ASKEP Gerontik Binti Muasaroh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA “Ny. S” DENGAN DIAGNOSA GOUT ARTRITIS (ASAM URAT) DI DESA MOJOKENDIL WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS ADAN-ADAN KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI



Oleh : BINTI MUASAROH 201703009



PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI 2020



LEMBAR PENGESAHAN Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan Gerontik pada “Ny. S” dengan diagnosa Gout Artritis (Asam Urat) di Desa Mojokendil wilayah kerja UPTD Puskesmas Adan-adan Kecamatan gurah Kabupaten kediri, pada tanggal 711 April 2020 oleh mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri. Nama : Binti Muasaroh Nim



: 201703009



Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gerontik pada “Ny.S” dengan Diagnosa Gout Artritis (Asam urat) di Desa Mojokendil



Wilayah



Kerja



UPTD



Puskesmas



Adan-adan



Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri



Mengetahui, Pembimbing Institusi



Mahasiswa



(Ariani Sulistyorini, S.Kep.,Ns.,M.Kep)



(Binti Muasaroh)



LAPORAN PENDAHULUAN LANSIA “Ny. S” DI DESA MOJOKENDIL WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS ADAN-ADAN KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI A. Definisi Lansia Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti pada Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa (Kholifah, 2016). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua (Kholifah, 2016). B. Batasan Lansia Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut (Kushariyadi, 2010). a.



Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu: 1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.



2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun. 3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun. b. Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm.), Guru Besar



Universitas Gajah Mada Fakultas



Kedokteran, periodisasi biologis



perkembangan manusia dibagi menjadi: 1) Masa bayi (usia 0-1 tahun) 2) Masa prasekolah (usia 1-6 tahun) 3) Masa sekolah (usia 6-10 tahun) 4) Masa pubertas (usia 10-20 tahun) 5) Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun) 6) Masa lanjut usia, senium (usia >65 tahun) c.



Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari universitas Indonesia, kedewasaan dibagi empat bagian: 1) Fase iuventus (usia 25-40 tahun) 2) Fase verilitas (usia 40-50 tahun) 3) Fase prasenium (usia 55-65 tahun) 4) Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)



d. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegoro, Sp. Kj., batasan usia



dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi: 1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun 2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun 3) Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas: a) Young old (usia 70-75 tahun) b) Old (usia 75-80 tahun) c) Very old (usia > 80 tahun) e. Menurut Bee (1996), bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut: 1) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun) 2) Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun) 3) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun) 4) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun) 5) Masa dewasa sangat lanjut (usia >75 tahun)



f.



Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia ada dua tahap: 1) Early old age (usia 60-70 tahun) 2) Advanced old age (usia >70 tahun)



g.



Menurut Burnsei (1979), ada empat tahap lanjut usia yaitu: 1) Young old (usia 60-69) 2) Middle age old (usia 70-79 tahun) 3) Old-old (usia 80-89 tahun) 4) Very old-old (usia >90 tahun)



h.



Menurut sumber lain, mengemukakan: 1) Elderly (usia 60-65 tahun) 2) Junior old age (usia >65-75 tahun) 3) Formal old age (usia >75-90 tahun) 4) Longevity old age (usia >90-120 tahun)



Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 pasal 1 Ayat 2.Menurut undang-undang tersebut di atas lanjut usia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria ataupun wanita. C. Ciri-Ciri Lansia



Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut (Kholifah, 2016). Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. a. Lansia memiliki status kelompok minoritas



Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik. b. Menua membutuhkan perubahan peran



Perubahan peran dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal.Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.



c. Penyesuaian yang buruk pada lansia



Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. D. Tipe Lansia



1) Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan memenuhi undangandan menjadi panutan. 2) Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari, bergaul dengan teman dan memnuhi undangan. 3) Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, banyak menuntut. 4) Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja 5) Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan



a. Hereditas atau ketuaan genetik b. Nutrisi atau makanan c. Status kesehatan d. Pengalaman hidup e. Lingkungan f. Stres



F. Teori-teori Proses Penuaan Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual (Maryam, 2012). a.Teori biologi Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebasdan teori rantai silang. 1) Teori genetik dan mutasi Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel). 2) Immunolgyslow theory Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. 3) Teori stress Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. 4) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.



5) Teori rantai silang Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khusunya jaringan kolagen.Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan dan hilangnya fungsi sel. b. Teori psikologi Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia.Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak. Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan



memberi



alasan



secara



abstrak



dan



melakukan



penghitungan. Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian/peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang.



Memori terdiri dari tiga komponen sebagai berikut (Maryam, 2012): 1) Ingatan yang paling singkat dan segera Contohnya: pengulangan angka. 2) Ingatan jangka pendek. Contohnya: peristiwa beberapa menit hingga beberapa hari yang lalu. 3) Ingatan jangka panjang c. Teori sosial Ada beberapa teori sosial yang betkaitan dengan proses penuaan yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement



theory),



teori



aktifitas



(activity



theory),



teori



kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development theory) dan teori stratifikasi usia(age stratification theory). 1) Teori interaksi sosial Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. 2) Teori penarikan diri Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961) dalam (Maryam, 2012). Kemiskinan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan disekitarnya. 3) Teori aktifitas Teori aktifitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et.al (1972) dalam (Maryam, 2012) yang menyatakan bahwa penuaan yang suskes bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktifitas serta mempertahankan aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktifitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktifitas lansia dapat menurun, akan tetapi di lain sisi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan hidupnya.



4) Teori kesinambungan Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial.Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus hidup lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia. 5) Teori perkembangan Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erickson. Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisis serta perubahan psikososial anak dan balita. 6) Teori stratifikasi usia Wiley (1971) dalam (Maryam, 2012) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban dan hak mereka berdasarkan usia. d. Teori spiritual Komponen spiritual



dan tumbuh kembang merujuk pada



pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepercayaan (Wong et.al,1999) dalam (Maryam, 2012). Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam ,menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan (Maryam, 2012). G. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada



diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan sosial dan seksual. a. Perubahan Fisik 1) Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karenahilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutamaterhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun. 2) Sistem Integumen Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis danberbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandulasudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. 3) Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukungutama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalamiperubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilagopada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaansendi menjadi rata.



Kemampuan



dandegenerasi



yang



kartilago terjadi



untuk



regenerasi



cenderung



kearah



berkurang progresif,



konsekuensinya kartilagopada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehinggaakan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,deformitas dan



fraktur.



Otot:



perubahan



sangatbervariasi,penurunan



jumlah



struktur



otot



dan



ukuran



pada



penuaan



serabut



otot,



peningkatan jaringanpenghubung dan jaringan lemak pada otot



mengakibatkan efek negatif. Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasiamengalami penuaan elastisitas. 4) Sistem Kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantungbertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantungberkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringankonduksi berubah menjadi jaringan ikat. 5) Sistem Respirasi



Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total parutetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikanruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan peregangan toraks berkurang. 6) Pencernaan dan Metabolisme



Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksisebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makinmengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah. 7) Sistem Perkemihan



Pada



sistem



perkemihan



terjadi



perubahan



yang



signifikan.Banyak fungsi yangmengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi olehginjal. 8) Sistem Saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresifpada serabut saraf lansia.Lansia mengalami penurunan koordinasi dankemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. 9)



Sistem Reproduksi



Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary danuterus.Terjadi atropi payudara.Pada laki-laki testis masih dapat memproduksispermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. b.



Perubahan Kognitif 1) Daya ingat, Ingatan (Memory) 2) IQ (Intellegent Quotient) 3) Kemampuan Belajar (Learning) 4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)



5) Pemecahan Masalah (Problem Solving) 6) Pengambilan Keputusan (Decision Making) 7) Kebijaksanaan (Wisdom) 8) Kinerja (Performance) 9) Motivasi



c.



Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : 1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa 2) Kesehatan umum 3) Tingkat pendidikan 4) Keturunan (hereditas) 5) Lingkungan 6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian 7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan 8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili. 9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap



gambaran diri, perubahan konsep diri. d.



Perubahan spiritual Agama



atau



kepercayaan



makin



terintegrasi



dalam



kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.



e.



Perubahan Psikologi 1) Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran. 2) Duka cita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia.Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan. 3) Depresi Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan



karena



stress



lingkungan



dan



menurunnya



kemampuan adaptasi. 4) Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif. Gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat. 5) Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya.Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.



6) Sindroma Diagnosis Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu.Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk



barang



dengan



tidak



teratur.Walaupun



telah



dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali. (Kholifah, Siti Nur. 2016) H. Perubahan Mental pada Lansia



Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: a. Perubahan fisik terutama organ-organ perasa. b. Kesehatan umum. c. Tingkat pendidikan d. Keturunan (hereditar) serta lingkungan. I. Penyakit yang Sering Terjadi pada Lanjut Usia



Menurut Stieglitz (1945) dalam (Aspiani, 2014), ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua, yaitu: a. Gangguan sirkulasi darah, seperti: hipertensi, kelainan pumbuluh darah, gangguan pumbuluh darah diotak, koroner dan ginjal. 1) Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes militus, klimakterium dan ketidak seimbangan tiroid 2) Gangguan pada persendian, seperti: osteorthritis, gout arthritis, ataupun penyakit kalogen lainnya. 3) Berbagai macam neoplasma. b. Menurut “The National Old People’s Welfare Council” dalam (Aspiani, 2014), di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan pada lanjut usia ada 12 macam, yaitu: 1) Depresi mental 2) Gangguan pendengaran 3) Bronkhitis kronik 4) Gangguan pada tungkai/ sikap berjalan 5) Gangguan pada koksa/sendi panggul 6) Anemia



7) Demensia 8) Gangguan penglihatan 9) Ansietas/ kecemasan 10) Dekompensasi kordis 11) Diabetes militus, osteomielitis dan hipotiroidisme 12) Gangguan pada defekasi Timbulnya penyakit-penyakit tersebut dapat dipercepat atau diperberat oleh faktor-faktor luar, misalnya: makanan, kebiasaan hidup yang salah, infeksi dan trauma (Aspiani, 2014).



LAPORAN PENDAHULUAN GOUT ARTRITIS (ASAM URAT ) PADA PASIEN “Ny. S” DI DESA MOJOKENDIL WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS ADAN-ADAN KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI A. Definisi



Gout artritis (asam urat) adalah penyakit yang disebabkan dari penumpukan Kristal yang berada dipersendian, akibat dari tingganya kadar asam urat didalam tubuh. Gout Artritis disebut juga kelompok penyakit heterogen sebagai akibat dari deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler(Nurhayati, 2018 dan Widyanto, 2009). Gout merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki pada bagian tengah (Merkie, 2015). B. Klasifikasi Gout Artritis terbagi atas dua yaitu : 1. Gout primer Dimana



menyerang



laki-laki



usia



degenerative,



dimana



meningkatnya produksi asam urat akibat dari pemecahan purin yang disintesis dalam jumlah yang berlebih didalam hati. Merupakan akibat langsung dari pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekresi asam urat yaitu hiperurisemia karena gangguan metabolism purin atau gangguan ekresi asam urat urin karena sebab genetic. Salah satu sebabnya karena kelainan genetic yang dapat diidentifikasi, adanya kekurangan enzim HGPRT (hypoxantin guanine phosphoribosyle



tranferase)



atau



kenaikan



aktivitas



enzim



PRPP



(phosphoribosyle pyrophosphate) kasus ini yang dapat diidentifikasi hanya 1% saja.



2. Gout sekunder Terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan pemecahan purin menyebabkan meningkatnya sistem asam urat. Contohnya pada pasien leukemia disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atauekresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu. Merupakan hasil berbagai penyakit yang penyebabnya jelas diketahui akan menyebabkan hiperurisemia karena produksi yang berlebih atau penurunan ekskresi asam urat diurine. C. Etiologi Penyebab utama gout artritis adalah karena danya deposit / penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolism asam uarat yang abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Beberapa faktor lain yang mendukung, seperti: a. Faktor genetic seperti gangguan metabolism purin yang menyebabkan asam urat berlebihan (hiperurisemia), retensi asam uarat, atau keduanya. b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, dan hipertensi. c. Gangguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperurisemia. d. Obat-obatan yang murunkan ekskresi asam urat seperti : aspirin, deuretik, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol. e. Usia f. Jenis kelamin g. Konsumsi purin berlebih dan alkohol.



D. Manifestasi Klinis Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout artritis yang tidak diobati antara lain : 1. Hiperuricemia asimtomatik 2. Gout artritis akut 3. Tahap interkritis 4. Gout kronik Gout akut berupa : a. Nyeri hebat b. Bengka dang berlangsung cepat pada sendi yang terserang c. Sakit kepala d. Demam Gangguan kronik berupa : a. Serangan akut b. Hiperuricemia yang tidak diobati c. Terdapat nyeri dan pegal d. Pembengkakan



sendi



membentuk



noduler



yang



disebut



tofi



(pembentukan monosidiumasam uart dalam jaringan). E. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboraturium a. Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu ≥6 mg % normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%. b. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa cairan berwarna putih seperti susu yang sangat kental sekali. c. Pemeriksaan dareah lengkap d. Pemeriksaan ureua dan kreatinin 1) Kadar ureua dalam darah normal : 5-20 mg/dl 2) Kadar kreatinin dalam darah normal : 0,5-1 mg/dl 2. Pemeriksaan fisik



F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan bertujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang dan mencegah komplikasi. a. Medikasi 1. Pengobatan serangan akut dengan colchine 0.6 mg PO, colchine 1,0 3,0 mg (dalam Nacl/IV), phenilbutazone, Indomethacin 2. Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik) 3. Chochines (oral/IV) tiap 8 jam seklai untuk pencegahan fagositosis dari Kristal asam uarat oleh netrofil sampai nyeri berkurang. 4. Nosteroid, obat – obatan anti inflamai (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi. 5. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asma urat dan untuk mencegah serangan. 6. Uricosuric untuk meningkatan eksresi asam urat dan menghambat akumulasi asam urat 7. Terapi pencegahan dan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan probenezid 0.5 g/hari atau sulfinpyarazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan allopurinol 100 mg 2x/hari. b. Perawatan 1. Anjurkan pembatasan asupan purin : hindari makan yang mengandung purin yaitu jeroan (jantung, hati, lidah, ginjal, usus) sarden, kerang, ikan herring, kacang-kacangan, bayam, udang dan daun melinjo. 2. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. 3. Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatan pengeluaran asam urat melalui urine. 4. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak 5. Anjurkan pasien untuk banyak minum air 6. Hindari mengkonsumsi alcohol.



G. Komplikasi 1. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis danulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasinonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifyngantirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada rheumatoid artritis. 2. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar debedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. 3. Deformitas (perubahan bentuk sendi yang terjadi akibat serangan berulang yang akhirnya merusak kartilago artikuler (tulang yang berada disekitar sendi). 4. Batu ginjal 5. Gagal ginjal kronis 6. Hipertensi H. Patofisiologi Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan berlebih atau penurunan eksresi asam urat, adapun keduannya. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolism purin menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai berikut : Sistensi purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway). 1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui precursor nonpurin. Substrat awal adalah ribosa-5-fosfat, yaitu diubah melalui serangkaian zat anatara menjadi nukleotida purin (assam inosinat, asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu : 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintease dan amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme



inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan zat berlebih. 2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purun melalui basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti jalur de novo. Basa purin bebas (adenine, guanine, hipoxantin) berkondenasi dengan PRPP untuk membentuk perkursor nukleotida purin dari asam urat.Reaksi ini dikatalis oleh dua enzim : hipoxantin guanine fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT). Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolism purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi kemudian diekskresikan dinefron distal dan dikeluarkan melalui urine. Pathway Lansia



Perubahan fisik Penurunan pemenuhan nutrisi



Defisit nutrisi



G3 persepsi sensori Nyeri akut immobilisasi Gangguan mobilisasi fisik



Penurunan aktivitas



Penurunan fungsi otot,pendengaran, penglihatan Resiko jatuh



Perubahan kejiwaan



Sistem muskuloskeletal mengalami penurunan Etiologi: Alcohol,makanan , usia,obat2an Kadar protein meningkat



cedera G3 metabolisme purin



Penurunan daya ingat System pencernaan menurun



Ketidakefektifan fungsi GEA



Absorbsi makanan tidak normal



ansietas



GOUT ARTRITIS



Pelepasan kristal monosodium urat



Sumber keuangan menurun



Fungsi intelektual demensia



Mudah tersinggung ketidakberd ayaan Perasaan tidak senang



fraktur Penurunan fungsi fisik



Perubahan psikososial



Konstipasi/ diare



Respons psikologi



Gangguan istirahat tidur Lansia < 60 tahun Kurang pengetahuan



Fungsi social menurun



depre si



Perubahan psikologis Menarik diri Isolasi Sosial Defisit pengetahuan



pengendapan kristal urat



Penimbunan kristal urat



Di dalam di sekitar sendi



Leukosit menekan kristal urat Mekanisme peradangan Sirkulasi daerah radang terganggu



Vasodilatasi darah kapiler Eritema, panas



Nyeri akut



Gangguan rasa nyaman



Penimbunan pada membrane synovial dan tulang rawan articular Pada lansia