ASKEP KELUARGA Novia Nurzuhriyanti [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. W DENGAN MASALAH DIABETES MELLITUS DI DUKUH DRAGAN, DRAGAN, TAMANSARI



DISUSUN OLEH Novia Nurzuhriyanti P2005043



PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH 2021



BAB I TINJAUAN TEORI



A. Pengertian Menurut beberapa ahli pengertian keluarga yaitu Duvall dan Logan (1986). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan



untuk



menciptakan,



mempertahankan



budaya,



dan



meningkatkan



perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah: 1.



Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh perkawinan atau adopsi



2.



Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain



3.



Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik



4.



Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota



B. Struktur Keluarga 1.



Dominsi struktur keluarga a.



Dominasi jalur hubungan darah 1) Patrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku – suku di Indonesia rata – rata menggunakan struktur keluarga patrilineal. 2) Matrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang salah satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.



b.



Dominasi pengambilan tempat tinggal 1) Patrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami. 2) Matrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri



c.



Dominasi pengambilan keputusan 1) Patriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami 2) Matriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri



2.



Ciri – ciri struktur keluarga a.



Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga



b.



Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.



c.



Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing – masing



3.



4.



Ciri – ciri keluarga Indonesia a.



Suami sebagai pengambil keputusan



b.



Merupakan suatu kesatuan yang utuh



c.



Berbentuk monogram



d.



Bertanggung jawab



e.



Pengambil keputusan



f.



Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa



g.



Ikatan kekeluargaan sangat erat



h.



Mempunyai semangat gotong royong



Elemen struktur keluarga a.



Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing – masing anggota keluarga baik di dalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat



b.



Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.



c.



Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga.



d.



Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku ke arah positif.



C. Macam – macam struktur / tipe / bentuk keluarga 1.



Tradisional a.



The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak



b.



The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah



c.



Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri



d.



The childress family : keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita



e.



The extended family (keluarga luas/ besar) : keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakek – nenek), keponakan, dll



f.



The single parent family (keluarga duda/ janda) : keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)



g.



Communter family : kedua orang tuanya bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pecan (week – end)



h.



Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.



i.



Kin – network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televise, telepon,dll.



j.



Blended family : keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya



k.



The single adult / living alone / single-adult family : keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.



2.



Non – Tradisional a.



The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah



b.



The strepparent family : keluarga dengan orang tua tiri



c.



Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/ membesarkan anak bersama



d.



The nonmorital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan



e.



Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)



f.



Cohabitating couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu



g.



Group marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat – alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.



h.



Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai – nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-



barang



rumah



tangga



bersama,



pelayanan



dan



bertanggung



jawab



membesarkan anaknya. i.



Foster family : keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/ saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.



j.



Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental



k.



Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang – orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.



D. Peranan keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga , kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1.



Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.



2.



Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.



3.



Peranan anak : anak – anak melaksanakan peranan psiko – sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual



E. Fungsi keluarga 1. Fungsi biologis a.



Meneruskan keturunan



b.



Memelihara dan membesarkan anak



c.



Memenuhi kebutuhan gizi keluarga



d.



Memelihara dan merawat anggota keluarga



2. Fungsi psikologis a.



Memberikan kasih sayang dan rasa am



b.



Memberikan perhatian diantara anggota keluarga



c.



Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga



d.



Memberikan identitas keluarga



3. Fungsi sosialisasi a.



Membina sosialisasi pada anak



b.



Membentuk norma-norma



tingkah



laku



sesuai dengan tingkat



perkembangan anak c.



Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga



4. Fungsi ekonomi a.



Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga



b.



Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga



c.



Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)



5. Fungsi pendidikan a.



Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya



b.



Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa



c.



Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangan



F. Tahap – tahap kehidupan/ perkembangan keluarga Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1999) : 1.



Pasangan baru (keluarga baru) Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :



2.



a.



Membina hubungan intim yang memuaskan



b.



Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social



c.



Mendiskusikan rencana memiliki anak



Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama) Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan: a.



Persiapan menjadi orang tua



b.



Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga



c. 3.



Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.



Keluarga dengan anak pra-sekolah Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun : a.



Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman



b.



Membantu anak untuk bersosialisasi



c.



Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi



d.



Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)



e.



Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)



f.



Pembagian tanggung jawab anggota keluarga



g.



Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak



4.



Keluarga dengan anak sekolah Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk : a.



Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan



b.



Mempertahankan keintiman pasangan



c.



Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.



5.



Keluarga dengan anak remaja Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa : a.



Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominy



b.



Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga



c.



Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan



d. 6.



Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga



Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua : a.



Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar



b.



Mempertahankan keintiman pasangan



c.



Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua



d.



Membantu anak untuk mandiri di masyarakat



e.



Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga



7.



Keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal a.



Mempertahankan kesehatan



b.



Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak



c. 8.



Meningkatkan keakraban pasangan



Keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal : a.



Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan



b.



Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan



c.



Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat



d.



Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat



e.



Melakukan life review (merenungkan hidupnya).



G. Perawatan Kesehatan Keluarga Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan : 1.



Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat



2.



Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya



3.



Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya



4.



Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotany



5.



Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.



H. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu : 1.



Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC.



2.



Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.



3.



Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika



demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan. 4.



Memodifikasi



lingkungan



keluarga



untuk



menjamin



kesehatan



keluarga



Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat. 5.



Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.



I.



Peran Perawat Keluarga 1.



Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar : a.



Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri



b. 2.



Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga



Koordinator Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.



3.



Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.



4.



Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga



5.



Konsultan Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.



6.



Kolaborasi Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.



7.



Fasilitator Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).



8.



Penemu kasus Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.



9.



Modifikasi lingkunga Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.



1)



Diabetes Mellitus A. Definisi Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus



kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and Suddarth.2001) Diabetes



mellitus



adalah



gangguan



metabolism



yang



ditandai



dengan



hiiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau aktivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati B. Etiologi 1. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus) a. Faktor genetic/ heredite Peningkatakan kerentanan sel – sel beta dan perkembangan antibody autoimun terhadap penghancuran sel – sel beta. b. Faktor infeksi virus Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetic c. Faktor imunologi Respon autoimun abnormal yaitu antibody menyerang jaringan normal yang dianggap jaringan asing 2. Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM) a. Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatan efek metabolic. b. Usia. Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun c. Riwayat keluarga d. Kelompok etnik 3. Diabetes Mellitus Malnutris Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pancreas 4. Diabetes Mellitus tipe lain a. Penyakit pancreas



b. Penyakit hormonal c. Obat – obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazide



C. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin 1. Kadar glukosa puasa tidak normal 2. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria



yang



akan menjadi dieresis



osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia) 3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang 4. Lelah dan mengantuk 5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva D. Klasifikasi 1. Klasifikasi klini a. Diabetes Mellitus 1) Tipe I : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun 2) Tipe II : NIDDM Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi



insulin



adalah



turunya



kemampuan



insulin



untuk



merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati : a) Tipe II dengan obesitas b) Tipe II tanpa obesitas



b. Gangguan toleransi glukosa c. Diabetes kehamilan 2. Klasifikasi resiko statistic a. sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa b. Berpotensi menderita kelainan glukosa



E. Patofisiologi Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan) Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia) Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup



kelelahan



mengendalikan



dan



kelemahan.



glikogenolisis



Dalam



(pemecahan



keadaan



glukosa



yang



normal



insulin



disimpan)



dan



glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam – asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.



Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut. Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK) Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun – tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi vagina/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).



F. Data Penunjang 1 Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi



glukosa >



200mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa 2 Aseton plasma (keton) positif secara mandiri 3 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat 4 Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l 5 Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun 6 Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3 7 Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeks 8 Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal 9 Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) 10 Urine : gula dan aseton positif 11 Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi luka G. Komplikasi 1.



Komplikasi akut a. Hipoglikemia b. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik c. Ketoasidosis Diabetic



2. Komplikasi kronik Umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan : a. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular



b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vascular perifer, dan vascular serebral c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih e. Ulkus/gangrene/kaki diabetic



H. Penatalaksanaan 1. Medis Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu : a. Diet 1) Memperbaiki kesehatan umum penderita 2) Mengarahkan pada berat badan normal 3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic 4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita 5) Menarik dan mudah diberikan b. Prinsip diet Diabetes Mellitus yaitu: 1) Jumlah sesuai kebutuhan 2) Jadwal diit ketat 3) Jenis : boleh dimakan atau tidak c. Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita Diabetes Mellitus, adalah : 1. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya



2. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore 3. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen 4. Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik d. Penyuluhan e. Obat 1. Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO) 2. Insulin f. Cangkok pancreas



Konsep Dasar Keperawatan a. Pengkajian 1. Data umum Data umum keluarga meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi dan tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi dan aktivitas rekreasi 2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini. b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan mengenai tugas yang belum terpenuhi serta kendala mengapa tugas perkembangan tersbut belum terpenuhi. c. Riwayat keluarga inti : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti. d. Riwayat keluarga sebelumnya : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. 3. Pengkajian lingkungan Pengkajian lingkungan meliputi karakteristik rumah, tetangga dan komunitas RW, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat dan sistem pendukung keluarga. 4. Struktur keluarga Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran dan nilai atau norma keluarga. 5. Fungsi keluarga a. Fungsi efektif: Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. b. Fungsi sosialisasi : Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. c. Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. d. Fungsi reproduksi : Hal yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anak.



e. Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada untuk peningkatan status kesehatan keluarga. 6. Stress dan kopping keluarga Stress dan kopping keluarga meliputi stressor jangka pendek dan panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap stressor, strategi koping yang digunakan dan strategi adaptasi disfungsional. 7. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.



BAB II TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. DATA UMUM 1. Nama KK



: Ny. P



2. Usia KK



: 62 tahun



3. Alamat KK



: Dragan, Tamansari



4. Pekerjaan KK



: IRT



5. Pendidikan KK



: SMA



6. Komposisi Keluarga : NO



Nama



L/P



Hub dg KK



Umur



Tk. Pnd BCG



DPT 123



Status Imunisasi Polio 123 Hept 123



Ket Camp



1.



Tn. W



L



Ayah



65 th



SMA



-



-



-



-



-



Sehat



2.



Ny P



P



Ibu



62 th



SMP



-



-



-



-



-



Sehat



3.



Ny. L



P



Anak



30 th



SMA



-



-



-



-



-



Sehat



7. Genogram



:



Keterangan



:



: Laki – laki



: Menikah



: Perempuan



: Tinggal serumah



: Meninggal



: Keturunan



Bp. W adalah anak pertama dari 5 (lima) bersaudara, semua saudara Bp. W masih hidup. Bp. W menikah dengan istrinya yaitu Ibu P. Ibu P adalah anak keempat dari 5 (lima) bersaudara. Bp. W dan Ibu P memiliki 1 (satu) orang anak. Anak pertama Ibu P yaitu Ny.L. Bp. W dan Ibu P tinggal bersama dengan anaknya. Ibu P mengatakan di dalam keluarga besarnya tidak ada penyakit menular maupun menurun seperti diabetes, stroke, asma dan jantung. 8. Tipe Keluarga Keluarga Bp. W merupakan keluarga The Nuclear Family (keluarga inti) dimana di dalam rumah terdiri dari Bp. W (65 tahun) sebagai suami, Ibu P (62 tahun) sebagai istri dan Ny.L (30 tahun) sebagai anak. 9. Latar Belakang Budaya Keluarga Bp. W adalah suku Jawa dan berkewarganegaraan Indonesia. Tetangga sekitar keluarga Bp. W juga merupakan suku jawa dan mayoritas beragama Islam sehingga banyak melakukan kegiatan keagamaan bersama seperti pengajian rutin dan sholat berjamaah dimasjid. Setiap harinya keluarga Bp. W selalu menggunakan bahasa Indonesia terkadang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan sehari – hari baik dengan keluarga maupun dengan masyarakat sekitar. Bp. W mengatakan bila ada anggota keluarga yang badannya terasa tidak enak terkadang hanya di buat istirahat dirumah saja dan dengan membeli obat yang banyak dijual di warung atau apotik, tetapi bila sudah lebih tidak enak langsung segera pergi periksa ke klinik bidan praktik terdekat untuk mendapatkan kesehatan seperti sedia kala.



10. Agama Keluarga Bp. W beragama Islam. Ibu P mengatakan selalu mengikuti kegiatan pengajian RT yang diadakan setiap satu minggu sekali yaitu setiap sabtu malam. Ibu P mengatakan, mereka sekeluarga selalu menjalankan sholat 5 waktu dirumah. Mereka selalu mengingatkan kedua anaknya untuk selalu sholat 5 waktu. 11. Status sosial ekonomi keluarga Keluarga Bp. W tidak mau menyebutkan penghasilan perbulan, Ibu P bekerja sebagai pedagang kelontong di rumah sedangkan Bp. W bekerja wiraswasta tidak menetap. Sumber pendapatan keluarga Bp. W dirasa sudah mencukupi kebutuhan sehari – hari karena keluarga sudah terbiasa hidup sederhana baik itu untuk keperluan kebutuhan sembako, pembayaran listrik, kegiatan arisan, dan jika ada keperluan mendadak seperti pengumpulan uang untuk tetangga atau keluarga yang sakit. 12. Aktifitas rekreasi keluarga Aktifitas rekreasi keluarga pada keluarga Bp. W yaitu menonton televisi (TV) di rumah bersama keluarga, bercakap – cakap dengan tetangga. Bagi keluarga menonton TV merupakan rekreasi yang menyenangkan dan murah sehingga tidak perlu mengeluarkan uang. B. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Keluarga Bp. W berada pada tingkat perkembangan keluarga dengan anak dewasa. Tahap perkembangan keluarga ini orangtua bertugas membantu anak untuk mandiri sambil menata kembali peran mereka didalam rumah tangga dengan anggota keluarga yang masih ada. 2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Keluarga Bp. W mengatakan cukup senang tinggal dirumah sendiri bersama istri dan anak – anaknya, serta hubungan dengan tetangga juga cukup baik, saling tolong menolong dan saling menghargai. 3. Riwayat keluarga inti Keluarga Bp. W mengatakan tinggal bersama dengan istri dan 2 orang anaknya. Bila ada konflik atau masalah dalam keluarga biasanya selalu dibicarakan bersama –



sama. Menurut Bp. W riwayat masing – masing anggota keluarganya yaitu Bp. W sendiri dalam keadaan sehat, tidak pernah sakit serius. Sedangkan Ibu P saat ini keadaannya juga sehat, tetapi Ibu P mempunyai riwayat yaitu diabetes mellitus yang sebelumnya Ibu P belum ketahui dan baru diketahui sejak dirawat dirumah sakit. Pada saat itu Ibu P merasakan tanda – tanda dan gejala seperti lemas, ingin minum terus, sering buang air kecil, pucat. Ibu P tidak rutin meminum obatnya dan Ibu P juga tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat, hanya pada saat awal – awal setelah pulang dirawat dirumah sakit itupun hanya kontrol cek gula darah diapotik. Ibu P juga merasa sedikit khawatir mengenai virus covid-19 yang sekarang lagi mewabah di Indonesia. Dan Ny.L keadaanya juga sehat dan tidak pernah mengalami sakit serius. 4. Riwayat keluarga sebelumnya Bp. W dan Ibu P mengatakan dari keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular maupun menurun misalnya DM, semua keluarga sehat. C. LINGKUNGAN 1. Karakteristik rumah Bangunan rumah milik keluarga Bp.W adalah rumah milik sendiri. Tipe rumah tembok permanen dari batako, lantai keramik serta beratap genting. Rumah Bp.W terdiri dari 3 kamar tidur, ruang TV, dapur dan kamar mandi. Ventilasi baik terdapat 4 jendela dan rutin dibuka, ada lubang angin-angin. Sinar matahari tidak dapat masuk secara langsung ke rumah. Sinar matahari masuk lewat pintu depan dan jendela, dan ada genteng kaca. Pencahayaan malam dengan lampu neon. Kondisi dapur berdekatan dengan kamar mandi. Kamar mandi terpisah dengan closet. Teras depan rumah terlihat bersih. Sumber air minum berasal dari sumur. Kamar mandi dan WC di dalam rumah, tertutup rapat. WC jenis leher angsa. Pengelolaan sampah dengan ditimbun dan dibakar, limbah rumah tangga dialirkan dan dibuang ke pekarangan bagian belakang rumah.



Denah Rumah : Barat 15 m :



6 7m



5



1



1



3



2 1



4



7



Gambar Denah rumah Bp.W Keterangan: 1 : Kamar



6 : Kamar mandi



tidur 2 : Ruang



7 : Teras



tamu



: Pintu



3 : Ruang Keluarga



: Jendela



4 : Ruang Penyimpanan 5 : Dapur



2. Karakteristik tetangga dan komunitas Tetangga sebelah kiri dan depan rumah Bp. W begitu akrab dengan keluarga Bp. W, dan Ibu P jarang keluar rumah, keluar rumah jika berbelanja dan ada kegiatan seperti arisan ataupun pengajian saja. Penduduk RT 01/02 cukup padat, jarak antara rumah tidak terlalu dekat. Rumah Bp. W diperumahan dan tetangganya kebanyakan berasal dari daerah seperti Jawa tetapi ada juga yang dari luar Jawa. Pekerjaannya pun beragam dari pedagang, karyawan swasta, juga wiraswasta. 3. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Bp. W ini pernah pindah tempat tinggal sejak menikah hingga mempunyai anak, dan sekarang sudah tinggal di RT 01/02 Desa dragan karena merasa senang dan nyaman. Bp. W bekerja wiraswasta sehingga jarang dirumah. Ibu P sehari



– hari bekerja sebagai ibu rumah tangga dan berdagang. Ny.L sudah bekerja. 4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyrakat Keluarga Bp. W selalu mengikuti kegiatan sosialisasi dilingkungan sekitarnya. Jadwal berkumpul tidak tentu tetapi yang sering adalah malam hari. Keluarga Bp. W mengikuti kegiatan pengajian yang ada di lingkungannya terutama Ibu P. Dalam bertetangga selalu bertegur sapa, saling mengunjungi dan menjalin tali silaturahmi. D. STRUKTUR KELUARGA 1. Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi keluarga Bp. W dilakukan secara terbuka, bahasa yang dipakai setiap hari adalah bahasa Indonesia terkadang juga bahasa Jawa. Frekuensi komunikasi antar anggota keluarga cukup baik, tetapi Ny.L dan Ibu P jarang berkomunikasi dikarenakan berdagang dan sudah kelihatan capek. Pengambil keputusan adalah Bp. W sebagai KK dan atas pertimbangan Ibu P sebagai istri. Anggota keluarga bertemu seminggu sekali atau disaat ada hari libur. 2. Struktur kekuatan keluarga Pengendali keluarga adalah Bp. W sebagai kepala keluarga. Dalam membuat keputusan selalu dibicarakan terlebih dahulu terutama dengan Ibu P sebagai istri, tetapi dalam pengambilan keputusan yang tersering diambil oleh Bp. W. 3. Struktrur peran (formal dan informal) Bp. W sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk mencari nafkah dan dalam pengelolaan dana diserahkan kepada istrinya. Anak Bp. W hanya dua orang dan masih sekolah semuanya. Ibu P tak hanya berdagang tetapi juga kegiatan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian dan membersihkan rumah. 4. Nilai dan norma keluarga Keluarga Bp. W menganut agama Islam dan diajarkan norma agama Islam, dan saling menghargai didalam keluarga. Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada keluarga yang sakit hanya dibelikan obat ditoko terdekat atau apotik, tetapi apabila semakin tidak membaik akan dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.



E. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi afektif Keluarga Bp. W mengajarkan sikap saling menghormati antar anggota keluarga. Dan didalam keluarga satu sama lain juga harus saling mengasihi. Bila ada masalah selalu dibicarakan bersama – sama. 2. Fungsi sosial Interaksi antar anggota keluarga jarang dilakukan karena kesibukan masing – masing. Tetapi tidak dengan dimasyarakat sekitarnya. Keluarga Bp. W sering mengikuti kegiatan kumpulan bapak – bapak, gotong royong/kerja bakti, dan ronda malam dilingkungan rumahnya. Anggota keluarga Bp. W diberi kebebasan untuk bergaul dengan tetangga di lingkungan rumahnya. 3. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga Bp. W berusaha untuk menjaga kesehatan dan menghindari berbagai penyakit. Tetapi kadang keluarga tidak banyak tahu tentang hal yang berkaitan dengan kesehatan seperti masalah yang sedang dialami Ibu P yaitu diabetes mellitus dan kecemasan mengenai wabah pandemi virus covid-19. Ibu P berpendapat bahwa untuk hidup sehat harus menjaga kesehatan diantaranya makanan yang dikonsumsi, tidak harus selalu minum obat dan pergi ke dokter apalagi untuk melakukan olagraga Ibu P tidak pernah melakukannya, karena menurut Ibu P manusia yang usianya sudah tua akan normal bila sesekali sakit asal tidak memikirkan sakitnya pasti akan sehat dan sembuh sendiri. Disamping itu Ibu P juga terlihat takut dengan kondisi pandemi virus covid19 sehingga Ibu P tidak lagi membolehkan anggota keluarga untuk kemana – mana dan tetap dirumah, tetapi apabila memang mendesak baru diperbolehkan keluar asalkan menggunakan masker. Karena Ibu P merasa itu tidak aman maka apabila sehabis keluar dari rumah atau berpergian harus mencuci tangan dan mengganti pakaian. Bp. W dan kedua anaknya sudah mengetahui bila Ibu P mengidap diabetes mellitus dari gejala yang dialami oleh Ibu P, tetapi Bp. W dan kedua anaknya menyarankan untuk beristirahat, tidak boleh terlalu lelah agar kondisinya terjaga, tetapi pada akhirnya kondisi Ibu P semakin tidak membaik dan dirawatlah Ibu P dirumah sakit. Setelah Ibu P mengetahui penyakit yang dideritanya, Ibu P mengatakan hanya menghindari makanan yang manis untuk mencegah diabetes mellitusnya. Ibu P makan dan minum sekehendaknya sendiri tanpa memperdulikan



diitnya. Bp. W belum mampu memaksimalkan pelayanan kesehatan yang ada, karena jarang melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Apalagi keluarga Bp. W juga belum mengetahui tentang program – program apa saja yang harus diberikan untuk pasien dengan diabetes melitus di rumah. Dan adanya pandemi virus covid-19 ini keluarga Bp. W sebisa mungkin selalu melakukan cuci tangan, memakan makanan yang bergizi, selalu menggunakan masker, mengganti pakaian setelah keluar dari luar rumah atau berpergian. Rumah keluarga Bp. W cukup luas, barang – barang/perabot rumah tangga tertata dengan rapi. Ventilasi rumah cukup, lantai ubin, penerangan cukup. Pekarangan depan luas dan dimanfaatkan seperti ditanami tanaman hias, bunga – bunga, dan buah, tetapi belum ada untuk menanam tanaman obat keluarga yang tiba – tiba suatu saat keluarga Bp. W membutuhkan. Kebiasaan membuang sampah biasanya dibakar di samping rumah dan ditimbun. Keluarga kurang menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat dapat mencegah penyebaran berbagai jenis penyakit. 4. Fungsi reproduksi Keluarga Bp. W mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi. Dan Ibu P sudah mengikuti KB. Jumlah anak 1 orang, 1 wanita 5. Fungsi ekonomi Keluarga Bp. W dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari dengan sederhana, namunpun kedua anaknya masih kuliah semuanya. F. STRESS DAN KOPING KELUARGA 1. Stressor jangka panjang dan jangka pendek Keluarga Bp. W berharap tidak terjadi komplikasi pada penyakit Ibu P. Dan keluarga sangat mengharapkan Ibu P selalu sehat, kembali normal lagi, serta Ibu P berharap penyakitnya tidak menurun kepada anak – anaknya. Bp. W juga mengatakan masalah yang membebaninya sekarang adalah adanya pandemi virus covid-19. 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Keluarga Bp. W selalu memberikan dukungan dan semangat pada anggota keluarga yang mempuyai masalah. Disamping itu keluarga Bp. W juga berusaha dan tidak lupa berdoa untuk bisa keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi.



Keluarga Bp. W mampu menerima dengan ikhlas dan lapang dada kondisi saat ini. Keluarga Bp. W hanya mengatasi pandemi virus covid-19 ini dengan memenuhi makan – makanan yang bergizi, sering melakukan cuci tangan, membersihkan rumah, selalu menggunakan masker dan sering berjemur itupun dengan semampunya dengan kondisi yang sedang melanda. 3. Strategi koping yang digunakan Bila ada masalah dalam keluarga biasanya dibicarakan secara bersama – sama untuk memecahkan masalahnya. 4. Strategi adaptasi disfungsional Keluarga Bp. W terutama Ibu P mengatakan bila lagi kesal langsung saja bicara pada anggota keluarga agar mereka tahu kekesalannnya, tetapi itu akan membuat Ibu P merasa lemas dan kadang – kadang diam saja tidak mau mengungkapkan bila dianggap tidak penting.



G. PEMERIKSAAN FISIK No 1.



Nama Umur Bp. W 65 th



TTV Suhu : 36,8ᵒC Nadi : 75 x/mnt RR : 18 x/mnt TD : 130/80 mmHg



2.



Ibu P



Suhu : 36,5ᵒC Nadi : 80 x/mnt RR : 20 x/mnt TD : 120/80 mmHg



62 th



Kepala Rambut bersih, mata simetris, hidung simetris dan bersih,mu lut (lidah,gigi ) bersih, telinga bersih dan simetris. Rambut bersih, mata simetris, hidung simetris dan bersih, mulut (lidah,gigi ) bersih, telinga bersih dan simetris.



Leher Tidak ada pembesaran vena jugularis.



Dada Bentuk simetris, jantung (tidak mengalami riwayat penyakit jantung), paru-paru (tidak mengalami riwayat penyakit paru-paru).



Abdomen Simetris, tidak ada kelainan dalam system pencernaan, tidak ada riwayat penyakit system pencernaan.



Ekstrimitas Atas : Jari-jari tidak sianosis, kuku tangan kotor. Bawah : Jarijari tidak sianosis, kuku kaki kotor, tidak ada riwayat penyakit pada ekstremitas bawah.



Tidak ada pembesaran vena jugularis.



Bentuk simetris, jantung (tidak mengalami riwayat penyakit jantung), paru-paru (tidak mengalami riwayat



Simetris, tidak ada kelainan dalam system pencernaan, tidak ada riwayat penyakit system pencernaan.



Atas :Jari-jari tidak sianosis, kuku tangan bersih. Bawah :Jarijari tidak sianosis, kuku kaki bersih, tidak ada riwayat penyakit pada ekstremitas



bawah.



penyakit paru-paru).



3. Ny. L 30 th



Suhu : 36,2ᵒC Nadi : 76 x/mnt RR : 20 x/mnt TD : 120/70 mmHg



Rambut bersih, mata simetris, hidung simetris dan bersih, mulut (lidah,gigi) bersih, telinga bersih dan simetris.



Tidak ada pembesar an vena jugularis.



Bentuk simetris, jantung (tidak mengalami riwayat penyakit jantung), paru-paru (tidak mengalami riwayat penyakit paru-paru).



Simetris, tidak ada kelainan dalam system pencernaan, tidak ada riwayat penyakit system pencernaan.



Atas :Jari-jari tidak sianosis, kuku tangan bersih. Bawah :Jarijari tidak sianosis, kuku kaki bersih, tidak ada riwayat penyakit pada ekstremitas bawah.



H. HARAPAN KELUARGA Keluarga Bp. W sangat mengharapkan agar masalah kesehatan keluarga yang dihadapi dapat berkurang atau bahkan dapat hilang atau teratasi dan keluarga juga berharap adanya bantuan dari petugas kesehatan untuk mengurangi masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga serta berharap dapat mendapatkan informasi yang lebih tentang kesehatan yaitu dari pemerintah dan ditelevisi sehingga dapat mengatasi masalah pandemi virus covid-19. I. ANALISA DATA NO 1.



Symptom



Problem Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah pada



DS : -



Ibu



P



mengatakan



tidak



pernah



melakukan olah raga. -



Ibu P mengatakan makan dan minum sekehendaknya



sendiri



tidak



memperhatikan diitnya -



Ibu P mengatakan tidak rutin meminum obatnya.



-



Ibu P mengatakan tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat.



DO : -



Suhu : 36,5ᵒC Nadi : 80 x/mnt



Ibu P (D.0038)



RR : 20 x/mnt TD : 120/80 mmHg -



Rumah keluarga Bp. W cukup luas, barang – barang/perabot rumah tangga tertata dengan rapi. Ventilasi rumah cukup, lantai ubin, penerangan cukup. Pekarangan



depan



luas



dan



dimanfaatkan seperti ditanami tanaman hias, bunga – bunga, dan buah, tetapi belum ada untuk menanam tanaman obat keluarga yang tiba – tiba suatu saat keluarga Bp. W membutuhkan. Kebiasaan membuang sampah biasanya dibakar di samping rumah dan ditimbun. 2.



DS : -



Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif Bp. W dan anaknya sudah mengetahui bila Ibu P mengidap diabetes mellitus dari gejala yang dialami oleh Ibu P, tetapi Bp. W dan anaknya hanya menyarankan untuk beristirahat, tidak boleh terlalu lelah agar kondisinya terjaga, tetapi pada akhirnya kondisi Ibu P



semakin



tidak



membaik



dan



dirawatlah Ibu P dirumah sakit -



Ibu P mengatakan hanya menghindari makanan yang manis untuk mencegah diabetes mellitusnya.



-



Ibu P makan dan minum sekehendaknya sendiri tanpa memperdulikan diitnya.



DO : -



Bp. W belum mampu memaksimalkan pelayanan kesehatan yang ada, karena jarang



melakukan



pemeriksaan



kesehatan secara rutin. -



Keluarga Bp. W juga belum mengetahui tentang program – program apa saja yang harus diberikan untuk pasien dengan diabetes melitus di rumah.



pada keluarga Bp. W (D.0115)



J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah pada Ibu P. 2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Bp. W K. SKORING Diagnosa 1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah pada Ibu P. NO



KRITERIA



1



Sifat masalah



2



Kemungkinan masalah untuk di ubah



3



Potensial untuk dicegah



4



Menonjolnya masalah



TOTAL



PERHITUNGAN



BOBOT



PEMBENARAN



2/3x1 = 2/3



2/3



2/2x2 = 2



2



2/3x1 = 2/3



2/3



2/2x1 = 1



1



Penderita DM yang tidak kontrol cek gula darah dan tidak memiliki gaya hidup yang sehat beresiko mengalami ketidakstabilan kadar glukosa darah. Apabila diabetes mellitus Ibu P kambuh, Ibu P , kemudian mengurangi makan yang manis – manis, dan akan lebih mengontrolnya lagi. Apabila sempat akan memeriksakan ke pelayanan kesehatan untuk mengecek kadar gula darah. Jarak rumah keluarga Bp. W dengan puskesmas dekat sehingga mudah untuk memeriksakan glukosa darah Ibu P. Ibu P sudah menyadari menderita diabetes melitus namun Ibu P lebih memilih istirahat, mengurangi makan dan minum manis-manis dibanding kontrol ke puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat.



3 4/6



Diagnosa 2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Bp. W NO 1



KRITERIA Sifat masalah



PERHITUNGAN



BOBOT



PEMBENARAN



3/3 x 1= 1



1



Ibu P mengatakan terkadang sering merasakan lemes, pusing, dan kambuh apabila kelelahan serta pada saat makan tidak teratur.



2



Kemungkinan masalah untuk di ubah



2/2x2 = 2



2



3



Potensial untuk dicegah



1/3 x 1 = 1



1



4



Menonjolnya masalah



1/2 x 1= ½



1



TOTAL



4



Apabila DM Ibu P kambuh, Ibu P kemudian mengurangi makan yang manis – manis. Apabila sempat akan memeriksakan ke pelayanan kesehatan untuk mengecek kadar gula darah. Pengetahuan keluarga Ibu P mengenai penyakit DM terbatas, keluarga tidak begitu mengetahui mengenai hal – hal apa saja yang harus dilakukan untuk merawat Ibu P. Keluarga mengetahui diit DM tetapi hanya sebatas tahu tidak melakukannya. Ibu P juga mengetahui diit DM tetapi apabila makan dan minum sekehendaknya sendiri tidak memperhatikan diitnya. Keluarga mengatakan jarang memeriksakan kesehatan secara rutin. Keluarga merasa hal ini tidak harus segera ditangani karena penyakit ini tidak mengganggu aktivitas sehari – hari Ibu P dan Ibu P masih beraktivitas seperti biasa.



½



L. PRIORITAS MASALAH 1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah pada Ibu P. 2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Bp. W



M. INTERVENSI Kode



Diagnosa



Diagnosa



Keperawatan



D.0038



NOC



NIC



Resiko



Setelah dilakukan tindakan



Mampu



ketidakstabilan



keperawatan



Intervesi:



kadar glukosa



mampu



darah pada Ibu



dengan Hasil:



P



Kestabilan



Keluarga



mengenal



masalah



mengen al masalah



I.03115 Manajemen Hiperglikemia : - Monitor kadar gula darah



kadar



glukosa



darah L.03022



- anjurkan kepatuhan terhadap diet - Ajarkan pengelolaan diabetes



kadar glukosa darah (5)



Keluarga



mampu



memutuskan masalah dengan



Mampu



hasil :



intervensi :



Manajemen



kesehatan



I.09265



Dukungan



masalah pengambilan



keputusan



L.12104 Menerapkan



program



-



identifikasi



persepsi



mengenai



masalah



perawatan (5)



Keluarga



memutuskan



mampu merawat



anggota keluarga dengan



Mampu merawat anggota keluarga



Hasil:



Intervensi:



Perilaku mempertahankan



I.03115 Manajemen Hiperglikemia :



berat badan L.03025



- Monitor kadar gula darah



memantau berat badan (4)



- anjurkan kepatuhan terhadap diet - Ajarkan pengelolaan diabetes I.03115 Manajemen Hipoglikemia : -



identifikasi



tanda



dan



gejala



hipoglikemi - identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia - anjurkan monitor kadar glukosa darah - ajarkan pengelolaan hipoglikemia keluarga memodifikasi dengan hasil :



mampu lingkungan



Mampu



memodifikasi



intervensi :



lingkungan



keamanan



Lingkungan



I.14501



L14126



dukungan



pemeliharaan



keluarga



menggunakan



rumah :



kebersihan



persiapan



-



makanan (5)



bantu



dukungan sosial



keluarga



mampu



memanfaatkan



fasiitas



kesehatan dengan hasil :



Memanfaatkan



L.



intervensi :



12106



Pemeliharaan



kesehatan



fasilitas



kesehatan



I.10334 Konseling :



Kemampuan



menjalankan



- bina hubungan terapeutik



perilaku sehat (5)



- berikan empati, kehangatan dan kejujuran I.12473 rujukan : - identifikasi indikasi rujukan - periksa kondisi pasien sebelum dirujuk



D.0115



Manajemen



Keluarga mampu mengenal



Mampu mengen al masalah Interven si:



kesehatan



masalah Hasil:



I.12468



keluarga tidak



L.12107 Perilaku kesehatan



Pengobatan:



efektif



pada



Kemampuan



-



keluarga Bp. W



kesehatan (5)



peningkatan



Promosi



indentifikasi



tingkat



Kepatuhan pemahaman



tentang penyakit -



jelaskan



pentingnya



mengikuti



pengobatan sesuai program Keluarga



mampu



Mampu memutuskan masalah intervensi



memutuskan masalah dengan



:



hasil :



I.09265



L.12107 Perilaku kesehatan



keputusan :



Kemampuan



-



peningkatan



identifikasi



persepsi



pengambilan mengenai



masalah



kesehatan (5)



Keluarga



Dukungan



mampu



merawat



Mampu melakukan perawatan intervensi



anggota keluarga Hasil:



:



L.12107 perilaku kesehatan



I.13477



Kemampuan



merencanakan perawatan :



peningkatan



Dukungan



keluarga



kesehatan (5)



- ajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga



Keluarga



mampu



memodifikasi



lingkungan



Mampu



memodifikasi



lingkungan



Manajemen



kenyamanan



intervensi :



dengan hasil :



I.08237



L.08064 Status Kenyamanan



lingkungan :



Kesejahteraan fisik (5)



- identifikasi sumber ketidaknyamanan - sediakan ruangan yang tenang dan mendukung



Keluarga



mampu



memanfaatkan



fasilitas



kesehatan dengan hasil :



Mampu



L.



kesehatan intervensi :



12106



Pemeliharaan



perilaku sehat (5)



fasilitas



I.12360 Bimbingan sistem kesehatan :



kesehatan Kemampuan



memanfaatkan



menjalankan



-



identifikasi



individu, keluarga



masalah



kesehatan



N.



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI



Hari/Tgl/Ja m Selasa,



23



Diagnosa Keperawatan Resiko



ketidakstabilan



Maret



kadar glukosa darah pada



2021



Ibu P



10.00



Manajemen



Implementasi -



bina



hubungan



saling



percaya dengan keluarga Bp. W -



kesehatan



keluarga tidak efektif pada



Melakukan



Evaluasi



-



Menjelaskan



maksud



dan



S : keluarga mengatakan senang dan mau



TTD Novia



menerima kedatangan mahasiswa tujuan



O : keluarga tampak memperkenalkan



kehadiran



diri dan menerima mahasiswa dengan



Melakukan kontrak waktu



senang hati



keluarga Bp. W



A : masalah teratasi P : lanjutkan intervensi



15.30



Resiko



ketidakstabilan



-



Manajemen



pengkajian



dan



melihat



keadaan rumah



kadar glukosa darah pada Ibu P



Melakukan Melakukan



pemeriksaan



Novia



di Desa dragan, tinggal bersama Bp. fisik



kepada



keluarga Bp. W



kesehatan



S : Ibu P mengatakan sudah lama tinggal W dan anaknya O : klien kooperatif, hasil terlampir pada tabel pemeriksaan fisik



keluarga tidak efektif pada keluarga Bp. W



A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi



Resiko 16.00



Mengenal masalah:



ketidakstabilan



kadar glukosa darah pada



Mengkaji



pengetahuan



penyakit DM



Ibu P Manajemen



-



kesehatan



keluarga tidak efektif pada



S : Keluarga mengatakan sudah mengetahui keluarga



tentang



penyakit DM, tetapi belum mengetahui tentang program – program apa saja yang harus diberikan untuk pasien dengan diabetes melitus di rumah



Novia



O : klien sudah mengerti tentang penyakit DM



keluarga Bp. W



Rabu, 24



Resiko



ketidakstabilan



maret



kadar glukosa darah pada



2021



Ibu P



16.00



Manajemen kesehatan



A : masalah teratasi sebagian Mengenal masalah: -



Menjelaskan proses terjadinya penyakit



P : lanjutkan intervensi S : Keluarga mengatakan menjadi



Novia



lebih mengerti tentang penyakit



\



DM setelah dijelaskan O : Keluarga tampak kooperatif dengan mau



keluarga tidak efektif pada



bertanya



keluarga Bp. W



dan



menjawab



pertanyaan



dari mahasiswa A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi



16.30



Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah pada Ibu P Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Bp. W



Memodifikasi lingkungan: -



Memotivasi keluarga untuk menjaga lingkungan rumah aman dan nyaman



Novia S : keluarga mengatakan mau melakukan untuk membuat



lingkungan



yang



aman



dan



nyaman khususnya untuk Ibu P yang menderita penyakit DM O : keadaan rumah keluarga Bp. W terlihat cukup aman dan nyaman A : masalah teratasi sebagian P



:



intervensi



lanjutkan



16.40



Resiko



ketidakstabilan



kadar glukosa darah pada



Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan: -



Ibu P



Menjelaskan pada keluarga kemana mereka



pemeriksaan kesehatan secara rutin, Ibu P



dapat meminta pertolongan untuk perawatan



jarang kontrol untuk mengecek kadar gula



dan pengobatan DM



darah



Manajemen kesehatan



O : keluarga tampak Kooperatif



keluarga tidak efektif pada



A : masalah teratasi sebagian



keluarga Bp. W Kamis, 25



Manajemen



maret 2021



keluarga tidak efektif pada



13.00



S : Keluarga mengatakan jarang melakukan



kesehatan



Merawat anggota keluarga yang sakit -



keluarga Bp. W



P : lanjutkan intervensi S : Keluarga mengatakan cukup mengerti



Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat



tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan



istirahat, diet yang tepat dan olahraga



olahraga



Novia



Novia



O : Keluarga tampak paham, kooperatif dan mampu menjawab pertanyaan A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 13.30 Resiko



ketidakstabilan



kadar glukosa darah pada Ibu P



-



Mengajarkan senam kaki DM pada Ibu P dan



S : Ibu P mengatakan tahu senam kaki DM



keluarga



tapi lupa gerakannya dan mau diajarkan lagi O : Ibu P dan keluarga tampak mempraktekkan senam kaki DM dengan baik A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi



Novia



DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih. Jakarta : EGC. Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC, 1999. Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996. Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani. Jakarta:EGC, 1997. Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.