Askep ASFIKSIA - 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA



DI SUSUN OLEH 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Amanda Dwi Silviana (201902009) Emilia Margaretha (201901024) Fivka dwi utami (201901032) Galuh sukma jatining panglipur (201901033) Setia Dwinarna Sekar Tunjung (201901076) Siska ayu pramesti (201901079)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES KARYA HUSADA KEDIRI 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA”, tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Typoid Abdominalis bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Bapak Andika Siswoaribowo, S.Kep.NS.M.Kep selaku dosen fasilitator tugas Asuhan Keperawatan tentang Typoid Abdominalis kelompok 5. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Pare, 30 Maret 2021



(Penulis)



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………… ……………...i KATA PENGANTAR..........................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah........................................................................................3 1.3. Tujuan...........................................................................................................3 1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................3 1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4 2.1. Definisi........................................................................................................4 2.2. Anatomi Fisiologi........................................................................................5 2.3. Etiologi……………………………………………………………………..9 2.4 Patofisiologi................................................................................................9 2.5 Manifestasi Klinik......................................................................................11 2.6. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................12 2.7. Komplikasi................................................................................................12 2.8 Penatalaksanaan.........................................................................................13 BAB III PEMBAHASAN...................................................................................16



3.1. Kasus Semu...............................................................................................23 3.2. Pengkajian.................................................................................................23 3.3. Riwayat Kesehatan....................................................................................24 3.4. Pemeriksaan Fisik.....................................................................................24 3.5. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................25 3.6. Analisis Data.............................................................................................25 3.7. Diagnosa Keperawatan..............................................................................27 3.8. Intervensi...................................................................................................27 3.9. Implementasi.............................................................................................31 3.10.Evaluasi.....................................................................................................33 BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................35 4.1 Kesimpulan.................................................................................................35 4.2 Saran...........................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................36



BAB I



PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Asfiksia adalah keadaan neonatus yang gagal bernapas secara sepontan dan teratur saat lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga mengakibatkan kurangnya oksigen atau perfusi jaringan ditandai dengan hipoksia, hiperkarbi, dan asidosis (Sarosa et al., 2011). Keadaan asfiksia mengakibatkan kerusakan pada beberapa jaringan dan organ dalam tubuh, yaitu : ginjal (50%), sistem saraf pusat (28%), sistem kardiovaskuler (25%) dan paruparu (23%).(Radityo et al., 2007). Kerusakan pada sistem saraf pusat pada bayi dengan riwayat asfiksi sedang sampai berat dapat mengakibatkan perlambatan perkembangan bayi (Hutahean, 2007). Deteksi dini dan tindakan evaluasi sangat penting untuk menilai keterlambatan perkembangan karena akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya (Tjandrajani et al., 2012).Ada beberapa alat untuk mendeteksi tumbuh kembang bayi disebut Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ) yang dikembangkan dari Skrining Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) yaitu suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang bayi yang paling mudah, sederhana, dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa bantuan dari dokter spesialis bayi dan dapat dilakukan dalam waktu 5 menit untuk menilai gangguan perkembangan bayi. Berdasarkan penelitian didapati angka kejadian kematian bayi mencapai angka 1 juta bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum (Radityo et al 2011). Masalah perkembangan pada bayi juga terjadi di negara berkembang seperti keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, dan dalam beberapa tahun terakhir semakin meningkat angka kejadian di Amerika Serikat berkisar 12-16%,



Thailand 24%, Argentina 22% dan di Indonesia sendiri 13%-18% (Dhamayanti, 2006). Negara Amerika Serikat menurut National Center for Health Statistics (NCHS) asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Pada negara berkembang lainnya kurang lebih 4 juta bayi baru lahir menderita asfiksia sedang atau berat dan 20% diantaranya meninggal dunia. Kasus asfiksia di Indonesia kurang lebih 40 per 1.000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahunnya karena asfiksia (Dewi, 2005). Salah satu dampak jangka panjang yang mungkin disebabkan oleh asfiksia adalah gangguan tumbuh kembang yang disebabkan karena adanya kerusakan pada otak (Mulidah et al., 2006). Kondisi ini dapat mengakibatkan perlambatan tumbuh kembang bayi atau bahkan dapat menderita kecacatan seumur hidup (Hutahean, 2007). Penelitian yang dilakukan( Mulidah et al) pada tahun 2006 menunjukkan terdapat hubungan antara kelahiran asfiksia dengan perkembangan balita dimana riwayat derajat asfiksia pada saat bayi meningkatkan risiko gangguan perkembangan balita dan perkembangan balita dengan kelahiran tidak asfiksia semua dinyatakan dalam keadan baik. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Definisi dari Asfiksia ? 2. Bagaimana Etiologidari Asfiksia ? 3. Bagaimana Patofisiologi dari Asfiksia ? 4. Bagaimana Klasifikasi Asfiksia ? 5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Asfiksia ? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang Asfiksia?



7. Bagaimana Penatalaksanaan Asfiksia? 8. Bagaimana Komplikasi Asfiksia ? 9. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Asfiksia? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui Definisi dari Asfiksia. 2. Untuk Mengetahui Etimologi dari Asfiksia. 3. Untuk Mengetahui Patofisiologi Asfiksia. 4. Untuk Mengetahui Klasifikasi Asfiksia. 5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis dari Asfiksia. 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Asfiksia 7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Asfiksia. 8. Untuk Mengetahui Komplikasi Asfiksia. 9. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada Asfiksia. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Bagi Mahasiswa A. Mahasiswa mampu memahami apa Asfiksia B. Mahasiswa mampu memahami konsep Asfiksia C. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi Asfiksia 1.4.2 Bagi pendidikan keperawatan A. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di bidang pendidikan maupun penelitian B. Dapat digunankan sebagai sumber literatur dalam pembuatan karya ilmiah 1.4.3 Bagi keilmuan keperawatan A. menentukan diagnosa keperawatan pada Asfiksia



B.



Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan pada pasien Asfiksia



C. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Asfiksia



BAB II TINJAUAN MATERI



2.1.Pengertian Asfiksia Asfiksia adalah bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir (Amru sofian, 2012). Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperapneu serta berakhir dengan asidosis (Arief dkk, 2009). Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama ataupun sesudah persalinan (Depkes RI, 2009). 2.2 Etiologi A. Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (Proverawati, 2010) 1. Faktor Ibu Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anastesi, penyakit jantung, sianosis, gagal pernapasan, keracunan karbon monoksida, dan tekanan darah ibu yang rendah akan menyebabkan asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus dapat menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat: hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain. 2. Faktor Plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan



mendadak pada plasenta, misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel, dan perdarahan plasenta. 3. Faktor Fetus Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dan lain-lain. 4. Faktor Neonatus Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin, maupun karena trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain. 5. Faktor Persalinan Partus lama dan partus karena tindakan dapat berpengaruh terhadap gangguan paru-paru. B. Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI, 2009) 1. Factor ibu a. Preeklamsia dan eklamsia. b. Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau solutio plasenta). c. Partus lama atau partus macet. d. Demam selama persalinan. e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV). f. Kehamilan post matur. g. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. h. Gravida empat atau lebih.



2. Faktor Bayi a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan). b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum, porsef). c. Kelainan kongenital. d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). 3. Faktor Tali Pusat a. Lilitan tali pusat. b. Tali pusat pendek. c. Simpul tali pusat. d. Prolapsus tali pusat. 2.3 Patofisiologi Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian Dengan memperlihatkan tonus otot buruk, karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ lainnya. Frekunsi jantung menurun karena oksigen dalam otot jantung atau sel otak kurang. Pernapasan cepat karena kegagalan absobrsi cairan paru-paru dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah.



Faktor internal



Factor plasenta dan



1.Hipoksia



tali pusat 1. Solusi plasenta



2.Anemia maternal kongeneta



factor uterus



factor neunatus



1. Gangguan vaskuler



2. Kompresi tali pusat



1.Pendarahan kranial



2. Aktiftas kontraksi memanjang



3.Malnutrisi



2. Kelainan 3. Pada paru dan jantung



4.Hipoventilasi



Aliran darah menuju plasenta menurun Transpot O2 dan nutrisoi janin menurun Asidosis dalam darah ASFIKSIA Bayi lahir kekurangan O2 dan CO2 Pola nafas cepat



Suplay O2 ke paru menurun



Suplai O2 dalam darah menirun



Apneu Kerusakan otak gangguan keseimbang asam basa dalam darah Retraksi dada



Resiko cidera Pola nafa tidak efektif



Pasokan darah keseleruh tubuh menurun



Perfusi perifer tidak efektif



2.4 Klasifikasi Menurut WHO (dalam Mochtar, 2008) Klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu sebagai berikut : a. Asfiksia livida adalah asfiksia yang memiliki ciri meliputi warna kulit kebiru-biruan, tonus otot masih baik, reaksi rangsangan masih positif, bunyi jantung regular, prognosis lebih baik. b. Asfiksia pallida adalah asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irregular, prognosis jelek. Asfiksia livida lebih baik dari pada asfiksia pallida, prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus di pikirkan kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang 2.5 Manifestasi Klinis 1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat antara lain: frekuensi jantung < 40 kali per menit, tidak ada usaha panas, tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu, terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan. 2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6) Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul antara lain: frekuensi jantung menurun menjadi 60–80 kali per menit, usaha panas lambat, tonus otot biasanya dalam keadaan baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan. 3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10) Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul antara lain: napas lebih dari 100 kali per menit, warna kulit bayi tampak kemerahmerahan, gerak/tonus otot baik, bayi menangis kuat (Yuliana, 2012).



2.6 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada neonatal dengan asfiksia, meliputi: 1. Nilai APGAR: memberikan pengkajian yang cepat mengenai kebutuhan untuk resusitasi neonatal. 2. Rontgen thoraks dan abdomen: untuk menyingkirkan abnormalitas/cedera struktural dan penyebab masalah ventilasi. 3. Pemeriksaan ultrasonografi kepala: untuk mendeteksi abnormalitas/cedera kranial atau otak atau adanya malformasi kongenital. 4. Kultur darah: untuk menyingkirkan atau memastikan adanya bakteremia. 5. Skrining toksikologi: untuk menemukan adanya toksisitas obat atau kemungkinan sindrom alkohol janin atau fetal alcohol syndorome. 6. Skrining metabolisme: untuk menyingkirkan adanya gangguan endokrin atau metabolisme 2.7 Penatalaksanaan 1. Menurut Kosim, S. et al (2008) penatalaksanaan resusitasi pada bayi asfiksia adalah: a. Persiapan peralatan dan obat-obatan Kebutuhan resusitasi tidak selalu dapat diprediksi, tetapi dapat diantisipasi. Karena itu, peralatan dan obat untuk resusitasi yang lengkap harus tersedia pada setiap persalinan. Peralatan dan obat tersebut harus diperiksa secara reguler. Pada setiap akan berlangsung persalinan, peralatan untuk resusitasi BBL harus diperiksa, di uji, dan diyakinkan baik fungsinya. Demikian pula obat untuk resusitasi BBL harus disiapkan dengan baik. b. Persiapan keluarga Komunikasi dengan keluarga merupakan hal penting. Pada setiap persalinan risiko tinggi diperlukan komunikasi antara petugas yang merawat dan bertanggungg jawab terhadap ibu dan bayinya dengan ibu bayi, suami atau keluarga.



c. Persetujuan tindakan medik Petugas seharusnya mendiskusikan rencana tatalaksana bayi dan memberikan informasi kepada keluarga. Apabila keluarga sudah menyetujui tatalaksana atau tindakan yang akan dilakukan, petugas meminta persetujuan tindakan medis secara tertulis. d. Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi tetap hangat Bayi baru lahir mempunyai risiko mengalami hipotermia yang menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen dan keputusan resusitasi. Karena itu, pencegahan kehilangan panas pada BBL merupakan hal penting, bahkan pada bayi kurang bulan memerlukan upaya tambahan. Lingkungan/ruangan tempat melahirkan harus dijaga suhunya supaya tidak menyebabkan bayi menderita hipotermia. Bila resusitasi tidak diperlukan, bayi dapat diletakkan ditubuh ibunya, di dada atau perut dengan cara kontak kulit ibu dengan kulit bayi. Bayi akan tetap hangat karena sumber panas dari tubuh ibunya. 2.8 Komplikasi Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain : a. Edema otak & Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak. b. Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit. c. Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan



O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif. d. Koma Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak 2.9 Konsep Asuhan Keperawatan Secara Umum 2.9.1 Pengkajian Keperawatan Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium serta informasi dari tim kesehatan serta keluarga klien, yang meliputi : 1. Biodata : Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum. 2. Keluhan Utama : Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas. 3. Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan klien sampai di rawat di Rumah Sakit atau perjalanan penyakit. 4. Riwayat kehamilan dan persalinan : Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang. 5. Kebutuhan dasar : a. Pola Nutrisi Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna.



b. Pola Eliminasi Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama pencernaan belum sempurna. c. Kebersihan diri Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti popoknya. d. Pola tidur Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak napas. 6. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak napas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama. b. Tanda-tanda Vital Pada umunya terjadi peningkatan respirasi c. Kulit Pada kulit biasanya terdapat sianosis. d. Kepala Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak. e. Mata Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya. f. Hidung Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernapasan cuping hidung.



2.9.2 Diagnosa, Tujuan dan Luaran, Intervensi Asfiksia ( SDKI, SLKI & SIKI) - Diagnosa Keperawatan Suatu diagnose keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan terhadap respon tersebut dari seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA-I 2013). - Tujuan dan Luaran Keperawatan Luaran keperawatan menunjukkannstatus diagnosankeperawatan setelah



dilakukan



intervensi



keperawatan



(Gemini



et



all,



2020;ICNP,2015) - Intervensi Keperawatan Tahap perencaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai., hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi,2008) INTERVENSI



1.5 NO



DIAGNOSA



TUJUAN DAN KRITERIA HASIL



INTERVENSI



1



Pola nafas tidak efektif b.d pengembangan dada tidak optimal



Setalah dilakukan tindakan 1x24 jam ketidak efektifan pola nafas menurun, dengan kriteria hasil : 1. Respirasi rate normal. 2. Pernafasan normal



- Monitor pola napas. - Monitor bunyi napas tambahan. - Lakukan fisioterapi dada - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik. - Berikan oksigen



2



3



3. tidak ada retraksi dada Resiko cederai b.d Setalah dilakukan suplay darah ke tindakan 1x24 jam paru menurun resiko cedera mengakibatkan menurun, dengan kerusakan pada kriteria hasil : otak - Pernafasan normal - Nilai tonun otot meningkat - Nilai APGAR skor meningkat Perfusi perifer tidak efektif b.d ketidak mampuan menyuplai darah ke seluruh tubuh



- Kaji tingkat kesadaran - Kaji TTV pasien - Kaji keadaan umum pasien - Kaji pola aktivitas pasien



Setalah dilakukan - Monitor saturasi tindakan 1x24 jam oksigen perfusi perifer tidak - Monitor aritmia efektif menurun, dengan kriteria hasil : - CRT Normal



- Warna kulit pucat menurun - Hemoglobin normal - Kaki dan tanganya teraba hangat



- Implementasi Keperawatan Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan kedalam bentuk tindakan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi ( Asmadi, 2008)



No Diagnosa Keperawatan 1 Pola nafas tidak efektif b.d pengembangan dada tidak optimal



2



Resiko cederai b.d suplay darah ke paru menurun mengakibatkan kerusakan pada otak



3



Perfusi perifer tidak efektif b.d ketidak mampuan menyuplai darah ke seluruh tubuh



Hari/tanggal/Jam



Implementasi - Memonitor pola napas pasien - Memonitor apakah ada bunyi napas tambahan pada pasien - Memberikan fisioterapi dada - Memberikan penghisapan lendir kurang dari 15 detik. - Memberikan oksigen untuk bantuan napas pasien. - Mengkaji tingkat kesadaran pasien. - Mengkaji tanda – tanda vital pasien - Mengkaji keadaan umum pasien. - Memonitor saturasi oksigen - Memonitor apakah ada aritmia atau tidak. - Mengkaji tanda – tanda vital pasien



- Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan



dengan



melibatkan



klien



dan



tenaga



kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (Reassessment). No Diagnosa Keperawatan 1 Pola nafas tidak efektif b.d pengembangan dada tidak optimal



Evaluasi S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah menangis kuat O : Rr 54x/mnt Pernapasan normal Sudah tidak terpasang o2 7 lpm



Sudah tidak ada retaksi dada A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan



2



3



Resiko cederai b.d suplay darah ke paru menurun mengakibatkan kerusakan pada otak



S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah menangis kuat dan pergerakan kaki juga kuat



Perfusi perifer tidak efektif b.d ketidak mampuan menyuplai darah ke seluruh tubuh



S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak pucat



O : Pernapasan normal Nilai apgar skor normal A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan



O : CRT normal HB 13,5 g/dl A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan



BAB III PEMBAHASAN



Ny.A datang ke rumah sakit ditemani suaminya mengatakan kalau bayinya mengalami ketuban pecah dini, menangis lemah kulitnya tampak kebiruan, gerakan kaki lemah, ujung tangan, kaki dan bibir terlihat kebiruan. Setelah di lakukan pemeriksaan didapat TD: 60 mmHg, RR: 64/ menit, suhu: 36,5C, Nadi: 120/menit, BBL : 3080 Gram, PB: 49 Cm, LD: 33cm, LILA: 10 c. APGAR score didapat 4, Diagnosa medis: Asfiksia berat



3.1 PENGKAJIAN a) IDENTITAS KLIEN 1. NAMA 2. UMUR 3. TEMPAT TANGGAL LAHIR 4. AGAMA 5. TANGGAL MASUK 6. No RM 7. DIAGNOSA MEDIS b) IDENTITAS KELUARGA 1. NAMA AYAH 2. UMUR AYAH 3. NAMA IBU 4. UMUR IBU 5. AGAMA 6. PEKEJAAN AYAH 7. PEKERJAAN IBU 8. ALAMAT



: By. Ny A : 0 hari : pare, 26 april 2021 : Islam : 26 April 2021 : 455127 : Asfiksia Berat



: Bp. R : 41 tahun : Ny. A : 40 Tahun : Islam : Guru : Ibu rumah tangga : mbedo pare Kediri



3.2 RIWAYAT KESEHATAN 1. ALASAN MASUK RS Keluarga pasien mengatakan ibu pasien mengeluhkan ketuban pecah dini, kemudian ibu pasien dilarikan ke bidan. Ibu pasien kemudian dirujuk ke RSUD malia untuk dilakukan tindakan lebih lanjut 2. KELUHAN UTAMA Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak menangis disertai kebiruan 3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak menangis. Tangisan dan gerak pasien lemah. Keluarga pasien juga mengeluhkan ujung tang dan bibir pasien yang bewarna kebiruan 4. RIWAYAT KELUARGA Keluarga pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit 3.3 KEADAAN KESEHATAN SAAT INI 1. STATUS NUTRISI PASIEN Pasien mendapat intake oral susu formula, dikarenakan ibu pasien masih dirawat di bangsal lain. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mendapatkan asi, karena pasien dilakukan rawat pisah. 2.



AKTIVITAS ISTIRAHAT Pasien tampak banyak tidur, tdak menangis.



3.



PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI Pasien terlihat kotor terkena darah postnal, dan tinta cap di telapak kaki.



4.



ELIMINASI Keluarga pasien mengatakan pasien belum BAK dan BAB . pasien menggunakan popok kain.



3.4 PEMERIKSAAN FISIK 2. PEMERIKSAAN UMUM a. KEADAAAN UMUM b. TTV 1. TD 2. N 3. RR 4. S



: lemah : 60 mmHg : 120 X/menit : 64 X/ menit : 36,6 0 C



c. STATUS GIZI 1. BBL 2. PB 3. LD 4. LILA



: 3080 Gram : 49 Cm : 33cm 10 cm



d. REFLEK reflek menggenggam



: Bayi mempunyai reflek moro yang baik, ada, menurun dan reflek menghisap lemah. Meringis atau menangis lemah ketika distimulasi



3. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE



1. Kepala a. Kepala



: fontanel lunak, tidak menonjol,sutara tepat



b. Wajah



: wajah simetris, terlihat kotor terkena darah pospartum



c. Mata



: terdapat dischart pada mata ( kotoran pada mata



berlebih ), sclera tidak ikterik d. Hidung



: lubang hidung simetris , tidak terdapat pernafasan



cuping hidung e. Telinga



:  bentuk telinga simetris, kartilago tampak normal,



tidak ada cairan abnormal, terlihat kotor terkena darah pospartum f. Mulut



: mulut terlihat kotor



g. Bibir



: bibir terlihat siniosis, tidak Nampak sumbing pada



bibir 2. THORAX . 2 Paru – paru : dada simetris, terlihat retraksi dada, pernafasan 64x/menit 3 Jantung : HR 120 x/ menit, kuat, teratur, posisi kiri atas 3. ABDOMEN



: Tidak terdapat distensi abdomen



4. EKSTREMITAS :



a. Atas : lengkap tidak ada kelainan, akral dingin dan sianosis, terlihat kotor



darah pospartum, gerakan lemah b. Bawah : lengkap tidak ada kelainan, akral dingin dan pucat, terlihat kotor



darah pospartum, terlihat luka lecet di telapak kaki sebalah kiri. Telapak kaki terlihat kotor terkena tinta cap, gerakan lemah



4.



PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Hemoglobin b. Leukosit c. Hematorik d. Golongan darah e. Glukosa



4.5 ANALISA DATA NO 1



2



: 12,1 gr : 39400 /ul : 37 % :A : 80 mg/dl



DATA



Ds : Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak menangis disertai kebiruan Do : - Rr : 64 x/ menit - Pernafasan cepat/apnea - Terpasang o2 headbox 7 lpm - Terlihat retraksi dada Ds : Keluarga pasien mengatakan menangis merintih gerakan kaki melemah Do : - Pernafasan cepat apnea - Nilai apgar skor pada tonus otot 1



ETIOLOGI



MASALAH KEPERAWATAN



Pengembangan dada tidak optimal



Pola nafas tidak efektif



Suplay darah ke paru menurun



Resiko cedera



Kerusakan otak



3



Nilai apgar skor menangis lemah 1



Ds : keluarga pasien mengatakan bayinya bibirnya berwaran biru Do : - CRT kembali lebih dari 3 detik - Kukunya berwarna biru - Hemoglobin : 12,1 Gr - Kaki dan tanganya teraba dingin



Ketidak mampuan menyuplai darah ke seluruh tubuh



Perfusi periver tidak efektif



4.6 DIAGNOSA DATA 1. Ketidak efektifan pola nafas b.d pengembangan dada tidak optimal 2. Resiko cederai b.d suplay darah ke paru menurun mengakibatkan kerusakan



pada otak 3. Perfusi perifer tidak efektif b.d ketidak mampuan menyuolai darah ke seluruh tubuh 4.7 INTERVENSI NO DIAGNOSA 1



2



Pola nafas tidak efektif b.d pengembangan dada tidak optimal



TUJUAN DAN KRITERIA HASIL



Setalah dilakukan tindakan 2x24 jam ketidak efektifan pola nafas menurun, dengan kriteria hasil : 1. Respirasi rate normal. 2. Pernafasan normal 3. tidak ada retraksi dada Resiko cederai b.d Setalah dilakukan suplay darah ke tindakan 3x24 jam paru menurun resiko cedera mengakibatkan menurun, dengan kerusakan pada kriteria hasil : otak - Pernafasan



INTERVENSI



- Monitor pola napas. - Monitor bunyi napas tambahan. - Lakukan fisioterapi dada - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik. - Berikan oksigen



- Kaji tingkat kesadaran - Kaji TTV pasien - Kaji keadaan umum pasien - Kaji pola aktivitas pasien



normal - Nilai tonun otot meningkat - Nilai APGAR skor meningkat 3



Perfusi perifer tidak efektif b.d ketidak mampuan menyuplai darah ke seluruh tubuh



Setalah dilakukan - Monitor saturasi tindakan 1x24 jam oksigen perfusi perifer tidak - Monitor aritmia efektif menurun, dengan kriteria hasil : - CRT Normal



- Warna kulit pucat menurun - Hemoglobin normal - Kaki dan tanganya teraba hangat 1.5 IMPLEMENTASI



No Diagnosa Keperawatan 1 Pola nafas tidak efektif b.d pengembangan dada tidak optimal



Hari/tanggal/Jam Implementasi Rabu 31 maret - Memonitor pola napas pasien jam 08.00 - Memonitor apakah ada bunyi napas tambahan pada pasien - Memberikan fisioterapi dada - Memberikan penghisapan lendir kurang dari 15 detik. - Memberikan oksigen untuk bantuan napas pasien.



2



Resiko cederai b.d suplay Rabu 31 maret darah ke paru menurun 2021 jam 09.00 mengakibatkan kerusakan pada otak



3



Perfusi perifer tidak efektif b.d ketidak mampuan menyuplai darah ke seluruh tubuh



Rabu 31 maret jam 10.00



- Mengkaji tingkat kesadaran pasien. - Mengkaji tanda – tanda vital pasien - Mengkaji keadaan umum pasien. - Memonitor saturasi oksigen - Memonitor apakah ada aritmia atau tidak. - Mengkaji tanda – tanda vital pasien



1.6 EVALUASI



No Diagnosa Keperawatan 1 Pola nafas tidak efektif b.d pengembangan dada tidak optimal



Evaluasi S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah menangis kuat



2



Resiko cederai b.d suplay darah ke paru menurun mengakibatkan kerusakan pada otak



S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah menangis kuat dan pergerakan kaki juga kuat



Perfusi perifer tidak efektif b.d ketidak mampuan menyuplai darah ke seluruh tubuh



S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak pucat



3



O : Rr 54x/mnt Pernapasan normal Sudah tidak terpasang o2 7 lpm Sudah tidak ada retaksi dada A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan



O : Pernapasan normal Nilai apgar skor normal A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan



O : CRT normal HB 13,5 g/dl A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan



BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Penyebab terjadinya asfiksia yaitu berasal dari faktor ibu, faktor bayi, faktor plasenta. Klasifikasi dari afiksia ada asfiksia berat (1-3), asfiksia sedang (4-6). Asfiksia ringan (7-10)



4.2 SARAN Untuk menghindari kasus asfiksia pada neonatus sebaiknya ibu harus menjaga kesehatan, memenuhi asupan nutrisi dengan baik dan sering mengecekkan kehamilannya secara rutin untuk mengetahui kondisi bayi sehingga untuk mencegah hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada bayi