5 0 1 MB
MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA
ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP KELUARGA DEWASA
Dosen Pembimbing
Dr. Makhfudli S.Kep.Ns, M.Ked. Trop.
Disusun oleh kelompok 2 :
Yuliani Puji Lestari
(131611133003)
Ni’matush Sholeha
(131611133009)
Nafidatun Naafi’ah
(131611133015)
Desi Choiriyani
(131611133021)
Erlina Dwi Kurniasari
(131611133028)
Indriani Dwi Wulandari
(131611133034)
Dinda Dhia Aldin
(131611133041)
Firianti Umayroh
(131611133047)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA MARET, 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Keluarga yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Keluarga Dewasa”. Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Keluarga, Bapak Dr. Makhfudli S.Kep.Ns, M.Ked. Trop. yang telah membimbing kami selama perkuliahan Keperawatan Keluarga hingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Makalah ini masih jauh dari kata sempuna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih.
Surabaya, 19 Maret 2019
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2 1.3.1 Tujuan umum ................................................................................. 2 1.3.2 Tujuan khusus ................................................................................ 2 1.4 Manfaat ................................................................................................... 2 1.4.1 Manfaat teoritis .............................................................................. 2 1.4.2 Manfaat praktis............................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4 2.1. Konsep Keluarga .................................................................................... 4 2.1.1
Definisi keluarga........................................................................ 4
2.1.2
Tipe keluarga ............................................................................. 4
2.1.3
Struktur keluarga ....................................................................... 5
2.1.4
Fungsi keluarga.......................................................................... 6
2.1.5
Tugas perkembangan keluarga .................................................. 7
2.1.6
Peran perawat keluarga .............................................................. 9
2.1.7
Tingkat pencegahan ................................................................... 10
2.2. Konsep Usia Dewasa.............................................................................. 11 2.2.1
Pengertian usia dewasa ............................................................... 11
2.2.2
Pembagian usia dewasa ............................................................... 12
2.2.3
Ciri-ciri usia dewasa.................................................................... 12
2.2.4
Perkembangan psikososial usia dewasa ...................................... 12
2.2.5
Perubahan pada usia dewasa awal............................................... 15
2.2.6
Perubahan pada usia dewasa menengah ...................................... 19
2.3 Kondep Tuberkulosis Paru .................................................................... 23 2.3.1
Pengertian tuberkulosis paru ....................................................... 23
2.3.2
Etiologi tuberkulosis paru ........................................................... 23
2.3.3
Patogenesis tuberkulosis paru ..................................................... 24
iii
2.3.4
Tanda dan gejala tuberkulosis paru ............................................. 24
2.3.5
Patofisiologi tuberkulosis paru .................................................... 24
2.3.6
Pengobatan tuberkulosis paru ..................................................... 25
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga................................................ 29 BAB 3 Kasus dan Intervensi Keperawatan ......................................................... 40 3.1 Kasus ...................................................................................................... 40 3.2 Asuhan Keperawatan ............................................................................. 40 BAB 4 PENUTUP .............................................................................................. 77 6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 77 6.2 Saran ........................................................................................................ 77 DAFTARPUSTAKA .......................................................................................... 79 LAMPIRAN ........................................................................................................ 81
iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berkembang melalui fase dalam menjalankan serangkaian tugas yang harus diselesaikan setiap tahapnya. Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas perkembangan dengan pedoman pada fungsi yang dimiiki keluarga (Supratjitno, 2004 dalam Marwansyah & Sholikhan, 2015). Keluarga dewasa merupakan tahap perkembangan keluarga keenam yang memiliki beberapa masalah didalamnya. Pada keluarga dengan anak dewasa, orang tua harus sudah siap ditinggakan oleh anaknya untuk memulai hidup baru berkerja maupun berkeluarga, selain itu permasalah lain yang akan muncul pada keluarga dewasa yakni masalah kesehatan yang bersifat kronis dan perupahan situasi fisik, masalah gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan keluarga seperti kebiasaan minum alcohol, merokok, tidak melakukan PHBS sebagai mestinya. Usia dewasa rentan mengalami penyakit degenarif maupun genetic yang bersifat kronik seperti halnya diabetes militus, dan hiperkolesterolema keturunan (price dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronik pada usus halus lebih umum terjadi pada 15-35 tahun. Insiden infertlitas juga meningkat pada masa dewasa yang mencapai 15-20%. Menurut penelitian yang dilakukan kurniawan (2010) keluarga dewasa sering kali mengalami hipertensi sebanyak 6-15% serta kepatuhan PHBS dalam keluarga memiliki hubungan yang signifikan pada kejadian TB pada keluarga dewasa. Hasil survey prevalensi TB Paru tahun 2004 mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga tentang TB paru menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat anggota keluarga yang menderita TB Paru sedangkan 13% sisanya menyembunyikan keberadaan TB Paru anggota keluarganya (KeMenkes, 2011). Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur dan pola interaksi yang dibangun tidak tepat. Selain itu penyebab lain yang berkaitan dengan masalah tersebut adalah anak maupun orang tua memiliki kehidupan sosialnya sendiri yang menjadikan anggota 1
2
keluarga lebih sibuk dengan urusannya baik itu yang bersifat akademik maupun karir. Sehingga tugas keluarga pada tahap ini adalah ini adalah mempertahankan keintiman keluarga (orang tua yang melepas anaknya keluar), membantu anak untuk mandiri, membertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anaknya (Rizana, Tahlil, & Mulyadi, 2016) Keluarga dengan permasalahan yang terjadi ketika tahap perkembangan dewasa mempengaruhi peran dan tugas anggota keluarga. Berasarkan permasalahn diatas, kelompok kami menyusun makalah mengenai “Asuhan Keperawatan Keluarga pada keluarga dewasa dengan masalah tuberkulosis paru”. Diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan keluarga dewasa
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dewasa dengan masalah tuberkulosis paru?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Menjelaskan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dewasa dengan masalah tuberkulosis paru 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui konsep keluarga 2. Mengetahui konsep usia dewasa 3. Memahami asuhan keperawatan terhadap keluarga dewasa
1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat teoritis Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan informasi dalam pengembanga ilmu dibidang keperawatan keluarga terhadap keluarga dewasa dengan masalah tuberkulosis paru.
3
1.4.2 Manfaat praktis 1. Mahasiswa Sebagai media memperoleh informasi serta pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga pada keperawatan keluarga dewasa dengan tuberkulosis paru. 2. Tenaga kesehatan Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan keluarga pada keperawatan keluarga dewasa dengan tuberkulosis paru.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keluarga 2.1.1 Definisi keluarga Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan darah, perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya hubungan psikologi (ikatan emotional) (Kholifah, 2016). 2.1.2 Type keluarga Type keluarga, termini atlas beberapa tipe yaitu: 1. Secara Tradisional Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang diperoleh dari keturunan dan adopsi atau keduanya. 2) Keluarga Besar (Exstended Family) adalah keluarga inti di tambah dengan anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. 3) Single Parent adalah keluarga yang terdiri atas satu ornag tua dengan anak banding atau angkat. Kondisi ini adapt disebabkan oleh perceraian atau kematian. 4) Single Adult adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari atas satu orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami. 5) The dyad family (keluarga dyad) adalah suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan istri tanpa anak. 6) Middle-aged or elderly couple adalah orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik suami atau istri atau keduanya) karena anakanaknya sudah membangaun karir sendiri atau sudah menikah
4
5
7) Kin-network family adalah beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling
berdekatan
dan
menggunakan
barang-barang
pelayanan, seprti dapur dan kamar mandi yang sama. 2. Secara nontradisional Tipe keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe yaitu: 1) Unmarried parent and child family adalah keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah. 2) Cohabiating couplea adalah orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. 3) Gay and lesbian family adalah seseorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri 4) The nonmarital heterosexual cohabiting family adalah keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. 5) Foster family adalah keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau sendiri dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. 2.1.3 Struktur keluarga Struktur
keluarga
dapat
menggambarkan
bagaimana
keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Menurut Friedman (2010) struktur keluaraga terdiri dari: 1. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri atau suami atau anak.
6
2. Struktur nilai Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. 3. Struktur pola dan proses komunikasi Menggambarkan bagiamana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang tua-anak, anak-anak dan dengan anggota keluarga lain. 4. Struktur kekuatan Menggambarkan
kemampuan
dari
anggota
keluarga
untuk
mengendalikan atau mempengaruhi dalam merubah perilaku keluarga kearah positif yang mendukung kesehatan. 2.1.4 Fungsi keluarga Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain yaitu: 1. Fungsi afektif Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga kan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri. 2. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seseorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial. 3. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
7
4. Fungsi ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan keluarga. 1) Kemampuan keluarga mengenal kesehatan keluarga 2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga 3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan 4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat 5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas 2.1.5 Tugas perkembangan keluarga Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga menurut Kholifah, 2016 yaitu: 1. Keluarga baru menikah atau pemula Tugas perkembangannya adalah: 1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan 2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan sekelompok sosial 3) Mendiskusikan rencana memiliki anak 2. Keluarga dengan anak baru lahir Tugas perkembangannya adalah: 1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap mengintegrasikan bayi ynag baru lahir ke dalam keluarga 2) Rekonsilisasi tugas-tugas perkembangan yang berhubungan dan kebutuhan anggota keluarga 3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
8
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambah peran-peran orang tua dan kakek dan nenek 3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah Tugas perkembangannya adalah: 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan 2) Mensosialisasikan anak 3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain 4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga 4. Keluarga dengan anak usia sekolah Tugas perkembangannya adalah: 1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat 2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan 3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga 5. Keluarga dengan anak remaja Tugas perkembangannya adalah: 1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin sendiri 2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan 3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak 6. Keluarga melepas anak usia dewasa Tugas perkembangannya adalah: 1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan dari perkawinan anak-anak 2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan 3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri
9
7. Keluarga dengan usia pertengahan Tugas perkembangannya adalah: 1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan 2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak 3) Memperkokoh hubungan perkawinan 8. Keluarga dengan usia lanjut Tugas perkembangannya adalah: 1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan 2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun 3) Mempertahankan hubungan perkawinan 4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan 5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi 6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaah hidup) 2.1.6 Peran perawat keluarga Ada banyak peran peran perawat dalam membantu keluarga menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya: 1. Pendidik Dengan diberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan diharapakan keluarga dapat mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya. 2. Koordinator Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. 3. Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dalam rumah, klinik maupun rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
10
4. Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga. 5. Konsultan Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasihat kepada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus di bina dengan baik, perawat harus bersifat terbuka dan dapat dipercaya. 6. Kolaborasi Sebagai perawat di komunitas harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang lain mencapai tahap kesehatan. 7. Fasilitator Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapai kenadala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kendala ynag sering dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan sosial budaya. 8. Penemu kasus Peran
perawat
komunitas
yang
juga
sangat
penting
dalah
mengidentifikasi keehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau masalah luar biasa (KLB). 9. Modifikasi lingkungan Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. 2.1.7 Tingkat pencegahan Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai tingkat pencegahan, yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan-tujuan yang sesuai untuk masing-
11
masing tingkat (Harnilawati, 2013). Ketiga tingkatan tersebut adalah adalah: 1) Pencegahan primer yang meliputi peningkatan kesehatan ddan tindakan preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari penyakit dan cedera. 2) Pencegahan sekunder yang terdiri dari atas deteksi dini, diagnosa, dan pengobatan. 3) Pencegahan tertier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya. Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari keperawatan keluarga. Tujuan -tujuan tersebut terdiri atas peningkatan, pemeliharaan, pemulihan terhadap kesehatan (Harnilawati, 2013). Peningkatan kesehatan merupakan pokok terpenting dari keperawatan keluarga. Akan tetapi, sudah tentu, pendeteksian secara dini, diagnosa dan pengobatan merupakan tujuan penting pula. Pencegahan tertier atau rehabilitasi dan pemulihan kesehatan secara khusus menjadi tujuan yang penting bagi keperawatan keluarga saat ini, mengingat perkembangan keperawatan kesehatan dirumah dan pravelensi penyakit – penyakit kronis, serta ketidakberdayaan dikalangan lanjut usia yang populasinya semakin meningkat dan cepat (Harnilawati, 2013).
2.2 Konsep Usia Dewasa 2.2.1 Definisi usia dewasa Istilah dewasa berasal dari bahasa Latin, yaitu adultus yang berarti tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Seseorang dikatakan dewasa adalah apabila dia mampu menyelesaikan pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang dewasa lainnya (Pieter & Lubis, 2010). Seseorang dikatakan dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan fisiknya dan mencapai kematngan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama-sama orang dewasa lainnya
12
2.2.2 Pembagian usia dewasa Menurut Erikson dalam Upton (2012), usia dewasa dibagi menjadi tiga tahap antara lain: 1) Masa dewasa awal (19 hingga 40 tahun), 2) Masa dewasa menengah (40 hingga 65 tahun), 3) Masa dewasa akhir (65 hingga mati). 2.2.3 Ciri-ciri usia dewasa Menurut Anderson (2006), seseorang yang sudah dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego 2. Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien 3. Dapat mengendalikan perasaan pribadinya 4. Mempunyai sikap yang objektif 5. Menerima kritik dan saran 6. Bertanggung jawab 7. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistis dan yang baru 2.2.4 Perkembangan psikologi usia dewasa Perkembangan
psikologi
menurut
Erikson
terdapat
tiga
perkembangan psikologi pada usia dewasa antara lain: 1. Keintiman vs isolasi (intimacy versus isolation) Merupakan tantangan pada usia dewasa muda, hal terpenting pada tahap ini adalah adanya suatu hubungan. Masa dewasa awal (young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy dan isolation. Pada tahap ini individu sudah mulai selektif membina hubungan yang intim, hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan orang lainnya. Pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerjasama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila
13
seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi. Adanya kecenderungan maladaptif yang muncul dalam periode ini ialah rasa cuek, dimana seseorang sudah merasa terlalu bebas, sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memedulikan dan merasa tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan dengan sahabat, tetangga, bahkan dengan orang kekasih kita. Sementara dari segi lain (malignansi) akan terjadi keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi atau menutup diri sendiri dari cinta, persahabatan, dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan. Orang dewasa muda perlu membentuk hubungan dekat dan cinta dengan orang lain. Cinta yang dimakdsud tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain. Ritualisasi yang terjadi pada tahap ini yaitu adanya afilisiasi dan elitism. Afilisiasi menunjukkan suatu sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat, dan kekasih. Sedangkan elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka dan selalu menaruh curiga terhadap orang lain. Keberhasilan memunculkan hubungan kuat, sedangkan kegagalan menghasilkan kesepian dan kesendirian (Erikson dalam Sumanto, 2014). 2. Generativitas vs stagnasi (generativity versus stagnation) Merupakan tantangan pada masa paruh baya. Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Pada tahap ini salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnansi). Orang dewasa perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan menjadi penerus hidup mereka, kerap dengan memiliki anak atau menciptakan suatu perubahan positif yang memberi
14
manfaat bagi orang lain. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memerdulikan orang lain, sedangkan stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri atau digambarkan dengan tidak perduli dengan siapa pun. Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu perduli, sehingga mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang ada adalah penolakan, dimana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya di tengah-tengah area kehidupannya kurang mendapat sambutan yang baik. Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara generativitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generasional dan otoritisme. Generasional ialah suatu interaksi/hubungan yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-orang yang berada pada usia dewasa dan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu apabila orang dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara memaksa, sehingga hubungan di antara orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan (Erikson dalam Sumanto, 2014). Keberhasilan mendorong perasaan kebergunaan dan pencapaian, sedangkan kegagalan menghasilkan keterlibatan yang rendah di dunia (Upton, 2012). 3. Integritas ego vs keputusasaan (ego integrity versus despair) Merupakan tantangan akhir dari masa lanjut usia. Hal terpenting pada masa ini ialah adanya refleksi atas kehidupan. Saat beranjak tua, orang berusaha mencapai tujuan akhir yaitu kebijaksanaan, ketenangan spiritual, dan penerimaan dalam hidup. Orang dewasa akhir perlu melihat ke belakang dalam kehidupan mereka dan merasakan suatu rasa pemenuhan. Keberhasilan tahap
15
ini mendorong perasaan arif, sedangkan kegagalan menghasilkan penyesalan, kepahitan, dan keputusasaan (Upton, 2012). 2.2.5 Perubahan pada usia dewasa awal Perubahan yang terjadi pada dewasa awal meliputi 1. Perubahan fisik Pada fase dewasa awal kesehatan fisik mencapai puncaknya terutama pada usia 23-27 tahun. Kesehatan fisik berada dalam keadaan baik serta kekuatan tenaga dan motorik mencapai masa puncak. Menurut potter & Perry (2009), orang dewasa awal biasanya sangat aktif, jarang mengalami penyakit parah (jika dibandingkan kelompok usia tua), cenderung mengabaikan gejala fisik, dan sering menunda pencarian pelayanan. 2. Perubahan kognitif Kemampuan berpikir kritis meningkat secara teratur selama usia dewasa awal dan pertengahan. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup, dan kesempatan untuk bekerja
dapat
meningkatkan
konsep
diri,
kemampuan
menyelesaikan masalah, dan keterampilan motorik individu. Mengenali bidang pekerjaan yang sesuai merupakan tugas utama individu dewasa awal. Saat individu mengetahui keterampilan, bakat, dan karakteristik personal mereka, maka pilihan pendidikan dan pekerjaan akan menjadi mudah dan lebih memuaskan. Proses pengambilan keputusan dalam masa dewasa awal harus bersifat fleksibel. Hal ini disebabkan karena masa dewasa awal terus berkembang dan harus terlibat dalam perubahan dalam perubahan rumah, tempat kerja. Dan tempat tinggal pribadi. Orang muda meresa lebih aman dengan perannya serta lebih fleksibel dan terbuka terhadap perubahan. Individu yang merasa tidak aman cenderung mengalami kesulitan dalam membuat keputusan (Potter & Perry, 2009 ).
16
3. Perubahan psikososial Kesehatan emosi pada masa dewasa awal berhubungan dengan
kemampuan
individu
untuk
menempatkan
dan
memisahkan antara tugas pribadi dan tugas sosial. Dewasa awal biasanya terperangkap antara keinginan untuk memperpanjang rasa tidak tanggung jawabnya sewaktu remaja, tetapi juga ingin dianggap sebagai orang dewasa. Di antara usia 23-28 tahun, individu mulai memperbaiki persepsi diri dan kemampuannya untuk akrab dengan orang lain. Di usia 29-34 tahun, individu mengarahkan banyak energi pada pencapaian dan penguasaan dunia sekitar. Sedangkan usia 35-43 tahun merupakan waktu ujian terkuat dalam mencapai tujuan dan hubungan hidup. Individu membuat perubahan dalam diri sosial, dan tempat kerjanya. Biasanya stres akibat ujian yang berulang bisa menyebabkan krisis paruh baya atau midlife crisis, dimana terjadi perubahan pada pasangan pernikahan, gaya hidup, dan pekerjaan. Perubahan psikososial yang terjadi pada usia dewasa awal dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: 1) Karier Keberhasilan dalam pekerjaan merupakan hal penting bagi kehidupan pria dan wanita. Keberhasilan kerja tidak hanya berupa keamanan segi ekonomi, tapi juga hubungan pertemanan, kehidupan sosial , dan penghargaan terhadap rekan kerja. Jumlah keluarga dengan dua karir (two-career families) saat ini mengalami peningkatan. Jenis keluarga seperti ini memiliki keuntungan sekaligus tanggung jawab. Selain adanya peningkatan keuangan keluarga, individu yang bekerja di luar rumah juga dapat mengembangkan hubungan pertemanan, kegiatan, dan keinginan. Namun, kondisi tersebut juga dapat menimbulkan stress yang disebabkan oleh perpindahan ke kota yang baru, peningkatan biaya, mental, atau emosional, kebutuhan perawatan anak atau kebutuhan
17
rumah tangga. Untuk menghindari stres ini pasangan harus berbagi
tanggung
jawab.
Bagi
beberapa
keluarga,
penyelesaiaannya adalah membatasi biaya rekreasi dan menggantinya dengan membayar seorang pembantu untuk melakukan pekerjaan rumah. 2) Seksualitas Perkembangan karakteristik seksual sekunder terjadi selama usia remaja. Perkembangan fisik biasanya disertai dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas seksual. Pada individu dewasa awal, kemampuan fisik biasanya juga dilengkapi dengan kematangan emosional, sehingga lebih dapat membangun keakraban dan kematangan hubungan seksual. Individu dewasa awal yang gagal mencapai tugas perkembangan integrasi personal biasanya hanya dapat membangun hubungan yang tidak mendalam dan sementara (Fortinash dan Holoday Worrer, 2004 dalam Potter & Perry, 2009). 3) Masa lajang Tekanan sosial untuk menikah tidak sebesar zaman dulu. Banyak individu dewasa awal yang tidak menikah sampai akhir usia 20-an, awal usia 30-an, bahkan ada yang tidak sama sekali. Bagi individu yang memutuskan untuk hidup melajang, maka yang menjadi bagian penting dalam hidupnya adalah orang tua dan saudara kandungnya. Beberapa individu menjadikan teman dekat dan kerabatnya sebagai keluarga. Salah satu penyebab meningkatnya populasi individu yang hidup melajang adalah karena semakin luasnya kesempatan berkarier bagi wanita. Sebagian besar individu lajang memilih untuk hidup bersama di luar pernikahan, menjadi orang tua biologis, atau melakukan adopsi.
18
4) Masa menjadi orang tua Ketersediaan alat kontrasepsi saat ini memudahkan pasangan untuk memutuskan kapan akan memulai membentuk sebuah keluarga. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan ini adalah alasan untuk memiliki anak. Tekanan sosial dapat mendorong pasangan untuk membatasi jumlah anak yang mereka miliki. Pertimbangan ekonomi seringkali mempengaruhi
proses
pengambilan
keputusan
karena
memiliki dan membesarkan anak-anak membutuhkan biaya mahal. Status kesehatan umum dan lansia juga mempengaruhi keputusan untuk menjadi orang tua, karena pasangan menunda pernikahan dan kehamilan. 4. Kesehatan psikososial Masalah kesehatan psikososial pada individu dewasa awal biasanya berhubungan dengan pekerjaan dan stressor dari keluarga. Stres dapat berguna karena dapat memotivasi klien untuk berubah. Namun, jika stres berkepanjangan dan klien tidak mampu beradaptasi dengan stresor, maka akan menimbulkan masalah kesehatan. 1) Stres Pekerjaan. Stres pekerjaan dapat terjadi tiap hari atau dari waktu ke waktu. Sebagian besar individu dewasa awal dapat mengatasi krisis tersebut. Stres pekerjaan dapat terjadi saat datangnya seorang bos baru, batas waktu (deadline) sudah dekat, mendapatkan tanggung jawab menjadi lebih besar. Stres individu juga dapat terjadi saat individu merasa tidak puas dengan pekerjaan atau tanggung jawab yang diberikan. Karena individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tipe stresor pekerjaan yang dihadapi tiap klien juga berbeda. 2) Stres Keluarga. Karena perubahan hubungan dan struktur dalam keluarga individu muda yang beragam, maka frekuensi terjadinya stres
19
juga meningkat. Stresor situasional terjadi pada peristiwa seperti kelahiran, kematian, sakit, pernikahan, dan kehilangan pekerjaan. Stres biasanya terkait dengan beberapa variabel, termasuk pilihan karier suami/ istri dan penyebab disfungsi dalam keluarga individu dewasa awal. Setiap keluarga memiliki peran atau tugas tertentu bagi anggotanya. Peran tersebut membuat keluarga dapat berfungsi dan menjadi bagian yang efektif dalam masyarakat. Saat peran tersebut berubah akibat penyakit, maka krisis situasional dapat terjadi (Potter & Perry, 2009). 2.2.6 Perubahan pada usia dewasa menengah Perubahan pada usia dewasa menengah meliputi perunahan: 1. Perubahan fisik Banyak dari para dewasa madya mengalami kecemasan pada penampilan fisik yang pada akhirnya akan mengganggu relasi dengan pasangannya (Pieter & Lubis, 2010). Perubahan yang paling terlihat adalah rambut memutih, kulit keriput, dan penebalan pinggang. Sering sekali perubahan fisiologis selama masa dewasa menengah berdampak pada konsep diri dan bentuk tubuh (Potter & Perry, 2009). Badan yang kurang sehat dan cacat yang tidak dapat disembuhkan atau ditutup-tutupi sama berbahayanya bagi penyesuaian diri pribadi dan sosial pada masa dewasa dini seperti masa kanak-kanak dan remaja. Orang dewasa yang mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya buruk tidak dapat mencapai keberhasilan maksimum mereka dalam pekerjaan atau pergaulan sosial. Sebagai akibatnya mereka selalu frustasi, semakin sering mereka melihat orang yang sebenarnya berpotensi kurang dari mereka berhasil, semakin besar rasa frustasi mereka (Hurlock, 1980). Beberapa perubahan lainnya dapat terjadi antara lain; mulai terjadinya proses menua secara gradual, mulai menurunnya kekuatan fisik, fungsi motorik dan
20
sensoris, terjadinya perubahan-perubahan seksual. Kaum laki-laki mengalami climacterium dan wanita mengalami menopause. 2. Perubahan kognitif Perubahan fungsi kognitif pada individu dewasa menengah jarang terjadi, kecuali jika ada penyakit atau trauma (Potter & Perry, 2009). 3. Perubahan psikososial Perubahan psikososial pada individu dewasa menengah melibatkan peristiwa yang diharapkan, seperti anak-anak yang keluar dari rumah, sampai peristiwa yang tidak diharapkan, seperti perceraian atau kematian seorang teman dekat. Perubahan psikososial yang terjadi pada usia dewasa menengah dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: 1) Transisi karier Perubahan kaier terjadi karena pilihan atau perubahan di tempat kerja atau masyarakat. Pada dekade terakhir, individu dewasa menengah cenderung berganti pekerjaan karena berbagai alasan, antara lain keterbatasan pergerakan, penurunan peluang kerja, atau mencari pekerjaan yang lebih menantang. Pada beberapa kasus pengurangan tenaga kerja, kemajuan teknologi atau perubahan lainnya mendorong individu dewasa menengah untuk mencari pekerjaan baru. Bila tidak perubahan tersebut dapat menyebabkan stres yang mempengaruhi kesehatan, hubungan dengan keluarga, konsep diri, dan dimensi lainnya. diantisipasi, 2) Seksualitas Setelah kepergian anak terakhir dari rumah, pasangan akan membangun kembali hubungan mereka, mencari cara untuk meningkatkan kehidupan pernikahan dan kepuasan seksual selama usia pertengahan.
21
3) Psikososial keluarga Beberapa faktor psikososial keluarga yang terkait pada dewasa menengah antara lain: (1) Masa lajang Beberapa individu dewasa menengah memilih untuktetap lajang, tetapi ada juga yang memilih untuk menjadi orang tua baik secara biologis ataupun adopsi. Banyak individu dewasa menengah lajang yang memiliki sanak keluarga tapi untuk membentuk sebuah keluarga dengan teman dekat atau teman sekerja. (2) Perubahan status pernikahan Terjadinya perubahan status pernikahan selama usia pertengahan adalah karena kematian istri/suami, perpisahan, perceraian, dan pilihan untuk menikah atau tidak menikah lagi. Klien yang berstatus janda, akibat perpisahan atau perceraian, mengalami periode berduka dan kehilangan yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan status pernikahan. Kesedihan yang normal berlansung melalui serangkaian
fase,
dan
resolusi
kesedihan
bisanya
menghabiskan waktu hingga setahun atau lebih. (3) Transisi keluarga Kepergian anak terakhir dari rumah merupakan suatu stresor. Beberapa orang tua merasa senang karena bebas dari tanggung jawab mengasuh anak, sedangkan sebagian lain merasa kesepian atau kehilangan arah karena perubahan ini. (4) Merawat orang tua yang berusia lanjut Banyak individu dewasa menengah terjepit antara tanggung jawab merawat anak-anak dan merawat orang tua yang berusia lanjut dan sakit-sakitan. Selanjutnya individu dewasa menengah menemukan diri mereka berada dalam generasi campuran, di mana tantangan
22
untuk memberikan perawatan menjadi penuh tekanan. Kebutuhan keluarga akan pemberi layanan kini terus meningkat. Individu dewasa menengah dan orang tua berusia lanjut sering mengalami konflik prioritas berkaitan dengan hubungan mereka, sedangkan individu lanjut
usia
berusaha
untuk
tetap
tidak
bergantung.Sebagian besar orang dewasa paruh baya dan orang tua mereka memiliki hubungan yang dekat dan saling mengasihi didasarkan kepada kontak yang sering terjadi dan bantuan yang bersifat mutual (Antonucci & Akiyama, 1997; Bengtson, 2001 dalam Papalia, et al., 2013). 4. Kesehatan psikososial Kesehatan psikososial yang sering terjadi pada keluarga dewasa adalah 1) Ansietas Merupakan fenomena krisis kematangan yang berhubungan dengan perubahan, konflik, dan kontrol terhadap lingkungan. Individu dewasa sering mengalami ansietas dalam merespon perubahan fisiologis dan psikososial yang terjadi pada usia pertengahan. Ansietas memotivasi individu dewasa untuk meninjau
ulang
tujuan
hidup
dalam
menstimulasi
produktivitas. Namun, bagi beberapa individu dewasa, ansietas dapat memicu penyakit psikosomatik dan kematian. Pada kasus ini, individu dewasa menengah memandang kehidupan sebagai waktu hidup yang tersisa. Secara jelas, penyakit yang mengancam kehidupan, transisi pernikahan, atau stresor pekerjaan dapat meningkatkan ansietas klien dan keluarganya. 2) Depresi
Merupakan gangguan suasana hati yang dimanifestasikan dalam berbagai cara. Meskipun lebih sering ditemukan pada
23
usia antara 22-44 tahun, tetapi dapat ditemukan juga pada individu dewasa pada usia pertengahan dan ditimbulkan oleh banyak faktor. Faktor resiko depresi adalah menjadi wanita, kegagalan atau kehilangan di pekerjaan, sekolah, atau dalam hubungan keluarga, kepergian anak terakhir dari rumah, dan riwayat keluarga. Individu yang mengalami depresi ringan menunjukkannya dengan perasaan sedih, murung, putus asa, jatuh dalam kesedihan, dan penuh dengan air mata. Gejala lainnya adalah gangguan pola tidur seperti sulit tidur (insomnia) atau tidur iritabilitas,
perasaan
yang berlebihan (hipersomnia), tidak
berguna,
dan
penurunan
kewaspadaan. Perubahan fisik seperti penurunan atau penambahan berat badan, sakit kepala, atau selalu merasa lelah walaupun telah beristirahat juga merupakan gejala depresi. Individu yang mengalami depresi pada usia pertengahan biasanya mengalami ansietas dengan intensitas sedang sampai berat dan mengalami keluhan fisik. Perubahan suasana hati dan depresi biasanya terjadi saat menopause. Penyalagunaan alkohol atau obat dapat membuat depresi semakin berat.
2.3 Konsep Tubercuulosis 2.3.1 Pengertian tuberkulosis paru Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, mycobacterium tuberkulosis dan menyebar dari orang ke orang melalui tetesan udara (misalnya saat orang terinfeksi batuk atau bersin) (Nugroho, 2014). 2.3.2 Etilogi tuberkulosis paru Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um (Nugroho, 2014).
24
2.3.3 Patogenesis tuberkulosis paru Pasien dengan tuberkulosis paru aktif adalah sumber Mycobacterium tuberkulosis. Di lebih dari 90% orang yang terinfeksi M. tuberkulosis, patogen itu terkandung sebagai infeksi laten asimtomatik. Studi terbaru mengangkat kemungkinan itu beberapa orang memperoleh dan menghilangkan infeksi akut dengan M. Tuberkulosis. Risikonya Penyakit aktif diperkirakan sekitar 5% dalam 18 bulan setelah awal tahun infeksi dan kemudian sekitar 5% untuk sisa umur. Diperkirakan 2 milyar orang di seluruh dunia memiliki infeksi laten dan beresiko reaktivasi ulang. Mengandung infeksi laten mengurangi risiko reinfeksi pada paparan berulang, sedangkan tuberkulosis aktif dikaitkan dengan peningkatan risiko episode kedua tuberkulosis pada reexposure. (The New England Journal of Medicine, 2013). Berdasarkan global tuberkulosis report WHO tahun 2016 indonesia berada di urutan kedua dunia yang menyumbang 60% kasus TB setelah india (Nugroho, 2014). 2.3.4 Tanda dan gejala klinis tuberkulosis paru Keluhan atau gejala ditunjukkan oleh penderita TB sangatlah bervariasi. Gejala utama pasien Tb paru adalah batuk yang biasanya berlangsung lama dan produktif berdurasi lebih dari 3 minggu. Batuk ini terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berekeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Panas badan penderita TB kadang-kadang dapat mencapai 40410C. Keluhan ini sangat dipengaruhi berat atau ringannya infeksi kuman yang masuk. Pada penderita TB juga ditemukan gejala sesak napas. Sesak napas dapat dijumpai pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru (Ulfa, 2012). 2.3.5 Patofisiologi tuberkulois paru Bakteri masuk melalui saluran pernafasan dan berada pada alveolus. Basil ini langsung membangkitkan teaksi peradangan. Leukosit memfagosit
25
bakteri namun tidak membunuh, sesudah hari –hari pertama leukosit diganti dengan makrofag. Alveoli yang terserang megalami konsolidasi. Makrofag yang mengadakan infiltrasi bersatu menjadi satu sel tuberkel epiteloid. Jaringan mengalami nekrosis keseosa dan jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa dan membentuk jaringan parut kolagenosa, respon radang lainnya adalah pelepasan bahan tuberkel trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan sekret. Tuberkulosis sekunder muncul bila kuman yang dorman aktif kembali dikarenakan imunitas yang menurun (Nugroho, 2014). 2.3.6 Pengobatan tuberkulosis paru Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penulara dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi), pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung ((DOT=Directly Observed Treatment) oleh seorang pengawas menelan obat (PMO). c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan (Jazilah, 2016). 1. Tahap awal (intensif) 1) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. 2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
26
3) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. 2. Tahap lanjutan 1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, dalam jangka waktu yang lebih lama. 2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia 1. Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia: 1) Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3 2) Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 3) Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, Sikloserin, dan PAS, serta AOT lini-1, yaitu pirazinamid dan etambutol 2. Paduan OAT kategori-1 dn kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT-KDT ini terdiri dari dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. paduan ini dikemas dalam satu paket satu pasien. 3. Paket kombipak. Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT. KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB: 1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping. 2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
27
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meingkatkan kepatuhan pasien. Paduan OAT lini pertama dan peruntukannya. 1. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3) Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: 1) Pasien baru TB paru BTA positif 2) Pasien TB baru BTA negatif foto toraks positif 3) Pasien TB ekstra paru Dosis untuk paduan OAT KDT untuk kategori 1 Berat Badan
Tahap Intensif
Tahap lanjutan 3 kali
Tiap hari selama 56 seminggu selama 16 hari
RHZE minggu
RH
(150/75/400/275)
(150/160)
30-37 kg
2 tablet 4KDT
2 tablet 2KDT
38-54 kg
3 tablet 4KDT
3 tablet 2KDT
55-70 kg
4 tablet 4KDT
4 tablet 2KDT
>71 kg
5 tablet 4KDT
5 tablet 2KDT
Dosis untuk paduan OAT-kombipak untuk kategori 1 Dosis per hari / kali Jumlah Tahap
Lama
pengobatan pengobatn
Tablet
Kaplet
Tablet
Isoniazid
Rifampisin Pirazinamid Etambutol
@ 300
@ 450
mgr
mgr
@ 500 mgr
Tablet
@ 250
hari/kali menelan obat
mgr
Intensif
2 bulan
1
1
3
3
56
Lanjutan
4 bulan
2
1
-
-
48
2. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya: 1) Pasien kambuh 2) Pasien gagal 3) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
28
Dosis untuk paduan OAT KDT kategori 2 Tahap intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + S
Berat badan
Selama 56 hari 30-37 kg
2 tablet 4KDT +
500
Tahap lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150) + E(400)
Selama 28 hari 2 tablet 4KDT
mg
Selama 28 minggu 2 tablet 2KDT + 2 Tablet Etambutol
Streptomisin injeksi 38-54 kg
3 tablet 4KDT +
750
3 tablet 4KDT
mg
3 tablet 2KDT + 3 Tablet Etambutol
Streptomisin injeksi 55-70 kg
4 tablet 4KDT +
1000
4 tablet 4KDT
mg
4 tablet 2KDT + 4 Tablet Etambutol
Streptomisin injeksi >71 kg
5 tablet 4KDT +
1000
5 tablet 4KDT
mg
5 tablet 2KDT + 5 Tablet Etambutol
Streptomisin injeksi
Dosis paduan OAT kombipak untuk kategori 2 Etambutol Tablet Kaplet Jumlah Tablet Tablet Tablet Tahap Lama Isoniazid Rifampisin Streptomisin hari/kali Pirazinamid @ @ pengobatan pengobatan @ 300 @ 450 injeksi menelan @ 500 mgr 250 400 mgr mgr obat mgr mgr Tahap
2 bulan
1
1
3
3
-
0,75 gr
56
intensif
1 bulan
1
1
3
3
-
-
28
29
(dosis harian) Tahap lanjutan (dosis
3x
4 bulan
2
1
-
1
2
-
80
seminggu)
3. OAT Sisipan (HRZE) Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari). Dosis KDT untuk sisipan Berat badan
Tahap intensif tiap hari selama 28 hari RHZE (150/75/400/275)
30-37 kg
2 tablet 4KDT
38-54 kg
3 tablet 4KDT
55-70 kg
4 tablet 4KDT
>71 kg
5 tablet 4KDT
Dosis AOT kombipak untuk sisipan Tablet Tahap
Lamanya
pengobatan pengobatan
Tablet
Isoniazid Rifampisin @ 300
@ 450
mgr
mgr
1
1
Tablet Pirazinamid
Tablet
Jumlah
Etambutol hari/kali
@ 500 mgr
@ 250
menelan
mgr
obat
3
28
Tahap intensif (dosis
1 bulan
3
harian) 2.4 Konsep Asuhan Umum Keperawatan Keluarga dengan Tuberkulosis 2.4.1 Pengkajian Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-
30
norma kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah. 1. Pengumpulan data Pengkajian data yang dikumpulkan adalah 1) Data umum (1) Identitas kepala keluarga (2) Komposisi kelaurga (3) Genogram (4) Tipe keluarga (5) Latar belakang keluarga (etnis) (6) Agama (7) Status Sosial Ekonomi (8) Aktivitas rekreasi keluarga 2) Tahap dan riwayat perkembangan keluarga (1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi (3) Riwayat keluarga sebelumnya 3) Data lingkungan (1) Karakteristik rumah (2) Karakteristik lingkungan komunitas (3) Mobilitas geografis keluarga (4) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga (5) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga 4) Struktur keluarga (1) Pola komunikasi (2) Struktur kekuasaan (3) Struktur peran (4) Nilai dan normal keluarga 5) Pemeriksaan fisik Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to toe” . 6) Koping keluarga (1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
31
(2) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau stressor (3) Penggunaan strategi koping (4) Strategi adaptasi disfungsional 2. Analisa data Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan keluarga antara lain : 1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga 2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan 3) Karakter keluarga 3. Rumusan Masalah Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan keperawatan yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan pada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah keperawatan keluarga 4. Skoring Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu : 1) Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan potencial 2) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. 3) Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan atau kesehatan. 4) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan atau kesehatan.
32
Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu disusun skala prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut : Tabel : No 1
2
3
4
Skoring Masalah Keperawatan
Kriteria Sifat masalah Skala : a. Aktual b. Resiko c. Potensial Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : a. Dengan mudah b. Hanya sebagian c. Tidak dapat Potensial masalah untuk dicegah Skala : a. Tinggi b. Cukup c. Rendah Menonjolnya masalah Skala : a. Masalah berat harus segera ditangani b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani c. Masalah tidak dirasakan TOTAL
Nilai
3 2 1
2 1 0
3 2 1
2 1
Bobot
1
2
1
1
0 5
Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat diprioritaskan suatu masalah. Masing-masing masalah keperawatan diskoring terlebih dahulu. Kemudian dari hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya. Adapun rumus untuk mendapatkan nilai skoring tersebut adalah : Skor Nilai Tertinggi
X Bobot
33
2.4.2 Diagnosa Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul menurut NANDA adalah : 1.Manajemen kesehatan yang dapat diubah 2.Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah 3.Kurang pengetahuan 4.Konflik keputusan 5.Berduka disfungsional 6.Konflik peran orang tua 7.Isolasi sosial 8.Perubahan dalam proses keluarga 9.Potensial perubahan dalam menjadi orang tua 10.
Perubahan penampilan peran
11.
Potensial terhadap kekerasan
12.
Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
13.
Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif
14.
Perilaku mencari hidup sehat
15.
Berduka diantisipasi
2.4.3 Intervensi Tahap setelah kita melakukan pengkajian adalah perencanaan keperawatan sebagai pedoman untuk memberikan tindakan perawatan pada seseorang berdasarkan diagnosa perawatan yang muncul. Rencana perawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah TB paru adalah sebagai berikut: No
Diagnosa
Tujuan
Evaluasi Kriteria
1
Resiko penularan ditandai dengan ketidakmampuan keluarga dalam menjaga lingkungan
TUM : Setelah diberikan askep selama 4 hari diharapkan keluarga dapat mengerti tentang penularan penyakit TB
Verbal
Intervensi
Standar Keluarga dapat menyebutkan 3cara dari -5 penularan TB paru -
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara penularan TB Paru Diskusikan dengan keluarga tentang cara penularan TB paru Anjurkan keluarga untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih
34
paru dan tidak terjadi penularan lebih lanjut
- Memotivasi keluarga untuk menghindari hal-hal yang dapat menularkan TB Paru
TUK : 1. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengenal penularan TB paru 2. Setelah diberikan Verbal perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan mengenai pengobatan pada klien
3. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
4. Setelah diberikan perawatan selama 1
- Keluarga mengerti tentang pemberian obat secara teratur - Pemberian lama pengobatan selama 6 - 8 bulan - Keluarga mampu memotivasi klien untuk berobat secara teratur Psikomotor- Keluarga mampu merawat klien. - Dapat menghindari hal-hal yang dapat menularkan penyakit TB paru Psikomotor- Keluarga selalu
Diskusikan dengan keluarga manfaat pengobatan secara teratur Beri pujian tentang keputusan yang diambil Motivasi keluarga untuk selalu mengingatkan klien minum obat
Diskusikan dengan keluarga cara penularan TB Paru Ajarkan keluarga merawat diri dan klien Jelaskan pada keluarga cara menghindari hal-hal yang dapat menularkan TB paru
Anjurkan keluarga agar selalu menjaga kebersihan
35
kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah
5. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
2
Penatalaksanaan pemeliharaan rumah tak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan dalam usaha mengatasi masalah kesehatan ditandai dengan kondisi rumah kurang rapi dan bersih
Tupan : Setelah diberikan askep selama 4 hari diharapkan keluarga mampu menata atau mempertahankan lingkungan rumah yang efektif
Tupen : 1. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengenal lingkungan yang sehat
membersihkan rumah, menata barangbarangnya dan membedakan peralatan untuk makan - Sinar matahari dapat menyinari seluruh ruangan Psikomotor- Keluarga dapat memanfatkan fasilitas kesehatan yang ada - Keluarga dapat mengajak anggota keluarga yang sakit untuk berobat Verbal Keluarga mengerti tentang pengertian rumah sehat
rumah, manata barangbarang dan membedakan peralatan untuk makan Motivasi keluarga untuk memelihara lingkungan rumah agar tetap bersih dan membuka jendela setiap hari agar sinar matahari menyinari seluruh kamar
Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya fasilitas kesehatan dalam perawatan kesehatan keluarga Motivasi keluarga untuk mengajak anggota keluarga yang sakit berobat ke puskesmas
Diskusikan dengan keluarga manfaat lingkungan yang sehat Jelaskan pada keluarga tentang pengertian, syarat rumah sehat dan akibat bila - Syarat rumah lingkungan tidak sehat sehat - Motivasi keluarga untuk - Manfaat rumah menjaga lingkungan yang sehat sehat - Akibat bila lingkungan rumah yang tidak sehat
36
2. Setelah diberikan Psikomotor- Keluarga - Diskusikan dengan perawatan selama 1 termotivasi keluarga untuk kali kunjungan untuk menata mempertahankan selama 30 menit lingkungan lingkungan yang sehat diharapkan rumah sehat - Motivasi keluarga untuk keluarga mampu bagi keluarga tetap menjaga lingkungan mengambil yang sehat keputusan untuk - Beri pujian terhadap menata rumah keputusan yang diambil sehat bagi keluarga oleh keluarga 3. Setelah diberikan Psikomotor- Keluarga - Diskusikan dengan perawatan selama 1 menata keluarga tentang akibat dari kali kunjungan perabotan agar lingkungan yang kotor selama 30 menit rapi dan bersih- Berikan dorongan pada diharapkan - Keluarga keluarga untuk keluarga mampu menyapu di membersihkan lingkungan menata dan dalam dan di rumah memelihara luar rumah - Anjurkan keluarga untuk lingkungan rumah setiap hari menyapu di dalam dan di luar kamar setiap hari 4. Setelah diberikan Psikomotor Keluarga - Memotivasi keluarga agar perawatan selama 1 dapat membuat mampu memodifikasi kali kunjungan kamar tidak lingkungan rumah agar selama 30 menit lembab dan tampak bersih dan rapi diharapkan pengap - Anjurkan keluarga untuk keluarga mampu meningkatkan kesehatan - Sinar matahari keluarga dengan cara memodifikasi dapat masuk membersihkan lingkungan, lingkungan rumah keseluruh untuk barang-barang tertata rapi ruangan meningkatkan dan menjemur bantal, kasur Jendela kesehatan keluarga minimal 2 kali seminggu terbuka setiap hari - Peralatan tertata rapi - Bantal dan kasur dijemur minimal 2 kali seminggu
37
3
Potensial penatalaksanaan terapeutik yang efektif berhubungan dengan keadekuatan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit ditandai dengan klien mengatakan rajin kontrol kepuskesmas
5. Setelah Psikomotor- Keluarga - Diskusikan untuk diberikan memanfaatkan menentukan fasilitas perawatan fasilitas kesehatan yang tepat untuk selama 1 kali kesehatan yang dipilih kunjungan ada sesuai - Anjurkan keluarga untuk selama 30 dengan memanfaatkan fasilitas menit kebutuhan kesehatan yang ada diharapkan - Motivasi keluarga untuk keluarga memeriksakan anggota mampu keluarganya yang sakit memanfaatkan kepelayanan kesehatan fasilitas terdekat kesehatan yang terkait dengan kesehatan lingkungan Tupan : Keluarga Kaji tingkat pengetahuan mengerti keluarga tentang penyakit Setelah diberikan tentang TB paru askep selama 4 hari penyakit TB - Jelaskan pada keluarga diharapkan keluarga paru Keluarga tentang pengertian, mampu melaksanakan mengerti penyebab, tanda dan gejala, program pengobatan tentang cara pencegahan dan keluarga yang efektif penyebab, pengobatan TB paru tanda dan - Diskusikan dengan gejala TB keluarga tentang akibat bila paru, cara tidak minum obat Tupen : penularan TB 1. Setelah diberikan Verbal paru, cara perawatan selama 1 pencegahan kali kunjungan dan selama 30 menit pengobatan diharapkan TB paru, cara keluarga mampu minum obat mengenal penyakit yang benar TB paru tersebut Dan akibat bila tidak minum obat
2. Setelah diberikan Verbal perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit
- Keluarga mengerti tentang akibat bila putus obat
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat minum obat secara teratur dan akibat bila putus obat
38
diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan dalam pengobatan yang sedang dijalani oleh Klien
-
3. Setelah diberikan Psikomotorperawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita TB paru
4. Setelah diberikan Psikomotorperawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mempertahankan suasana rumah yang sehat bagi anggota keluarga yang sakit
dan bila minum obat tidak teratur Keluarga termotivasi dalam perawatan klien Keluarga mengerti tentang manfaat minum obat secara teratur Keluarga mengambil obat di puskesmas bila obat klien habis Keluarga membuka Jendela setiap hari, kamar tidak lembab dan pengap, barang-barangtertata rapi, membuang ludah pada tempat pembuangan ludah yang sudah diisi larutan desinfektan, halaman rumah tidak becek
Motivasi keluarga untuk menjaga dan mengawasi klien saat minum obat
Motivasi klien untuk tetap minum obat secara teratur Anjurkan keluarga untuk mengambil obat bila obat klien sudah habis
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat mempertahankan lingkungan rumah yang sehat bagi anggota keluarga yang sakit Anjurkan keluarga membuka jendela setiap hari, membuang ludah pada tempat pembuangan ludah yang sudah diisi larutan desinfektan Motivasi keluarga untuk menata rumah yang sehat agar sinar matahari dapat masuk ke seluruh ruangan sehingga kamar tidak lembab dan pengap
Setelah diberikan Psikomotor- Keluarga - Motivasi klien agar kontrol perawatan selama 1 mengajak klien ke puskesmas untuk kali kunjungan selama kontrol dan mendapatkan pengobatan 30 menit diharapkan melanjutkan keluarga mampu pengobatan
39
memanfaatkan sumber dan fasilitas kesehatan yang ada
apabila habis
obat - Anjurkan keluarga untuk selalu mengontrol obat klien
2.4.4 Implementasi Pelaksanaan tindakan keperawataan terhadap keluarga didasarkan pada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga dan sarana prasarana yang ada pada keluarga. 2.4.5 Evaluasi Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan berbagai perbaikan. Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu : 1) Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan. 2) Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya 3) Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan kemampuan dalam pelaksanan tindakan keperawatan 4) Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanan
BAB 3 KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Kasus Pasangan Tn. Y (54 tahun) dan Ny. K (50 tahun) menikah sejak 25 tahun yang lalu, Tn. Y bekerja sebagai pegawai pabrik baja dengan jadwal kerja Senin-Sabtu jam 09.00-16.00 dan Ny. K hanya ibu rumah tangga. Mereka tinggal di rumah peninggalan orang tua dengan rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota adalah 8 m2/orang, terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi/WC, dan 1 dapur. Ventilasi pada rumah sangat minim karena berpepetan dengan rumah tetangga. Tn. Y sedang tidak mengalami penyakit, pernah ke puskesmas untuk melakukan ekstraksi kuku ibu jari kaki, sedangkan Ny. K memiliki hipertensi dengan tekanan darah 150/95 mmHg namun tidak meminum obat antihipertensi karena malas. Tn. Y dan Ny. K mempunyai seorang anak Nn. A (20 tahun) bekerja sebagai admin di pabrik baja, Setiap Hari Senin-Sabtu pada pukul 09.00-16.00. Nn. A memiliki penyakit tuberkulosis dan sedang menjalani fase intensif dan mengambil obat setiap Hari Senin sebelum bekerja. Dalam satu atap, tidak ada yang menggunakan masker meskipun sang anak mengalami penyakit TB, dan Tn. Y tidak menggunakan masker meskipun bekerja di pabrik baja. Nn. A juga mengalami penurunan nafsu makan, mengalami mual saat hendak makan dan sering tidak dihabiskan makanannya. Nn. A mengalami penurunan berat badan sangat drastis dengan IMT 16,6. Nn. A tampak kurus dan lemah.
3.2 Asuhan Keperawatan Keluarga 1.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
B. DATA KELUARGA Nama
Kepala Tn Y
Bahasa sehari-hari
Bahasa Jawa
Keluarga Alamat
Rumah
& Kedungturi,
Taman, Yankes terdekat, jarak
Puskesmas
Telp
Sidoarjo
2Km
Pekerjaan
Pegawai swasta
Alat Transportasi
Sepeda motor
Agama & Suku
Islam & Jawa
Status Kelas Sosial
Menengah
40
Taman,
41
DATA ANGGOTA KELUARGA N
Nama
Hub
o
Umur
dgn
J
Suku Pendidi
K
kan
KK 1.
Tn. Y
Pekerjaan Status Gizi TTV
Status
Saat Ini
Imunisasi
Terakhir
Ayah 54
L Jawa
SMA
(TB,
BB, (TD, N, S, P)
BMI)
Dasar
Pegawai
TB : 165
TD : 110/80
Campak
pabrik
BB : 67Kg
N : 97x/menit
BCG
baja
IMT : 24,6
S : 36,3 C
Polio
RR
: DDT
20x/menit 2.
Ny. K
Ibu
50
P
Jawa
SMA
Tidak
TB : 150
TD : 150/95
Campak
bekerja
BB : 62
N : 98x/menit
BCG
IMT : 27,5
S : 36,8 C
Polio
RR
: DDT
20x/menit 3.
Nn. A
Anak 20
P
Jawa
SMA
Admin
TB : 157
TD : 100/70
Campak
dipabrik
BB : 41
N : 82x/menit
BCG
baja
IMT : 16,6
S : 37,0 C
Polio
RR
: DDT
22x/menit LANJUTAN N o 1.
Nama
Alat Bantu/ Protesa
Tn. Y
Kacamata
Status Kesehatan Saat ini Baik
Riwayat Penyakit/ Alergi Klien
tidak
mengalami
peyakit 2.
Ny. K
Kacamata
Baik
Klien mengalami hipertensi
3.
Nn. A
Kacamata
Buruk
Klien mengalami penyakit TB fase intensif
Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU : Ayah (Tn. Y) tidak sedang mengalami penyakit, pernah ke puskesmas untuk melakukan ekstraksi kuku ibu jari kaki
42
Ibu (Ny. K) memiliki hipertensi namun malas untuk meminum obat karena tidak merasa tekanan darahnya tinggi, namun saat di lakukan pengukuran tekanan darah tinggi, hasilnya 150/95 mmHg Anak (Nn. A) memiliki penyakit tuberkulosis sedang menjalani fase intensif dan mengambil obat setiap hari Senin. Nn. A tampak sangat kurus dan lemas.
Genogram
Keterangan :
= Perempuan
= Perempuan meninggal
= Laki laki
= Laki laki meninggal
= Garis Keturunan
= Garis pernikahan
= Pasien
= Garis keluarga dalam lingkungan satu rumah
43
Ecomap
Pekerja di pabrik baja Senin s/d Sabtu 09.00 sampai
Ibu Rumah Tangga Senin sampai minggu ada dirumah
Familiy of Household 50
54
20
Senin pagi pukul 08.00 Mengambil obat ke puskesmas Taman
Admin di pabrik baja Senin s/d Sabtu 07.00 sampai 15.00
C. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA Tahap Perkembangan Klg Saat Ini Tugas Perkembangan Keluarga :
Dewasa √
Dapat dijalankan
Tdk Dpt Dijalankan Bila Tdk dijalankan, sebutkan
:
.............................................................................................................
44
D. STRUKTUR KELUARGA Pola Komunikasi
√
:
Baik
Disfungsional Peran Dalam Keluarga
√
:
Tdk Ada Masalah
Ada Masalah
Nilai/Norma Klg
√
:
Tdk ada konflik nilai
Ada
Konflik Pengambilan keputusan dalam keluarga : Pengambilan keputusan dilakukan oleh ayah dan diketahui ibu E. FUNGSI KELUARGA Fungsi Afektif
:
√
Berfungsi
Tdk
: √
Berfungsi
Tdk
: √
Baik
Kurang
Berfungsi Fungsi Sosial Berfungsi Fungsi Ekonomi Baik
F. POLA KOPING KELUARGA Mekanisme koping
:
√
Efektif
Tidak Efektif Stressor yang dihadapi keluarga :___________________________________________
DATA PENUNJANG KELUARGA Rumah dan Sanitasi Lingkungan
PHBS di rumah tangga
Kondisi Rumah
Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga
Type rumah
kesehatan :
Lantai
: permanen : keramik
tidak
ada
bunifas
Kepemilikan rumah : sendiri
Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : tidak ada
Ventilasi :
bayi
Baik (10-15% dari luas lantai): tidak
jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
45
Jendela setiap hari dibuka: tidak
tidak ada balita
Tidak terdapat jendela dirumah karena berpepetan Menggunakan air bersih untuk makan & minum: dengan tetangga
Ya
Pencahayaan Rumah :
Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Baik
Ya
Saluran Buang Limbah :
Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
Tertutup
Ya Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
Air Bersih :
Ya
Sumber air bersih: PDAM
Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
Kualitas : tidak berwarna dan tidak berbau
ya Rumah tampak bersih tetapi penataan barang barang
Jamban Memenuhi Syarat :
tidak rapi
Kepemilikan jamban : ya
Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
Jenis jamban : leher angsa
Ya
Jarak septic tank dengan sumber air : jauh karena Menggunakan jamban sehat : menggunakan air PDAM Ya Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Tempat Sampah:
Ya
Kepemilikan tempat sampah ;Ya
Makan buah dan sayur setiap hari : Ya, dalam 3
Jenis : Tertutup
minggu terakhir nafsu makan sayur ataupun buah Nn. A menurun
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah 2
Anggota Keluarga (8m /orang) Ya
Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya Tidak merokok di dalam rumah : Ya Penggunaan alkohol dan zat adiktif : tidak
Denah Rumah
Dapu
K. Tidur
R. Tamu
WC R. keluarga K. Tidur
46
KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA 1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: √ Ada Tidak karena 2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya √ Tidak 3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya: Ya √ Tidak , keluarga mengatakan penyakit yang dialami hanya sebuah cobaan 4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya √ Tidak 5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat : Ya √ Tidak 6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: Keluarga √ Tetangga , ibu mendapatkan informasi tentang penyakit anaknya dari tetangga yang merupakan orang yang bekerja sebagai pamong desa Kader Tenaga kesehatan, yaitu…………………………………………………………… 7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya √ Perlu berobat ke fasilitas yankes Tidak terpikir 8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan), Ya √ Tidak,jelaskan dalam satu atap tidak ada yang menggunakan masker meskipun sang anak mengalami penyakit TB, Tn Y tidak menggunakan masker meskipun bekerja di pabrik baja 9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya : Ya √ Tidak , Jelaskan Ny. K mengalami hipertensi tetapi tidak meminum obat antihipertensi karena malas
47
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: √ Ya Tidak, jelaskan Ny. K tidak mengerti apa yang harus ia lakukan untuk merawat Nn. A, namun beliau hanya mendoakan agar Nn. A segera sembuh dan dapat bekerja seperti biasanya 11) \Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: Ya √ Tidak, jelaskan. Meskipun Nn. A terkena TB, keluarga dan Nn. A tidak memakai masker 12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : Ya √ Tidak, jelaskan. Keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan, membiarkan berinteraksi dengan Nn. A tanpa menggunakan masker 13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya : √ Ya Tidak, jelaskan. Ny.K menggali informasi dari tetangga, lalu disarankan untuk membawanya kepuskesmas dan diobati
KEMANDIRIAN KELUARGA Kriteria : 1. Menerima petugas puskesmas
Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana
Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
5
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran
6
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
7
Kategori : Kemandirian I
Kemandirian II
Kemandirian III
Kemandirian IV
√
LAMPIRAN : PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU Anggota
1 2
3
4 5
48 Disuria
Keluarga
Hematuria
Nyeri spesifik:
Frekuensi
Lokasi
Retensi
Tipe
Inkontinensia
Durasi
Sistem
Intensitas
muskuloskeleta
Status mental:
1 2
3
4 5
Tonus
Cemas
kurang
Disorientasi
Paralisis
Depresi
Hemiparesis
Menarik diri
ROM kurang 1 2
3
4 5
1 2
3
4 5
Gangg.Keseimb Sistem
Cianosis
pencernaan:
Akral Dingin
Intake
Diaporesis
kurang
Jaundice
Mual/muntah
Luka
Nyeri perut
cairan √
Muntah darah
mulut
Flatus
kering Kapiler time
4 5
otot
integumen:
Mukosa
3
l
Bingung
Sistem
1 2
Distensi
refil
lebih
abdomen
2
Colostomy
detik Sistem
1 2
3
4 5
Diare
Pernafasan
Konstipasi
Stridor
Bising usus
Wheezing
Terpasang
Ronchi
Sonde
Akumulasi
Sistem
sputum
persyarafan:
Sistem perkemihan:
1 2
3
4 5
1 2
Nyeri kepala Pusing
√
3
4 5
49 Tremor
Alergi Obat
Reflek
pupil
anisokor Paralisis
Jenis obat yang
Kaptopri
OA
dikonsumsi
l
T
:
Lengan
kiri/
Lengan
kanan/
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan
Kaki kiri/
Laboratorium
Kaki kanan
2
3
4
5
GDP/2JPP/acak
Anestesi daerah
Asam Urat
perifer Riwayat
1
1 2
3
4 5
Cholesterol Hb
pengobatan
2. Analisa Data No. Tanggal
Data
Diagnosa Keperawatan
1.
Subjektif :
Domain 1 :
Klien menyatakan :
Promosi Kesehatan
11 Maret 2019
1. Sudah mengalami batuk selama 4 minggu 2. Nn. A mengalami lemas, terasa malas Kelas 2 : untuk melakukan kegiatan
Manajemen Kesehatan
3. Nn. A malas menggunakan masker karena terasa pengap dan tidak terbiasa Objektif :
Kode 00188
Hasil pemeriksaan :
Perilaku
TD : 100/70 mmHg
Cenderung
Pemeriksaan dahak : +2 BTA
pada Nn. A
RR : 22x/menit
2.
11 Maret 2019
Subjektif :
Domain 2 :
Klien menyatakan :
Nutrisi
1. Mengalami penurunan berat badan yang drastis 2. Nn.
A
mengatakan
penurunan Berat badan
mengalami Kelas 1 : Makan
Kesehatan Berisiko
50 Objektif : Hasil pemeriksaan : IMT : 16,6
Kode 00002
N : 82x/menit
Ketidakseimbangan
Nn. A mengalami mual saat hendak makan
Nutrisi
Kurang
Dari
Makanan Nn. A tidak dihabiskan masih tersisa Kebutuhan Tubuh pada
3.
11 Maret 2019
banyak
Nn. A
Subjektif :
Domain 1 :
Klien menyatakan :
Promosi Kesehatan
1. Ny. K tidak mengerti alasan harus meminum obat secara teratur 2. Ibu Ny. K juga mengalami hipertensi Kelas 2 : 3. Ny. K malas untuk meminum obat Manajemen Kesehatan anti hipertensi Objektif : Hasil pemeriksaan :
Kode 00099
TD : 150/95 mmHg
Ketidakefektifan
N : 95x/menit
Pemeliharaan Kesehatan pada Ny. K
51
3. Prioritas Masalah Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko Pada Nn. A No. Kriteria 1.
SKALA
BOBOT SKOR
Sifat Masalah Skala : Wellness
ALASAN Keluarga
3
menganggap
Aktual
3
kondisi
Resiko
2
Potensial
1
2
2/3 x 1
Nn.
A
merupakan risiko nyata
kesehatan
yang perlu segera diatasi
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah
2
Skala : Mudah
1
menganggap
0
kondisi kesehatan
Sebagian
2
2/2 x 1
Tidak dapat
Keluarga
Nn.
A
bias
dirubah
jika
melakukan pengobatan rutin
3.
Potensial Masalah untk dicegah
3
3
3/3 x 1
Skala : Tinggi
2
keluarga,
Cukup
1
depan kondisi ini
Rendah
Menurut ke
dapat
dnegan
mudah
dicegah
apabila
Nn.
patuh
terhadap
A
penatalaksanaan penyakitnya
Keluarga sepakat 4.
Menonjolnya masalah
2
Skala : Segera
1
2
2/2 x 1
masalah kesehatan Nn. A
52
Tidak perlu
0
adalah
Tidak dirasakan
masalah
yang perlu segera diatasi
Total
11/3
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Ny. K No.
Kriteria
1.
Sifat Masalah Skala : Wellness
SKALA
BOBOT
SKOR
ALASAN Keluarga
3
menganggap
Aktual
3
kondisi
Resiko
2
Potensial
1
1
Ny.
1/3 x 1 masih
k
sebatas
berpotensi untuk munculnya penyakit
yang
berbahaya
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah
2
Skala : Mudah
1
menganggap
0
kondisi kesehatan
Sebagian
2
Tidak dapat
2/2 x 1 Keluarga
Ny.
K
bisa
dirubah
jika
melakukan pengobatan rutin
3.
Potensial Masalah untk dicegah
3
Skala : Tinggi
2
ke depan kondisi
Cukup
1
ini dapat dnegan
Rendah
3
3/3 x 1 Menurut keluarga,
mudah
dicegah
apabila
Ny.
patuh
terhadap
penatalaksanaan penyakitnya
K
53
4.
Menonjolnya masalah
2
Skala : Segera
1
masalah
0
kesehatan Ny. K
Tidak perlu
1
1/2 x 1 Keluarga sepakat
Tidak dirasakan
adalah
masalah
yang tidak perlu untuk
segera
diatasi Total
2 5/6
Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada Nn. A No. Kriteria
SKALA
1.
Sifat Masalah
3
Keluarga
Skala : Wellness
3
menganggap
Aktual
2
Resiko
1
BOBOT
3
SKOR
ALASAN
3/3 x 1 kondisi
Nn.
A
merupakan
Potensial
sebuah
ancaman
yang nyata jika tidak diatasi
2 2.
2
2/2 x 1 Keluarga
Kemungkinan masalah dapat diubah
1
menganggap
Skala : Mudah
0
kondisi kesehatan
Sebagian
Nn.
Tidak dapat
dirubah
A
bisa jika
melakukan pengobatan rutin
3 3.
Potensial Masalah untk dicegah
2
3
3/3 x 1 Menurut keluarga, ke depan kondisi
54
Skala : Tinggi
1
ini dapat dnegan
Cukup
mudah
dicegah
Rendah
apabila
Nn.
patuh
terhadap
A
penatalaksanaan penyakitnya
2 4.
1
2/2 x 1 Keluarga sepakat
Menonjolnya masalah
1
masalah
Skala : Segera
0
kesehatan Nn. A
Tidak perlu
harus
Tidak dirasakan
diatasi
Total
segera
4
4. Intervensi Keperawatan Diagnosa
Tujuan
NOC
NIC
Keperawatan
TUM
Kode Hasil
Kode
Domain 2
Nutrisi pada
Setelah
Nutrisi
Nn. A
asuhan
keperawatan 5606
Keluarga
mampu
terpenuhi
selama
3x24
mengenal
masalah
dilakukan
jam
Kelas 1
diharapkan masalah
Makan
Ketidakseimbangan nutrisi
Intervensi
kurang
dari
kesehatan
Pengajaran: Individu
Kode 00002
kebutuhan tubuh dapat
Ketidakseimbangan
teratasi dengan kriteria
pengetahuan
nutrisi kurang dari
hasil :
pemahaman pasien saat
kebutuhan
tubuh
1. Menilai
tingkat dan
ini
pada Nn. A
Keluarga
mampu
2. Menentukan
mengenal
masalah
kemampuan
kesehatan
untuk
pasien
mempelajari
informasi (yaitu, tingkat 1853
perkembangan,
status
55
Pengetahuan
:
fisiologis,
orientasi,
Manajemen
kebutuhan dasar yang
Kelainan Makan
tidak
1. Target berat badan
kebutuhan nutrisi)
yang yang sehat (185301)
terpenuhi,
3. Menyertakan keluarga dengan cara yang tepat
2. Mengetahui intake nutrisi yang sesuai
Keluarga
dengan kebutuhan
memberikan
tubuh (185312)
pada anggota keluarga
3. Mengetahui tanda 1803
mampu perawatan
yang sakit
dan gejala deficit nutrisi (185313) Bantuan Perawatan Diri: Pemberian Makan 1. Mengidentifikasi
diet
yang disarankan 2. Menyediakan makanan Keluarga
mampu
minuman
yang
disukai dengan tepat
memberikan perawatan anggota
dan
pada keluarga
3. Memonitor berat badan, dengan tepat
yang sakit Mengambil 0303
Perawatan
diri: 4410
keputusan
yang tepat bagi keluarga
Makan 1. Dapat menyiapkan makanan akan (030301)
Pengaturan
Tujuan
yang
Saling Menguntungkan
disantap
1. Mempertimbangkan pengenalan
pasien
56
2. Menelan makanan tidak
terganggu
(030313) 3. Dapat
terhadap
masalahnya
sendiri 2. Identifikasi
bersama
pasien
mengenai
menghabiskan
tujuan dari pemenuhan
makan (030314)
nutrisi 3. Membantu
pasien
memeriksa
sumber
Mengambil
yang tersedia untuk
keputusan yang tepat
mencapai tujuan 4. Membantu
bagi keluarga
pasien
untuk
1700 Kepercayaan
memprioritaskan
Mengenai Kesehatan
tujuan
1. Merasakan
diidentifikasi
yang
telah
pentingnya mengambil tindakan (170001) 2. Merasakan manfaat
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
dari 5246
kesehatan keluarga
tindakan (170003) 3. Mendapatkan sumber-sumber untuk melakukan
Konseling Nutrisi 1. Mengkaji
asupan
tindakan
makanan
dan
pemenuhan
kebiasaan
kebutuhan nutrisi
pasien
(170009)
makan
2. Menggunakan standar gizi yang bias diterima
Memodifikasi
untuk
membantu
lingkungan keluarga
pasien
mengevaluasi
intake yang adekuat
57
untuk 1622
3. Diskusikan
menjamin
perilaku
membeli makan dan
kesehatan keluarga
hambatan biaya 4. Membantu
Perilaku Patuh: Diet
pasien
yang Disarankan
untuk
1. Berpartisipasi
mempertimbangkan
dalam
factor-faktor
menetapkan
umur,
tujuan diet yang
pengalaman
makan
bisa
sebelumnya
dalam
dicapai
seperti penyakit,
dengan
merencanakan
professional
cara untuk memenuhi
kesehatan
kebutuhan nutrisi
(162201)
Memanfaatkan
2. Menggunakan informasi
5614
layanan
kesehatan
gizi
pada label untuk
Pengajaran
mementukan
Diet
pilihan (162203) 3. Mengikuti
Peresepan
1. Mendukung informasi yang disampaikan oleh
rekomendasi untuk
cara-
jumlah
makan per hari (162210) 4. Memanfaatkan layanan kesehatan
Kepercayaan Mengenai Kasehatan: Sumber-
tenaga kesehatan lain 2. Melibatkan asien dan keluarga 3. Rujuk pasien ke ahli gizi jika diperlukan
58
1703
sumber
yang
diterima 1. Merasakan dukungan
dari
orang
penting
lainnya (170301) 2. Merasakan dukungan
dari
pelayanan kesehatan (170304) 3. Merasakan dukungan
dari
keluarga (170305) Domain 1
Perilaku Tn.
Setelah
dilakukan
Keluarga
mampu
Promosi Kesehatan
Y, Ny. K, Nn.
asuhan
keperawatan
mengenal
masalah
A sehat dan
selama
5x24
kesehatan
Kelas 2
tidak
diharapkan masalah
Manajemen
beresiko
Perilaku
Kesehatan
terhadap
cenderung
kesehatannya
dapat teratasi dengan
jam
kesehatan beresiko 5602
kriteria hasil :
Kode 00188
Pengajaran: penyakit
1. Menjelaskan tanda dan
Perilaku Kesehatan
proses
gejala
yang
umum
Cenderung
Keluarga
mampu
penyakit,
Beresiko pada Tn.
mengenal
masalah
kebutuhan
Y, Ny. K, Nn. A
kesehatan
sesuai
2. Mendiskuiskan perubahan
1803
dari
gaya
Pengetahuan : Proses
hidup yang mungkin
Penyakit
diperlukan
1. Faktor (180304)
risiko
untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan dating
59
2. Potensial
dan
/
atau
komplikasi
mengkontrol proses
penyakit
penyakit
(180309)
3. Merujuk
3. Kelompok
kepada
pasien kelompok
dukungan
pendukung/
agen
yang tersedia
komunitas
local,
(180316)
sesuai kebutuhan
Keluarga Keluarga
mampu
memberikan
memberikan pada
yang sakit
keluarga
yang sakit
Peningkatan Keterlibatan 7110
2605
Partisipasi keluarga dalam
perawatan
pada anggota keluarga
perawatan anggota
mampu
perawatan
Kluarga : 1. Mendorong anggota keluarga dan pasien untuk
professional : 1. Berpartisipasi
membantu
dalam
dalam
mengembangkan
perencanaan
rencana perawatan,
perawatan
termasuk hasil yang
(260501)
diharapkan
2. Berpartisipasi
pelaksanaan
dalam
dan
rencana perawatan
menyediakan
2. Mendorong anggota
perawatan
keluarga dan pasien
(260502)
untuk
bersikap
3. Berpartisipasi
asertif
dalam
dalam
tujuan
berinteraksi dengan
60
bersama
pemberi
terkait dengan
kesehatan
perawatan
professional
(260510)
layanan
3. Mendorong perawatan
oleh
anggota 1606
keluarga
Mengambil
selama perawatan di
keputusan yang tepat
rumah sakit atau di
bagi keluarga
fasilitas perawatan jangka Panjang
Partisipasi
dalam
Keputusan
Mengambil
keputusan
Perawatan
yang tepat bagi keluarga
Kesehatan 1. Menunjukkan pengarahan diri
dalam
Dukungan 5250
Pengambilan
Keputusan : 1. Membantu
pasien
membuat
untuk
keputusan
mengklarifikasi
(160602)
nilai dan harapan
2. Mencari
yang mungkin akan
informasi yang
membantu
dalam
terpercaya
membuat
pilihan
(160603)
yang penting dalam
3. Menggunakan teknik
hidupnya 2. Informasikan pada
penyelesaian
pasien
masalah untuk
pandangan-
mencapai
pandangan
outcome yang
solusi
ingin
dengan cara yang
dicapai
(160608)
mengenai
atau
alternative
61
jelas mendukung
Memodifikasi 2609
3. Membantu
lingkungan keluarga untuk
dan
pasien
mengidentifikasi
menjamin
keuntungan
kesehatan keluarga
dan
kerugian dari setiap alternative pilihan
Dukungan keluarga selama perawatan : 1. Anggota
Memodifikasi lingkungan
keluarga
keluarga untuk menjamin
mengungkapk
kesehatan keluarga
an
keinginan
untuk mendukung anggota
Dukungan Keluarga : 7140
1. Meyakinkan
keluarga yang
keluarga
bahwa
sakit (260901)
pasien
sedang
2. Anggota
diberikan perawatan
keluarga
terbaik
mengekspresik an
perasaan
dan
emosi
2. Memfasilitasi komunikasi
dan
kekhawatiran,
sebaai
perasaan
kepedulian
pasien dan keluarga
kepada
atau antar anggota
anggota
keluarga
keluarga yang
3. Memberikan
sakit (260902)
informasi
3. Anggota
keluarga
antara
bagi terkait
keluarga
perkembangan
memberikan
pasien
dorongan
dengan
62
kepada
sering,
sesuai
anggota
kehendak pasien
keluarga yang sakit (260907)
Memanfaatkan
layanan
kesehatan 1603 Memanfaatkan
5510
Pendidikan Kesehatan: 1. Mengidentifikasi
layanan kesehatan
faktor internal atau Perilaku
Pencarian
meningkatkan atau
kesehatan 1. Mendapat bantuan
mengurangi dari
professional
motivasi
untuk
berperilaku sehat
kesehatan
2. Menekankan
(160313)
manfaat
2. Melakukan
1805
eksternal yang dapat
kesehatan
positif
yang
perilaku
langsung
atau
kesehatan
jangka pendek yang
yang
bisa diterima oleh
disarankan
perilaku gaya hidup
(160308)
positif
Pengetahuan Perilaku Kesehatan 1. Layanan
:
daripada
menekankan manfaat
pada jangka
panjang atau efek
peningkatan
negative
kesehatan
ketidakpatuhan
(180518) 2. Layanan
dari
3. Mengajarkan strategi yang dapat
perlindungan
digunakan
untuk
kesehatan
menolak
(180519)
yang tidak sehata
perilaku
63
atau
beresiko
daripada memberikan
saran
untuk menghindari atau
mengubah
perilaku Domain 1
Ny. K dan
Setelah
Promosi Kesehatan
Nn. A dapat
asuhan
mempelihara
selama
Kelas 2
kesehatannya
diharapkan
Manajemen
dengan baik
ketidakefektifan
Kesehatan
dilakukan
Keluarga
mampu
keperawatan 6520
mengenal
masalah
5x24
kesehatan
jam
masalah
pemeliharaan kesehatan
dapat
Skrining kesehatan : 1. Dapatkan
riwayat
kesehatan
yang
sesuai,
termasuk
Kode 00099
teratasi dengan kriteria
deskripsi kebiasaan
Ketidaefektifan
hasil :
kesehatan,
pemeliharaan
risiko,
kesehatan pada Ny.
obatan
K dan Nn. A
dan
2. Dapatkan keluarga
faktor obat-
riwayat yang
sesuai
Keluarga
mampu
Keluarga
mengenal
masalah
memberikan
kesehatan
mampu perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
1805
Pengetahuan
: 7110
Perilaku kesahatan : 1. Keluarga dapat
Peningkatan keterlibatan keluarga : 1. Mendorong anggota
mengetahui
keluarga dan pasien
strategi untuk
untuk
menghindari
dalam
membantu
64
paparan
mengembangkan
bahaya
rencana perawatan,
lingkungan
termasuk hasil yang
(180513)
diharapkan
2. Keluarga dapat
dan
pelaksanaan
mengetahui
rencana perawatan
strategi untuk mencegah
Mengambil
penyebaran
yang tepat bagi keluarga
keputusan
penyakit menular
5250
(180514)
Dukungan
Pengambilan
Keputusan :
3. Keluarga dapat
1. Informasikan pada
melakukan
pasien
teknik skrining
pandangan-
diri (180516)
pandangan solusi
Keluarga
alternative
jelas
memberikan
anggota
atau
dengan cara yang
mampu
perawatan
mengenai
dan
mendukung
pada keluarga
yang sakit
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
1855
Pengetahuan : Gaya
kesehatan keluarga
hidup sehat 1. Kelauraga dapat
7140
Dukungan keluarga: 1. Dukung
asertifitas
menggunakan
keluarga
dalam
strategi untuk
mencari informasi,
mencegah
sesuai kebutuhan
penyakit (185522)
2. Kenalkan keluarga dengan
keluarga
65
2. Keluarga dapat
yang
lain
yang
mengenali
mengalami masalah
hambatan
serupa,
untuk
diperlukan
jika
mempertahank an
perilaku
sehat (185521)
Mengambil
Memanfaatkan
layanan
kesehatan
Pendidikan Kesehatan:
keputusan yang tepat 5510
1. Mengidentifikasi faktor internal atau
bagi keluarga
eksternal yang dapat Partisipasi 1606
dalam
Keputusan
mengurangi
Perawatan
motivasi
Kesehatan
berperilaku sehat
1. Keluarga dapat mencari pelayanan perawatan kesehatan untuk memenuhi outcome yang diinginkan (160611)
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk 2609
meningkatkan atau
menjamin
kesehatan keluarga
untuk
66
Dukungan keluarga selama perawatan : 1. Anggota keluarga memberikan dorongan kepada anggota keluarga yang sakit (260907)
Memanfaatkan layanan kesehatan
Perilaku 1805
Pencarian
Kesehatan 1. Melakukan perilaku kesehatan yang disarankan (160308)
67
5. Implementasi FORMAT CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Nama Mahasiswa
:
Tanggal
: 12 Maret 2019
No 1
Diagnosa Keperawatan Domain 2
Implementasi
Evaluasi
08.00
S
Nutrisi
=
pasien
masih
tingkat mengeluh mual dan
Menilai
dan muntah saat hendak
pengetahuan
pasien makan.
Kelas 1
pemahaman
Makan
dengan memberikan O = IMT : 16,6 ; N : beberapa pertanyaan 82x/menit, TD normal pernyataan 120/75, makanan di
Kode 00002
maupun
Ketidakseimbangan
terkait
nutrisi kurang dari
kesehatan klien
kebutuhan pada Nn. A
kondisi piring masih tersisa banyak
tubuh A= ketidakseimbangan
09.00
Mengidentifikasi diet nutrisi tubuh pada Nn. yang baik dan tepat A belum teratasi sesuai dengan anjuran P
dilanjutkan
dokter 09.30
Memonitor badan
setiap
dengan ditimbang
09.45
=
berat hari cara
intervensi
68
Mengedukasi pasien dan
keluarga
mengenai tujuan dari pemenuhan nutrisi
10.30
Mencatat
dan
merencanakan setiap asupan makanan yang dimakan pasien
Mencatat
dan
mengevaluasi intake adekuat klien
11.00
Berdiskusi
dengan
klien untuk menyusun cara-cara memenuhi kebutuhan nutrisi
11.45
Menyarankan
klien
ke ahli gizi yang tepat guna
pemenuhan
nutrisi yang adekuat
69
2
Domain 1 Promosi Kesehatan
08.30
S=
Nn.
masih
klien mengeluh batuk dan
Mengedukasi
keluarga lemas
dan
A
saat
Kelas 2
mengenai tanda dan melakukan
Manajemen
gejala yang umum pasien
Kesehatan
dari penyakit TB
akan
kegiatan,
mengatakan
ketidaknyamanan menggunakan masker
Kode 00188
karena pengap
09.00
Perilaku Kesehatan
Mendiskusikan
Cenderung Beresiko
perubahan gaya hidup masih
pada Tn. Y, Ny. K,
yakni
berupa 21x/menit
Nn. A
penggunaan
masker sudah
di
rumah
O= TD : 100/70, dahak ada,
RR
:
pasien
menggunakan
untuk masker
mencegah komplikasi A= perilaku kesehatan di masa yang akan cenderung
teratasi sebagian
datang
beresiko
Memotivasi anggota P=
intervensi
keluarga dan pasien dilajutkan
dan
dalam
modifikasi
pada
mengembangkan
fasilitas
rencana yang
konseling
perawatan terkait manfaat jangka sesuai panjang
maupun
pendek
penggunaan
kebutuhan
masker pada pasien dan keluarga
10.00
Menginformasikan pada pasien mengenai solusi
pengobatan
penyakit dengan cara yang jelas dan mudah dipahami
70
Meyakinkan keluarga mengenai
pasien
perawatan
yang
sedang diberikan
10.30
Memfasilitasi konseling bagi pasien dan
keluarga
antar
atau
anggota
keluarga
untuk
meningkatkan motivasi
untuk
berperilaku sehat di masa depan
Mengedukasi
klien
terkait
manfaat
jangka
pendek,
jangka panjang atau efek
negative
dari
ketidakpatuhan yang dapat diterima klien ketika
berperilaku
hidup sehat
11.15
Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menerpakan
perilaku hidup sehat di rumah
71
3
Domain 1 Promosi Kesehatan
08.30
Hasil pemeriksaan :
Mempelajari riwayat TD : 150/95 mmHg klien N : 95x/menit
kesehatan Kelas 2
meliputi
Manajemen
kesehatan,
Kesehatan
risiko,
kebiasaan faktor S= klien mengatakan obat- sudah
dan
mengerti
yang pentingnya
obatan Kode 00099
dikonsumsi
Ketidaefektifan
ini
selama obat
minum
antihipertensi
secara teratur, klien
pemeliharaan
mengatakan
kesehatan pada Ny. 09.00
teratur
K dan Nn. A
sudah
minum
obat
Memotivasi anggota kembali sesuai resep keluarga dan pasien yang diberikan untuk
ikut
TD
:
125/85
dalam
mmHg, N : 75x/menit,
mengembangkan
klien teratur minum
rencana
terlibat O=
perawatan obat
tepat
waktu,
sampai
tekanan
pelaksanaannya
berangsur-angsur
Menginformasikan
mulai normal
pasien pengobatan
darah
terkait dengan A=
keefektifan
cara yang jelas dan pemeliharaan kesehatan meningkat
mudah dipahami
P= dihentikan
10.00
Memperkenalkan keluarga
dengan
keluarga lain yang mengalami
masalah
serupa
sehingga
diharapkan
klien
intervensi
72
dapat termotivasi dan memunculkan kepatuhan
dalam
minum obatnya
10.30
Menyediakan konseling
singkat
terkait faktor yang meningkatkan
atau
mengurangi motivasi untuk
berperilaku
sehat serta memberi solusi
untuk
mengatasinya 6. Evaluasi Sumatif FORMAT EVALUASI SUMATIF ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Nama Mahasiswa
:
Tanggal
: 12 Maret
Diagnosa
: Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko pada Nn. A
No Pernyataan 1
Ya
TBC yaitu penyakit paru-paru √ akibat
kuman
Mycobacterium
tuberkulosis 2
Tanda dan gejala penyakit TBC √ yakni batuk lebih dari 3 minggu, berdahak,
terkadang
mengeluarkan darah 3
2 cara pencegahan TBC
√
Tidak Keterangan
73
-
Mengenakan masker saat berinteraksi
dengan
penderita TBC 4
Sering mencuci tangan
4 cara mencegah penularan TBC -
Menutupi
mulut
√
saat
bersin, batuk dan tertawa -
Tidak membuang dahak sembarangan
-
Sering membuka pintu dan jendela
agar
sirkulasi
udara lancer -
Tidak tidur dengan orang lain
sampai
dinyatakan 5
penderita
bebas
dari √
TBC Salah satu pengobatan TBC yaitu
6
√
minum obat antibiotik Obat antibiotik harus diminum
7
√
setiap hari secara rutin Menggunakan masker saat bekerja di pabrik
8
setiap hari dapat √
mencegah resiko TBC Menggunakan masker di rumah setiap
hari
penularan 9
dapat terhadap
mencegah anggota √
keluarga Tidak
meludah
sembarangan
merupakan bentuk pencegahan 10
penularan TBC
√
74
Tidak tidur satu ruangan dengan non-TBC
adalah
pencegahan
penularan TBC
Diagnosa : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh pada Nn. A No Pernyataan 1
Pasien
Ya
memahami
kondisi √
kesehatannya saat ini 2
3 cara memenuhi nutrisi yakni : -
√
Makan dengan porsi yang sesuai
-
Mimum
air
putih
secukupnya -
Makan 3 kali sehari
Makanan dan minuman yang 3
bergizi baik untuk memenuhi √ kebutuhan nutrisi Lingkar
4
atas
normal
manusiaadalah lebih dari 23,5 cm Klien
5
lengan
menghabiskan
√
porsi
makanan setiap hari Klien mengonsumsi buah dan √
6
sayur secara teratur Mual dan muntah tidak dirasakan
7
Nafsu makan meningkat
8
Berat badan klien meningkat
9
Klien dapat menyebutkan 3 tujuan
10
pemenuhan nutrisi yaitu: -
Meningkatkan kesehatan
√ √ √
kualitas √ √
Tidak Keterangan
75
-
Mencegah
dari
resiko
penyakit lain -
Memelihra
kesehatan
dalam tubuh
Diagnosa : Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada Ny. K No 1
Pernyataan
Ya
Salah satu faktor resiko penyebab √ hipertensi adalah kebiasaan yang tidak sehat, meliputi asupan garam yang tinggi, stress, obesitas dan malas bergerak, serta merokok.
2
Bentuk
pencegahan
hipertensi √
adalah -
Menjaga asupan makanan sehingga BB ideal
-
Berolahraga secara rutin
-
Mengurangi
konsumsi
garam -
Berhenti merokok
-
Mengurangi
konsumsi
makanan berlemak 3
Manfaat obat antihipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah √ sehingga tidak terjadi komplikasi penyakit lainnya
4
Ada beberapa gejala hiepertensi, salah satunya ialah : sakit kepala √ yang parah, nyeri di dada, dan sulit bernafas.
5
Efek samping obat antihipertensi adalah batuk, mual dan muntah, √
Tidak
Keterangan
76
ruam kulit, sakit kepala, pusing dan pening 6
Klien patuh minum obat hipertensi √
7
Tidak konsumsi
boleh obat
menghentikan √ antihipertensi
secara mendadaka tanpa seizin dokter 8
Apabila terjadi reaksi alergi atau √ overdosis setelah menggunakan obat antihipertensi harus segera menemui dokter
9
Resep obat antihipertensi harus √ dipatuhi
10
Tekanan darah normal manusia √ adalah 120/80 mmHg
77
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya hubungan psikologi (ikatan emosional) (Hanson 2001, dalam Doane & Varcoe, 2005). Keluarga terdiri dari dua tipe, yaitu tipe tradisional. Menurut Friedman, keluarga memiliki 5 fungsi, diantaranya fungsi afektif, fungsi sosialisasi dan penempatan sosial, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan kesehatan. Setiap keluarga memiliki tahap perkembangan yang dimulai dari keluarga baru menikah, keluarga dengan anak baru lahir, keluarga dengan anak usia pra-sekolah, keluarga dengan anak usia sekolah, keluarga dengan anak remaja, keluarga melepas anak usia dewasa, keluarga dengan usia pertengahan dan keluarga dengan lanjut lansia. Salah satu tahap perkembangan keluarga adalah keluarga dengan anak dewasa. Seseorang dikatakan dewasa adalah apabila dia mampu menyelesaikan pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang dewasa lainnya (Pieter & Lubis, 2010). Ciri-ciri usia dewasa yaitu berorientasi pada tugas, menmpunyai tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang efisien, dapat mengendalikan perasaan pribadi, mempunyai sifat objektif, dan sebagainya. Pada fase perkembangannya, manusia memiliki perubahanperubahan, misalnya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial. Pada dewasa awal, tengah, dan akhir juga berbeda satu sama lainnya. 4.2 Saran 4.2.1
Saran teoritis Makalah yang telah disusun ini dapat menjelaskan konsep keluarga, konsel usia dewasa, dan konsep penyakit Tuberculosis pada dewasa sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi dan memberikan kontribusi untuk mengembangkan keilmuan Keperawatan, terutama Ilmu Keperawatan Komunitas dan Keluarga tentang keluarga pada tahapan usia dewasa yang memiliki masalah kesehatan berupaTuberculosis.
78
4.2.2
Saran praktis 1. Bagi Responden Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai penambah informasi mengenai konsep keluarga dan usia dewasa serta masalah kesehatan yang menyertainya berupa Tuberculosis. 2. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapakan mampu menambah wawasan pengetahuan mahasiswa mengenai konsep keluarga dan usia dewasa serta masalah kesehatan yang menyertainya berupa Tuberculosis. 3. Bagi Institusi Penyedia Layanan Kesehatan Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai masukan bagi penyedia layanan kesehatan, khususnya kesehatan dewasa, yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan penyakit pada keluarga.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, E.T. & McFarlane, J. (2006) Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jazilah, I. (2016). “Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Pada Tn. Diruang Teratai RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan”. Karya Tulis Ilmiah. Prodi DIII Keperawatan, Stikes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Harlianti, N. (2016). “ Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan Ansietas Yang Mengalami TB paru”. Karya Ilmiah Akhir Ners. Fakultas Keperawatan Program Studi Profesi, Universitas Indonesia Depok. Harnilawati. (2013). Konsep dam Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. Kholifah, N. S. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Ministry of Health, Singapore. (2016). “Prevention, Diagnosis and Managemenet of Tuberkulosis”. Singapore: Kwok Printers Pte Ltd. Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby Elsevier NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2015-2017/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC. NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2018-2020/Editor, T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru; Alih Bahasa, Budi Anna Keliat, Henny Suzana Mediani, Teuku Tahlil.; editor penyelaras, Monica Ester, Wuri Praptiani – Ed. 11. Jakarta: EGC. Nugroho, A. T. (2014). “Kajian Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Gangguan Oksigenasi Tuberkulosis Paru Di Ruang Isolasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah. Prodi DIII Keperawatan, Stikes Muhammadiyah Surakarta. Papalia, E. D. (2013). Human Development : Perkembangan Manusia.Jakarta: Salemba Humanika.
79
80
Pieter, H.Z. & Lubis,N.L. 2010. Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana. Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika Rizana, N., Tahlil, T. & M., 2016. Pengetahuan, Sikapdan Perilaku Keluarga dalam Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmu Keperawatan, pp. 56-69. Salafuddin, M. U. (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga. Sumanto. (2014). Psikologi Perkembangan (Fungsi dan Teori). Jakarta: PT Buku Seru Ulfa, M. N. (2012). “Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Gangguan Sistem Pernafasan: TB paru Di Ruang Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali”. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Upton, Penney. (2012). Psikologi. Jakarta : Erlangga. Wade, Carole & Carol Tavris. (2008). Psikologi (Jilid 1). Jakarta: Penerbit Erlangga. Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier Zumla, A., Raviglione, M., Hafner, R., Reyn, C. F. V. (2013). “Current Concep Tuberkulosis”. The New England Journal of Medicone.
LAMPIRAN
Gambar 1. Inform consent dari keluarga
81