7 0 592 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “MAWAR” DENGAN DEMAM REUMATIK
Oleh :
KELOMPOK 2 (B9A) 1.
Desak Nyoman Suryaningrat
(16.321.2589)
2.
Ni Komang Ayu Eratini
(16.321.2607)
3.
Ni Komang Ayu Sintya Paramita
(16.321.2608)
4.
Ni Luh Putu Shinta Widayanti G.
(16.321.2611)
5.
Ni Made Ratna Umbari
(16.321.2612)
6.
Ni Putu Eka Sulistyawati
(16.321.2617)
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI 2016
i
LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM REUMATIK
A. Definisi Demam reumatik (DR) adalah reaksi autoimun terhadap faringitis streptokokal kelompok A beta hemolitik, yang menyerang sendi, kulit, otak, permukaan serosa, dan jantung (Wong, 2003). Demam reumatik (DR) adalah suatu sindrom klinik akibat infeksiStreptococcus-β hemolyticus golongan A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritema marginatum (Ngastiyah, 2005).
B. Etiologi Infeksi streptococcus beta hemoylticus grup A pada tenggorokan selalu mendahului terjadinya demam reumatik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang. Biasanya 1-4 minggu sesudah serangan tonsillitis, nasofaringitis atau otitis media, infeksi streptococcus ini menghasilkan antigen bagi berlangsungnya reaksi antigenantibody sehingga menyebabkan demam reumatik.Dugaan adanya reaksi imunologis ini didukung dengan penemuan konsentrasi antibodi antistreptococus tetapi tidak ditemukan pada mereka yang tidak menderita. Faktor-faktor predisposisi seseorang mudah mendapat demam rematik adalah: 1. Keadaan sosial ekonomi yang rendah 2. Penduduk yang padat 3. Golongan etnik 4. Iklim, daerah tropis yang bercuaca lembap 5. Keadaan kesehatan yang memburuk dan daya tahan individu yang menurun.
C. Tanda dan Gejala Gejala yang sering ditemukan adalah :
Sesak
cepat lelah 1
batuk
palpitasi
orthopnea, dan
hemoptisis.
Gejala sianotik terjadi bila stenosis berat. Fibrilasi atrial dapat menyebabkan nadi tidak teratur dan lemah. Akibat fibrilasi trombus di atrium kiri dapat terlepas dan menyebabkan infark ginjal, paru, limpa, ekstermitas dan otak.
D. Patogenesis DR dinyatakan
sebagai penyakit autoimun.
Streptokok diketahui dapat
menghasilkan kurang lebih 20 produk ekstrasel; diantaranya yang terpenting ialah streptolisin O, streptolisin S, hyaluronidase, streptokinase, dll.Produk-produk tersebut merangsang antibodi. DR diduga merupakan akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa produk ini. Kaplan mengemukakan hipotesis tentang adanya reaksi silang antibodi terhadap streptokok dengan otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip antigen streptokok; inilah penyebab reaksi autoimun. ASTO (anti-streptosilin O) merupakan antibodi yang paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptokok.Lebih kurang 80% pasien DR / PJR akut menunjukkan kenaikan titer ASTO (Ngastiyah, 2005).
E. Patologi Anatomi Dasar kelainan patologi DR ialah reaksi inflamasi eksudatif dan proliferatif jaringan mesenkim. Kelainan tersebut akan menetap, sedangkan pada organ lain masih dapat diperbaiki (sembuh). Perikardium, myocardium dan
endocardium dapat
terkena.Jika ketiga lapisan jantung ini terkena semua mengakibatkan “pankarditis”. Daerah yang terkena radang meninggalkan parut berupa benda Aschoff. Perikardium memperlihatkan edema, infiltrasi dan eksudasi fibrin.Endokardium juga katup-katup jantung yang dalam keadaan normal avascular menjadi hiperemik, edema dan infiltrasi sel radang. Bila terjadi penyembuhan akan meninggalkan kerusakan yang menetap pada daun katup berupa perlengketan daun dan menimbulkan stenosis;
sedangkan jaringan parut disertai retraksi menyebabkan kebocoran. Perubahan pada katup ini akan terus berlanjut walaupun stadium akut telah berlalu. Kelainan katup atau stenosis katup hampir selalu mengenai katup mitral dan terjadi selama bertahun-tahun (Ngastiyah, 2005)
Pathway Demam reumatik dengan penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia : Invasi kuman Streptococcus Hemolyticus pada area faring
Aktivasi antigen /antibodi tubuh
Inflamasi
Impuls disampaikan ke hipotalamus termoregulator
Kuman mengeluarkan toksin
Suhu tubuh meningkat
Hipertermi Toksin beredar mengikuti aliran darah
Peradangan katup jantung Radang lap.jantung (Perikarditis/ miokarditis/endokarditis)
Dapat menyerang jantung, sendi-sendi. Poliarthritis
Katup jantung mengalami gangguan (perlengketan, penebalan
bekas jar.parut/aschoff
atau mengkerut)
Nyeri akut
Kontraktilitas
Intoleran aktivitas Stenosis / insufisiensi katup mitral
Penurunan curah jantung
dapat terjadi bertahun-tahun walaupun stadium akut sembuh
kurang pengetahuan orang tua/anak tentang kondisi/pengobatan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
F. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis demam reumatik berdasarkan stadium , terdiri dari 4 stadium (Ngastiyah, 2005): Stadium I Adanya infeksi saluran napas atas oleh kuman Streptococcus beta-hemolyticus golongan A, dengan keluhan demam, batuk, sakit menelan, kadang disertai muntah atau diare. Pada pemeriksaan tonsil terdapat eksudat dan tanda peradangan lainnya. Infeksi biasa berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.Terjadi infeksi ini 10 -14 hari sebelum serangan demam reumatik. Stadium II Disebut periode laten; ialah masa antara infeksi streptokok dengan permulaan gejala demam reumatik. Biasanya dalam waktu 1-3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul dalam 6 minggu atau beberapa bulan kemudian. Stadium III Ialah fase akut demam reumatik, saat timbulnya pelbagai manifestasi gejala mayor dan minor. Gejala minor berupa gejala peradangan umum dengan didapatkannya demam tidak begitu tinggi, lesu, lekas tersinggung, berat badan menurun, anoreksia. Anemia dijumpai sebagai akibat tertekannya system eritropoietik , bertambahnya volume plasma, memendeknya umur eritrosit dan epistaksis dan atralgia. Stadium IV Disebut juga fase inaktif. Baik pasien DR tanpa kelainan jantung maupun dengan kelainan jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala kelainan.Tetapi pasien yang dengan gejala sisa kelainan pada katup jantung, gejala timbul sesuai dengan kelainannya. Manifestasi klinis demam rematik dibedakan menjadi kriteria mayor dan kriteria minor , yang disusun oleh DR.T.Ducket Jones pada tahun 1944 dan dimodifikasi oleh The American Heart Association pada tahun 1955 dan direvisi pada tahun 1965. Dinegara berkembang dengan fasilitas laboratorium yang belum memadai, WHO menganjurkan menggunakan modifikasi kriteria Jones 1955.
Gejala Mayor
Gejala Minor
Karditis
Klinis:
Poliartritis
Demam
Korea
Atralgia
Eritema marginatum
Pernah menderita DR / PJR
Nodul subkutan
Laboratorium: reaksi
peradangan
akut
(LED
meningkat,
leukositosis, CRP+, bukti infeksi streptokok berupa peninggian titer ASTO atau antibodi lainnya dari biakan usap tenggorok
positif
Streptococcus
beta
hemolyticus grup A. EKG : PR interval memanjang Diagnosis DR ditegakkan apabila terdapat 2 gejala mayor atau 1 mayor ditambah 2 minor, jika
dibantu
oleh
bukti
adanya
infeksi
streptokok, kecuali pada korea dan karditis yang sudah berlangsung lama.
Karditis: berupa peradangan aktif endocardium, miokardium dan pericardium. Infeksi ketiga lapisan disebut pankarditis. Gejala dini karditis ialah: pucat, lesu, dan cepat lelah. Karditis merupakan gejala terpenting karena karditis akan meninggalkan gejala sisa berupa kerusakan katup jantung (dapat sembuh tapi meninggalkan kelainan katup yang menetap).
Poliartritis migrans : berupa peradangan sendi lebih dari satu. Terutama menyerang sendi besar. Tanpa pengobatan kelainan sendi itu dapat sembuh dan tidak meningglkan gejala sisa. Derajat artritis tidak ada hubungan dengan beratnya karditis.
Korea sydenham : atau korea minor atau St Vitus ‘dance’. Ialah gerakan cepat, bilateral, tidak terkendali dan tanpa tujuan. Sering disertai kelemahan otot. Dapat
terjadi distadium akut maupun stadium inaktif .dapat ditemukan berkali-kali pada satu anak tanpa manifestasi lainnya.
Eritema marginatum : merupakan tanda patognomonik untuk demam reumatik pada kulit berupa bercak-bercak merah muda, berbentuk cincin pucat di tengahnya, pinggirnya berbatas tegas, tidak gatal tanpa indurasi, berpindahpindah, terdapat terutama di dada dan ekstremitas (tidak pernah di muka).
Nodul subkutan : berupa benjolan kecil yang terletak dibawah kulit, tidak keras dan tidak sakit, mudah digerakkan, berukuran 3-10mm. Umumnya terdapat pada daerah ekstensor persendian terutama di siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki, daerah oksipital dan di atas prosesus spinosus vertebra torakalis dan lumbalis. Nodul ini timbul beberapa minggu setelah serangan. Nodul ini cepat menghilang dengan steroid.
G. Penatalaksanaan Medis Dasar pengobatan DR dikutip dari Ngastiyah (2005) : 1. Istirahat; bergantung pada ada tidaknya dan berat ringannya karditis. 2. Eradikasi kuman streptococcus. Untuk Negara berkembang WHO menganjurkan penggunaan benzatin penisilin 1,2 juta IM. Bila alergi terhadap penisilin digunakan eritromisin 20 mg/kg BB 2 kali sehari selama 10 hari. DR mempunyai kecenderungan untuk terjadi serangan ulang, maka perlu diberikan profilaksis sekunder dengan memberikan benzatin penisilin 1,2 juta IM tiap bulan. Bila tidak mau disuntik dapat diganti dengan penisilin oral 2 x 200.000 U/hari. Bila alergi dapat diberikan sulfadiazine 1000mg/hari untuk 12 tahun ke atas dan 500 mg/hari untuk 12 tahun ke bawah. Profilaksis sekunder yang dianjurkan Gejala klinis
Lama pencegahan
Arthritis tanpa karditis
Setiap 4 minggu selama 5 tahun
Karditis tanpa
Setiap 4 minggu sampai umur 18 tahun,
kardiomegali
Karditis dengan kardiomegali
minimal 5 tahun Setiap 3-4 minggu sampai umur 25 tahun, minimal 5 tahun
3. Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan beratnya karditis. Prednison hanya digunakan pada karditis dengan kardiomegali atau gagal jantung. 4. Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin (terutama vit C) dan
pengobatan terhadap
komplikasi. Bila
dengan pengobatan
medikamentosa saja gagal perlu dipertimbangkan tindakan operasi pembetulan katup jantung.
Sumber : Hospital care for children (Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit)
H. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium darah dan biakan kultur - Serologi ASTO - Anti DNA-seB dan Anti hyaluronidase - CBC - CRP - Kultur swab faring 2. Foto rontgen thorax cardiomegali 3. EKG arrhtythmia 4. Echocradiogram pembesaran jantung dan lesi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “MAWAR” DENGAN DEMAM REUMATIK DI RSUD PAPUA I. PENGKAJIAN 1. Identitas a. Identitas Pasien Nama Umur Agama Jenis Kelamin Status Pendidikan Pekerjaan Suku Bangsa Alamat No. Register Diagnosa Medis
: An. Mawar : 5 tahun : Kristen : Perempuan : Belum Kawin : TK : Pelajar : Indonesia : Papua : 20161101 : Demam Reumatik
b. Identitas Penanggung Jawab Tidak terkaji 2. Status Kesehatan a. Status Kesehatan Saat Ini 1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) Orangtua px mengatakan saat masuk rumah sakit px mengalami panas. 2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini a) Alasan masuk rumah sakit : px mengeluh badannya panas b) Perjalanan penyakit saat ini : Orangtua px mengatakan px mengalami panas, nyeri, dan pembengkakan sendi. Px mengatakan nyeri dirasakan di bagian persendian ( lutut, siku, dan pergelangan tangan & kaki) seperti ditusuk – tusuk dengan skala nyeri 5 di rasakan saat px melakukan aktivitas. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Orangtua mengatakan tidak tahu harus melakukan apa untuk perawatan anaknya.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu 1) Penyakit yang pernah dialami Orangtua px mengatakan px tidak pernah menderita penyakit yang serius sebelumnya, seperti asma, hepatitis, dll. 2) Pernah dirawat Orangtua px mengatakan sebelumnya px tidak pernah di rawat di rumah sakit 3) Alergi Orangtua px mengatakan px tidak mempunyai alergi terhadap apapun 4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) Orangtua px mengatakan px tidak mempunyai kebiasaan merokok minum kopi maupun minum alkohol c. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak terkaji d. Diagnosa Medis dan therapy Diagnosa medis : Demam Reumatik Therapy : Erythromicin 20mg/KgBB twice daily sampai 10 hari Prednison 2mg/KgBB sampai 2 minggu, tapering off selama 2 minggu Asetosal 75mg/KgBB mulai awal minggu ke-3 sampai 6 minggu. Paracetamol 10mg/KgBB prn 3-4 kali sehari. 3. Pengkajian Fisik a. Keadaan umum : Terlihat lemas Tingkat kesadaran : CM / apatis / somnolen / sopor/koma b. GCS: verbal: 6
psikomotor: 4
mata :5
c. Tanda-tanda Vital : Nadi = 122 x/mnt, Suhu = 38.9 0C , TD = 140/100mmhg, RR =20x/menit d. Pemeriksaan fisik (head to toe) 1) Kepala dan leher Kepala : I: rambut hitam, penyebaran rambut merata, tidak ada rontok dan tidak ada kebotakan. P: tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Mata :
I: simetris,konjungtiva anemis, sklera anikterik, pupil isokor, tidak
ada kantung mata, tidak ada edema palpebra. P: tidak ada nyeri tekan Hidung :
I: simetris, penyebaran rambut silia merata, secret (-), nafas cuping hidung (-). P: tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis, etmoidalis, maksilaris.
Mulut :
I: tidak ada cyanosis, caries (-), stomatitis (-), bibir simetris, mukosa bibir kering, bibir warna merah, lidah agak kotor / putih. tenggorokan merah.
Telinga :
I: simetris, lesi (-), luka/ radang (-), sedikit serumen P: tidak ada nyeri tekan pada kartilago.
Leher :
P: bendungan vena jugularis (-), pulsasi nadi karotis kuat dan teratur, pembesaran kelenjar limfe (-)
2) Dada Paru :
I : simetris, retraksi normal, RR: 18x/menit, irama normal P : vokal taktil fremitus terasa getaran P : sonor A : vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
Jantung:
I : terlihat iktus cordis (ICS 5 linea medioclavikularis kiri) P : teraba iktus cordis di ICS 5 P : dullness / pekak A : muffled
3) Payudara dan ketiak : I : payu dara dan ketiak simetris, tidak ada lesi, tidak ada luka P: tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan 4) Abdomen : I : simetris, tidak ada hiperpigmentasi P: tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, turgor normal P: tympani A: peristaltik dan bising usus normal 5) Genetalia : tidak terkaji
6) Integumen I : kulit terlihat kemerahan, ikterik (-) P: turgor kulit elastis / normal, kulit terasa hangat 7) Ekstremitas Atas: I : simetris,tidak ada lesi, kuku bersih, bengkak pada sendi siku, pergelangan tangan P : CRT > 3 detik, nyeri pada saat fleksi-ekstensi siku dan pergelangan tangan Bawah: I : simetris, tidak ada lesi & luka, kuku bersih, bengkak pada sendi pergelangan kaki P : CRT > 3 detik, nyeri pada saat fleksi-ekstensi lutut dan pergelangan kaki 8) Neurologis Status mental dan emosi : baik Pengkajian saraf kranial : tidak ditemukan kelainan klinis (korea sign (-) ) Pemeriksaan refleks : Hammer : Otot bisep dan trisep :+ /+ Patella : tidak dikaji, karena bengkak dan nyeri. 4. Pemeriksaan Penunjang a. Data laboratorium yang berhubungan Tidak terkaji b. Pemeriksaan radiologi Foto thorax : Kardiomegali c. Hasil konsultasi Tidak terkaji d. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain Perubahan EKG
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN A. Analisa Data Data 1. Ds :px mengeluh
Etiologi Invasi kuman Streptokokus
Masalah Hipertermi
badanya panas. aktivasi antibody / antigen tubuh
Do : - suhu tubuh pasien 38.90C
Inflamasi
.
- Kulit terasa hangat
Hipotalamus termoregulator
- Kulit terlihat kemerahan
Suhu tubuh meningkat
- Mukosa bibir kering dan merah
2. Ds: px mengeluh nyeri pada lutut, siku, pergelangan tangan dan
Nyeri akut Invasi kuman Streptokokus
aktivasi antibody / antigen tubuh
kaki rasanya seperti di tusuk-tusuk apabila px
Inflamasi
melakukan aktivitas. Kuman mengeluarkan toksin,
Do:
beredar ikut aliran darah ke
- Skala nyeri 5 - S:
sendi-sendi
38.90C
N: 98x/mnt
Poliarthritis
RR: 20x/mnt - Nyeri pada saat fleksi-ekstensi lutut, siku, pergelangan tangan dan kaki. - Terlihat bengkak
Nyeri akut
pada persendian siku, pergelangan tangan dan kaki
3. Ds : px terlihat lemas
Risiko penurunan
Do :
curah jantung
- RR: 20x/mnt - Nadi: 98x/menit - Suhu: 38.90C - Kardiomegali - Bunyi jantung muffled - Perubahan EKG - Teraba ictus cordis di ICS 5.
4. Ds: orangtua px mengatakan tidak tahu harus melakukan apa
Berbagai manifestasi klinis yang muncul bersamaan (demam, poliarthritis, gejala karditis) o/k proses inflamasi
untuk perawatan anaknya Do : orangtua px tidak
Efek inflamasi berupa jaringan parut dan perlengketan katup menetap walaupun fase akut sembuh
melakukan upaya apapun dirumah guna mengatasi panas dan nyeri px, sebelum akhirnya dibawa ke RS.
Defisiensi pengetahuan orangtua/anak tentang kondisi /pengobatan
Defisiensi pengetahuan
B. Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas 1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan px mengeluh panas, suhu tubuh 38,90C, kulit terasa hangat, kulit terlihat kemerahan, mukosa bibir kering dan merah. 2. Nyeri akut berhubungan dengan poliarthritis ditandai dengan px mengeluh nyeri pada sendi lutut, siku, pergelangan tangan dan kaki seperti ditusuk-tusuk apabila melakukan aktivitas, skala nyeri 5, S: 38.90C, N: 98x/mnt, RR: 20x/mnt . Nyeri pada saat fleksi-ekstensi lutut, siku, pergelangan tangan dan kaki. Terlihat bengkak pada persendian siku, pergelangan tangan dan kaki. 3. Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurang
pengetahuan
orangtua/anak tentang kondisi/pengobatan ditandai dengan orangtua px mengatakan tidak tahu harus melakukan apa untuk perawatan anaknya, orangtua px tidak melakukan upaya apapun dirumah guna mengatasi panas dan nyeri px, sebelum akhirnya dibawa ke RS. 4. Risiko penurunan curah jantung ditandai dengan px terlihat lemas, S: 38.90C, N: 98x/mnt, RR: 20x/mnt, kardiomegali, bunyi jantung muffled, perubahan EKG dan teraba ictus cordis.
III. Rencana Keperawatan
No. 1.
Dx Keperawatan Hipertermi
Tujuan / NOC Setelah diberikan
Intervensi / NIC Perawatan Demam :
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
a. Pantau suhu dan tanda vital
proses inflamasi
selama …x24 jam
ditandai dengan px
diharapkan suhu tubuh
b. Monitor warna kulit dan suhu
mengeluh panas, suhu
klien normal dengan
c. Dorong konsumsi cairan
tubuh 38,90C, kulit
criteria :
d. Mandikan px dengan spon
terasa hangat, kulit
Thermoregulation
hangat dengan hati-hati, hindari
terlihat kemerahan,
(0800) :
menggigil
mukosa bibir kering dan
a. Melaporkan
merah.
kenyamanan suhu b. Vital sign dalam
lainnya
e. Pantau komplikasi berhubungan dengan demam (mis.kejang) f. Lembabkan bibir dan mukosa
batas normal c. Tidak ada perubahan warna kulit d. Penurunan suhu kulit
yang kering. g. Kolaborasi/delegasi dalam pemberian antipiretik (paracetamol) sesuai dosis px. h. Kolaborasi/delegatif dalam pemberian antibiotic sebagai eradikasi agen penyebab DR (penisilin / erythromycin) Temperature Regulation : a. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam b. Monitor vital sign sesuai kebutuhan c. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat d. Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
2.
Nyeri akut
Setelah diberikan
Manajemen Nyeri
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
a. Kaji nyeri meliputi lokasi,
poliarthritis ditandai
selama …x24 jam
karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan px mengeluh
diharapkan nyeri
kualitas, intensitas/beratnya
nyeri pada sendi lutut,
berkurang dengan
nyeri dan faktor pencetus
siku, pergelangan
criteria :
tangan dan kaki seperti
Kontrol Nyeri
ditusuk-tusuk apabila melakukan aktivitas, skala nyeri 5, S:
a. Mengenali kapan nyeri terjadi b. Mengenali apa yang
38.90C, N: 98x/mnt,
terkait dengan gejala
RR: 20x/mnt . Nyeri
nyeri
pada saat fleksiekstensi lutut, siku, pergelangan tangan dan kaki. Terlihat
c. Menggunakan tindakan pencegahan d. Melaporkan nyeri terkontrol
b. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri c. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri d. Ajarkan teknik non farmakologi (spt: hypnosis, relaksasi, terapi music, terapi bermain, aplikasi panas/dingin, dll) Pemberian Analgetik a. Cek riwayat alergi obat
bengkak pada
Tingkat Nyeri
persendian siku,
a. Nyeri yang
pergelangan tangan dan kaki.
dilaporkan b. Panjang episode nyeri c. Ekspresi nyeri wajah d. Tidak bisa beristirahat
b. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan (delegatif pemberian): Paracetamol 10mg/KgBB prn 3-4 kali sehari. c. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik d. Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya efek samping
3.
Defisiensi
Setelah diberikan health
Pengajaran: Proses Penyakit
pengetahuan
education diharapkan
Demam Reumatik
berhubungan dengan
klien/keluarga
kurang pengetahuan
mengetahui
reumatik dan bagaimana
orangtua/anak tentang
kondisi/pengobatan
hubungannya dengan anatomi
kondisi/pengobatan
dengan criteria :
dan fisiologi sesuai kebutuhan
ditandai dengan
Pengetahuan:
orangtua px
Manajemen Proses
px/orangtua ttg mengenai
mengatakan tidak tahu
Penyakit (Demam
kondisinya
harus melakukan apa
Reumatik)
untuk perawatan anaknya, orangtua px tidak melakukan upaya
a. Karakteristik demam reumatik b. Faktor penyebab dan
apapun dirumah guna
resiko demam
mengatasi panas dan
reumatik
nyeri px, sebelum akhirnya dibawa ke RS
c. Efek fisiologis demam reumatik d. Tanda dan gejala demam reumatik e. Potensial komplikasi DR f. Tanda dan gejala
a. Jelaskan patofisiologi Demam
b. Review pengetahuan
c. Jelaskan tanda dan gejala yang umum pada DR d. Identifikasi kemungkinan penyebab DR e. Beri informasi pada orangtua yang penting bagi pasien, mengenai pekembangan pasien f. Berikan informasi ttg tes diagnostic dari DR g. Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi h. Jelaskan komplikasi kronik
komplikasi DR Pengetahuan:
akibat DR i. Edukasi orangtua untuk
Manajemen Rejimen
mengenal tanda dan gejala yang
Penanganan
harus dilaporkan pada petugas
a. Keyakinan bahwa
kesehatan
DR faktor medis,
Pengajaran :Prosedur/Perawatan
bukanlah faktor non
Demam Reumatik
medis terkait
a. Informasikan pada
kepercayaan etnis
pasien/orangtua tentang efek
papua ( roh jahat,
kelainan menetap pada jantung
ilmu gaib karena
akibat demam reumatik
dengki, dll. b. Perawatan pada DR
b. Kaji pengalaman dan keyakinan pasien/orangtua thd kejadian DR
harus sesuai
pada klien. Beri keyakinan
rejimen/tatalaksana
bahwa proses DR bukan akibat
terapi medis, bukan
dari keyakinan etnis (dukun, roh
dengan dukun,
jahat, dll).
ungkup, jimat atau isap darah. c. Teknik pemantauan sendiri d. Diet yang dianjurkan e. Rejimen obat yang diresepkan f. Rejimen profilaksis sekunder DR
c. Yakinkan klien/orangtua tentang bukti dari pemeriksaan penunjang terkait DR sehingga klien percaya bukan berasal dari darah kotor atau ilmu gaib. d. Informasikan pada klien dan orang tua agar ikut terlibat dalam proses penyembuhannya. e. Diskusikan pada klien/orangtua
g. Aktivitas yang
tentang pengobatan profilaksis
dianjurkan
sekunder serta lamanya waktu yang harus dipatuhi dalam pengobatan tersebut sesuai kondisi klien. f. Informasikan pada klien tentang pentingnya pengobatan
profilaksis sekunder DR karena DR memiliki resiko kekambuhan berulang-ulang bahkan sampai terjadi komplikasi akhir yaitu gagal jantung. g. Informasikan pada klien dan orangtua tentang batasan aktivitas/olahraga setelah perawatan. h. Informasikan pada klien/keluarga pentingnya intake nutrisi adekuat pada kasus DR yaitu jenis makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein serta asupan vitamin (vit.C). 4.
Monitor Tanda-tanda Vital
Risiko penurunan
Setelah diberikan
curah jantung ditandai
tindakan keperawatan
dengan px terlihat
selama …x24 jam
suhu dan status pernafasan
lemas, S: 38.90C, N:
diharapkan curah
b. Catat gaya dan fluktuasi yang
98x/mnt, RR: 20x/mnt,
jantung klien optimal
kardiomegali, bunyi
dengan criteria :
jantung muffled,
Kefektifan Pompa
perubahan EKG dan
Jantung
teraba ictus cordis.
a. Tekanan darah systole normal b. Tekanan darah diastole normal c. Ukuran jantung dipertahankan pada deviasi sedang d. Denyut nadi perifer normal e. Disritmia
a. Monitor tekanan darah, nadi,
luas pada tekanan darah c. Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat d. Monitor tekanan nadi yang menyempit atau melebar e. Monitor irama dan tekanan jantung f. Monitor warna kulit, suhu dan kelembapan g. Monitor sianosis sentral atau perifer h. Monitor oksimetri nadi Pengaturan Hemodinamik a. Lakukan penilaian komprehensif
dipertahankan dalam
terhadap status hemodinamik
dalam deviasi ringan
(yaitu TD, denyut jantung,
f. Angina tidak ada
denyut nadi, tekanan vena
g. Edema perifer/paru
jugularis, dll dengan tepat)
tidak ada Status sirkulasi a. Vital sign dalam batas normal b. Kekuatan nadi normal
b. Kurangi kecemasan dengan memberikan informasi yang akurat dan perbaiki setiap kesalahpahaman c. Identifikasi adanya tanda dan gejala peringatan dini system
c. CRT normal
hemodinamik yang
d. Tidak ada suara
dikompromikan (misal dyspnea,
nafas tambahan
orthopnea, sangat lelah, pusing,
e. Saturasi oksigen normal
palpitasi, melamun, edema, PND, dll) d. Auskultasi bunyi jantung tambahan e. Kolaboratif/delegatif pemberian obat berhubungan dengan kondisi jantung : Prednison 2mg/KgBB sampai 2 minggu, tapering off selama 2 minggu. Asetosal 75mg/KgBB mulai awal minggu ke-3 sampai 6 minggu. e. Monitor efek obat f. Lakukan auskultasi pada paru, apakah ada suara/ bunyi tambahan lainnya. g. Minimalkan stress lingkungan h. Kolaborasi dengan dokter sesuai indikasi.