Askep Anak PJB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK



Oleh : NUR QOMARIYAH (NIM = 14401.18. 19019)



PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN PROBOLINGGO 2021



1. DEFINISI Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat usia kandungan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap. Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. 2. ETIOLOGI Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun



jarang,



dan belum



banyak diketahui.



Misalnya



SindromaDown



(Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah satunya PJB. Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan. 3. KLASIFIKASI a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa



adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent ductus arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya, aorticstenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS). b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Pada PJB sianotikdidapatkan kelainan struktur danfungsi jantung sedemikian rupasehingga sebagian atau seluruhdarah balik vena sistemik yangmengandung darah rendah oksigenkembali beredar ke sirkulasisistemik. Terdapat aliran pirau darikanan ke



kiri



atau



terdapatpercampuran



darah



balik



venasistemik



dan



vena



pulmonalis.Sianosis pada mukosa bibir danmulut serta kuku jari tangan dan kakidalah penampilan utama padagolongan PJB ini dan akan terlihatbila reduce haemoglobin yangberedar dalam darah lebih dari 5gram %. Bila dilihat dari penampilanklinisnya, secara garis besarterdapat 2 golongan PJB sianotik,yaitu (1) dengan gejala aliran darahke paru yang berkurang, misalnyaTetralogi of Fallot (TF) dan PulmonalAtresia (PA) dengan VSD, dan (2)dengan gejala aliran darah ke paruyang bertambah. MisalnyaTransposition of the Great Arteries(TGA) dan Common Mixing. 4. PATHOFIOLOGI Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013). Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan volume atrium



kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif. Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitasventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011). 5. MANIFESTASI KLINIS a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru -



Ventricular Septal Defect (VSD) VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada systole. Manifestasi klinis : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, sering terlihat pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium.Pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang hiperdinamik.



-



Atrial Septal Defect (ASD) Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum atrium.Tekanan pada foramen oval atau septum atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat. Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan katerisasi jantung.



-



Patent Ductus Arteriosus (PDA)



DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan prematuritas Manifestasi klinis :Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori distres seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio megali, hipertrofi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda ‘machinery type’. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena pembesaran ventrikel kiri. b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal -



Stenosis Aorta (SA) Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.



-



Stenosis Pulmonal (SP) Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi puncaknya menyatu.Manifestasi klinis :Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat.Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai jantung.



-



Koarktasio Aorta Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus.Kelaianan ini



biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat.Untuk itu penting melakukan skrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga. Manifestasi klinis :Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan dan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki.Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography. c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang -



Tetralogi Of Fallot (TOF) Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu: 1. Stenosis pulmonal, 2. Hipertropi ventrikel kanan, 3. Kelainan septum ventrikuler, dan 4. Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel. Manifestasi klinis :Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspnea yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas.Diagnosa berdasarkan pada gejalagejala klinis, mur-murjaniung, EKG foto rongent dan kateterisai jantung.



d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah -



Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA) Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta



keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta.Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik.Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru.Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara 2 sirkulasi ini.Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan.Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa penderita.  Manifesfasi klinis :Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan terjadi. 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 



Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.







Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).







Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.







Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.







Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.







Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.







Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.



7. PENATALAKSANAAN a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru -



Ventricular Septal Defect (VSD) Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung.Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.



-



Atrial Septal Defect (ASD) Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.



-



Patent Ductus Arteriosus (PDA) Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus.Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.



b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal -



Stenosis Aorta (SA) Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan pembedahan toraks.



-



Stenosis Pulmonal (SP) Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.



-



Koarktasio Aorta



Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf. c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang -



Tetralogi Of Fallot (TOF) Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi



peningkatan



kebutuhan



oksigen



dalam



masa



pertumbuhan.



Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis. d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah -



Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA) Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah.Pada saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan.Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent.Septum dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru.Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.



8. KOMPLIKASI Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain: 1. Gagal jantung kongestif 2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung



3. Aritmia 4. Endokarditis bakterialistis 5. Hipertensi 6. Hipertensi pulmonal 7. Tromboemboli dan abses otak



DAFTAR PUSTAKA Hidayat A, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Imu Keperawatan Anak II. Jakarta: Salemba Medika. Dewi.Lia.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: SAlemba Medika Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika: Jakarta Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta Herdman, T.H & Kamitsuru, S. 2015, Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC



ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI 1. Pengkajian a. Identitas Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi. b. Keluhan utama Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien c. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya gejala pada pasien malaria adalah badannya mulai panas 2. Riwayat kesehatan masa lalu Tidak ada 3. Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat seperti ini d. Genogram (minimal terdiri dari tiga garis keturunan) e. Pemeriksaan Fisik 1. keadaan umum a. kebesihan : cukup b. keadaan kulit : bersih c. kesadaran : composmentis 2. Kepala a. Inspeksi : simetris atau tidak, bersih atau tidak, rambut kering atau tidak, ada ketombe atau tidak, ada benjolan atau tidak b. Palpasi : apakah ada nyeri tekan apakah ada benjolan 3. Mata a. Inspeksi : konjungtiva merah muda, skelera putih , ada reflek pupil atau tidak 4. Hidung a. Inspeksi : Simetris, tidak ada polip, ada epitaksis tidak ada pernapasan cuping hidung atau tidak mukosa hidung merah muda.



5. Mulut a.



Inspeksi : mukosa bibir kering, perdarahan pada gusi tidak ada, kebersihan mulut cukup, lidah bersih gigi lengkap



6. Wajah a.



Inspeksi : wajah pucat, ada cloasma gravidarum atau tidak



b.



Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak



7. Leher a. Inspeksi : ada pembesaran vena jugularis atau tidak, pembesaran kalenjar limfa ada atau tidak b. Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau tidak, ada kalenjar tyroid atau tidak 8. Telinga a. Inspeksi : bentuk simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada serumen atau tidak 9. Jantung a. Inspeksi : apakah ada benjolan, apakah ada pigeon chest massa b. Palpasi : precordian c. Perkusi : untuk mengetahui bentuk jantung dan ukuran jantung dan batas jantung d. Auskultasi : denyut jantung normal atau tidak 10. Integumen a. Inspeksi : kulit bersih atau tidak, pucat atau tidak b. Palpasi : akral hangat, kulit kering 11. Ekstremitas a. Inspeksi : adakah eodem atau tidak, varises atau tidak b. Palpasi : raba untuk mengetahui oedem atau nyeri tekan f. Pola kebiasaan sehari-hari Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.



g. Pemeriksaan Penunjang 



Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.







Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).







Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.







Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.







Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.







Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.







Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.



2. Diagnosa keperawatan 1. Penurun curah jantung b.d perubahan preload 2. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusui dan makan



3. Intervensi keperawatan No



Diagnosa



Intervensi



Keperawatan 1.



Penurun jantung perubahan



curah Bina



hubungan



saling



(BHSP)



dengan



b.d percaya



pasien dan keluarga pasien



preload Observasi



keadaan



kulit



terhadap pucat dan sianosis Observasi tanda tanda vital tiap 4 jam Monitor tanda tanda PJB seperti



gelisa,



tacyhpnea, lelah,



takikardi,



sesak,



mudah



periorbital



edema,



oliguria, dan hepatomegaly. Berikan oksigen tambahan dengan kanul nasal/masker sesuai indikasi. Obsevasi perubahan pada sensori,



contoh



alergi,



bingung, disorientasi cemas. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien



tentang



output. Kolaborasi medis tindakan 2



Defisit



cardiac



dengan



dalam



team



pemberian farmakologis



berupa digitalis dan digoxin nutrisi Observasi selama pemberian



tubuh



b.d makan atau menyusui.



ketidakmampuan menyusui



dan



makan Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama. Observasi dan catat masukan anak/intake 3



makanan dan



output



secara benar Jika anak menunjukan kelemahan akibat tidan adekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang infus Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering. Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan diet sesuai intruksi (TKTP) Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelumdan sesudah makan,ginakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang



lembut, berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka