Diskusi 3 Komunikasi Bisnis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pertanyaan : Pada minggu ketiga ini selain berdiskusi terdapat tugas 1 yang harus dikerjakan. Kaitan dengan tema komunikasi lintas budaya, Menurut Anda mengapa stereotipe, prasangka dan etnosentrisme menjadi hambatan/penghalang dalam konteks komunikasi antar budaya? Jawab: Definisi Budaya Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya. Dalam hal ini yang menjadi kata kunci budaya adalah pemograman kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah kita dilahirkan ke dunia ini. Menurut Bovee dan Thil budaya adalah system sharing atas symbol-simbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan dan norma-norma untuk berperilaku. Dalam hal ini semua anggota dalam budaya memiliki asumsi-asumsi yang serupa tentang bagaimana seorang berpikir, berperilaku dan berkomunikasi, cenderung untuk melakukannya berdasarkan asumsi-asumsi tersebut. Definisi stereotype 1. Menurut Baron, Branscombe dan Byrne (2008 : 188), stereotip adalah kepercayaan tentang sifat atau ciri-ciri kelompok sosial yang dipercayai untuk berbagi 2. Franzoi (2008 : 199) Stereotip adalah kepercayaan tentang orang yang menempatkan mereka kedalam satu kategori dan tidak mengizinkan bagi berbagai (variation) individual. Kepercayaan sosial ini dipelajari dari orang lain dan dipelihara melalui aturan-aturan dalam interaksi sosial Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat Definisi prasangka Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000) Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada individuali sberdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial. Menurut Mar’at (1981), prasangka social adalah dugaan-dugaan yang memilik inilai positif atau negatif, tetapi biasanya lebih bersifat negatif. Sedangkan menurut Brehm dan Kassin (1993), prasangka social adalah perasaan negative terhadap seseorang semata-mata berdasar pada keanggotaan mereka dalam kelompok tertentu. Definisi etnosentrisme Etnosentrisme adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. Salah satu faktor yang mendasar yang menjadi penyebab munculnya etnosentrisme di Bangsa ini



adalah budaya politik masyarakat yang cenderung tradisional dan tidak rasionalis.Contoh Etnosentrisme di Indonesia. Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal Jadi, jelas bahwa komunikasi yang efektif dan harmonis tidak akan tercipta bila aktor – aktor dalam komunikasi tersebut masih memiliki prasangka (negatif), stereotipe maupun etnosentrisme. Komunikasi antar budaya akan berjalan dengan efektif bila hambatan-hamabtan tersebut dapat diatasi, diantaranya bila: 1. Pihak pihak yang berkomunikasi tersebut mampu meletakkan dan memfungsikan komunikasi didalam suatu konteks kebudayaan lawan bicaranya. 2. Pihak – pihak yang berkomunikasi mampu meminimalkan kesalahpahaman atas pesan – pesan yang dipertukarkan. 3. Pihak pihak yang berkomunikasi memiliki keterampilan komunikasi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tekanan antar budaya serta memiliki kemampuan untuk membangun relasi – relasi antar budaya. 4. Saya akan mulai dengan mengamati dan menganalisa orang seperti apa yang akan saya ajak berkenalan, baik dari body languagenya, bahasa maupun caranya berpakaian dan berbicara karena itu akan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya proses komunikasi yang akan saya jalankan. Kedua, saya akan sedikit berbasa – basi tentang kondisi/situasi yang sama-sama sedang kami hadapi (terjebak macet misalnya), barulah saya akan mulai mengajaknya berkenalan. 5. Pengalaman ini terjadi saat awal –awal perkuliahan semester satu. Saya ialah mahasiswa yuang berasal dari Jakarta, jadi belum mengerti bahasa sunda. Pada waktu itu sepulang kuliah saya berbincang-bincang dan bertanya kepada kosma kelas, namanya Lega yang merupakan orang Cimahi(tentunya mahir berbahasa sunda). Ketika itu saya menanyakan jadwal kuliah untuk besok.