Analisis Intruksional Dan Tujuan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KELOMPOK ANALISIS INSTRUKSIONAL DAN ANALISIS TUJUAN Diajukan sebagai salah satu syarat menempuh mata kuliah Desain Pembelajaran Diampu oleh Rosida Rahmawati, S.Pd. ,M.Pd.



Oleh: 1. 2. 3. 4. 5.



Desy Kumalasari (12310019) Melany Lucya (12310010) Muhammad Habib Ramadhani (12310030) Refika Dwi Romiyati (12310037) Triana Wulandari (12310011)



PRODI: PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO OKTOBER 2013



1. 2. 3. 4.



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Instruksional dan Analisis Tujuan” sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian, proses dan manfaat dari analisis instruksional dan analisis tujuan. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyusun makalah ini. Rosida Rahmawati, S.Pd. ,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Desain Pembelajaran Kedua orangtua yang telah mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan makalah ini. Serta teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa/i, tetapi penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Atas kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, penulis mohon maaf serta kritik dan saran dari pembaca. Harapan penulis semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat. Metro, Oktober 2013 Penyusun



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 B. Rumusan masalah 1 C. Tujuan penulisan 2



1



BAB II PEMBAHASAN 3 A. Pengertian Analisis Tujuan dan Analisis Instruksional B. Proses Analisis Tujuan dan Analisis Instruksional 4 C. Manfaat dari analisis tujuan dan analisis instruksional



3 19



BAB III PENUTUP 21 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis pembelajaran merupakan langkah ketiga dari desain pembelajaranl model dick and carey. Tujuan utama dari analisis Instruksional adalah menentukan komponen utama dari tujuan Instruksional serta mengidentifikasi keterampilan bawahan dari setiap langkah untuk mencapai tujuan Instruksional tersebut. Komponen utama dari tujuan Instruksional berisi langkah-langkah yang pebelajar harus mampu lakukan untuk mencapai tujuan Instruksional. Langkah kedua dari analisis Instruksional analisis keterampilan bawahan sampai menemukan perilaku masukan.



Agar belajar berhasil dengan baik, maka harus dipenuhi kondisi intern dan kondisi ekstern. Kondisi intern terdiri atas penguasa-penguasa konsep-konsep dan aturan-aturan yang merupakan prasyarat untuk memahami bahan pelajaran yang baru atau memecahkan suatu



masalah. Kondisi ekstern mengenai hal-hal dalam situasi belajar yang dapat dikontrol oleh pengajar. Kondisi ekstern ini terutama terdiri atas komunikasi verbal.



B. Rumusan Masalah 1) Apakah yang dimaksud dengan analisis tujuan dan analisis instruksional? 2) Bagaimana proses dari analisis tujuan dan analisis instruksional? 3) Bagaimana manfaat analisis tujuan dan analisis instruksional dalam proses pembelajaran? C.Tujuan Penulisan



a) Tujuan Teoritik (a) Untuk mengetahui pengertian analisis tujuan dan analisis instruksional. (b) Untuk mengetahui proses analisis tujuan dan analisis instruksional. (c) Untuk mendapatkan manfaat bagi kita setelah belajar materi analisis tujuan dan analisis instruksional. b) Tujuan Empirik (a) Untuk mengikuti atau sebagai syarat untuk mengikuti mata kuliah desain pembelajaran. (b) Menambah wawasan yang terkait pokok pembahasan.



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Analisis Tujuan dan Analisis Instruksional Analisis Pembelajaran adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis, dengan demikian akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang awal sampai yang paling akhir. Gagne, Briggs, dan Wager (1988) mengemukakan bahwa tujuan analisis pembelajaran adalah untuk menentukan keterampilanketerampilan yang akan dijangkau oleh tujuan pembelajaran, serta memungkinkan untuk membuat keputusan yang diperlukan dalam urutan mengajar. Salah satu langkah yang harus dilakukan dalam mendesain pembelajaran



dengan



menggunakan model Dick and Carey adalah melakukan analisis pembelajaran. Pertanyaannya adalah mengapa dilakukan analisis pembelajaran ? Dengan analisis pembelajaran akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate skills). Jadi posisi analisis pembelajaran dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dulu atau secara kronologis terjadi lebih awal sehingga analisis ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya. Dick and Carey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate skills) yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah prosedural bawaan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. Analisis intruksional adalah sebagai tahapan proses yang merupakan keseluruhan dari pemaparan bagaimana perancang (desainer) menentukan komponen utama dari tujuan instruksional melalui kegunaan analisis tujuan (goal analysis), dan bagaimana setiap langkah dalam tujuan tersebut dapat dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan subordinate atau keterampilan prasyarat. (Dick dan Carey 2005). Analisis instruksional sebagai perangkat (satu set) prosedur yang ketika dipublikasikan ketujuan instruksional, menghasilkan pengindentifikasian langkah-langkah yang sesuai untuk melaksanakan tujuan dan keterampilan subordinate bagi si belajar dalam rangka mencapai tujuan. (Dick dan Carey 2005). Analisis instruksional adalah suatu alat yang dipakai oleh para penyusun disain instruksional atau guru untuk membantu mereka di dalam mengidentifikasi



setiap tugas pokok yang harus dikuasai/dilaksanaan oleh siswa dan sub tugas atau tugas dasar yang membantu siswa dalam menyelesaikan tugas pokok (Esseff, P.J.) Suparman (1997) lebih cenderung mengartikan analisis instruksional sebagai proses yang menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Yang dimaksud perilaku khusus tersusun secara logis dan sistematis adalah tahapan apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu ditinjau dari berbagai alasan seperti karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, prilaku yang menurut urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologi muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih awal. Jadi analisis instruksional adalah suatu prosedur dalam mengidentifikasi kompetensi yang harus dikuasai siswa dengan menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis untuk mencapai tujuan instruksional. B. Proses Analisis Tujuan dan Analisis Instruksional Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis intruksional adalah sebagai berikut: 1.



Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang dikembangkan



2. Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum tersebut 3. Menyusun perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum 4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu. Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi daftar perilaku khusus tersebut. 5. Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3x5 cm 6.



Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang menyerupai struktur prosedural dan pengelompokan serta letakkan secara vertical untuk perilaku-perilaku yang hirarkial



7.



Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau dikurangi bila dianggap lebih



8.



Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-perilaku dalam kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak kartu yang telah disusun. Hubungkan letak kotak-kotak tersebut dengan kertas vertical dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hirarkial , prosedural atau pengelompokan.



9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilakuperilaku khusus yang khusus yang berada dibawah perilaku umum yang berbeda. 10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor akan menunjukkan urutan perilaku tersebut. 11. Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun dengan memperhatikan: a. Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum b. Logis tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum c. Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial, presedural, pengelompokan atau kombinasi) Ditinjau dari pendapat Dick dan Carey (2005), proses analisis instruksional dimulai dari melaksanakan analisis tujuan (goal analysis) yang dimulai setelah memperoleh pernyataan yang jelas dari instruksional. 1. Analisis Tujuan (Goal Analysis) Hal yang harus diperhatikan adalah: a.



Pengklarifikasian pernyataan tujuan berdasarkan domain (jenis) belajar yang akan muncul. Domain belajar dapat dibagi atas empat yakni: 1) Keterampilan intelektual Keterampilan yang mensyaratkan sibelajar melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik yang dimaksud disini adalah sibelajar harus mempu memecahkan masalah atau menampilkan satu perilaku dengan contoh atau informasi yang tidak ditemukan sebelumnya. 2) Informasi Verbal Keterampilan yang mensyaratkan siswa memberikan respons yang spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik.Biasanya tujuan keterampilan ini dapat dikenali dari kata kerja yang digunakan.Kata kerja seperti menyebutkan atau menjelaskan sesuatu.



3) Sikap



Sikap adalah pernyataaan kompleks manusia terhadap orang, benda dan kejadian. Dick dan Carey (2005) dalam (zuhairi-stain.blogspot.com) mendefenisikan sebagai kecenderungan membuat pilihan-pilihan tertentu atau keputusan tertentu terhadap keadaan tertentu.Sikap mempengaruhi pilihan sikap seseorang dan merupakan tujuan jangka panjang yang sulit diukur dalam waktu singkat.Tujuan instruksional yang berfokus pada sikap dan dianggap sebagai sesuatu



yang



mempengaruhi



sebelajar



memilih.Sikap



memilih



dapat



menunjukkan



kecenderungan positif atau negatif terhadap objek kejadian atau orang tertentu. 4) Keterampilan psikomotor Karakteristik dari keterampilan psikomotor adalah si belajar harus melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa peralatan untuk mencapai hasil yang spesifik.Ketrampilan ini melibatkan mental dan fisik.Perilaku dari tampilan ini berupa kecepatan gerakan tubuh, keakraban kekuatan dan kelenturan. Setiap tujuan dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan “bagaimana kita menentukan keterampilan belajar apa yang harus dipelajari sehingga dapat tercapai tujuan-tujuan yang telah dibuat?” Jawabannya adalah mengklasifikasikan setiap tujuan kedalam salah satu domain belajar di atas. b. Mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama ketika si belajar sedang menampilkan tujuan. Langkah kedua dari analisis tujuan ini dilakukan setelah kita mengidentifikasi domain dari tujuan maka perlu untuk lebih spesifik mengindikasikan apa yang akan dilakukan si belajar ketika sedang menampilkan tujuan. Teknik terbaik yang sebaiknya digunakan oleh seorang desainer untuk menganalisa sebuah tujuan adalah dengan mendiskripsikan langkah demi langkah secara terperinci kegiatan atau apa yang akan dilakukan seseorang ketika menampilkan sebuah tujuan. Analisis tujuan merupakan tayangan visual dari langkah-langkah spesifik yang si belajar akan lakukan ketika menampilkan tujuan instruksional sebaiknya ditayangkan dalam bentuk yaitu langkah demi langkah dalam kotak tersusun disebuah diagram air (flow diagram). Pada saat menyusun daftar langkah-langkah tersebut yang harus diperhatikan adalah si pembelajar, apakah si pembelajar berusia muda atau dewasa karena akan mempengaruhi jumlah angka yang harus



dibuat. Pendiskripsian setiap langkah harus mencantumkan sebuah kata kerja yang menjelaskan sebuah tingkah laku yang dapat diobservasi. Contohnya “ bila membaca atau mendengar (keduanya proses internal bukan tingkah laku yang jelas) langkahnya sebaiknya diindikasikan apa yang si belajar akan identifikasi dari apa yang mereka baca atau dengar. Setiap langkah sebaiknya memiliki outcome yang dapat diobservasi. Sedikitnya 5 langkah yang ada pada tahapan ini tetapi tidak lebih dari 15 untuk durasi waktu 1 sampai 2 jam pengajaran. Menulis TIU (target objective) mensyaratkan desainer mengklasifikasikan keterampilan target berdasarkan tipe hasil belajar. Hal ini memungkinkan melanjutkan keanalisis berikutnya, yaitu analisis tugas (Task Analysis).Tetapi sebelumnya ada beberapa hal lagi yang sebaiknya diperhatikan yaitu pengujian setiap langkah yang telah dibuat hingga pada akhirnya akan berbentuk produk akhir dari analisis tujuan. Goal analysis berupa diagram keterampilan yang menyediakan gambaran mengenai apa yang akan menyediakan gambaran mengenai apa yang sedang dilakukan oleh sibelajar ketika mereka menampilkan tujuan instruksioanl umum. Kerangka kerja inilah yang nantinya menjadi dasar bagi analisis keterampilan prasyarat atau subordinat skill analysis. 2. Analisis Keterampilan Prasyarat (Subordinate skill analysis) Setelah langkah-langkah dalam tujuan teridentifikasi dianggap perlu melakukan pengujian setiap langkah untuk menentukan apa yang seharusnya telah diketahui si belajar dapat mempelajari langkah yang ditampilkan (perform) dalam tujuan. Langkah ini disebut analisis keterampilan prasyarat atau subordinat skill analysis. Dalam analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah tujuan murni (pure goals) yang langkah-langkahnya hanya keterampilan intelektual atau hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan kompleks (complex goal) melibatkan beberapa domain/ ranah sekaligus. Sebuah kombinasi berbagai pendekatan dapat digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam rangka memulai sebuah analisis keterampilan prasyarat, perlu diperoleh deskripsi



atau gambaran



mengenai tugas utama si belajar yang harus ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan instruksional umum. Berbagai pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan prasyarat menurut Dick dan Carey (2005), yakni: a.



Pendekatan Hirarki (hierarchial approach)



b.



Pendekatan Pengelompokan (cluster approach)



c.



Pendekatan Hirarki dan atau Pendekatan Pengelompokan Suparman (1997) dalam membagi pendekatan tersebut sebagai proses penguraian perilaku



khusus kedalam empat struktur perilaku. Empat susunan struktur perilaku tersebut sebagai berikut: a. Struktur Perilaku Hirarkial Struktur ini adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain (perilaku=kemampuan). Misalnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia, kedudukan perilaku menuliskan sistematika penulisan karya tulis ilmiah. Perilaku menuliskan sistematika penulisan karya tulis ilmiah tidak akan mungkin dapat dilakukan siswa apabila siswa tersebut belum menguasai hal apa saja yang terdapat di dalam sistematika sebuah tulisan karya tulis ilmiah. b. Struktur Perilaku Prosedural Struktur ini adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu seri urutan penampilan perilaku tetapi ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain.Contoh: untuk bisa menulis karya tulis ilmiah syaratnya siswa harus terlebih dahulu dapat mengembangkan sistematika penulisan karya ilmiah tersebut, dari bagian pendahuluan hingga penutup. c. Struktur Perilaku Pengelompokan Struktur ini adalah perilaku-perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya tujuan siswa dapat menjelaskan bagian-bagian dari pendahuluan pada sebuah karya ilmiah, menjelaskan fungsi satu dengan yang lain tidak terkait secara hirarki dan prosedural. d. Struktur Perilaku Kombinasi Struktur ini adalah perilaku khusus sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hirarkial, prosedural dan pengelompokan. Misalnya kemampuan menulis karya ilmiah. Langkah-langkah Melakukan Analisis Instruksional Menurut Mager (2005) langkah-langkah di dalam analisis istruksional dapat dibedakan dua macam: 1. Langkah pertama ialah menuliskan semua tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan



2. Langkah kedua ialah menyusun, daftar tugas secara mendetail dan urut sesuai dengan urutan senyatanya manakala tugas itu dilaksanakan. Apa yang dikemukakan oleh Mager tersebut menunjukkan, bahwa pada langkah pertama belum diperhatikan urutan bagaimana melaksanakan tugas-tugas tersebut. Sedang pada langkah kedua, di samping memerinci sampai pada tugas yang sekecil-kecilnya agar tak ada yang terlewatkan, juga memperhatikan urutan bagaimana tugas tersebut dilaksanakan. Ell (2005) lebih memerinci di dalam menjelaskan metode analisis instruksional sebagai berikut: a. identifikasi tugas-tugas pokok dan hubungannya dengan subtugas; b. mengurutkan tugas-tugas sesuai dengan urutan, manakala tugas; c. tersebut dilaksanakan dalam keadaan senyatanya; d. identifikasi tingkah laku (behavior) yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas; e. memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mempelajari setiap tugas. Cara yang efektif untuk menentukan tugas-tugas pokok adalah dengan cara menulis-kan semua tugas yang berkenaan dengan masing-masing bidang tertentu yang harus dicapai. Kita bisa mulai dengan menanyakan kepada diri sendiri. "Apa yang saya inginkan siswa dapat melakukan sesuatu setelah ia selesai mempelajari suatu unit pelajaran"? Seberapa banyak daftar tugas tersebut, tergantung dari luasnya bidang yang dianalisis, misalnya apakah kita ingin menyusun suatu pogram studi untuk suatu jurusan pada suatu fakultas, suatu program training, atau suatu mata kuliah, atau bahkan suatu unit pelajaran. . Taksonomi Tujuan Pembelajaran ( Taksonomi Bloom ) Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.



b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,



berenang, dan



mengoperasikan mesin. Uraian tujuan pendidikan dalam tiga domain: a. Kognitif Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian, Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6): a) Pengetahuan (Knowledge), Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dan sebagainya. b) Pemahaman (Comprehension), Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dan sebagainya. c) Aplikasi (Application), Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart. d) Analisis (Analysis), Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.



e)



Sintesis (Synthesis), seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di



f)



produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk. Evaluasi (Evaluation) Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dan sebagainya. b. Afektif Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.



a) b) c) d) e)



Penerimaan (Receiving/Attending) Tanggapan (Responding) Penghargaan (Valuing) Pengorganisasian (Organization) Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)



c. Psikomotor Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. a) Persepsi (Perception) Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan. b) Kesiapan (Set) Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. c) Guided Response (Respon Terpimpin) Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. d) Mekanisme (Mechanism) Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. e) Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. f) Penyesuaian (Adaptation) Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. g) Penciptaan (Origination)



Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu 3. Prosedur analisis tujuan dan sub tujuan sesuai taksonomi Prosedur menganalisis tujuan adalah daftar langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan pembelajar saat mewujudkan tujuan Instruksional. Setiap langkah ini dinyatakan dalam sebuah kotak seperti ditunjukkan pada diagram alur di bawah ini: Seorang pembelajar yang ingin menguasai tujuan Instruksional harus mengerjakan langkah-langkah tersebut. Setelah melakukan langkah 1, para pelajar akan kemudian melakukan langkah 2, lalu 3, 4, dan 5. Setelah melakukan langkah 5, proses akan lengkap, dan jika dilakukan dengan benar, akan dianggap sebagai demonstrasi kinerja tujuan.



Jika dalam pencapaian tujuan itu ada keputusan yang harus diambil, misalnya pada langkah 3, maka langkah 3 ditunjukkan dalam kotak wajik. Dengan adanya alternatif maka prosedur sekarang menjadi dua jalur, yaitu : 1, 2, 3, 4 dan 5 atau mengambil jalur alternatif sesuai keputusan yang diambil, yaitu : 1, 2, 3, 6 dan 7. Oleh karenanya pada kontek ini tidak semua langkah harus dikerjakan.



Dalam rangka menganalisis tujuan Instruksional tidak semudah yang dibayangkan, kadang kita sulit sekali mendefinisikan langkah-langkah pencapaian tujuan. Namun secara umum langkah itu minimal 3 atau 5 dan paling banyak 15 langkah. Jika kurang dari 3 maka perlu dianalisa ulang dan jika lebih dari 15 juga perlu dianalisa ulang mungkin terlalu detil.



Pada kasus lain, jika ada langkah balikan maka perlu kita buat garis putus-putus sebagai tanda arus balik/revisi. Dan jika dalam penulisan tidak cukup dalam satu baris maka kita bisa memutus dan menyambung di bagian bawah. a. Analisis Sub-Step Dalam mengidentifikasi terkadang dalam satu langkah kita perlu membuat sub langkah yang mewakili langkah tersebut. Misal pada langkah 2 kita membuat sub langkah 2.1, 2.2 dan 2.3 serta pada langkah 5 juga dibuat sub langkah 5.1 dan 5.2.



b. Analisis Keterampilan Bawahan Hasil dari analisa tujuan berupa langkah-langkah yang ditulis dalam kotak-kotak yang diberi nomor urut dan disusun secara horizontal dari kiri ke kanan. Nomor urut pada kotak merupakan urutan langkah keterampilan dalam mencapai tujuan Instruksional. Selanjutnya kita akan melakukan mengidentifikasi keterampilan bawahan. Keterampilan bawahan adalah semua keterampilan yang mendukung tercapainya keterampilan-keterampilan pada langkah-langkah hasil analisa tujuan. Keterampilan bawahan seringkali melibatkan beberapa domain belajar, identifikasi keterampilan bawahan sampai pada keterampilan paling bawah dan murni. Keterampilan bawahan tersebut bisa berbentuk konsep, teori, aturan, pengertian, definisi, hukum, atau fakta. Terkadang secara sendiri keterampilan bawahan tidak begitu berarti tetapi dalam rangka mendukung tercapainya keterampilan diatas (super-ordinat) sangatlah berfungsi. Tanpa keterampilan itu mungkin tujuan Instruksional tidak akan tercapai. Keterampilan bawahan dalam peta analisis ditempat pada kotak-kotak di bawah kotak-kotak langkah-langkah analisis tujuan.



Bagan diatas menggambar posisi keterampilan bawahan dalam peta analisa. Keterampilan pada langkah 1, langkah 2, langkah 3, langkah 4 dan langkah 5 merupakan keterampilan super-ordinat. Keterampilan bawahan pada langkah 1 merupakan hasil analisis hierarki. Keterampilan bawahan pada langkah 2 merupakan hasil analisis rumpun. Dan Keterampilan bawahan pada langkah 3 merupakan hasil analisa prosedural. Analisa keterampilan bawahan ini akan dibahas berikut: a. Analisis Hierarki Analisa hierarkis digunakan untuk menganalisis langkah-langkah individu dalam analisis tujuan intelektual atau psikomotorik. Setelah kita mengidentifikasi seluruh keterampilanketerampilan bawahan yang mendukung tercapainya tujuan.. Kemudian keterampilanketerampilan bawahan ditulis kotak-kotak untuk memudahkan dalam penyusunan dalam peta konsep yang akan dibuat. Pendekatan dengan analisa hierarki adalah sebuah analisa yang memperhatikan bahwa keterampilan-keterampilan disusun dari keterampilan tertinggi sampai pada titik keterampilan terendah. Ada satu hal yang harus dipertimbangkan bahwa keterampilan bawahan merupakan syarat untuk keterampilan di atas. Hal ini yang merupakan ciri dari analisa hierarki. Dalam mendiagramkan analisa hierarki digunakan cara kebiasaan berikut: 1) Tujuan akhir Instruksional diletakkan di dalam kotak di puncak susunan hierarki. 2) Semua keterampilan intelek subordinat diperlihatkan di dalam kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis-garis yang berasal dari kotak-kotak atas dan bawahnya.



3) Keterampilan-keterampilan informasi verbal dan sikap dihubungkan dengan garis-garis mendatar, sebagaimana juga diperlihatkan dalam. bagian-bagian berikutnya. 4) Anak-anak panah harus menunjukkan bahwa alur keterampilan arahnya ke atas menuju ke tujuan akhir. 5) Rumusan semua keterampilan subordinat harus menggunakan kata kerja yang menunjukkan apa yang pebelajar harus mampu lakukan. Hindari rumusan yang hanya menggunakan kata benda. 6) Dalam kenyataan sebenarnya, hierarki tidak perlu simetri. Bentuknya bisa segala macam. Tidak ada “satu” wujud penampakan hierarki yang benar. Pada tahap ini anda harus kembali menempuh prosedur langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling kompleks dalam hierarki anda ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang diperlukan oleh pembelajar-pembelajar anda. Ini akan memungkinkan anda menentukan apakah anda sudah memasukkan semua keterampilan bawahan yang perlu.



b. Analisis Prosedural Analisa prosedural ialah satu teknik yang digunakan untuk mengenali langkah-langkah keterampilan bawahan dalam analisis untuk tujuan intelektual atau keterampilan psikomotorik. Setelah keterampilan bawahan atau lebih pas mungkin rincian keterampilan untuk mencapai keterampilan diatas. Keterampilan ini lebih merupakan rincian langkah untuk mencapai tujuan diatasnya, setiap langkah dibawahnya bukan merupakan syarat untuk langkah selanjutnya. Analisa prosedural merupakan jenis analisis subskills seperti terlihat di bawah



Langkah 1 sampai 5 adalah langkah-langkah asli dalam analisis Instruksional. Langkah 2.1 adalah langkah bawahan dari langkah 2 seperti halnya dalam hubungan hierarki khas. Langkah 4.1, 4.2, dan 4.3 adalah subskills dari langkah 4 dan merupakan langkah prosedural dari langkah 4. Langkah 4.2.1 adalah langkah hierarkis dari langkah 4.2. Kotak-kotak keterampilan bawahan dalam analisa prosedural disusun sejajar dimulai dari sebelah kanan sebagai keterampilan paling bawah atau prosedur pertama. c. Analisis Rumpun Analisa rumpun (cluster analysis) biasa digunakan pada tujuan informasi verbal. Analisa rumpun lebih berfungsi mengidentifikasi kategori atau komponen-komponen utama dari tujuan informasi verbal yang akan dicapai. Setiap kategori dalam informasi verbal tersebut hampir tidak memiliki hubungan baik secara hierarki maupun prosedural, tetapi mungkin hanya memiliki kemiripan atau memiliki fungsi sama dalam pencapaian tujuan yang dianalisa. Contohnya : tujuan menuliskan nama-nama profinsi di pulau sumatra



Langkah yang harus dilakukan dalam analisa rumpun adalah menempatkan kotak-kotak keterampilan bawahan hasil Identifikasi pada posisi yang sama seperti pada analisis prosedural tetapi bukan, hubungannya dengan keterampilan super-ordinat seperti dalam analisis hierarki tetapi bukan. d. Perilaku Masukan Proses analisis Instruksional juga berfungsi membantu perancang mengidentifikasi Instruksional tentang apa yang sudah harus tahu atau mampu lakukan pembelajar sebelum mereka mulai belajar, keahlian ini disebut sebagai perilaku masukan.



Jika Anda melanjutkan proses ini dengan masing-masing berturut-turut set keterampilan bawahan, bagian bawah hirarki akan berisi keterampilan yang sangat dasar. Asumsikan Anda memiliki peta analisis Instruksional yang begitu lengkap. Ini mewakili berbagai keahlian yang dibutuhkan untuk mengambil pelajar dari tingkat yang paling dasar pemahaman sampai tujuan Instruksional Anda. Jika mayoritas peserta didik sudah menguasai beberapa keterampilan dasar yang ada pada peta analisis sebelum memulai Instruksional maka, maka diatas keterampilan tersebut dibuat garis putus-putus. Garis putus-putus tersebut adalah garis entry behaviors (perilaku masukan)



Semua keterampilan dalam peta analisis adalah bagian yang akan kita belajarkan sedangkan yang dibawah garis disebut perilaku masukan tidak perlu di belajarkan, karena sudah dikuasai oleh pembelajar. e. Sifat Kesementaraan Dalam perancangan sebuah material kurikulum terkadang hanya diperuntukkan bagi pebelajar-pebelajar yang tercerdas dalam populasi sasaran. Keadaan ini tercermin dalam analisa Instruksional garis entry behaviors terlalu tinggi, yang menunjukkan bahwa pembelajarpembelajar populasi sasaran sudah memiliki sebagian besar keterampilan yang ada pada peta. Kalau tingkah laku masukan yang dianggap sudah ada itu ternyata belum dikuasai oleh sebagian besar populasi sasaran, maka material Instruksional itu kehilangan fungsinya bagi banyak



pembelajar. Tanpa persiapan yang memadai untuk menguasai keterampilan masukan, usahausaha para pembelajar menjadi tidak berdaya guna dan materialnya tidak berhasil guna. Kesalahan kedua terjadi apabila garis putus-putus itu ditarik terlalu rendah pada bagan analisa Instruksional. Dalam keadaan ini praduganya ialah pembelajar-pembelajar sedikit saja atau sama sekali tidak memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Instruksional. Kesalahan seperti ini bisa berakibat fatal dari sudut pengembangan material Instruksional yang sebenarnya tidak diperlukan para pembelajar, dan dari sudut waktu yang diperlukan bagi para pembelajar untuk mempelajari hal-hal guna mencapai tujuan yang sebenarnya sudah mereka kuasai. 4. Identifikasi kemampuan bawahan dan kemampuan awal Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi sub ordinate skills adalah dengan cara memilih keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dengan ranah tujuan pembelajaran. Biasanya unuk mata pelajaran tertentu, keseluruhan tujuan merupakan keterampilan intelektual. Teknik analisis keterampilan bawahannya menggunakan pendekatan hierarki, yaitu dengan memilih apa yang harus dikuasai dan dilakukan oleh anak didik sehingga dengan usaha pembelajaran sesedikit mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui belajar. Untuk mengungkap kemampuan awal, dapat dilakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai dengan panduan kurikulum. Sedangkan minat, motivasi, kemampuan berfikir, gaya belajar dan lain-lainnya dapat dilakukan dengan bantuan tes baku yang telah dirancang oleh para ahli. Beberapa Komponen yang dapat dianalisis dalam kegiatan Menganalisis Karakteristik Awal Siswa meliputi: a. Pengalaman siswa b. Pengetahuan siswa c. Kegemaran siswa d. Kondisi fisik siswa e. Lingkungan keluarga siswa f. Lingkungan sosial g. Status sosial siswa



Teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal siswa sama dengan teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku awal, yaitu a. Kuesioner: bisa berupa tes yang berisi pertanyaan b. Interview: wawancara secara terstruktur c. Observasi: pengamatan terhadap proses pembelajaran d. Tes: secara lisan atau tulisan (objektif dan essay) C. Manfaat dari analisis tujuan dan analisis instruksional Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan kegunaan analisis instruksional sebagai berikut: 1. Membantu para guru/pendidik maupun penyusun desain instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya dengan sub tugas yang harus dipelajari siswa. Pengorganisasiannya adalah sedemikian, sehingga merupakan urutan logis sesuai dengan keadaan sebenarnya manakala tugas tersebut dilaksanakan. Proses ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi siswa mengenai yang diharapkan dapat dikerjakan setelah selesai mengikuti suatu pelajaran. 2. Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior) berkenaan dengan masingmasing tugas pokok maupun sub tugas. Dengan cara demikian, semua pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas pokok dapat diidentifikasikan. 3. Membantu para penyusun desain instruksional dan para guru/pendidik untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik. Analisis instruksional penting untuk dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional Selain itu, dengan melakukan analisis instruksional, akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efisien dan efektif.



Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merupakan bagian dari tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran. Dengan mencapai tujuan instruksional, siswa diharapkan mampu mencapai tujuan mata pelajaran yang lebih umum lagi berupa tujuan kurikuler, yaitu tujuan dari setiap mata peajaran. Setelah mencapai tujuan kurikuler, diharapkan tujuan institusional dapat tercapai, hingga tujuan pendidikan secara umum pun dapat tercapai.



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan analisis instruksional adalah suatu prosedur dalam mengidentifikasi kompetensi yang harus dikuasai siswa dengan menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis untuk mencapai tujuan instruksional. Proses tujuan analisis dimulai hanya setelah Anda memiliki pernyataan yang jelas dari tujuan Instruksional, proses analisis tujuan adalah : 1. Mengklasifikasikan tujuan menjadi salah satu dari empat wilayah belajar 2. Mengidentifikasi langkah-langkah utama yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan. 3. Mengidentifikasi keterampilan bawahan dari semua langkah-langkah utama dalam pencapaian tujuan. 4. Melakukan analisis keterampilan bawahan terhadap langkah-langkah utama. Manfaat analisis tujuan dan analisis instruksional yaitu : Membantu para guru/pendidik maupun penyusun desain instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya dengan sub tugas yang harus dipelajari siswa, Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior) berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun sub tugas dan Membantu para penyusun desain instruksional dan para guru/pendidik untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik. 2. Saran Penulis berharap setelah memahami



analisis instruksional dan analisis tujuan, maka para



pembaca dapat mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang efektif bagi siswa.



DAFTAR PUSTAKA



Hemka,Kulia. 2013.Langkah Kedua Dick And Carey. (Online) (http://kuliahemka.wordpress.com/2010/02/24/langkah-kedua-dick-carey/) diakses pada tanggal 10 Oktober 2013 Hari Kamis pukul 20.00 wib Puspus,Meymey. 2013. Analisis Tujuan dan Analisis Instruksional. (online) (http://memeypuspus.blogspot.com/p/blog-page_3.html) diakses pada tanggal 10 Oktober 2013 Hari Kamis pukul 20.00 wib



BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama,karya sastra mampu membuka “pintu”hati pembacanya untuk menjadi manusia berbudaya. Manusia berbudaya memiliki ciri responsif terhadap lingkungan, mengukuhi keluhuran, dan mulia budipekertinya. Siswa yang membaca karya sastra akan menjadi manusia berbudaya.Kedua,transformasi amanat dan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Transformasi tersebut melalui kegiatan membaca, mendiskusikan, dan mementaskan karya sastra. Sekolah sebagai institusi yang menyelenggarakan pembelajaran dan menanamkan nilai nilai moral dan budaya menjadi te mpat yang tepat untuk memperkenalkan sastra kepada peserta didik. Peserta didik yang mendapatkan pembelajaran sastra dengan baik akan menjadi generasi bangsa yang cerdas, pintar, terampil, dan bermoral.