Analisa Kasus Endometriosis (Kista Coklat) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV ANALISA KASUS Pada kasus ini pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian kiri bawah yang dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan diremas. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin lama semakin tidak tertahankan, dirasakan berkurang bila berbaring dan bertambah parah bila tertekan. Pasien mengeluh nyeri saat haid dan pernah merasa nyeri saat berhubungan. Nyeri perut saat menstruasi dan saat berhubungan merupakan gejala – gejala dari endometriosis. Gejala-gejala yang merupakan trias endometriosis adalah adanya dismenorea, dispareunia, dan infertilitas (Manuaba, 2001). Nyeri haid (dismenorea) yang terjadi disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam rongga peritoneum, akibat pendarahan lokal pada sarang endometriosis dan oleh adanya infiltrasi endometriosis ke dalam syaraf pada rongga panggul (Sarwono, 2011). Nyeri saat berhubungan (dispareunia) paling sering timbul terutama bila endometriosis sudah tumbuh di sekitar Kavum Douglassi dan ligamentum sakrouterina dan terjadi perlengketan sehingga uterus dalam posisi retrofleksi (Sarwono, 2011). Selain itu, akibat adanya perlengketan lama-lama dapat mengakibatkan nyeri pelvik yang kronis. Rasa nyeri bisa menyebar jauh ke dalam panggul, punggung, dan paha dan bahkan menjalar sampai ke rektum dan diare. Dua pertiga perempuan dengan endometriosis mengalami rasa nyeri intermenstrual (Sarwono, 2011). Selain nyeri pasien juga mengeluhkan ada benjolan sejak 1 tahun yang lalu, sebelumnya pernah dioperasi di wonogiri (± 1 tahun yang lalu) dengan post Laparotomi eksplorasi buka tutup atas indikasi kistoma ovarii suspek malignancy. Pasien menyatakan 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pernah berobat ke poli Obsgyn RSDM dengan diagnosis kistoma ovarii dengan leukositosis (16,3), kemudian dirawat jalan dan diberi obat. Kista endometriosis (endometrioma) biasanya terjadi di dalam ovarium sebagai akibat dari perdarahan intra ovarium berulang. Lebih dari 90% endometrioma adalah pseudokista yang terbentuk akibat invaginasi korteks ovarium, yang kemudian tertutup oleh pembentukan jaringan



adhesi. Endometrioma dapat sepenuhnya menggantikan jaringan ovarium normal. Dinding kista umumnya tebal dan fibrotik dan biasanya memiliki perlekatan fibrotik dan adanya area dengan perubahan warna. Di dalam kista umumnya terdapat cairan kental, berwarna gelap, berisi produk darah yang sudah berdegenerasi dimana penampilan ini menyebabkan kista endometriosis atau endometrioma ini sering disebut kista coklat (Danudja, 2012). Kista endometriosis tidak selalu akan muncul pada setiap orang. Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan timbulnya kista endometriosis antaralain adalah usia reproduktif (24-40 tahun), adanya riwayat keluarga dengan endometriosis, nulipara, dan memiliki siklus mentruasi yang lebih pendek, periode yang lebih banyak, lebih lama, atau menarche pendek (de Ziegler et al, 2010). Pada pasien ini masih masuk dalam usia reproduktif yakni 40 tahun, menarche pertama usia 14 tahun, siklus menstruasi pasien teratur yakni 28 hari, sekali menstruasi ± 6 hari. Riwayat Obstetri Pasien telah mengalami infertil sekunder selama 9 tahun. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun. Infertilitas merupakan salah satu gejala pada endometriosis. Pada daerah peritoneal penderita endometriosis terkandung makrofag dalam jumlah besar ditandai dengan kenaikan kadar berbagai jenis sitokin dan growth factors. Perubahan respon imun tersebut menyebabkan endometriosis semakin berkembang luas dan pada akhirnya menimbulkan infertilitas. Sitokin yang meningkat meliputi IL-1, TNFa, IL-6, dan IL-8 (Oepomo, 2012). Selain itu pada ovarium, dapat terbentuk apoptosis yang patologis dalam sel granulosa folikel ovarium. Banyaknya apoptosis yang patologis dalam sel granulosaa folikel ovarium pada penderitaa aaendometriosis menurunkan kesuburan ovarium yang berakhir dengan infertilitas (Oepomo, 2012). Pada pemeriksaan fisik , hasil dari pemeriksaan palpasi abdomen teraba supel, nyeri tekan (+) di inguinal sinistra, teraba massa kistik ukuran 1 jari di



bawah umbilikus dengan batas kanan Linea Medio klavicularis dektra hingga linea medio clavicularis sinistra, batas bawah kesan masuk panggul , massa terfiksir, tinggi fundus uteri tidak teraba, bising usus (+). Hasil pemeriksaan vagina toucher adalah vulva uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio licin, OUE tertutup, A/P kanan kiri dalam batas normal, corpus uterus sebesar telur ayam, kesan menyatu dengan massa, nyeri adneksa kiri (+), darah (+), discharge (-). Endometrioma secara klinis bisa dikenali dengan perabaan pada palpasi bila massa berukuran besar atau hanya muncul sebagai nyeri pelvis kronik dan nyeri abdomen. a. Pemeriksaan abdominal dan bimanual tak dapat menemukan adanya lesi yang kecil. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan bimanual saat atau beberapa saat sesudah menstruasi agar dapat menemukan lesi pada cavum douglassi yang umumnya membesar saat menstruasi. b. Kista besar yang melekat erat sering ditemukan dengan mudah pada pemeriksaan bimanual. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah dengan USG dan Laparoskopi sebagai gold standar dasar diagnosis dari Endometriosis. USG hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis (kista endometrium) >1cm, tidak dapat digunakan untuk melihat bintik-bintik maupun perlengketan endometriosis (Sarwono, 2011). Ultrasonografi transvagina biasanya digunakan untuk mendeteksi endometrioma ovarium, tetapi tidak dapat digunakan untuk pencitraan adhesi pelvik atau superficial peritoneal foci dari penyakit (Djuwantono, 2008). Hasil Ultrasonografi transvaginal pada pasien ini adalah tampak vesica urinaria terisi cukup. Tampak uterus ukuran 7,5x4x9 cm. Tampak lesi hipoechoic sebagian hyperechoic multilobulare papiloform ukuran 11 x 10 cm dari adnexa kiri. Tak tampak cairan bebas intraabdomen. Laparoskopi merupakan alat diagnostik baku emas untuk diagnosis endometriosis. Lesi aktif yang baru bewarna merah terang, sedangkan lesi aktif yang sudah lama berwarna merah kehitaman. Lesi non aktif bewarna putih dengan jaringan parut. Biasanya isinya bewarna coklat yang disebut dengan kista coklat (Sarwono, 2011).



Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena adanya risiko kekambuhan. Tujuan endometriosis lebih disebabkan oleh akibat endometriosis itu, seperti nyeri panggul dan infertilitas. Penanganan dapat berupa penanganan simptomatik, penanganan pembedahan radikal, dan penanganan pembedahan simptomatik. Untuk simptomatiknya pasien telah diberikan anti nyeri berupa ketorolac injeksi. Selain itu pasien juga diusulkan kistektomi pro laparotomi dan juga pada pasien ini direncanakan dilakukan histerektomi.