Admin, Kania Laksita Inadhi 21032022 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103 © Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya



JTRESDA Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/



Studi Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Menggunakan Aplikasi Epaksi dan Metode Fuzzy Set Theory di Daerah Irigasi (DI) Ketapang Barat Kabupaten Sampang Kania Laksita Inadhi1*, Tri Budi Prayogo2, Jadfan Sidqi Fidari3 1



Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jalan MT.Haryono No.167, Malang, 65145, Indonesia *Korespondensi Email: [email protected] Abstract: West Ketapang Irrigation Area irrigation system is not working as expected. Factors that occur due to several problems, namely technical and non-technical problems. Technical problems are caused by high sedimentation, while non-technical problems are due to farmers' disobedience when distributing water. To overcome this problem, what needs to be done is to assess the performance of the irrigation system. The performance of the irrigation system was assessed using epaksi applications and fuzzy set theory methods. Which later on from the two methods will be compared and tested the hypothesis. Then to find out the aspects that need to be prioritized, use PSTEK (Profi, Social, Engineering, Economic, and Institutional). Keywords: Fuzzy Set Theory 1, Irrigation Performance 2, PSTEK 3 Abstrak: Daerah Irigasi Ketapang Barat sistem irigasinya tidak berjalan seperti apa yang diharapkan. Faktor yang terjadi dikarenakan adanya beberapa permasalahan yakni permasalahan teknis dan non teknis. Permasalahan teknis sendiri dikarenakan adanya sedimentasi yang cukup tinggi sedangkan untuk permasalahan non teknis dikarenakan tidak taatnya para petani pada saat pembagian air. Untuk mengatasi permasalahan ini yang perlu dilakukan adalah dengan menilai kinerja sistem irigasi. Kinerja sistem irigasi yang dinilai tersebut memakai aplikasi epaksi dan metode fuzzy set theory. Yang dimana nantinya dari kedua metode tersebut akan dibandingkan dan dilakukan uji hipotesis. Kemudian untuk mengetahui aspek yang perlu di prioritaskan maka menggunakan PSTEK (Profi, Sosial, Teknik, Ekonomi, dan Kelembagaan). Kata kunci: Fuzzy Set Theory 1, Kinerja Irigasi 2, PSTEK 3



*Penulis korespendensi: [email protected].



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



1. Pendahuluan Saluran irigasi merupakan saluran yang terdiri dari bangunan pelengkap yang berfungsi untuk mendistribusikan air, pembuanagan air, dan menyediakan air irigasi [1]. Seiring berkembangnya zaman dan berjalannya waktu Daerah Irigasi Ketapang Barat mengalami kekurangan air yang dimana jumlah air tidak sesuai dengan kebutuhan air di petak-petak sawah. Permasalahan itu bisa terjadi karena faktor usia bangunan, sedimentasi ataupun bisa terjadi karena tidak taatnya para petani saat pembagian air terutama pada saat musim kemarau. Dengan adanya permasalahan tersebut maka hal utama yang perlu diketahui adalah kinerja sistem irigasi. Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas yang diberikan [2]. Daerah Irigasi Ketapang Barat sendiri terletak di Desa Ketapang Barat, Kecamatan Ketapang dengan rual areal 68 Ha. Daerah Irigasi Ketapang Barat berada dibawah naungan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Sampang. Keadaan seperti inilah yang mewajibkan untuk melakukan penilaian kinerja sistem irigasi karena dengan begitu akan mengetahui kinerja sistem irigasi yang mempunyai status dimana mencakup petani pengguna air, dokumentasi, produktivitas tanam,organisasi personalia, sarana penunjang serta prasarana fisik [3]. Keadaan tersebut juga melatarbelakangi adanya kinerja sistem irigasi yang dinilai menggunakan aplikasi ePAKSI, Fuzzy Set Theory, dan PSTEK. Dalam kinerja sistem irigas yang dinilai yang didasarkan pada penelusuran ke tempat Daerah Irigasi Ketapang Barat yang aspek kinerjanya sesuai dengan Permen Nomor 12 tahun 2015 berisi Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi isinya ada enam aspek berupa keadaan perkumpulan petani pengguna air, dokumentasi, operasi pemeliharaan, organisasi personalia, produktivitas tanam, produktivitas tanam serta prasarana fisik [4]. Kemudian konsep fuzzy sendiri dapat mengetahui tingkat kebenaran yang diwakilkan oleh 2 (dua) kriteria penilaian yang didasarkan derajat keanggotaan [5]. Dan yang terakhir adalah untuk mendukung kegiatan kinerja sistem irigasi, PSTEK (Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan) membantu berjalannya perencanaan yang menggunakan P3A/GP3A untuk menyediakan program pemberdayaan kelembagaan bagi petani di daerah irigasi dengan menggunakan fakta dan data yang ada di Daerah Irigasi Ketapang Barat. 2. Bahan dan Metode 2.1 Bahan 2.1.1 Lokasi dan Waktu Studi Penelitian ini terdapat pada Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang yang berada di Bawah naungan Dinas PUPR Kabupaten Sampang dan terletak di Kecamatan Sampang, Provinsi Jawa Timur yang berjarak 41 kilometer dari ibukota Kabupaten Sampang ke arah utara. Berdasarkan letak geografis terletak pada koordinat 06⁰05’07⁰13’ LS dan 113⁰08’-113⁰39’ BT. Studi penilaian dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2021 sampai 25 Maret 2021.



93



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



Sumber : Dinas PUPR Kabupaten Sampang Gambar 1: Peta Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang 2.1.2 Data yang Diperlukan dalam Studi Beberapa data yang dibutuhkan untuk penelitian meliputi data sekunder serta data primer seperti dibawah ini: 1. Data primer adalah data utama yang isinya adalah data penilaian kinerja sistem irigasi dan derajat keanggotaan dalam himpunan fuzzy yang diperoleh dari kuisioner. 2. Data sekunder berasal dari instansi Dinas PUPR Kabupaten Sampang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sampang. Data sosial, ekonomi, teknis, dan kelembagaan yang berasal langsung dari masyarakat pengelola irigasi dan petani, baik dari pencatatan data secara langsung survey lapangan atau dengan wawancara. 2.2 Metode Dalam penelitian ini metode epaksi dilakukan penelitian langsung berupa observasi ke lapangan yang mana akan menilai penilaian kinerja sistem irigasi di Daerah Irigasi Ketapang Barat dan nantinya akan mendapatkan hasil berupa angka di setiap masing masing sub aspek pada Daerah Irigasi Ketapang Barat. Kemudian untuk metode menggunakan fuzzy set theory menggunakan derajat keanggotaan dimana nilai tersebut didapatkan dari hasil wawancara responden pengelola Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang [6]. Metode PSTEK (Profil Sosial Teknik Ekonomi dan Kelembagaan) dimana dari metode ini menggunakan data dari sumber sumber yang ada atau bisa langsung terjun di lapangan. Pada metode PSTEK data yang digunakan berupa profil dari Daerah Irigasi Ketapang Barat, lingkup sosial Daerah Irigasi Ketapang Barat, teknik di Daerah Irigasi Ketapang Barat, ekonomi di Daerah Irigasi Ketapang Barat dan yang terakhir adalah kelembagaan di Daerah Irigasi Ketapang Barat yang nantinya akan menghasilkan nilai nilai dari masing masing aspek dalam PSTEK dan manakah yang perlu didahulukan untuk diperbaiki di Daerah Irigasi Ketapang Barat. .



94



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



2.3 Persamaan 2.3.1 Perhitungan Uji Hipotesis Perhitungan hipotesis ini menggunakan informasi dalam sampel untuk menguji 2 (dua) nilai rata-rata dimana nantinya akan digunakan untuk membedakan rata-rata antara (dua) populasi dan menggunakan rumus perhitungan uji t [7]. Perhitungan uji t menggunakan seperti pada persamaan 1 𝑥̅ − 𝑦̅



𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = √



(𝑛1−1) 𝑆1+(𝑛2−1) 𝑆2 (𝑛1+𝑛2−1)







1 1 + 𝑛1 𝑛2



Pers. 1



Dimana : 𝑋̅



: sampel pertama yang dirata-rata



𝑦̅



: sampel kedua yang dirata-rata



S1



: standar deviasi penilaian pertama



S2



: standar deviasi penilaian kedua



n



: jumlah data



Pengujian mempunyai parameter : t hitung > tα/2 maka H0 ditolak t hitung > tα/2 maka H0 diterima Nilai tα dapat diperoleh dari tabel dimana tingkat taraf nyata (α) adalah penentuannya.



Taraf nyata (α) adalah besarnya toleransi untuk menerima kesalahan



hipotesis terhadap parameter populasinya. 2.3.2



Perhitungan Nilai Indikator Perhitungan nilai indikator pada PSTEK sendiri menggunakan rumus Sturges. Rumus Sturges digunakan untuk menentukan jumlah kelas dan lebar kelas [8]. Rumusnya menggunakan persamaan 2 seperti dibawah ini



𝑐=



Xn−Xi 𝑘



Pers.2



Dimana : c



: Diperkirakan berapa besarnya kelas



k



: Jumlah berapa banyaknya kelas



Xn



: Pengamatan tertinggi yang diberi nilai



Xi



: Pengamatan terendah yang diberi nilai



2.3.3



Proses ANFIS (Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System)



95



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



Pada langkah ini dilakukan membuat aturan berdasarkan dengan kondisi sistem dengan menggunakan ANFIS [9]. Untuk aturan yang dihasilkan menggunakan persamaan 3. 𝐈𝐅 (𝐗𝟏 𝐢𝐬 𝐀𝟏) … … . . (𝐗𝐧 𝐢𝐬 𝐀𝐧) 𝐓𝐇𝐄𝐍 𝐙 = 𝐩𝟏 ∗ 𝐗𝟏+. . . +𝐏𝐧 ∗ 𝐗𝐧 + 𝐪 Pers.3 Dimana : IF



: disebut antesden



Xn



: Nama sub aspek ke-i



Ai



: Himpunan fuzzy ke-i



Pn



: Konstanta tegas



q



: Konstanta tegas



THEN : disebut konsekuen 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Menggunakan Aplikasi Epaksi Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan pedoman dari Permen PUPR No. 12 tahun 2015 yang berisi Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Penilaian di Daerah Irigasi (DI) Ketapang Barat merupakan penilaian pertama menggunakan aplikasi Epaksi [10]. Dikarenakan sudah banyak bangunan di Daerah Irigasi (DI) Ketapang Barat dan petani merasa dirugikan akan kurangnya air maka dilakukan pembobotan pada bangunan di Daerah Irigasi (DI) Ketapang Barat. Nilai bobot yang di distribusi dilakukannya menggunakan skor tiap aspek di form Penilaian Kinerja Sistem Irigasi DI Ketapang Barat. Berikut merupakan langkah langkah untuk mendilai kondisi bangunan : Tahap Pertama = Kondisi fisik banguna pada jaringan ditelusuri sehingga menghasilkan nilai yang dilihat secara visual atau nyata. Tahap Kedua = Kondisi visual dilapangan ditentukan, apakah dalam keadaan jelek, sedang, atau baik sekali. Tahap Ketiga = Sesuai dengan kondisi visual di lapangan. Tahap Keempat = Deskripsi kondisi sesuai pada visual di lapangan Tahap Kelima = Setelah mendapatka penilaian dan bobot pengaruhnya didasarkan parameter nilai, lalu melakukan perkalian dua bobot skor, maka mendapati hasil penilaian 42, 9.5, 8.5 dan 19. Dari beberapa bagian penilaian kondisi mercu bendung tersebut dijumlah kemudian mendapatkan nilai kondisi keseluruhan mercu sebesar 79. Bangunan utama dinilai dan memberikan hasil pada bangunan utama tidak terdapatnya kantong lumpur pada keseluruhannya bernilai 10,63% dari 13% yang diinginkan. Berikut merupakan tabel contoh penilaian bangunan mercu:



96



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



Tabel 1:Penilaian Bangunan Pada Aplikasi Epaksi Nama Bangunan



Mercu



Bagian Bangunan Mercu dan Tubung Bendung



Kondisi Bangunan



Mercu bendung sebagian ambrol, hilir mercu bendung tergeru dan berlubang. Dengan bobot pengaruh sebesar 60% dan nilai kondisi sebesar 70 (sedang) Bocoran Dengan bobot pengaruh sebesar 10% dan nilai kondisi sebesar 95 (baik sekali) Lapisan Dengan bobot pengaruh Permukaan sebesar 10% dan nilai kondisi sebesar 85 (baik) Pilar pada pintu Dengan bobot pengaruh penguras sebesar 20% dan nilai kondisi sebesar 95 (baik sekali) Jumlah



Jumlah Nilai 70 x 60% = 42



95 x 10% = 9.5



85x10% = 8.5 95x20% = 19



79



Semua penilaian setiap aspek dinilai seperti tabel diatas, maka dibawah ini terdapat rekapitulasi penilaian kinerja sistem irigasi Daerah Irigasi Ketapang Barat: Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi DI Ketapang Barat No. 1 2 3 4 5 6



Uraian Prasarana Fisik DI Ketapang Barat Produktivitas Tanam DI Ketapang Barat Kondisi O&P DI Ketapang Barat Organisasi Personalia DI Ketapang Barat Dokumentasi P3A DI Ketapang Barat JUMLAH



Maksimum 45%



Bobot Final 28,53%



15% 10%



9,38% 8,50%



15% 5% 10% 100%



12,75% 4,25% 8,50% 71,91%



3.2 Kinerja Sistem Irigasi Dinilasi Menggunakan Metode Fuzzy Set Theory Proses kinerja sistem irigasi yang dinilai memakai fuzzy set theory metode. Penilaian yang akan dinilai akan sama dengan penilaian menggunakan metode epaksi yang berjumlah 6 (enam) aspek dan dalam aspek tersebut mempunyai masing masing sub aspek. Dalam proses ini menggunakan 4 (empat) responden yang akan diwawancarai sebagai berikut:



97



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



Tabel 3 : Responden Pengelola DI Ketapang Barat No. 1



Jabatan



2



Kepala Bidang Irigasi dan Air Baku Kepala Seksi Bidang Irigasi dan Air Baku



3



Pegawai Dinas PUPR



4



Juru Pengairan DI Ketapang Barat



Instansi Dinas PUPR Kabupaten Sampang Dinas PUPR Kabupaten Sampang Dinas PUPR Kabupaten Sampang Dinas PUPR Kabupaten Sampang



Setelah melalukan penilaian wawancara terhadap responden maka selanjutanya melakukan plot manual untuk menghasilkan kurva grafik dalam masing masing aspek penilaian kinerja sistem irigasi setiap himpunan. Dibawah ini merupakan contoh plot kurva grafik derajat keanggotaan bangunan utama secara manual



Gambar 2: Plot Secara Manual Kurva Derajat Keanggotaan pada Bangunan Utama 3.2.1 Penentuan Aturan Fuzzy dan Proses Interferensi Fuzzy Fuzzy rules merupakan langkah dilakukan setelah fuzzy input telah dilakukan. Langkah langkah dalam membuat fuzzy rules seperti dibawah ini: x merupakan himpunan fuzzy = 3 (Himpunan kurang, himpunan cukup,serta himpunan baik) n merupakan variable masukan = 2 (sub komponen kinerja buku data Di serta peta gambar) maka fuzzy aturannya = x n = 32 = 9 fuzzy aturan bisa diatur seperti uraian dibawah ini. 1. (R1) IF B is kurang and P is kurang THEN kinerja dokumentasi is [0,009703 x B] + [0,097617 x P] + [0,24554] = Z1 Dimana a. IF B is kurang and P is kurang = anteseden b. Kinerja Dokumentasi is [0,9703 x B] + [0,97617 x P] = konsekuen Artinya : pada aturan pertama (R1), apabila kinerja struktur buku data DI kurang serta peta gambar kurang, sehingga keluaran kinerja komponen dokumentasi merupakan nilai yang dijumlah dari [0,9703 dikalikan dengan nilai input Buku



98



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



Data DI] + [0,97617 x nilai masukan Peta serta Gambar] + [0,24554]. Angka 0,9703 serta 0,97617 merupakan parameter yang konsekuen atau nilainya bersifat koefisien. Fuzzy mempunyai aturan agar komponen Dokumentasi berjumlah sembilan aturan yaitu seperti uraian dibawah ini. 1. (R1) IF B is kurang and P is kurang THEN kinerja dokumentasi is [0,009703 x B] + [0,09762 x P] + [0,24554] = Z1 2. (R2) IF B is kurang and P is cukup THEN kinerja dokumentasi is [0,009796 x B] + [0,098602 x P] + [0,22778] = Z2 3. (R3) IF B is kurang and P is baik THEN kinerja dokumentasi is [0,009775 x B] + [0,098137 x P] + [0,24341] = Z3 4. (R4) IF B is cukup and P is kurang THEN kinerja dokumentasi is [0,009750 x B] + [0,09672 x P] + [0,24571] = Z4 5. (R5) IF B is cukup and P is cuku THEN kinerja dokumentasi is [0,009730 x B] + [0,09828 x P] + [0,24083] = Z5 6. (R6) IF B is cukup and P is baik THEN kinerja dokumentasi is [0,009590 x B] + [0,09813 x P] + [0,10461] = Z6 7. (R7) IF B is baik and P is kurang THEN kinerja dokumentasi is [0,002221 x B] + [0,09489 x P] + [0,01300] = Z7 8. (R8) IF B is baik and P is cukup THEN kinerja dokumentasi is [0,002232 x B] + [0,09861 x P] + [0,01263] = Z8 9. (R9) IF B is baik and P is baik THEN kinerja dokumentasi is [0,003001 x B] + [0,09825 x P] + [0,02303] = Z9 Fuzzy rules tersebut diinputkan ke dalam aplikasi matlab. Kemudian dibawah ini merupakan rekapan kinerja sistem irigasi yang dinilai menggunakan fuzzy set theory: Tabel 4: Rekapitulasi Kinerja Sistem Irigasi yang Dinilai Menggunakan Fuzzy Set Theory No. 1 I II III IV V VI



Uraian Nilai Output Metode Fuzzy Set Theory (%) 2 3 Aspek Prasarana Fisik 26,018 Aspek Produktifitas Tanam 8,300 Aspek Sarana Penunjang OP 9,122 Aspek Organisasi Personalia 13,473 Aspek Dokumentasi 4,884 Aspek P3A 9,463 JUMLAH 71,26



3.3 Uji Hipotesis Metode Epaksi dan Metode Fuzzy Set Theory Setelah kedua metode tersebut mendapatkan nilai pada setiap aspeknya maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis. Dimana uji hipotesis ini akan memberikan hasil apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak. Berikut merupakan tabel rekapitulasi antara 2 (dua) metode :



99



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



Tabel 4 : Rekapitulasi Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Daerah Irigasi Ketapang Barat No I 1 2 3 4 5 6 II 1 2 3 III 1 2 3 4 IV 1 2 V 1 2 VI 1 2 3 4 5 6 7



Aspek-Aspek Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Prasarana Fisik Bangunan Utama Saluran Pembawa Bangunan pada Saluran Pembawa Saluran Pembuang dan Bangunannya Jalan Masuk/Inspeksi Kantor,Perumahan, dan Gedung Produktifitas Tanam Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi (Faktor K) Realisasi Luas Tanam Produktifitas Padi Sarana Penunjang OP Peralatan O&P Transportasi Alat-alat Kantor Ranting/Pengamat/UPTD Alat Komunikasi Organisasi Personalia Organisasi O&P telah disusun dengan batasan-batasan tanggung jawab dan tugas yang jelas Personalia Dokumentasi Buku Data DI Peta dan Gambar-gambar Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A/IP3A) GP3A/IP3A Sudah Berbadan Hukum Kondisi Kelembagaan GP3A/IP3A Rapat Ulu-ulu/P3A Desa/GP3A dengan Ranting Pengamat/UPTD GP3A Aktif mengikuti survei/penelusuruan jaringan Partisipasi GP3A dalam perbaikan jaringan dan penganan bencana alam. Iuran P3A digunakan untuk perbaikan jaringan Partisipasi P3A dalam perencanaan Tata tanam dan Pengalokasian air



TOTAL



100



Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi (%) Metode Metode Fuzzy Set EPAKSI Theory 28,53 26,02



9,38



8,30



8,50



9,12



12,75



13,47



4,25



4,88



8,50



9,46



71,91



71,26



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



Pada uji hipotesis didapatkan thitung < ttabel = H0 diterima. Yang dimana 0,231 < 1,4758 maka H0 yang artinya adalah hipotesis diterima dan tidak adanya selisih yang jauh diantara dari kedua kinerja sistem irigasi yang dinilai menggunakan dengan EPAKSI metode serta fuzzy set theory metode. 3.4 PSTEK (Profil Sosial Teknik Ekonomi dan Kelembagaan) Dalam PSTEK ini beberapa data yang bias digunakan yaitu data profil, sosial, teknik, ekonomi dan kelembagaan yang ada pada Daerah Irigasi Ketapang Barat. Dimana nantinya PSTEK ini dapat memberikan arahan rekomendasi aspek manakah yang didahulukan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menilai kondisi pada masing masing aspek di PSTEK. Kemudian setelah melakukan penilaian di setiap kondisi proses berikutnya adalah melakukan nilai skoring yang tentunya di setiap aspek PSTEK. Untuk nilai aspek sosial mendapatkan total skoring sebesar 8 dan masuk ke dalam klasifikasi aspek sosial sedang. Kemudian unruk nilai aspek ekonomi mendapatkan total sebesar 6 dan masuk ke dalam klasifikasi aspek ekonomi sedang. Selanjutnya aspek teknik mendapatkan nilai sebesar 17 dan masuk ke dalam klasifikasi aspek teknik buruk dan yang terakhir adalah aspek kelembagaan dimana mendapatkan nilai sebesar 13 dan mendapatkan klasifikasi pengelolaan aspek kelembagaan cukup baik. Kemudian langkah berikutnya adalah dengan melakukan analisis IFAS-EFAS. Analisis IFAS-EFAS sendiri bertujuan untuk mengambil keputusan dan penentuan rekomendasi yang berdasarkan kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. Setelah mengetahui masing-masingnya maka di kelompokkan dalam tabel. Berikut dibawah ini merupakan SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat) dari Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang. Tabel 5: Tabel SWOT Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang Strength • Gotong royong dan hubungan masyarakat petani • Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan irigasi • Keterlibatan pegawai Dinas PUPR bidang Irigasi dan masyarakat dalam



Weakness • Kelembagaan HIPPA masih belum legal sehingga terhambatnya kinerja dari • Kinerja kelembagaan HIPPA masih sangat lemah •Pengelolaan adminstrasi dan keuangan lembaga masih kurang • Ketersediaan air kurang karena terdapatnya sedimentasi •Kondisi teknik jaringan • Kondisi fisik jaringan irigasi irigasi berfungsi cukup baik cukup baik tetapi masih tidak walaupun masih terdapat maksimal karena banyaknya beberapa kondisi fisik yang kehilangan air yang disebabkan masih kurang sistem kerjanya oleh saluran yang rusak sehingga air merembes kemana



Opportunity • Potensi sumber daya alam dan lahan yang banyak dan beragam



Threat • Kurangnya partisipasi anggota HIPPA • Rendahnya pengetahuan dalam pemeliharaan jaringan • Potensi sumber daya manusia irigasi bidang pertanian masih banyak • Sikap masyarkat yang memandang untuk keberlangsungan irigasi merupakan tanggung jawab • Penguatan kelembagaan HIPPA



• Terdapat alih fungsi lahan pertanian



Setelah melakukan SWOT maka selanjutnya dilakukan perhitungan kembali yaitu skor dan bobot dari masing masing SWOT. Dan mendapatkan nilai untuk kekuatan sebesar 2,50, nilai kelemahan sebesar 2,40, nilai peluang sebesar 3,05 dan yang terakhir adalah ancaman sebesar 2,75. Maka setelah itu akan muncul manakah penangan dan arahan rekomendasi yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu. Berikut dibawah ini merupakan tabel arahan rekomendasi di setiap aspek pada PSTEK



101



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



No. 1



2



3



4



Tabel 6 : Arahan Rekomendasi PSTEK Aspek yang di Prioritaskan Arahan Rekomendasi Penanganannya Aspek Teknik Daerah Irigasi • Memberi usulan ke Pegawai Dinas PUPR Bidang Irigasi untuk memperbaiki fasilitas bangunan yang dapat mengganggu aliran air • Melakukan rehabilitasi dan pemeliharaan fisik pada jaringan irigasi primer maupun sekunder Aspek Kelembagaan Daerah • Melegalkan organisasi HIPPA Irigasi • Pengadaan rapat anggota dan pengukuhan kepengurusan GHIPPA agar lebih terstruktur dan berjalan dengan baik, sehingga GHIPPA sesuai dengan syarat kelembagaan dan administrasi • GP3A melakukan penjadwalan dan usulan ke Dinas PUPR untuk perbaikan bangunan yang rusak agar menjadwalkan agenda kerja bakti di sepanjang saluran irigasi Aspek Ekonomi Daerah Irigasi • Optimalisasi potensi sumber daya lokal dan mengadakan pelatihan keterampilan/kursus dengan bantuan permodalan dari pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat petani Aspek Sosial Daerah Irigasi • Meningkatkan kegiatan gotong-royong agar daerah irigasi semakin terawat dan bisa berjalan sesuai dengan fungsinya



4. Kesimpulan Berdasarkan penilaian kinerja sistem irigasi epaksi mendapatkan nilai sebesar 71,91% dari 100% sedangkan untuk kinerja sistem irigasi yang dinilai memakai fuzzy set theory mendapatkannilai sebesar 87,87% dari 100%. Dimana antara kedua metode tersebut setelah dilakukan uji hipotesis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Kemudian untuk aspek pertama yang perlu diprioritaskan adalah aspek teknik, kedua aspek kelembagaan, ketiga aspek ekonomi dan yang terakhir adalah aspek sosial. Untuk penanganan dan arahan sendiri dari aspek teknik berupa memberi usulan kepada pegawai Dinas PUPR Kabupaten Sampang untuk memperbaiki fasilitas bangunan yang dapat menganggu aliran air. Kemudian untuk aspek kelembagaan yaitu melegalkan organisasi HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air) , penanganan dan arahan aspek ekonomi adalah dengan mengadakan optimalisasi potensi sumber daya lokal dan mengadakan pelatihan atau keterampilan dengan bantuan permodalan dari pemerintah. Dan yang terakhir adalah aspek sosial yaitu dengan meningkatkan kegiatan gotong-royong agar Daerah Irigasi Ketapang Barat semakin terawatt dan berjalan sesuai dengan fungsinya.



102



Inadhi, K. L. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2022) p. 92-103



Ucapan Terima kasih Saya ucapkan terima kasih kepada Dinas PUPR Kabupaten Sampang Bidan Irigasi dan Air Baku atas pemberian data dan akses yang peneliti butuhkan. Serta tidak lupa kepada Bapak Arie Febrianto,ST. selaku pembimbing lapangan. Daftar Pustaka [1]



Eka Wulandari Srihadi Putri, Donny Harisuseno, Endang Purwati . (2015). “Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak,”Jurnal Teknik Pengairan.,vol.6,no.1,pp.14,2015,doi:https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/j tp/article/view/228.



[2]



Kamus Besar Indonesia Online, “Pengertian Kinerja”, 2021.



[3]



Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumberdaya Air Direktorat Bina Operasi Dan Pemeliharaan. “Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pengelolaan Aset Dan Kinerja Sisten Irigasi (PAKSI)”. Jakarta: Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 2019.



[4]



Moh Nugroho, Ruzardi, Lalu Makrup. (2018). “Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi Daerah Irigasi Van Der Wijck Dengan Menggunakan Fuzzy Set Theory,” Jurnal Universitas Islam Indonesia., pp.4-8, 2018, doi:https:dscpace.uii.ac.id/handle/ 123456789/12516.



[5]



Sahilda Swabawani. (2016). “Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi Sub Daerah Irigasi Jejeruk Kiri Tambran Menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32 Tahun 2007 dan Fuzzy Set Theory”. Tesis Teknik Sipil, doi: https//repository.its.ac.id/id/eprint/1333.



[6]



Endah Aryuningsih Tri Rahajeng. (2012). “Kinerja Sistem Irigasi Daerah Irigasi (DI) Krisak Kabupaten Wonogiri”. Tesis Teknik Sipil, doi: https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/24938/Kinerja-Sistem-Irigasi-DaerahIrigasi-Di-Krisak-Kabupaten-Wonogiri.



[7]



Ratih Ardia Sari (2021, February 4-7).2013 RADIASARI LECTURE UB. http://radiasari.lecture.ub.ac.id/category/materikuliah.



[8]



S Ria Yuana. (2021, February 5-8).2015 STIPER DHARMAWACANA METRO. http://eprints.stiperdharmawacana.ac.id/.



[9]



Rizka Nurul Fajriani, Farida Asriani, Hesti Susilawati. (2018). “Penerapan Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) untuk Pemantauan Status Gunung Merapi”. Jurnal Universitas Jendral Soedirman, pp.141-142, 2018. doi: http://papersmai.mercubuana-yogya.ac.id/index.php/smai/article/view/22.



[10]



Peraturan Menteri PUPR No.12/PRT/2015. Pemeliharaan Jaringan Irigasi”, pp. 1-6, 2015.



“Pedoman



Eksploitasi



dan



103