCG dan menjaga bayinya agar tetap sehat. Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan vaksin BCG pada anaknya saat usia anaknya sudah 1 bulan.



BAB IV



PEMBAHASAN



Setelah penulis melakukan pengkajian dan memberikan asuhan pada By. Ny. U Usia 6 Jam di Rumah Sakit Tugurejo, maka penulis mendapatkan data sebagai berikut: 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga mendukung penetapan diagnosa. Persamaan dan perbedaan pengkajian antara teori dan praktek : PENGKAJIAN DS



TEORI



PRAKTEK



Identitas pasien dan



Nama, Umur, Agama,



Mengkaji nama, umur,



penanggung jawab



Pendidikan, Pekerjaan,



agama, pendidikan,



Suku, Alamat



pekerjaan, suku, alamat



Alasan datang dan



Mengkaji alasan datang



keluhan utama pasien



dan keluhan utama



Alasan datang



pasien Riwayat kesehatan



Kesehatan sekarang,



Mengkaji Kesehatan



dahulu, dan keluarga



sekarang, dahulu, dan keluarga



Riwayat obstetrik



Riwayat kehamilan dan



Mengkaji riwayat



persalinan lalu



kehamilan dan persalinan lalu



Riwayat tumbang



Pertumbuhan BB,



Mengkaji pertumbuhan



dan imunisasi



perkembangan anak,



BB, perkembangan



kelainan bawaan, dan



anak, kelainan bawaan



riwayat imunisasi



dan riwayat imunisasi



Pola pemenuhan



Pola nutrisi, istirahat,



Mengkaji pola nutrisi,



kebutuhan sehari –



aktivitas, eliminasi,



istirahat, aktivitas,



hari



personal hygiene, pola



eliminasi, personal



sosial ekonomi



hygiene, pola sosial ekonomi



DO



KU,Tanda – tanda



Kesadaran, N, RR, T



vital Status present



Mengkaji kesadaran, N, RR, T



Kepala, muka, mata,



Hanya dilakukan



hidung, mulut, telinga,



pemeriksaan abdomen.



leher, dada, pulmo, abdomen, punggung, ekstremitas, anus, kulit, dan reflek. Status obstetrikus



Pemeriksaan alat



Tidak dilakukan



genetalia



pemeriksaan alat genetalia.



2. Analisa Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa masalah dan kebutuhan klien. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh profesi bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan (Rismalinda, 2014). Diagnosa kebidanan dari kasus ini adalah By. Ny. U, usia 6 jam, jenis kelamin laki-laki. Tidak ada masalah yang dapat timbul. Kebutuhannya adalah pendidikan kesehatan mengenai cara menjaga kebersihan bayi, tanda bahaya pada bayi baru lahir, ASI eksklusif, menjaga suhu tubuh bayi, dan Imunisasi BCG. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan.



3. Penatalaksanaan



Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan aman. Pelaksanaan kebidanan pada kunjungan neonatus ketiga sesuai dengan pelaksanaan yang dilakukan. Pada kasus ini pelaksanaannya yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu bahwa bayinya dalam kondisi sehat, memberitahu ibu tanda bahaya bayi yaitu tidak mau menyusu, kejang—kejang, lemah, sesak nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit),tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, bayi merintih atau menangis terus menerus, tali pusar kemerahan sampai dinding perut,berbau atau bernanah, demam/panas tinggi > 37,5 C, mata bayi bernanah, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat buang besar berwarna pucat dan segera membawanya ke tenaga kesehatan jika ditemukan tanda-tanda tersebut, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eklusif sampai berusia 6 bulan. Berikan minimal 2 jam sekali atau sesuai kebutuhan bayi (on demand), memberitahu ibu untuk tetap melakukan perawatan tali pusar,yaitu: selalu cuci tangan dengan sabun da air bersih mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi, jangan memberkan apapun pada tali pusar, rawat tali pusar terbuka dan kering, bila tali pusar kotor atau basah, cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain bersih, menjaga kehangatan bayi, yaitu bayi harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai pakaian kering dan lembut, ganti popok dan baju jika basah, jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angina, jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos tangan dan pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan, menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada saat bayinya sudah berusia 1 bulan untuk dilakukan imunisasi BCG dan menjaga bayinya agar tetap sehat. Namun penulis menemukan beberapa kesenjangan antara praktik di lahan dengan teori, yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Pemeriksaan fisik secara menyeluruh head to toe penting dilakukan untuk mendeteksi dini adanya masalah pada bayi.



BAB V



PENUTUP



A. Kesimpulan Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari (Riskesdas, 2013).



B. Saran 1. Untuk ibu dan keluarga Diharapkan dapat mengikuti apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan demi kesehatan bayinya 2. Bagi masyarakat Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bagi masyarakat 3. Bagi Penulis Penulis diharapkan selalu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam melaksanakan tugas sebagai bidan. 4. Bagi Institusi Pendidikan Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan referensi pembelajaran untuk selanjutnya. 5. Bagi Puskesmas/Tempat PKL Dengan adanya karya tulis ini diharapkan puskesmas atau temapat PKL dapat menjadikan referensi ilmu terbaru dalam memberikan asuhan kepada klien.



DAFTAR PUSTAKA Agrina; Suyanto & Arneliwati. 2014. Analisis Aspek Balita terhadap Kejadian infeksi Saluran pernapasan Akut (ISPA) Di Rumah. Ejournal umm Vol 5 No 2. Departemen Kesehatan RI. 2012.Manajemen Kementerian Kesehatan RI.Jakarta



terpadu



balita



sakit.



Departemen Kesehatan RI. 2016.Manajemen Kementerian Kesehatan RI.Jakarta



terpadu



balita



sakit.



Dongky, P & Kandrianti. 2016. Faktor Resiko Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA Balita di Keluahan Takatidung Polewali Mandar. Unnes Journal of Public Health Vol 5 No 4 Hidayat, A. 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Pelayanan Puskesmas Berbasis Manajemen Terpadu Balita Sakit Dengan Kejadian Pneumonia Balita. Maharani, D; Yani, F & Lestari, Y. 2017. Profil Balita Penderita infeksi Saluran nafas Akut Atas di Poliklinik Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2012-2013. Jurnal FK Unand. Sutomo, B dan Anggraeni,DY. 2010. Menu Sehat Alami untuk Balita dan Batita. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Syahidi, M; Gayatri, D & Bantas, K. 2016. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas Kleurahan Tebet Barat, Kecematan Tebet, Jakarta Selatan. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1 Wijayaningsih, K. 2013.Standar Asuhan Keperawatan: Jakarta. TIM. World Healt Organization. 2007. Pencegahan dan pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. WHO_CD_EPR 2007