Abses Submandibula Lapsus Fix REVISI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat.1 Beberapa keadaan dapat berperan pada perjalanan penyakit abses leher dalam, salah satunya adalah diabetes melitus (DM).



8



Pada pasien DM dapat



terjadi penurunan fungsi respon imun yang mengakibatkan lebih mudahnya terkena berbagai macam infeksi. Pada penderita DM terjadi komplikasi pada semua tingkat sel, salah satunya timbul proses angiopati dan penurunanan fungsi endotel. Keadaan ini sangat berperan pada faktor terlambatnya proses penyembuhan luka.8-10 Dari penelitian didapatkan bahwa angka kejadian abses submandibula berada di bawah abses peritonsil dan retrofaring. Namun dewasa ini, angka kejadiannya menduduki urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam, 70 – 85% dari kasus disebabkan oleh infeksi dari gigi, selebihnya karena sialadenitis, limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula. 3 Penatalaksanaan pada abses submandibula yaitu dengan pemberian antibiotik parenteral. Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif) adalah pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah campuran dari berbagai kuman. Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan. Penatalaksanaan abses leher dalam pada penderita DM harus dilakukan dengan hati-hati, karena tindakan invasif tanpa pengendalian gula darah dapat berakibat fatal.2 Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai abses submandibula pada pasien dengan riwayat DM dan nyeri gigi, hingga tatalaksana evakuasi abses.



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



I.



Definisi Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan



pus pada daerah submandibula.1,2 Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam (deep neck infection). Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula. Mungkin juga kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lain.2 Akhir-akhir ini abses leher bagian dalam termasuk abses submandibula sudah semakin jarang dijumpai.1,3 Hal ini disebabkan penggunaan antibiotik yang luas dan kesehatan mulut yang meningkat. Walaupun demikian, angka morbiditas dari komplikasi yang timbul akibat abses submandibula masih cukup tinggi sehingga diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan.



II.



Epidemiologi Penelitian Huang4 pada tahun 1997 sampai 2002, menemukan kasus



infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus. Abses submandibula (15,7%) merupakan kasus terbanyak kedua setelah abses parafaring (38,4), diikuti oleh Ludwig’s angina (12,4%), parotis (7%) dan retrofaring (5,9%). Penelitian Yang5pada 100 kasus abses leher dalam yang diteliti April 2001 sampai Oktober 2006 mendapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 3:2. Abses submandibula merupakan kasus terbanyak (35%), diikuti oleh abses parafaring (20%), mastikator (13%), peritonsil (9%), sublingual (7%), parotis (3%), infra hyoid (26%), retrofaring (13%), ruang karotis (11%). Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang selama periode Oktober 2009 sampai September 2010 didapatkan abses leher dalam sebanyak 33 orang. Abses submandibula (26%) merupakan kasus kedua terbanyak setelah abses peritonsil (32%), diikuti abses parafaring (18%), abses retrofaring (12%), abses mastikator (9%), dan abses pretrakeal (3%).6



2



III.



Anatomi Leher Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potesial yang dibatasi oleh fasia



servikalis. Fasia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous yang membungkus organ, otot, saraf dan pembuluh darah serta membagi leher menjadi beberapa ruang potensial. Fasia servikalis terbagi menjadi dua bagian yaitu fasia servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda.7,8 Fasia servikalis superfisialis terletak tepat dibawah kulit leher berjalan dari perlekatannya di prosesus zigomatikus pada bagian superior dan berjalan ke bawah ke arah toraks dan aksila yang terdiri dari jaringan lemak subkutan. Ruang antara fasia servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda berisi kelenjar limfe superfisial, saraf dan pembuluh darah termasuk vena jugularis eksterna.7,8 Fasia servikalis profunda terdiri dari tiga lapisan yaitu (gambar 1):7,8 1.



Lapisan superfisial Lapisan ini membungkus leher secara lengkap, dimulai dari dasar tengkorak sampai daerah toraks dan aksila. Pada bagian anterior menyebar ke daerah wajah



dan



melekat



pada



klavikula



serta



membungkus



musculus



sternokleidomastoideus, musculus trapezius, musculus masseter, kelenjar parotis dan submaksila. Lapisan ini disebut juga lapisan eksternal, investing layer, lapisan pembungkus dan lapisan anterior. 2.



Lapisan media Lapisan ini dibagi atas dua divisi yaitu divisi muskular dan viscera. Divisi muskular terletak dibawah lapisan superfisial fasia servikalis profunda dan membungkus musculus sternohioid, musculus sternotiroid, musculus tirohioid dan musculus omohioid. Dibagian superior melekat pada os hioid dan kartilago tiroid serta dibagian inferior melekat pada sternum, klavikula dan skapula. Divisi viscera membungkus organ-organ anterior leher yaitu kelenjar tiroid, trakea dan esofagus. Disebelah posterosuperior berawal dari dasar tengkorak bagian posterior sampai ke esofagus sedangkan bagian anterosuperior melekat pada kartilago tiroid dan os hioid. Lapisan ini berjalan ke bawah sampai ke toraks, menutupi trakea dan esofagus serta bersatu dengan



3



perikardium. Fasia bukkofaringeal adalah bagian dari divisi viscera yang berada pada bagian posterior faring dan menutupi musculus konstriktor dan musculus buccinator. 3.



Lapisan profunda Lapisan ini dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi alar dan prevertebra. Divisi alar terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi prevertebra, yang berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebra torakal II dan bersatu dengan divisi viscera lapisan media fasia servikalis profunda. Divisi alar melengkapi bagian posterolateral ruang retrofaring dan merupakan dinding anterior dari danger space. Divisi prevertebra berada pada bagian anterior korpus vertebra dan ke lateral meluas ke prosesus tranversus serta menutupi otot-otot didaerah tersebut. Berjalan dari dasar tengkorak sampai ke os koksigeus serta merupakan dinding posterior dari danger space dan dinding anterior dari korpus vertebra. Ketiga lapisan fasia servikalis profunda ini membentuk selubung karotis (carotid sheath) yang berjalan dari dasar tengkorak melalui ruang faringomaksilaris sampai ke toraks.



Gambar 1. Potongan obliq leher9



4



Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah sepanjang leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid (gambar 2 dan gambar 3).6 1.



2.



3.



Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari: a.



ruang retrofaring



b.



ruang bahaya (danger space)



c.



ruang prevertebra.



Ruang suprahioid terdiri dari: a.



ruang submandibula



b.



ruang parafaring



c.



ruang parotis



d.



ruang mastikor



e.



ruang peritonsil



f.



ruang temporalis.



Ruang infrahioid a.



ruang pretrakeal.



Gambar 2. Potongan sagital leher10



5



Gambar 3. Potongan axial kepala11



IV. Ruang Submandibula Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot miohioid. Ruang submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior.2Ruang mandibular dibatasi pada bagian lateral oleh garis inferior dari badan mandibula, medial oleh perut anterior musculus digastricus, posterior oleh ligament stylohyoid dan perut posterior dari musculus digastricus, superior oleh musculus mylohyoid dan hyoglossus, dan inferior oleh lapisan superficial dari deep servikal fascia. Ruang ini mengandung glandula saliva sub mandibular dan sub mandibular lymphanodes.7 Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang submandibula dan membagi ruang submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila saja. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.2



6



Ruang submandibula berhubungan dengan beberapa struktur didekatnya (gambar 4), oleh karena itu abses submandibula dapat menyebar ke struktur didekatnya.3



Gambar 4. Ruang potensial leher dalam (A) Potongan aksial, (B) potongan sagital. Ket : SMS: submandibularspace; SLS: sublingual space; PPS:parapharyngeal space; CS: carotid space; MS:masticatory space. SMG: submandibulargland; GGM:



genioglossus



muscle;



MHM:mylohyoid



muscle;



MM:



masseter



muscle;MPM: medial pterygoid muscle; LPM: lateralpterygoid muscle; TM: temporal muscle.3



7



V.



Etiologi Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe



submandibula. 70-85 % dari kasus disebabkan oleh infeksi dari gigi, selebihnya karena limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula.16 Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari mandibula, jika apeksnya ditemukan di bawah perlekatan dari musculus mylohyoid.4 infeksi dari gigi dapat menyebar ke ruang submandibula melalui beberapa jalan yaitu secara langsung melalui pinggir myolohioid, posterior dari ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang mastikor.3 Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob.Kuman aerob yang sering ditemukan adalah Stafilokokus, Streptococcus sp, Haemofilus influenza, Streptococcus Pneumonia, Moraxtella catarrhalis, Klebsiell sp, Neisseria sp. Kuman anaerob yang sering ditemukan pada abses leher dalam adalah kelompok batang gram negatif, seperti Bacteroides, Prevotella, maupun Fusobacterium.6 Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang, periode April 2010 sampai dengan Oktober 2010 terdapat sebanyak 22 pasien abses leher dalam dan dilakukan kultur kuman penyebab, didapatkan 73%spesimen tumbuh kuman aerob, 27%tidak tumbuh kuman aerob dan 9% tumbuh jamur yaitu Candida sp.6 Kuman aerob yang tumbuh pada pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil kultur abses leher dalam Bagian THT-KL dr. M.Djamil Padang periode April 2010-Oktober 20106 J



e



n



i



s



K



u



m



a



n



Streptocccus α haemoliticus K



l



e



e



l



l



7



p 4



2



5



e r



s



p



3



1



9



S t a p h y l o c o c c u s a u r e u s



2



1 2 , 5



Staphilococcus epidermidi s



1



6



i 1



6



v u l g a r i s 1



6



E



i



3



s



e r



s



6



a



E n t



p



J u m l a h %



o b a c t



.



P r o t e u s



C



o



l



8



VI.



Patogenesis Infeksi yang bersumber dari gigi dapat menyebar ke jaringan sekitar dan



membentuk abses sublingual, submental, submandibula, masticator atau parafaring. Dari gigi anterior sampai M1 bawah biasanya yang mula-mula terlibat adalah ruang sublingual dan submental. Bila infeksi dariM2 dan M3 bawah, ruang yang terlibat dulu adalah submandibula. Hal ini disebakan posisi akar gigi M2 dan M3 berada di abwah garis perlekatan m.milohiod pada mandibula sedang gigi anterior dan M1 berada diatas garis perlekatan tersebut.2,4 Beratnya infeksi tergantung dari virulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya.6,10,11 Infeksi dari submandibula dapat meluas ke ruang mastikor kemudian ke parafaring. Perluasan infeksi ke parafaring juga dapat langsung dari ruang submandibula. Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya.2,10 (Gambar 3) Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu limfatik, melalui celah antara ruang leher dalam dan trauma tembus.2,10,11



Gambar 3. Skema perluasan infeksi pada ruang potensial leher. (PMS; ruang faringo maksila, VVS; ruang vaskuler viseral).2 Infeksi dan Diabetes Pada penderita diabetes dengan kadar gula darah tidak terkontrok rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan terjadi penurunan fungsi respons imun tubuh, sehingga menyebabkan gangguan fungsi neutrofil termasuk kemotaksis,



9



fagositosis dan aktifitas bakteriasidal dan gangguan kerja komplemen. Dari suatu penelitian mengenai respons imun pada pasien DM dengan ulkus,didapatkan adanya penurunan fungsi respons imun selular dan hormonal, yang dinyatakan dengan menurunya persentase sel limfosit B dan T.5,8



VII.



Diagnosis Anamnesa dan gejala klinis Pasien biasanya akan mengeluhkan demam, air liur yang banyak, trismus



akibat keterlibatan musculus pterygoid, disfagia dan sesak nafas akibat sumbatan jalan nafas oleh lidah yang terangkat ke atas dan terdorong ke belakang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya pembengkakan di daerah submandibula (gambar 5), fluktuatif, dan nyeri tekan. Pada insisi didapatkan material yang bernanah atau purulent (merupakan tanda khas). Angulus mandibula dapat diraba. Lidah terangkat ke atas dan terdorong ke belakang.2,7,8



10



Gambar 5. Abses submandibula10



Pemeriksaan penunjang 1.



Laboratorium Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis. Aspirasi material yang bernanah (purulent) dapat dikirim untuk dibiakkan guna uji resistensi antibiotik



2.



Radiologis a. Rontgen jaringan lunak kepala AP b. Rontgen panoramik Dilakukan apabila penyebab abses submandibuka berasal dari gigi. c. Rontgen thoraks Perlu dilakukan untuk evaluasi mediastinum, empisema subkutis, pendorongan saluran nafas, dan pneumonia akibat aspirasi abses. d. Tomografi komputer (CT-scan) CT-scan dengan kontras merupakan pemeriksaan baku emas pada abses leher dalam. Berdasarkan penelitian Crespo bahwa hanya dengan pemeriksaan klinis tanpa CT-scan mengakibatkan estimasi terhadap luasnya abses yang terlalu rendah pada 70% pasien (dikutip dari Pulungan). Gambaran abses yang tampak adalah lesi dengan hipodens (intensitas rendah), batas yang lebih jelas, dan kadang ada air fluid level (gambar 6 dan gambar 7). 6,13



11



Gambar 6. CT-scan pasien dengan keluhan trismus, pembengkakan submandibula yang nyeri dan berwarna kemerahan selama 12 hari. CT-scan axial menunjukkan pembesaran musculus pterygoid medial (tanda panah), peningkatan intensitas ruang submandibular dan batas yang jelas dari musculus platysmal (ujung panah).3



Gambar 7. Axial CT-scan menunjukan infeksi pada ruang submandibula. Tampak abses multifokal.12



12



VIII. Penatalaksanaan Terapi yang diberikan pada abses submandibula adalah : 1.



Antibiotik (parenteral) Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab, uji kepekaan perlu dilakukan. Namun, pemberian antibiotik secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil kultur pus. Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif) adalah pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah campuran dari berbagai kuman. Secara empiris kombinasi ceftriaxone dengan metronidazole masih cukup baik. Setelah hasil uji sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik dapat disesuaikan.2,4-6,13 Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi terhadap terhadap ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone, ceftriaxone,yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif. Antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari.2,4-6,13



2.



Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan. Evakuasi abses (gambar 4) dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung letak dan luas abses.2 Bila abses belum terbentuk, dilakukan panatalaksaan secara konservatif dengan antibiotik IV, setelah abses terbentuk (biasanya dalam 48-72 jam) maka evakuasi abses dapat dilakukan.14



3.



Mengingat bila adanya kemungkinan sumbatan jalan nafas, maka tindakan trakeostomi perlu dipertimbangkan.14



4.



Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.2



13



Gambar 4. Insisi abses submandibula10 IX. Komplikasi Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau langsung (perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya. Infeksi dari submandibula paling sering meluas ke ruang parafaring karena pembatas antara ruangan ini cukup tipis.3 Perluasan ini dapat secara langsung atau melalui ruang mastikor melewati musculus pterygoid medial kemudian ke parafaring.Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya.6 Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan intrakranial, ke bawah menyusuri selubung karotis mencapai mediastinum menyebabkan medistinitis. Abses juga dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Bila pembuluh karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi ruptur, sehimgga terjadi perdarahan hebat, bila terjadi periflebitis atau endoflebitis, dapat timbul tromboflebitis dan septikemia.3 X. Prognosis Pada umumnya prognosis abses submandibula baik apabila dapat didiagnosissecara dini dengan penanganan yang tepat dan komplikasi tidak terjadi. Pada faseawal dimana abses masih kecil maka tindakan insisi dan pemberian antibiotika yangtepat dan adekuat menghasilkan penyembuhan yang sempurna.Apabila telah terjadi mediastinitis, angka mortalitas mencapai 4050%walaupun dengan pemberian antibiotik. Ruptur arteri karotis mempunyai angka mortalitas 20-40% sedangkan trombosis vena jugularis mempunyai angka mortalitas 60%. 2,14,15



14



BAB III LAPORAN KASUS 3.1



Identitas Pasien



Nama pasien



: Tn. L



Umur



: 54 tahun



Tanggal Lahir



: 25 Januari1964



Jenis kelamin



: Laki-laki



Alamat



: Gunung Mas



Pekerjaan



: PegawaiNegeri



Tanggal Pemeriksaan : 03 Agustus 2018 3.2



Anamnesis







Keluhan utama: Bengkak pada pipi dan rahang kiri bawah







Riwayat penyakit sekarang: Bengkak pada pipi dan rahang kiri sejak kurang lebih 5 hari SMRS, awalnya



terdapat benjolan sebesar kelereng dibawah telinga (+) yang disertai nyeri, benjolan tidak pecah kemudian membesar dan dengan cepat membengkak dari bawah telinga sampai telinga kiri. Pasien sulit makan karena mulut sulit terbuka lebar dan nyeri menelan. Lidah terasa bengkak (+). Demam (+), batuk (+) kadangkadang dan hilang timbul, nyeri tenggorokan (+). Sebelumnya pasien ada sakit gigi pada gigi berlubang selama kurang lebih setahun pada sebelah kiri. Sakit gigi timbul tanpa rangsangan. Kemudian rasa sakit giginya berkurang dan menghilang. Pasien tidak memeriksakan ke dokter gigi karena keluhan gigi tidak ada. Lima hari sebelum masuk rumah sakit dr. Doris Sylvanus pasien sempat dibawa ke RS Muhammadiyah dengan keluhan bengkak pada pipi, nyeri pipi sampai rahang kiri(+). Nyeri menelan (+). Setelah nyeri kurang, 2 hari di rumah sakit Muhammadiah pasien pulang. Namun bengkak tidak kunjung menghilang dan muncul sakit gigi akhirnya pasien datang ke poli gigi dan mulut.



15







Riwayat penyakit dahulu:Gangren pulpa geraham kiri, Diabetes mellitus Tipe II, hipertensi







Riwayat penyakit keluarga/ sosial: (-)







Riwayat



pengobatan:



Pasien



pernah



minum



Paracetamol,



asam



mefenamat, neurobion, amlodipin 



Riwayat alergi: Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi



3.3



Pemeriksaan Fisik



3.3.1 Status Generalis 



Keadaan umum



: Baik







Kesadaran



: Compos mentis







Tanda vital



:



 Tensi



: 110/80 mmHg



 Nadi



: 80 x/ menit, reguler, isi cukup, kuat angkat



 Respirasi



: 18 x/menit



 Suhu



: 36,80C



3.3.2 Status Lokalis Pemeriksaan Telinga -



Daun telinga : tampak normal



-



Liang telinga : tampak normal



-



Membran timpani: intak, pantulan cahaya +/+



Pemeriksaan Hidung -



Bentuk luar hidung



: normal



-



Kavum nasi



: dalam batas normal, tidak tampak deviasi septum,



mukosa kavum nasi merah muda Pemeriksaan Tenggorokan -



Tonsil T2-T2 tenang, mukosa arcus anterior dan posterior tidak hiperemi, gangrene pulpa molar I dan II rahang bawah sinistra



Pemeriksaan Leher



16



-



Inspeksi



: Asimetris, udem(+) sisi kiri sampai ke pipi kiri,



hiperemis(-) -



Palpasi



: Teraba massa di leher kiri konsistensi lunak,Nyeri tekan



(+), saat di aspirasi jarum terdapat pus 3. 4



Pemeriksaan Penunjang



3.4.1 Pemeriksaan Darah Tanggal 02 Agustus 2018 Hb 11,6 g/dL, leukosit 10.890/uL, neutrofil 84,1%, limfosit 8,1 %, trombosit 144.000/uL, hematokrit 34,3 %, gula darah sewaktu 225 mg/dL, ureum kreatinin, CT, BT dalam batas normal, HbsAg negatif. Tanggal 03 Agustus 2018 Gula darah puasa 240 mg/dL Tanggal 08 Agustus 2018 Hb 10,7 g/dL, leukosit 7.240/uL, neutrofil 61,1%, limfosit 37,9 %, trombosit 399.000/uL, hematokrit 32 %, gula darah sewaktu 198 mg/dL. 3.4.2 Roentgen Thorax Kesan: Kardiomegali bendungan



(LV) paru.



tanpa Sugestif



bronchopneumonia kanan e.c proses



spesifik



DD/



non



spesifik



17



.4.3 Roentgen Panoramik Gigi



Kesan: -



Tidak tampak destruksi, lesi litik atau sklerotik tulang mandibular atau maksila.



-



Tidak tampak massa.



-



Tidak tampak caries atau periapical lusensi.



-



Missing teeth 15, 26



3.5



Diagnosis Kerja



Abses Submandibula sinistra dengan DM tipe II 3.5.1



3.6



Diagnosis Banding







Abses sublingual







Angina ludovici Rencana Terapi IVFD NaCl 0,9 % 20 TPM Injeksi ceftriaxone 2x1 gram Injeksi Metronidazol 3x 500mg Injeksi Ketorolac 3x 30mg Injeksi Ranitidin 2x50 mg



Konsul IPD Konsul Gigi Mulut



18



3.7



Prognosis



Vitam



: Dubia Ad Bonam



Fungtionam Sanationam



: Bonam : Bonam



3.8 Follow Up Pasien Tanggal 03 Agustus 2018 (perawatan hari ke-1) S



:



Bengkak dibawah pipi dan rahang kiri, sakit saat mengunyah, pasien masih bisa membuka mulut, demam(-). Saat Aspirasi pus(+), O



:



KU : TSS, CM TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 96x/m, RR : 20x/m, t : 36oC Kep: CA -/-, SI -/-, Hidung : DBN, Colli dan submandibula: >>KBG (-), asimetris, edeme (+), NT(+) Tho: Simetris, retraksi (-),P: Ves +/+, rh+/+, wh-/-C: S1-S2 tunggal, reg, m/g(-) Abd: datar, supel, BU (+) n Eks: AH, CRT