Askep Keluarga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA PADA KELUARGA TN. J DENGAN HIPERTENSI DI RT 12 RW 03 DI DESA JONGBIRU, KABUPATEN KEDIRI



Oleh : ALDILLA NUR SUKMA TRISNAINI NIM. 40219003



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2020



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA PADA KELUARGA TN. J DENGAN HIPERTENSI DI RT 12 RW 03 DI DESA JONGBIRU, KABUPATEN KEDIRI



NAMA



: ALDILLA NUR SUKMA TRISNAINI



NIM



: 40218008



PROGRAM STUDI



: PENDIDIKAN PROFESI NERS



PEMBIMBING INSTITUSI



PEMBIMBING LAHAN



(…………………………………….)



(……………………………………)



LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP KELUARGA 1.



Definisi keluarga Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman 2012).



2.



Tipe keluarga a. Keluarga inti (nuclear family) Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dananak yang diperoleh dari keturunannya, adopsi atau keduanya. b. Keluarga besar (extended family) Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman bibi). c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yng bercerai atau kehilangan pasangannya. d. Orang tua tunggal (single parent family) Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya. e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone) f. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosexsual cobabiting family) g. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family). h. Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat.



3. Peranan dan struktur keluarga a. Pola komunikasi Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan memotivasi



penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan. b. Struktur peran keluarga Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat. c. Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga. d. Nilai atau norma keluarga Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga. (Suprajitno, 2004: 7) 4.



Fungsi keluarga a. Fungsi Afektif Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya .Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita. c. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting. d. Fungsi Ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan tempat



untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. 5. Tugas keluarga di bidang kesehatan Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu : a. Menenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan . Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC. b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan



yang



tepat



sesuai



dengan



keadaan



keluarga,dengan



pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan



menentukan



tindakan.keluarga.Tindakan



kesehatan



yang



dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah. c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika demikian ,anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatanperlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan. d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam



memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumbersumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga Kemampuan



keluarga



dalam



memanfaatkan



fasilitas



pelayanan



kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi. 6. Tahap perkembangan keluarga Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama: a. Pasangan baru (keluarga baru) Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan



membentuk



keluarga



melalui



perkawinan



yang



sah



dan



meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing : 1. Membina hubungan intim yang memuaskan 2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social 3. Mendiskusikan rencana memiliki anak b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama) Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan : 1. Persiapan menjadi orang tua 2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga. 3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan c. Keluarga dengan anak pra-sekolah Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun : 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman 2. Membantu anak untuk bersosialisasi 3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi 4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar) 5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot) 6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga



7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak d. Keluarga dengan anak sekolah Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk : 1. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan. 2. Mempertahankan keintiman pasangan 3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga e. Keluarga dengan anak remaja Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa : 1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya. 2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga 3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. 4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua : 1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2. Mempertahankan keintiman pasangan 3. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua 4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat. 5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga g. Keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal : 1. Mempertahankan kesehatan 2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.



3. Meningkatkan keakraban pasangan h. Keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampi keduanya meninggal : 1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan 2. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan. 3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat. 4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat 5. Melakukan life review (merenungkan hidupnya). B. KONSEP HIPERTENSI 1.



Definisi Hipertensi adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. hipertensi dipengaruhi tekanan volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan hipertensi disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny et al, 2012). Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2011). Hasil analisis data Riskesdas tahun 2011/2012 dengan unitaAnalisis Rumah Tangga, menunjukkan gambaran bahwa HANYA 82,5% Rumah Tangga yang BEBAS Hipertensi. Hal ini berarti jika di Indonesia ada sekitar 63.031.114 Rumah Tangga dengan 4 ART, maka terdapat 52.000.689 RT yang BEBAS Hipertensi dan masih terdapat 11.030.425 RT yang dibayang-bayangi penyakit Hipertensi anggota keluarganya. Bahkan diantaranya terdapat 2 orang ART yang mengidap penyakit Hipertensi dalam RT nya.



2.



Klasifikasi 1.



Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis a) Hipertensi primer (esensial) Suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (gunawan, 2010).



b) Hipertensi sekunder Hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2011). Universitas Sumatera Utara. 2.



Berdasarkan bentuk hipertensi a) Hipertensi diastolic. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. b) Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. c) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2010). Menurut The Seventh Report of The Joint National Comittee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. Klasifikasi Normal Prahipertensi Hipertensi derajat 1 Hipertensi derajat 2



3.



Tekanan darah Sistolik(mmHg) ≤120 120-139 140-159 ≥160



Tekanan darah Diastolik(mmHg) Dan ≤ 80 Atau 80-89 Atau 90-99 Atau ≥100



Etiologi Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 ) a) Hipertensi primer ( hipertensi essensial ) Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. b) Hipertensi sekunder Hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:



a.



Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.



b.



Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.



c.



Stress pada Lingkungan.



d.



Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.



Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada : a.



Elastisitas dinding aorta menurun



b.



Katub jantung menebal dan menjadi kaku



c.



Kemampuan jantung memompa darah menurun.



d.



Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi



e.



Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.



Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a.



Faktor keturunan. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Ciri perseorangan. Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ), Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ).



b.



Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), Kegemukan atau makan berlebihan, Stress, Merokok, Minum alkohol, Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ).



Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah : a. Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor b. Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis c. Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme



d. Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB e. Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid. 4.



PATOFISIOLOGI Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner, 2002). Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2005). Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan



tambahan



aktivitas



vasokontriksi.



Korteks



adrenal



mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner, 2002). Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh 14 jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2005).



5.



PATHWAY HIPERTENSI Faktor predisposisi, usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olahraga, genetic, alkohol, konsentrasi garam, obesitas



Kerusakan vaskuler pembuluh darah



Pusing lemas



HIPERTENSI Lelah/lemas



Perubahan struktur Penyumbatan pembuluh darah



Lingkungan kurang kondusif



Nafsu makan



Kurangnya perhatian keluarga terhadap pola makan



Kurangnya keterbukaan kepada keluarga



Rasa ingin beristirahat vasokontriks i Gangguan sirkulasi



otak



ginjal



retina



Vasokontriksi pembuluh darah ginjal



Spasme arteriol



Blood flow darah



Nurisi kurang dari kebutuhan tubuh



Gangguan pola tidur



Resistensi pembuluh darah otak



Risiko Cedera



Merangsang aldosteron Retensi Na



Sistemik Vasokonstriksi



Penurunan curah jantung



Respon RAA



Pembuluh darah



Afterload Fatigue



Edema



Kelebihan volume cairan



Intoleransi aktivitas



Koroner Iskemia miokard Nyeri akut



Defisit Pengetahuan



6.



MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut:Edward Chung, 1995). a.



Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.



b.



Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : a) Mengeluh sakit kepala, pusing b) Lemas, kelelahan c) Sesak nafas d) Gelisah e) Mual muntah f)



Epistaksis



g) Kesadaran menurun 7.



PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh 2. Pemeriksaan laboratorium a. Hemobloginb/Hematocrit : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabitas, anemia. b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. d. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi. e. Kolesterol



dan



trigliserid



serum



:



peningkatan



kadar



dapat



mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukkan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler) f. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi steroid urin.



g. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal danada DM. 3. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi. 4. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati. 5. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. 6. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi, seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal. 7. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung. 8.



KOMPLIKASI Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi. Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak. a.



Penyakit jantung koroner dan arteri Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.



b.



Payah jantung Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.



c.



Stroke Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke



juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit. d.



Kerusakan ginjal Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.



e.



Kerusakan penglihatan Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.



9.



PENATALAKSANAAN Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan: a.



Penatalaksanaan Non Farmakologis. 1) Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma. 2) Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.



b.



Penatalaksanaan Farmakologis. Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: 1) Mempunyai efektivitas yang tinggi. 2) empunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal. 3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral. 4) Tidak menimbulakn intoleransi. 5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien. 6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.



Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin. C. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014). Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) : 1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah : a. Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : 1) Nama kepala keluarga 2) Alamat dan telepon 3) Pekerjaan kepala keluarga 4) Pendidikan kepala keluarga 5) Komposisi keluarga dan genogram 6) Tipe keluarga 7) Suku bangsa 8) Agama 9) Status sosial ekonomi keluarga 10) Aktifitas rekreasi keluarga b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi : 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.



2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan. 4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. c. Pengkajian Lingkungan 1) Karakteristik rumah 2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW 3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 4) Sistem pendukung keluarga d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga. 2) Struktur



kekuatan



keluarga



yaitu



kemampuan



anggota



keluarga



mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. 3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. 4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan. 5) Fungsi keluarga : a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga



mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat. d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. 6) Stres dan koping keluarga a) Stressor jaangka pendek dan panjang 1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan. 2. Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor c) Strategi



koping



yang



digunakan



keluarga



bila



menghadapi



permasalahan. d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi permasalah e) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah : a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.



b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan. c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan. d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien. e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan. f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang. g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien. Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai berikut : 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga 2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit hipertensi 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi 4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi 5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi 3. Membuat Perencanaan/ intervensi



INTERVENSI KEPERAWATAN



No



Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi Keperawatan



1.



Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif



Manajemen kesehatan Dukungan Koping Keluarga keluarga Observasi : Tujuan : Setelah dilakukan  Identifikasi respons tindakan keperwatan emosional terhadap manajemen kesehatan kondisi saat ini keluarga tidak efektif  Identifikasi beban masalah dapat teratasi prognosis secara Kriteria hasil : psikologis  Kemampuan  Identifikasi pemahaman menjelaskan masalah tentang keputusan kesehatan yang perawatan setelah pulang dialami meningkat  Identifikasi kesesuaian  Aktivitas keluarga antara harapan pasien, mengatasi masalah keluarga, dan tenaga kesehatan tepat kesehatan meningkat Terapeutik :  Tindakan untuk  Dengarkan masalah, mengurangi faktor perasaan, dan pertanyaan risiko meningkat keluarga  Verbalisasi kesulitan  Terima nilai-nilai menjalankan keluarga dengan cara perawatan yang yang yang tidak ditetapkan meningkat menghakimi  Gejala penyakit  Diskusikan rencana anggota keluarga medis dan perawatan meningkat  Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga  Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka panjang, jika perlu  Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai  Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. Tempat tinggal, makanan,pakaian).  Fasilitasi anggota



2.



Manajemen kesehatan tidak efektif



Manajemen kesehatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwatan manajemen kesehatan tidak efektif dapat teratasi Kriteria Hasil :  Melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko meningkat  Menerapkan program perawatan meningkat  Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi tujuan



keluarga melalui proses kematian dan berduka, jika perlu  Fasilitasi memperoleh pengetahuan,keterampila n, dan peralatan yang di perlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien  Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan perawatan  Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan  Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga Edukasi :  Informasi kemajuan pasien secara berkala  Informasikan fasilitas perawatan kesehtan yang tersedia Kolaborasi  Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu Dukungan Pengambilan Keputusan Observasi :  Periksa gangguan komunikasi verbal (mis. Ketidakmampuan berbicara, kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal) Terapeutik :  Ciptakan lingkungan yang tenang  Hindari bicara keras  Anjurkan pertanyaan dengan jawaban singkat,







3.



Pemeliharaan kesehatan tidak efektif



kesehatan meningkat Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobata n meningkat



dengan isyarat anggugukan kepala jika menglami kesulitan berbicara  Jadwalkan waktu istirahat sebelum waktu kunjungan dan sesi terapi wicara  Fasilitasi komunikasi dengan media (mis, pensil dan kertas, computer, kartu kata) Edukasi :  Informasikan keluarga dan tenaga kesehatan lain teknik berkomunikasi, dan gunakan secara konsisten  Anjurkan keluarga start mengajak bicara meskipun tidak mampu berkomunikasi Kolaborasi :  Rujuk pada terapis wicara, jika perlu



Pemeliharaan kesehatan Edukasi Kesehatan Tujuan : Setelah dilakukan Observasi : tindakan keperwatan  Identifikasi kesiapan dan pemeliharaan kesehatan tidak kemampuan menerima efektif dapat teratasi informasi Kriteria Hasil :  Identifikasi faktor –  Menunjukkan faktor yang dapat perilaku adaptif meningkatkan dan meningkat menurunkan motivasi  Menunjukkan perlaku hidup bersih dan pemahaman perilaku sehat sehat meningkat Terapeutik :  Kemampuan  Sediakan materi dan menjalankan perilaku media pendidikan sehat meningkat kesehatan  Perilaku mencari  Jadwalkan pendidikan bantuan meningkat kesehatan sesuai kesepakatan  Menunjukkan minat meningkat  Berikan kesempatan untuk bertanya  Meningkatkan







4.



Kesiapan peningkatan koping keluarga



perilaku sehat meningkat Memiliki sistem pendukung meningkat meningkat



Status Koping Keluarga Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwatan kesiapan peningkatan koping keluarga dapat membaik Kriteria Hasil :  Perasaan diabaikan menurun  Kekhawatiran tentang anggota keluarga menurun  Perilaku mengabaikan anggota keluarga menurun  Kemampuan memenuhi kebutuhan anggota keluarga menurun  Komitmen pada perawatan/pengobata n menurun  Komunikasi antara anggota keluarga menurun  Toleransi membaik



Edukasi :  Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan  Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat Dukungan Koping Keluarga Observasi :  Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini  Identifikasi beban prognosis secara psikologis  Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang  Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan Terapeutik :  Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga  Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang yang tidak menghakimi  Diskusikan rencana medis dan perawatan  Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga  Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka panjang, jika perlu  Fasilitasi anggota keluarga dalam



5.



Penurunan koping keluarga



Status koping komunitas Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperwatan penurunan koping keluarga dapat membaik Kriteria Hasil :



mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai  Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. Tempat tinggal, makanan,pakaian).  Fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan berduka, jika perlu  Fasilitasi memperoleh pengetahuan,keterampila n, dan peralatan yang di perlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien  Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan perawatan  Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan  Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga Edukasi :  Informasi kemajuan pasien secara berkala  Informasikan fasilitas perawatan kesehtan yang tersedia Kolaborasi :  Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu Dukungan Koping Keluarga Dukungan Koping Keluarga Observasi :  Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini



    







Keberdayaan komunitas meningkat Perencanaan komunitas meningkat Pemecahan masalah komunitas meningkat Sumber daya komunitas meningkat Partisipasi masyarakat meningkat Insiden masalah kesehatan dalam komunitas membaik



 Identifikasi beban prognosis secara psikologis  Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang  Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan Terapeutik :  Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga  Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang yang tidak menghakimi  Diskusikan rencana medis dan perawatan  Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga  Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka panjang, jika perlu  Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai  Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. Tempat tinggal, makanan,pakaian).  Fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan berduka, jika perlu  Fasilitasi memperoleh pengetahuan,keterampila n, dan peralatan yang di



perlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien  Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan perawatan  Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan  Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga Edukasi :  Informasi kemajuan pasien secara berkala  Informasikan fasilitas perawatan kesehtan yang tersedia Kolaborasi : - Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 3. Jakarta : EGC. Corwin, E. (2005). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. Friedman, M.M et al. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC. Gunawan, Lany. (2010). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. Rokhaeni, H., dkk. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita. Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dan Praktik. Jakarta : EGC. Sustrani, Lanny. (2006). Hipertensi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood pressure or contain the according to national circumstances



PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA KUNJUNGAN KE : 1 A. Latar Belakang Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan simpatis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari, pengkajian, perencanaan, observasi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian dan observasi merupakan langkah awal bertujuan untuk mengumpulkan data tentang status kesehatan dan permasalahan yang di hadapi klien. Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari



proses



keperawatan. Pengkajian tehadap kesehatan pasien sangat diperlukan



dalam



menindaklanjuti suatu intervensi keperawatan kepada pasien. Dengan



adanya



pengkajian yang menyeluruh maka intervensi keperawatan kepada pasien akan semakin optimal, hal ini di awali dengan menetapkan kapan gejala mulai timbul, menetapkan kapan gejala timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut dan apa yangmemperburuk gejala adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah hipertensi. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga. b. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga. c. Mengetahui struktur keluarga. d. Mengetahui fungsi keluarga. e. Mengetahui stress dan koping keluarga. f. Mengetahui status kesehatan keluarga. g. Mengetahui harapan keluarga. h. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.



C. Rancangan Kegiatan



1. Metode



: Wawancara dan observasi



2. Media dan Alat



: Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik.



3. Sasaran



: Keluarga Tn. J



4. Hari/Tanggal



: Senin, 20 April 2020



5. Tempat



: Kediaman keluarga Tn. J



6. Waktu



: 10.00 WIB



7. Strategi pelaksanaan



:



No



Waktu



Kegiatan Penyaji



. 1



5 menit



Orientasi 1. Mengucapkan salam



1. Menjawab salam



2. Perkenalan



2. Mendengarkan



3. Mengingat kontrak



3. Menyepakati kontrak



waktu dan tujuan



waktu & tujuan



pertemuan



pertemuan



4. Menanyakan kesediaan 2



30 menit



Respon Pasien / Keluarga



4. Keluarga bersedia



keluarga Kerja 1. Melakukan pengkajian tentang:



1. Mendengarkan dan menyimak



a. Data sosial keluarga



2. Menanggapi



b. Riwayat dan tahap



3. Menjawab pertanyaan



perkembangan keluarga c. Lingkungan d. Struktur keluarga e. Fungsi keluarga f. Stress dan koping keluarga g. Pemeriksaan fisik h. Harapan keluarga i. Memberi pujian dan semangat pada halhal positif yang ada 3



10 menit



dalam keluarga Terminasi 1. Menyampaikan



1. Mendengarkan



kesimpulan



2. Menyetujui kontrak



2. Menyusun kontrak selanjutnya



selanjutnya 3. Menjawab salam



3. Menjelaskan tujuan kontrak yang akan datang 4. Mengucapkan salam 8. Setting Tempat Keterangan : : Keluarga Tn. J : Perawat



D. Kriteria Evaluasi 1. Kriteria evaluasi struktur a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana b. Keluarga bersedia menerima mahasiswa c. Menyiapkan media satu hari sebelum pelaksanaan 2. Kriteria evaluasi proses a. Keluarga dapat menyambut dengan ramah b. Situasi mendukung tidak ada gangguan c. Keluarga dapat berpartisipasi aktif selama kegiatan d. Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan 3. Kriteria evaluasi hasil a. Didapatkan data-data keluarga sesuai dengan TUK minimal 80% dapat terkaji



A. PENGKAJIAN Genogram :



Tn. J



40



Ny. B



An.R



10



39



An.A



20



Keterangan : Laki laki



Perempuan



Penderita Hipertensi



Tinggal serumah Bercerai



Keluarga ini tergolong dalam nuclear family karena dalam satu rumah terdiri dari ayah,ibu dan 2 orang anak. Tahap perkembangan keluarga Tn. J saat ini adalah merupaka tahap ke V keluarga dengan anak remaja. Keluarga ini bisa tergolong dalam keluarga dengan lingkungan yang bersih



dan memiliki



hubungan yang baik antara anggota keluarga. Keluarga ini menganut agama islam dan berbudaya suku jawa. Dalam keluarga Tn. J, anggota keluarga yaitu Ny. B menderita hipertensi karena keturunan dari orang tua nya dan sempat mengalami preeklasia-eklamsia pada saat kehamilan dan kelahiran anak ke 2 nya, serta semenjak melahirkan Ny. B selalu memakai KB suntik. Pada saat pengkajian tekan darah Ny. B mencapai 150/100 mmHg namun tidak memiliki keluhan pusing. Dalam keluarga ini kepala keluarga bekerja sebagai sopir muatan material. B. ANALISA DATA Tgl



Data



20/04/2



DS :



0



-



-



Ny.



Etiologi Ketidak



B



mengatakan: mampuan



Diagnosa/Masalah Keperawatan Defisit pengetahuan



“kenapa tekanan darah keluarga



tentang



saya sering tinggi ?”.



hipertensi



mengenal



penyakit b.d



Tn. J mengatakan : “apa masalah



Ketidak mampuan



penyebab tekanan darah kesehatan



keluarga mengenal



istri saya sering tinggi ?” -



-



keluarga



masalah kesehatan



Tn. J mengatakan : “apa dengan



keluarga



cara agar tekanan darah hipertensi



hipertensi



istri saya turun ?”



d.d



Ny. B mengatakan: “ apa



meningkatkan



penyakit Hipertensi bisa



pengetahuan



sembuh?”.



tentang



klien



hipertensi. DO : -



Tekanan



darah



150/100 mmHg, usia Ny. B 39 tahun. -



Kadar kolesterol 159 mg/dl



-



berat badan 78 kg, tinggi badan 167 cm



-



Nadi 103x/mnt.



-



Respirasi 20x/mnt.



dengan ingin



penyakit



PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA KUNJUNGAN KE : 2 A. Latar Belakang Menentukan masalah keperawatan merupakan masalah penting dalam proses keperawatan setelah melakukan pengkajian karena dengan menentukan masalah yang dihadapi klien secara tepat dan benar akan menentukan keberhasilan dalam membuat intervensi yang akan diterapkan pada pasien / keluarga sehingga masalah dapat teratasi. Setelah melakukan pengkajian pada keluarga Tn. J masalah keperawatan yang didapatkan adalah anggota keluarga yaitu Ny. B mengalami hipertensi, pernah mengalami pernah mengalami preekelasi-eklamsia pada kehamilan dan kelahiran anak ke 2 nya dan pernah mengalami rasa berat di tengkuk, sakit kepala dan jika tekanan darah lebih dari 130 / 90 mmHg. Hasil pemeriksaan darah didapatkan kolesterol 159 mg / dl, berat badan 78 kg, tinggi badan 167 cm. Ny. B juga sering minum kopi. Hasil pengkajian tersebut dianalis untuk menyimpulkan masalah keperawatan, perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, koping keluarga, harapan keluarga dan pemeriksaan fisik yang dikaji secara komprehensif sehingga dapat menyimpulakan masalah keperawatan. Masalah keperawatan yang ditemukan harus disepakati bersama keluarga. Keberhasilan dalam mengatasi masalah kesehatan diperlukan partisipasi keluarga terutama Ny. B. Membantu keluarga untuk menyatakan masalah kesehatan secara benar sehingga dapat memotivasi keluarga untuk malakukan perawatan secara mandiri, pencegahan dan tindakan promotif secara aktif. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyepakati prioritas masalah keperawatan dan intervensi keperawatan diharapkan Tn. J dan keluarga dapat menyepakati masalah dan intervensi keperawatan yang akan dilakukan. 2. Tujuan Khusus a. Menyepakati intervensi yang akan dilakukan b. Mengetahui tujuan dari masing – masing intervensi.



C. Rancangan Kegiatan 1. Metode



: Diskusi



2. Media dan Alat



: Alat tulis, format prioritas masalah.



3. Sasaran



: Keluarga Tn. J



4. Hari/Tanggal



: Selasa, 21 April 2020



5. Tempat



: Kediaman keluarga Tn. J



6. Waktu



: 15.00 WIB



7. Strategi pelaksanaan



:



No



Waktu



Kegiatan Penyaji



. 1



5 menit



Orientasi 1. Mengucapkan salam 2. Perkenalan 3. Mengingat kontrak waktu dan tujuan kunjungan 4. Menanyakan kesediaan keluarga



Respon Pasien / Keluarga



Menjawab salam Menerima Memperhatikan Memberikan informasi



5. Memvalidasi keadaan 2



20 menit



keluarga Kerja 1. Menjelaskan pada keluarga



Memperhatikan



prioritas masalah yang didapatkan saat pengakjian.



Klarifikasi



2. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk



Menerima



klarifikasi masalah 3. Menawarkan intervensi



Menyetujui



yang akan dilakukan pada keluarga 4. Menyepakati prioritas masalah dan intervensi yang 3



10 menit



yang akan dilakukan Terminasi 5. Menyampaikan kesimpulan 6. Menyusun kontrak selanjutnya 7. Menjelaskan tujuan kontrak



Membuat kesepakatan Menjawab salam



yang akan datang 8. Mengucapkan salam 8. Setting Tempat Keterangan : : Keluarga Tn. J : Perawat



D. Kriteria Evaluasi 1. Kriteria evaluasi struktur a. Pre planning disiapkan b. Alat bantu / media disiapkan c. Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana 2. Kriteria evaluasi proses a. Pelaksanaan sesuai waktu strategi pelaksanaan b. Keluarga aktif dalam kegiatan 3. Kriteria evaluasi hasil a. Keluarga menyepakati masalah kesehatan yang ada dikeluarga dan tindakan keperawatan yang akan diberikan mahasiswa b. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya.



A. PENGKAJIAN Genogram :



Tn. J



40



Ny. B



An.R



10



39



An.A



20



Keterangan : Laki laki



Perempuan



Penderita Hipertensi



Tinggal serumah Bercerai



Keluarga ini tergolong dalam nuclear family karena dalam satu rumah terdiri dari ayah,ibu dan 2 orang anak. Tahap perkembangan keluarga Tn. J saat ini adalah merupaka tahap ke V keluarga dengan anak remaja. Keluarga ini bisa tergolong dalam keluarga dengan lingkungan yang bersih



dan memiliki



hubungan yang baik antara anggota keluarga. Keluarga ini menganut agama islam dan berbudaya suku jawa. Dalam keluarga Tn. J, anggota keluarga yaitu Ny. B menderita hipertensi karena keturunan dari orang tua nya dan sempat mengalami preeklasia-eklamsia pada saat kehamilan dan kelahiran anak ke 2 nya, serta semenjak melahirkan Ny. B selalu memakai KB suntik. Pada saat pengkajian tekan darah Ny. B mencapai 150/100 mmHg namun tidak memiliki keluhan pusing. Dalam keluarga ini kepala keluarga bekerja sebagai sopir muatan material. B. ANALISA DATA Tgl



Data



20/04/2



DS :



0



-



-



Ny.



Etiologi Ketidak



B



mengatakan: mampuan



Diagnosa/Masalah Keperawatan Defisit pengetahuan



“kenapa tekanan darah keluarga



tentang



saya sering tinggi ?”.



hipertensi



mengenal



penyakit b.d



Tn. J mengatakan : “apa masalah



Ketidak mampuan



penyebab tekanan darah kesehatan



keluarga mengenal



istri saya sering tinggi ?” -



-



keluarga



masalah kesehatan



Tn. J mengatakan : “apa dengan



keluarga



dengan



cara agar tekanan darah hipertensi



hipertensi



istri saya turun ?”



d.d



Ny. B mengatakan: “ apa



meningkatkan



penyakit Hipertensi bisa



pengetahuan



sembuh?”.



tentang



klien



ingin



penyakit



hipertensi. DO : -



Tekanan



darah



150/100 mmHg, usia Ny. B 39 tahun. -



Kadar kolesterol 159 mg/dl



-



berat badan 78 kg, tinggi badan 167 cm



-



Nadi 103x/mnt.



-



Respirasi 20x/mnt.



C. SKORING 1. Defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi b.d Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga dengan hipertensi d.d klien ingin meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi. No 1



Kriteria



Bobot



Sifat masalah : Skala : -



2



Skor



Tidak/ kurang sehat - Ancaman kesehatan - Keadaan sejahtera. Kemungkinan masalah dapat diubah :



Skor 2/3x1=2/ 3



3



Merupakan



ancaman



kesehatan



karena



menimbulkan



1



masalah



2



dapat berbagai



kesehatan



oleh



karena kurangnya informasi



1



yang didapat. ½ x 2=1



2



Pembenaran



2



Masalah



dapat



diatasi



sebagian



karena



keluarga



memiliki



kemauan



untuk



Skala : Mudah Sebagian



1 0



mencari



informasi



dari



sumber yang terpercaya.



Tidak dapat 3



Potensial masalah untuk dicegah : Skala : Tinggi Cukup



2/3x1=2/ 3 3 2 1



Masalah dapat diubah karena anggota keluarga memiliki rasa ingin tau yang tinggi



1



Rendah 4



Menonjolnya masalah : Skala : -



Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani Masalah tidak dirasakan



½ x 1=½



Keluarga bahwa



2



1



diterima



tidak



menyadari



informasi belum



semuanya benar. 1



0 Total skor 3



DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi b.d Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga dengan hipertensi d.d klien ingin meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.



yang tentu



RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DX Keperawatan : Defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi b.d Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga dengan hipertensi d.d klien ingin meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi No. 1.



Diagnosa Keperawatan LUARAN Defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 b.d Ketidak mampuan keluarga mengenal jam diharapkantingkat pengetahuan klien meningkat. masalah kesehatan keluarga dengan hipertensi Kriteria Hasil: 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat (5). d.d klien ingin meningkatkan pengetahuan 2. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi tentang penyakit hipertensi. menurun (5).



INTERVENSI Edukasi Proses Penyakit Observasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Terapeutik 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1. Jelaskan penyebab dan faktor resiko penyakit 2. Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit 3. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit 4. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi 5. Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan



6. Ajarkan cara meminimalkan efek samping dari intervensi atau pengobatan 7. Informasikan kondisi klien saat ini 8. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat atau tidak bisa.



PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA KUNJUNGAN KE : 3 A. Latar Belakang Berdasarkan hasil Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 April 2016 didapatkan data bahwa Ny. B telah mengalami penyakit hipertensi tetapi Ny. B tidak mengerti tentang komplikasi penyakit hipertensi, dan kurangnya pengetahuan keluarga tentang makanan yang harusnya tidak dikonsumsi Ny. B. Pada kesempatan pertemuan ini perawat akan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang didapat. Tindakan yang dilakuka nyakni melakukan penyuluhan atau Edukasi kesehatan yang merupakan upaya kegiatan untuk pengetahuan kesehatan perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan pasien serta mencegah timbulnya penyakit dan memulihkan penyakit. Pada kunjungan sebelumnya perawat telah menjelaskan masalah kesehatan kepada klien sehingga keluarga diharapkan dapat berpartisipasi aktif untuk kegiatan selanjutnya atau implementasi yang diberikan . 1. Masalah keperawatan : -



Defisit pengetahuan tentang hipertensi



B. Tujuan 3. Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga dapat mengerti, memahami tentang penyakit hipertensi dan mampu mempraktikkan secara mandiri tentang pola hidup bersih dan sehat pada keluarga dengan penderita hipertensi 4. Tujuan Khusus Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan keluargadapat: 1. Mengerti dan memahami tentang kosep hipertensi, 2. Mengerti dan memahami tentang penyebab hipertensi, 3. Mengerti dan memahami tentang tanda, gejala dan akibat hipertensi, 4. Mengerti dan memahami tentang cara penanganan dan pencegahan hipertensi 5. Mengerti dan memahami tentang nutrisi / diet hipertensi. C. Rancangan Kegiatan 1. Metode



: Diskusi dan ceramah



2. Media dan Alat



: Leaflat



3. Sasaran



: Keluarga Tn. J



4. Hari/Tanggal



: Rabu, 22 April 2020



5. Tempat



: Kediaman keluarga Tn. J



6. Waktu



: 09.00 WIB



7. Strategi pelaksanaan



:



No



Waktu



Kegiatan Penyaji



. 1



5 menit



Orientasi



Respon Pasien / Keluarga



1. Mengucapkan Salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan dari



Menjawab salam Menerima Memperhatikan



kunjungan 4. Memvalidasi keadaaan keluarga 5. Mengingatkan kembali 2



30 menit



kontrak Kerja 1. Menyampaikan informasi



Mendengarkan dan



mengenai menyimak



hipertensi 2. Feedback dari materi Menanggapi yang telah disampaikan 3. Memotivasi



dan Menjawab pertanyaan



memberikan reinforcement



positif



atas usaha yang telah dilakukan 3



10 menit



oleh



keluarga. Terminasi 1. Menanyakan



perasaan Mengungkapkan perasaan



keluarga



setelah



diberikan penyuluhan 2. Mengobservasi



Menyetujui kontrak



saat selanjutnya



keluarga mengungkapkan perasaan



Menjawab salam setelah



diberikan penyuluhan 3. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya 4. Mengucapkan salam 8. Setting Tempat Keterangan : : Keluarga Tn. J : Perawat



D. Kriteria Evaluasi 1. Kriteria evaluasi struktur a. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) disiapkan b. Media sudah dipersiapkan c. Kontrak dengan keluarga sudah dilakukan 2. Kriteria evaluasi proses a. Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan strategi pelaksanaan b. Keluarga aktif dalam Kegiatan c. Keluarga antusias dengan kegiatan penyuluhan 3. Kriteria evaluasi hasil a. Keluarga dapat memahami tentang konsep hipertensi, penyebab hipertensi, tanda, gejala dan akibat hipertensi, cara penanganan dan pencegahan hipertensi serta nutrisi / diet hipertensi.



IMPLEMENTASI No 1.



Diagnosa keperawatan Tanggal Defisit pengetahuan tentang 22/04/20 penyakit hipertensi b.d Pukul : Ketidak mampuan keluarga 09.15 mengenal masalah kesehatan keluarga dengan hipertensi d.d klien ingin meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi. 09.18



Implementasi



TTD



1. Mengidentifikasi







kesiapan



dan



kemampuan



menerima



informasi 2. Menyediakan materi dan media







pendidikan



kesehatan (leaflat) 09.22



3. Menjadwalkan pendidikan







kesehatan



sesuai kesepakatan (20-30 menit) 09.25



4. Memberikan kesempatan







klien untuk bertanya 09.30



5. Menjelaskan



kosep



hipertensi,



penyebab







hipertensi, tanda gejala dan cara



akibat



hipertensi,



penanganan



pencegahan



dan



hipertensi,



nutrisi / diet hipertensi 09.55



6. Informasikan



kondisi







klien saat ini 10.15



7. Anjurkan melapor jika merasakan gejala



tanda



dan



memberat



atau



tidak bisa. (menganjurkan keluarga untuk pergi ke yankes terdekat)







PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA KUNJUNGAN KE : 4 A. Latar Belakang Evaluasi merupakan proses keperawatan paling akhir. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan intervensi keperawatan yang sudah diterapkan. Dari hasil evaluasi maka perawat dapat menentukan planning selanjutnya. Intervensi keperawatan pada keluarga Tn. J yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 April 2020 yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ditemukan pada saat pengkajian. 1. Masalah keperawatan : -



Defisit pengetahuan tentang hipertensi



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengevaluasi hasil pertemuan sebelumnya Tn. J 2. Tujuan Khusus a. Mengevaluasi perubahan pengetahuan keluarga Tn. J terkait dengan penyakit hipertensi b. Mengevaluasi perubahan pengetahuan keluarga Tn. J terkait dengan kebiasaan PHBS C. Rancangan Kegiatan 1. Metode



: Wawancara dan Observasi



2. Media dan Alat



: Alat tulis dan Lembar Evaluasi



3. Sasaran



: Keluarga Tn. J



4. Hari/Tanggal



: Kamis, 23 April 2020



5. Tempat



: Kediaman keluarga Tn. J



6. Waktu



: 10.00 WIB



7. Strategi pelaksanaan



:



No



Waktu



Kegiatan Penyaji



. 1



5 menit



Orientasi



Respon Pasien / Keluarga



1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan



tujuan



Menjawab salam Menerima



kunjungan



2



30 menit



Memperhatikan



Kerja 1. Evaluasi keluarga dan Menanggapi observasi 2. Mengidentifikasi



Menjawab pertanyaan



perubahan pengetahuan keluarga 3. Mengidentifikasi pemahaman klien terkait penyakit hipertensi 4. Memberikan penghargaan pada halhal yang positif yang dilakukan 3



10 menit



klien



dan



keluarga Terminasi 1. Mengakhiri pertemuan



Mengungkapkan perasaan



2. Mengucapkan salam



Menjawab salam



8. Setting Tempat Keterangan : : Keluarga Tn. J : Perawat



D. Kriteria Evaluasi 1. Kriteria evaluasi struktur a. Format evaluasi disiapkan b. Alat bantu media berupa alat tulis (pulpen, pensil, dan kertas) 2. Kriteria evaluasi proses a. Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan strategi b. Keluarga aktif dalam kegiatan 3. Kriteria evaluasi hasil a. KeluargaTn. J lebih memahami penyakit hipertensi



b. KeluargaTn. J lebih memahami tentang PHBS.



EVALUASI No 1.



Diagnosa keperawatan Tanggal Defisit pengetahuan 23/04/20 tentang penyakit Pukul : hipertensi b.d Ketidak 10.00 mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga dengan hipertensi d.d klien ingin meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.



Evaluasi



TTD



Tn. J mengatakan sudah







S: -



paham akan kondisi istrinya -



Ny. B mengatakan sudah paham akan kondisinya saat ini



O: -



Ny. B dan keluarga sangat antusias menerima informasi menganai penyakit dan kondisinya dari perawat



-



Keluarga sudah mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh Ny. B



-



Keluarga tampak tenang



A: -



Masalah teratasi.



P: -



Rencana perawatan dihentikan.