Laporan Praktikum Acara 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PRODUKSI



ACARA 2 PENENTUAN LOKASI AGROINDUSTRI



Enggar Lantang Mahendra 201710301040



Asistem Praktikum : 1. Muhammad Rifqi Haidar 2. Lituhayu Supartiningrum 3. Deden Firmansyah 4. Moh. Iqbal Kautsaralim S. 5. Laila Adhani Putri M.



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2022



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi memiliki mutu yang setinggi-tingginya. Pabrik atau industri didirikan bertujuan untuk memproses bahan baku menjadi produk yang lebih bernilai. Dalam pendirian sebuah industri tidak lepas dari pertimbangan penentuan lokasi sebelum industri tersebut didirikan. Untuk menentukan lokasi pendirian suatu pabrik, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan yang menentukan keberhasilan dan kelangsungan



kegiatan industri



pabrik tersebut baik produksi maupun



distribusinya. Oleh karena itu pemilihan lokasi pabrik harus memiliki pertimbangan tentang biaya distribusi dan biaya produksi yang minimum agar pabrik dapat terus beroperasi dengan keuntungan yang maksimal. Ada banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi (Fitrianingrum & Aulia, 2018) Penentuan lokasi Home Industri dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang terdapat pada sistem pendukung keputusan. Metode sistem pendukung keputusan telah banyak dimanfaatkan oleh banyak kasus seperti penelitian yang dilakukan oleh memanfaatkan salah satu metode sistem pendukung keputusan yaitu metode AHP untuk menentukan pemilihan lokasi perumahan. Pada penelitian akan dilakukan penentuan lokasi hom industri dengan menerapkan metode AHP berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Dengan adanya penerapan metode diharapkan dapat membantu untuk menentukan lokasi home industri di Kabupaten Pringsewu sehingga dapat memudahkan dalam penentuan lokasi. Selain itu hasil penelitian adalah lokasi terbaik yang tepat untuk membangun industri berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan. (Susilowati & Hidayatulloh, 2019) 1.2 Tujuan



Adapun tujuan dari praktikum ini adalah Untuk mengetahui dan menentukan alternatif terbaik dalam pemilihan pendirian lokasi industri menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Menurut Arsyad (2004) kumpulan perusahaan sejenis disebut industri. Perusahaan (firm) adalah unit produksi yang bergerak dalam bidang tertentu. Bidang ini dapat merupakan bidang pertanian, bidang pengolahan dan bidang jasa. Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk yang sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, produk akhir dan konsumen akhir. Dalam arti yang lebih luas, industri merupakan kumpulan perusahaan yang memproduksi barang maupun jasa dengan elastisitas silang yang positif dan tinggi. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian, industri merupakan bentuk seluruh kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jenis industri. perindustrian telah meletakkan industri sebagai salah satu pilar ekonomi dan memberikan peran yang cukup besar kepada pemerintah untuk mendorong kemajuan industri nasional secara terencana. Peran tersebut diperlukan dalam mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih cepat dan mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, bentuk produk akhir, dan konsumen akhir. Dalam arti yang lebih luas, industri dapat didefinisikan



kumpulan



perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang (cross elasticities of demand) yang positif dan tinggi (Kuncoro, 2007). Industri memiliki dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, yang kedua industri dapat merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi (Dumairy, 1996).



2.2 Teori Pemilihan Industri Lokasi merupakan tempat yang menjadi pusat kegiatan usaha, baik teknis, administrasi, ataupun manajerial. Lokasi sangat menentukan keberhasilan bisnis. Sebab, dengan lokasi yang strategis pelaku usaha dapat memperbesar peluang demi mendapatkan konsumen. Lokasi juga menjadi suatu investasi jangka panjang bagi pengusaha. Menurut Heizer dan Render (2015), Lokasi memiliki kekuasaan untuk membuat strategi bisnis perusahaan sehingga lokasi merupakan pendorong biaya dan pendapatan pada perusahaan, sehingga lokasi yang tepat akan menguntungkan bagi perusahaan, sebaliknya lokasi yang kurang tepat dapat menurunkan efektifitas perusahaan. Keputusan mengenai lokasi mewakili bagian penting dalam proses perencanaan strategis hampir di setiap organisasi. Walaupun mungkin



akan



terlihat



bahwa



keputusan



mengenai



lokasi



merupakan



permasalahan terkait organisasi baru, organisasi yang sudah ada sering kali memiliki kepentingan yang lebih besar (J. Wiliam dan Chuong, 2014). Menurut



Handoko



(2012),



pemilihan



lokasi



yang



tepat



akan



meminimumkan beban biaya (investasi dan operasional) jangka pendek maupun jangka panjang, dan akan meningkatkan daya saing perusahaan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin seluruh segi – segi negatif dan mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktor – faktor pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai beberapa teori lokasi : a. Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan asumsi sebagai berikut:



1. Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen. 2. Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai. 3. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR). 4. Hanya ada satu jenis alat transportasi. 5. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut. 6. Terdapat persaingan antarkegiatan industri. 7. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional. Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu) dalam analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Lokasi Industri Menurut (Susilowati & Hidayatulloh, 2019) beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi industri, di antaranya sebagai berikut. a. Bahan Mentah (BM) Bahan mentah merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam kegiatan industri, sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah yang besar demi kelancaran dan keberlanjutan proses produksi. b. Tenaga Kerja (TK) Tenaga kerja merupakan tulang punggung dalam menjaga kelancaran proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya. Adakalanya suatu industri membutuhkan tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang berpendidikan. c. Sumber Energi (SE)



Industri sangat membutuhkan energi untuk menggerakkan mesin- mesin produksi, misalnya: kayu bakar, batubara, listrik, minyak bumi, gas alam, dan tenaga atom/nuklir. d. Transportasi (T) Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana transportasi dan perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan baku dan menjamin distribusi pemasaran produk yang dihasilkan. e. Pasar (P) Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam mempertimbangkan lokasi industri, sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan atau menjual produk yang dihasilkan. f. Teknologi (T) Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat jalannya suatu kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk pengembangan industri pada masa mendatang adalah industri yang: memiliki tingkat pencemaran (air, udara, dan kebisingan) yang rendah, hemat air, hemat bahan baku, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. g. Kondisi Lingkungan (KL) Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di sekitarnya yang dapat menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri yang kurang mendukung, seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke pemukiman, struktur batuan yang tidak stabil, iklim yang kurang cocok, terbatasnya sumber air, dan lainlain, hal ini dapat menghambat keberlangsungan kegiatan industri. 2.4 Metode AHP Analitical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan suatu masalah kompleks seperti masalah perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijaksanaan, alokasi sumber, penentuan kebutuhan, peramalan kebutuhan, perencanaan perfomance, optimasi dan pemecahan konflik. (Studi et al., 2017). Keuntungan dari metode AHP ini adalah pada tahap akhir dapat ditarik suatu



konsesus yang merupakan gabungan pendapat dari seluruh pihak yang dijadikan narasumber (expert). Adapun langkah-langkah metode AHP diantaranya : 1. Mendefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika untuk memilih alternatif



atau



menyusun



prioritas



alternatif,



maka



dilakukan



pengembangan alternatif. 2. Menyusun masalah ke dalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur. 3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki dengan menghasilkan bobot setiap elemen. 4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada setiap tingkat hierarki. 2.5 Gambaran Umum Jenis Industri yang Dipilih (Profil Industri) Industri pengolahan hasil perikanan di Pesisiran Kota Pasuruan. Wilayah penelitian yaitu wilayah pesisir Kota Pasuruan terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan 7 (tujuh) kelurahan dengan total luas wilayah. 11,59 km2. Kota Pasuruan jika dilihat dari permukaan air laut terletak antara 0-500 meter dari permukaan air laut yang aman terhadap bencana banjir, merupakan wilayah datar, berada pada ketinggian 0-4 m di atas permukaan air laut. Sementara itu, wilayah pesisir Kota Pasuruan memiliki ketinggian 0-3 meter di atas permukaan air laut. Kelerengan merupakan sudut yang terbentuk dari permukaan tanah dengan bidang horisontal yang ditampilkan dalam persen (%). Kota Pasuruan melandai dari selatan ke utara dengan kemiringan 0-3% . Sedangkan wilayah pesisir Kota Pasuruan memiliki kemiringan antara 0-1% sehingga termasuk dalam wilayah yang landai. Kota Pasuruan terletak di pantai Selat Madura, di batas barat terdapat Sungai Welang, di tengah kota mengalir Sungai Gembong, dan di timur mengalir Sungai Petung. Ketiga sungai tersebut berfungsi sebagai drainase alam yang bermuara di Selat Madura. Muara Sungai Gembong berfungsi sebagai pelabuhan sungai yang hanya dapat dilayari pada air pasang. Ketiga sungai mempunyai daerah aliran yang sempit, sehingga sering terjadi banjir. Kondisi penggunaan lahan (landuse) di wilayah pesisir Kota Pasuruan terdiri dari permukiman, pertanian, industri,



tambak, perdagangan jasa dan perkantoran. Sedangkan tambak terdapat di sepanjang pantai bagian timur yang relatif lebih luas daripada bagian barat.



BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat 3.1.1



Waktu Praktikum ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 20 Mei 2022 jam 9 WIB



sampai selesai 3.1.2



Tempat pelaksanaan Praktikum ini dilaksanakan di Gedung A ruang 13 Fakultas Teknologi



Pertanian Universitas Jember. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 1.



Software Expert Choice 11



3.2.2 1.



Alat Bahan Data



3.3 Prosedur Kerja 1. Setiap kelompok menentukan jenis industri yang akan diaplikasikan. 2. Mencari referensi jurnal, artikel, ataupun bahan bacaan lain yang relevan dengan topik acara penentuan lokasi. 3. Mempersiapkan alat dan bahan serta referensi jurnal, artikel, ataupun bahan bacaan yang lain. 4. Simulasi data ke software Expert Choice 11 Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut sebagai berikut: 



Buka aplikasi -> pilih new file dan beri nama file tersebut sesuai goals







Input data kriteria Untuk menambahkan altenatif lokasi klik icon pada kanan diatas pada menu EC







Klik Menu edit dan Add N participants untuk menambahkan jumlah responden. Ubah partisipan menjadi nama responden sesuai jumlah data kemudian save dan beri nama kuesioner







Klik icon 3:1 yang bertuliskan “Pairwise Numerical Comparisons”







Input data penilaian kriteria perbandingan







Input data penilaian perbandingan alternatif pada masing-masing kriteria (nilai hitam menujukkan alternatif A lebih penting dari B dan nilai merah menunjukkan sebaliknya)







Hasil konsistensi alternatif dapat dilihat pada menu Pairwise Comparisons







Untuk menampilkan struktur hirarki klik menu view-> hierarchy view - Untuk menampilkan grafik sensitivitas dan hasil persentase pada setiap perbandingan kriteria dan alternatif klik menu Sensitivity Graphs



BAB 4. PEMBAHASAN 4.1 Data Pendukung Industri Terpilih Tabel 4.1 Tabel Data Pendukung untuk Penentuan Lokasi pada setiap tempat di Indonesia Kriteria



Blando



Kepel



ngan Bahan



Mandara Panggun Ngempl



Tamb



Gadin



nrejo



grejo



akrejo



aan



grejo



0



3.77



360.67



2561.97



908.29



367.29 271.59



7



5



-



540



1588



344



49



1860



1412



1297



983



2152



924



3258



Pasar



-



-



-



1



-



-



1



Aglome



3



1



-



50



101



25



3



Kesesua



Tidak



Tidak



Cukup



Sangat



Sangat



Cukup



Cukup



ian



Memen Meme



Memenu Memenu Memenu



Meme



Meme



Lokasi



uhi



hi



nuhi



nuhi



Baku Tenaga Kerja Infrakstr uktur (PLN)



rasi



nuhi



hi



hi



Dari data pendukung diatas terdapat 6 kriteria yang menjadi pertimbangan sebagai lokasi industri tersebut. Data pendukung tersebut digunakan sebagai tolak ukur pemilihan lokasi dari industri. Dengan adanya hal tersebut perusahan dapat mengehemat dan meminimalisir modal awal yang akan dikeluarkan untuk memperoleh lokasi yang sesuai kriteria yang diinginkan. Tabel 4.1 tersbut memberikan nilai-nilai dari beberapa 6 kriteria yang sudah ditentukan. Berdasarkan data pendukung diatas daerah Panggungrejo memiliki nilai tertinggi untuk dijadikan lokasi Industri.



4.2 Langkah – Langkah Penentuan Lokasi Industri Dalam melakukan penentuan lokasi usaha dibutuhkan faktor-faktor yang berkaitan dengan usahaya juga yang harus menilai dan memilih mana lokasi usaha yang paling strategis. Dalam menentukan keputusan pemilihan lokasi industri pengolahan ikan ini dapat menggunakan aplikasi Expert Choice 11 untuk menentukan lokasi tersebut. Berikut adalah langkah-langkah dalam menggunakan Expert Choice 11 untuk solusi pemilihan lokasi industri.



Gambar 1. Membuka Aplikasi Expert Choice dan Create New Model



Gambar 2. Penyimpanan File dan Pemberian Nama File



Gambar 3. Pemberian Nama Goal Descrip Pada tahan ini yang akan dilakukan adalah melakukan pengisian Goal pada pilihan menu Expert Choice dengan goal penentuan lokasi pengolahan ikan di Kota Pasuruan.



Gambar 4. Input Faktor-Faktor penentuan lokasi pada Goal Description Pada langkah ini yaitu dengan menambahkan kriteria, dimana dalam praktikum ini digunakan 6 kriteria yaitu bahan baku, tenaga kerja, infrastruktur, pasar, aglomerasi dan kesesuaian lokasi. Dalam menambahkan kriteria ini dapat memilih menu edit kemudian pilih Insert Child of Current Node.



Gambar 5. Input Lokasi Alternatif Penentuan Lokasi Agroindustri Langkah selanjutnya adalah menambahkan atribut lokasi atau alternatif, dimana dalam praktikum kali ini digunakan untuk lokasi yang digunakan yaitu Blandongan, Kepel, Mandaranrejo, Panggungrejom Ngemplakrejo, Tambaan, dan Gadingrejo.



Gambar 6. Input Matriks Perbandingan Faktor Bahan Baku Langkah selanjutnya yaitu dengan menambahkan nilai atau tingkatan kepentingan. Pengisian kolom kriteria ini diisi berdasarkan data Kuisioner pada



jurnal. Pengisiannya dengan cara klik goal dan pilih 3 : 1. Yang selanjutnya akan muncu; kolom seperti gambar diatas. Selanjutnya dapat mengisi angka sesuai dengan tingkat kepentingan dengan cara menggeser panas sesuai dengan tingkat kepentingan. Selanjutnya lakukan hal yang sama pada kriteria lainnya.



Gambar 7. Input Matriks Perbandingan Faktor Tenaga Kerja



Gambar 8. Input Matriks Perbandingan Faktor Infrastruktur



Gambar 9. Input Matriks Perbandingan Faktor Pasar



Gambar 10. Input Matriks Perbandingan Faktor Kesesuaian Lokasi



4.3 Hasil Keputusan Analisa Penentuan Lokasi Industri



Gambar 11. Perfomance Sensitivity Berdasarkan data pada gambar diatas didapatkan beberapa lokasi dengan indikator yang berbeda. Untuk kriteria bahan baku sangat memungkinkan menempati daerah lokasi Panggungrejo karena memiliki bahan baku yang paling banyak dari daerah lainnya. Selanjutnya untuk kriteria tenaga kerja sangat memungkinkan menempati daerah lokasi Ngemplakrejo karena dibandingkan dengan daerah lain Ngemplakrejo memiliki tenaga kerja paling banyak. Selanjutnya



kriteri infrastruktur memungkinkan menempati



pada lokasi



Gadingrejo karena pada daerah ini memiliki tingkatan infrastruktur paling tinggi dibandingkan dengan yang lain. Selanjutnya pada kriteria pasar memungkinkan menempati daerah Panggungrejo karena pada daerah Panggungrejo memiliki pasar



dengan



tingkatan



tinggi.



Selanjutnya



pada



kriteria



aglomerasi



memungkinkan menempati pada daerah Ngemplakrejo karena pada Ngemplakrejo memiliki nilai tingkatan paling tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Dan yang terakhir untuk kriteria kesesuaian lokasi memungkinkan menempati pada daerah Panggungrejo karen pada daerah ini memiliki potensi yang tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.



Gambar 12. Gradient Sensitivity Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kriteria yang memiliki pengaruh paling besar yaitu Bahan Baku sebesar 33%, selanjutnya kriteria pasar sebesar 32,5%, selanjutnya kriteria infrastruktur sebesar 12,52%, selanjutnya kriteria tenaga kerja sebesar 9,72%, selanjutnya kriteria aglomerasi sebesar 7,32% dan yang terakhir yaitu kriteria kesesuaian lokasi sebesar 5%. Berdasarkan gambar 12. Diatas yang dapat dilihat di bar chart sebelah kanan untuk wilayah Panggungrejo memiliki pengaruh paling besar dengan memperoleh nilai sebesar 31.2%, selanjutnya untuk daerah Ngemplakrejo dengan nilai sebesar 20,9%, selanjutnya untuk daerah Gadingrejo dengan nilai sebesar 16,5%, selanjutnya untuk daerah Tambaan dengan nilai sebesar 9,5%, selanjutnya untuk daerah Mandaranrejo dengan nilai sebesar 7,6%, selanjutnya untuk daerah Belandongan dengan nilai sebesar 7,5%, dan yang terakhir untuk daerah Kepel dengan nilai sebesar 6,8%. Dengan ini membuat daerah Panggungrejo menjadi lokasi Pengolahan Ikan paling baik.



Gambar 13. Grafik Gradien Sensitivity Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa lokasi Panggungrejo memiliki nilai gradient tertinggi, pada urutan kedua ada wilayah Ngemplakrejo, kemudian diikuti oleh wilayah Tambaan, kemudian diikuti oleh Mandaranrejo, selanjutnya diikuti oleh wilayah Gadingrejo, setelah itu kepel, dan terakhir yaitu Belandongan. Dari hasil gradient tersebut dapat disimpulkan bahwa Lokasi Sentra Industri yang cocok di Kabupaten Pasuruan adalah di wilayah Panggungrejo karena dengan nilai gradient tertinggi sekaligus dengan grafik yang landai keatas.



Gambar 14. Head to Head Sensitivity pada wilayah Belandongan dengan Kepel Berdasarkan grafik pada gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk pengambilan keputusan lokasi sentra industri yaitu terdapat dua pertimbangan keputusan teratas yaitu Belandongan dan Kepel. Dimana untuk Belandongan infrastruktur lebih baik dibandingkan di Kepel. Dan untuk alternatif kriteria lainnya secara overall dominan pada Belandongan dengan kriteria bobot sebesar 2% lebih unggul dibandingkan Kepel.  Persentase kriteria daerah yang paling layak ditempati berdasarkan pertimbangan penentuan lokasi industri baru yaitu Belandongan lebih dominan dibandingkan Kepel.



Gambar 15. Head to Head Sensitivity pada wilayah Belandongan dengan Mandaranrejo Berdasarkan data yang dapat dilihat diatas bahwa dari segi bahan baku, wilayah Mandaranrejo lebih unggul dibandingkan dengan Belandingan dan untuk kriteria lainnya sama-sama dipertimbangkan. Secara Overall untuk Mandaranrejo lebih unggul dibandingkan dengan Belandongan. Sehingga untuk wilayah Mandaranrejo lebih direkomendasikan daripada Belandongan.



Gambar 16. Head to Head Sensitivity pada wilayah Belandongan dengan Panggungrejo Berdasarkan grafik pada gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk pengambilan keputusan lokasi sentra industri yaitu terdapat dua pertimbangan keputusan yaitu Belandongan dan Panggungrejo. Dimana untuk Belandongan infrastruktur lebih baik dibandingkan di Panggungrejo. Tetapi untuk alternatif kriteria lainnya secara overall dominan pada Panggungrejo dengan kriteria bobot sebesar 23% lebih unggul dibandingkan Belandongan.  Persentase kriteria daerah yang paling layak ditempati berdasarkan pertimbangan penentuan lokasi industri baru yaitu Panggungrejo lebih dominan dibandingkan Belandongan.



Gambar 17. Head to Head Sensitivity pada wilayah Belandongan dengan Ngemplakrejo Berdasarkan grafik pada gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk pengambilan keputusan lokasi sentra industri yaitu terdapat dua pertimbangan



keputusan yaitu Belandongan dan Ngemplakrejo. Dimana untuk kriteria secara overall dominan pada Ngemplakrejo dengan kriteria bobot sebesar 13,5% lebih unggul dibandingkan Belandongan.  Persentase kriteria daerah yang paling layak ditempati berdasarkan pertimbangan penentuan lokasi industri baru yaitu Ngemplakrejo lebih dominan dibandingkan Belandongan.



Gambar 18. Head to Head Sensitivity pada wilayah Belandongan dengan Tambaan Berdasarkan grafik pada gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk pengambilan keputusan lokasi sentra industri yaitu terdapat dua pertimbangan keputusan yaitu Belandongan dan Tambaan. Dimana untuk Belandongan infrastruktur lebih baik dibandingkan di Tambaan. Tetapi untuk alternatif kriteria lainnya secara overall dominan pada Tambaan dengan kriteria bobot sebesar 3,19% lebih unggul dibandingkan Belandongan.  Persentase kriteria daerah yang paling layak ditempati berdasarkan pertimbangan penentuan lokasi industri baru yaitu Tambaan lebih dominan dibandingkan Belandongan.



Gambar 19. Head to Head Sensitivity pada wilayah Belandongan dengan Tambaan Berdasarkan grafik head to head pada gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk pengambilan keputusan lokasi sentra industri yaitu terdapat dua pertimbangan keputusan yaitu Belandongan dan Gadingrejo. Dimana untuk infrastruktur, bahan baku, pasar, tenaga kerja Gadingrejo lebih baik dibandingkan di Belandongan. Sehingga secara overall, wilayah yang dominan untuk penentuan lokasi ini adalah Gadingrejo dengan kriteria bobot sebesar 9,19% lebih unggul dibandingkan Belandongan.  Persentase kriteria daerah yang paling layak ditempati berdasarkan pertimbangan penentuan lokasi industri baru yaitu Gadingrejo lebih dominan dibandingkan Belandongan.



BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari pelaksanaan praktikum penentuan lokasi ini, yaitu mengetahui perbandingan lokasi dari setiap daerah yang memiliki potensi dan meminimalisasi biaya dari setiap kriteria yang ada dalam suatu industri. AHP adalah sebuah konsep untuk pembuatan keputusan berbais multicriteria (kriteria yang banyak). Beberapa kriteria yang dibandingkan satu dengan lainnya (tingkat kepentingannya) adalah penekanan utama pada konsep AHP. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah kedepannya agar dapat dilakukan praktikum offline agar materi yang diberikan dapat diterima dengan lebih baik dan efisien.



DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. 2004. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada. Fitrianingrum, F., & Aulia, B. U. (2018). Penentuan Lokasi Agroindustri Berbasis Komoditas Jagung di Kabupaten Jombang. Jurnal Teknik ITS, 7(2). Handoko, T. Hani. 2012. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. BPFE Stevenson, William J. dan Chee Chuong, Sum. 2014. Manajemen Operasi Perspektif Asia, edisi 9, Buku 2. Salemba Empat. Jakarta. Studi, P., Komputer, I., Pascasarjana, S., Pemanfaatan, D., & Perikanan, S. (2017). PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PALA DI TALAUD. 14(1), 65–77. Susilowati, T., & Hidayatulloh, M. F. (2019). METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN LOKASI HOME INDUSTRI DI KABUPATEN PRINGSEWU. EXPERT: Jurnal Manajemen Sistem Informasi Dan Teknologi, 9(1).



LAMPIRAN GAMBAR



LEMBAR ACC