ASKEP GANGGUAN MENSTRUASI Kelompok2 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • indah
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MATERNITAS “Asuhan Keperawatan pada Gangguan Menstruasi” Dosen : Ns.Cut Mutya Bunsal, S.Kep,.M.Kep



Oleh : Kelompok II INDAH M. ZACHAWERUS CICILIA D Y SAREAN YANTI G ESSING



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO 2020/202



Contents BAB I..................................................................................................................................................2 PENDAHULUAN...............................................................................................................................2 A. Latar Belakang..........................................................................................................................2 B. Konsep haid..............................................................................................................................10 C. Fisiologi menstruasi.................................................................................................................10 a. Siklus Menstruasi..................................................................................................................11 b. Jenis-jenis gangguan haid.....................................................................................................15 c. Pathway Amenore.................................................................................................................24 d. Pathway Dismenore..............................................................................................................24 e. Pathway PMS (Pre Menstrual Sindrom)..............................................................................24 BAB II...............................................................................................................................................32 TINJAUAN KASUS.........................................................................................................................32 A. Kasus........................................................................................................................................32 B. Pengkajian................................................................................................................................32 C. Analisis Data............................................................................................................................34 D. Diagnosa keperawatan.............................................................................................................36 E. Intervensi keperawatan............................................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................39



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Gangguan menstruasi merupakan gangguan kesehatan reproduksi yang sering dikeluhkan oleh banyak wanita, terutama remaja putri. Gangguan tersebut dapat terjadi mulai dari tingkat yang ringan sampai berat, dan akan berdampak pada aktivitas sehari-hari, sehingga dapat mengganggu produktifitas remaja seperti sekolah. Survei pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA Dharma Pancasila Medan tahun 2017, dengan menanyakan kepada beberapa siswa/i apakah sering libur sekolah atau tidak, siswa menjawab tidak pernah libur sekolah kecuali kecelakaan atau sakit parah. Selanjutnya peneliti menanyakan kepada siswi mereka menjawab tidak libur sekolah juga kecuali sakit. Tetapi beberapa siswi mengatakan sering libur sekolah karena nyeri perut yang sangat mengganggu aktivitas saat menjelang menstruasi, sebagian siswi mengatakan mengalami nyeri hebat bahkan pernah sampai pingsan, setelah mengalami kejadian seperti itu, saat menjelang menstruasi selanjutnya mereka minum obat untuk menghilangkan rasa nyeri. Akan tetapi apabila sakit yang ringan seperti flu, batuk, pusing, lemas, selama sakitnya masih bisa dikontrol dan tidak terlalu mengganggu aktivitas maka mereka tetap hadir. Kemudian peneliti lanjut menanyakan apakah siswi pernah ada kejadian gangguan menstruasi lain selain nyeri, siswi menjawab pernah mengalami gangguan lainnya yaitu, sejak 5 bulan yang lalu periode menstruasi menjadi lama



kadang berlansung hingga 2 minggu lebih, tetapi darah menstruasi yang keluar tidak terlalu banyak. Kemudian siswi lainnya mengatakan gangguan berupa siklus menstruasinya yang terlalu dekat, misalnya awal bulan haid dan berakhir kira-kira pada tanggal 10, dua mingu kemudian sekitar tanggal 23 haid lagi berarti dalam sebulan mengalami dua kali haid. Selain itu siswi tersebut juga pernah mengalami haid dengan jumlah darah yang keluar tiga kali lebih banyak dari biasanya. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan selama 2 hari pada bulan Juni 2017, diketahui bahwabeberapa siswi menyebut alasan tidak hadir sekolah karena nyeri perut menjelang menstruasi, oleh karena alasan tersebut peneliti mewawancarai 12 orang siswi lainnya tentang gangguan menstruasi. 2 siswi mengatakan mengalami gangguan menstruasi berupa ketidakteraturan setiap bulannya, 1 siswi mengatakan pernah tidak menstruasi sampai 4 bulan berturutturut, 2 siswi mengatakan ketika menstruasi jumlah darah yang keluar hanya sedikit seperti flek dan berlansung selama 3 hari saja, 2 siswi mengatakan setiap menjelang menstruasi terasa nyeri dan pembengkakan pada payudara dan 5 siswi yang mengatakan tidak pernah mengalami gangguan selama menstruasi. Dari beberapa siswi yang memiliki keluhan gangguan menstruasi, 1 siswi memiliki berat badan gemuk, 3 siswi memiliki berat badan kurus dan 3 siswi memiliki berat badan ideal. Menurut World Health Organization (WHO) gangguan menstruasi sering mempengaruhi kualitas hidup remaja dan wanita dewasa muda, terutama remaja yang menderita dismenorea dan menstruasi berat. Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa 18 juta wanita berusia 30-55 tahun menganggap perdarahan



menstruasi



yang



dialaminya



berlebihan.



Gangguan



menstruasi



sering



memengaruhi kualitas hidup remaja dan wanita dewasa muda dan bisa menjadi indikator masalah mendasar yang serius. Gangguan menstruasi yang paling umum terjadi adalah frekuensi menstruasi yang tidak teratur (80,7%), sindrom pramenstruasi (54,0%), durasi menstruasi tidak teratur (43,8%), dismenorea (38,1%), polimenorea (37,5% dan oligomenorea (19,3%) (1). Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) menyebutkan bahwa permasalahan wanita di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%). Gangguan menstruasi mejadi permasalahan utama pada wanita di Indonesia (2). Menurut data Riskesdas RI (2013), kelompok umur 13-15 tahun penilaian status gizi berdasarkan IMT, prevalensi nasional kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Prevalensi sangat kurus terlihat paling rendah di Bangka Belitung (1,4%) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (9,2%). Sebanyak 17 provinsi dengan prevalensi anak sangat kurus (IMT/U) diatas prevalensi nasional yaitu Riau, Aceh, Jawa Tengah, Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Banten, Papua, Sumatera Selatan, Gorontalo, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sumatera Barat termasuk kedalam 17 propinsi tersebut dengan prevalensi 7%. Prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5%



kurus). Remaja usia 15-19 tahun resiko kekurangan energi kronik pada tahun 2007 30,9% dan pada tahun 2012 naik menjadi 46,6% (3). Angka kejadian dismenorea di Amerika serikat 30-50% perempuan usia reproduksi. Sekitar 10-15% diantaranya terpaksa kehilangan kesempatan kerja, sekolah, dan kehidupan keluarga. Angka kejadian dismenorea pada wanita di Swedia berumur 19 tahun sebanyak 72,42%. Sedangkan di Indonesia angka kejadian dismenorea primer sekitar 54,89%, sisanya 45,11% dismenorea sekunder. (4) Dalam penelitian Cakir M et al dikatakan bahwa dismenorea merupakan gangguan dengan prevalensi yang terbesar (89,5%), diikuti ketidakteraturan menstruasi (31,2%),serta siklus menstruasi yang panjang (5,3%). Sedangkan dalam penelitian Bieniasz J et al mengenai gangguan menstruasi didapatkan prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. Disminorea merupakan salah satu faktor alasan utama yang menyebabkan remaja wanita absen dari sekolah (5). Dalam penelitian Deby Shinta tentang faktor yang berhubungan dengan dysmenore di SMA 2 Medan tahun 2014, di dapatkan hasil untuk proporsi prevalensi dismenore 85,9%, derajat kesakitan dismenore ringan 79,1%, sedang 8,2%, berat 12,7% sedangkan proporsi siswi yang mengalami dismenore yang tertinggi pada 1415tahun (86,0%), umur menarche kurang dari 12 (87,7%), lama menstruasi kurang dari 7 hari (86,3%), siklus menstruasi normal (87,4%), sering berolah raga (96,9%), status gizi lebih (100,0%) dan ada riwayat keluarga (90,5%) (6).



Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Rentang usia remaja 10 –19 tahun. Remaja dalam rentang usia tersebut mengalami berbagai perubahan badan, perubahan status sosial, perubahan penampilan, perubahan sikap, perubahan seks dan perubahan organ-organ reproduksi secara khusus ditandai oleh menstruasi (7). Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi dengan matang. siklus menstruasi berlansung selama 28 hari dengan lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc atau 40 mL. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap patologik (8). Faktor- faktor yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi yaitu faktor biologis seperti tekanan hidup, stres, kecemasan, aktivitas fisik atau kelelahan fisik maupun psikis, gangguan yang bersifat hormonal yaitu ketidakseimbangan hormon estrogen maupun hormon progesteron dan prostaglandin, hormon prolaktin berlebih yaitu meningkatnya hormon prolaktin secara otomatis akan menurunkan hormon estrogen dan progesterone, kenaikan atau berkurangnya berat badan secara signifikan, status gizi (underweight jika IMT 27,0) akan mempengaruhi kerja hormon berupa peningkatan,



keseimbangan, ataupun penurunan hormon dan kelainan organik seperti radang, tumor, trauma dan sebagainya (9). Perubahan emosional seperti stres, yang melibatkan sistem neuroendokrin yang dapat memicu terjadinya gangguan menstruasi. Stres psikologis menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, yaitu terjadinya peningkatan Corticotropic Releasing Hormone (CRH) sehingga menghambat stimulus sekresi GnRH oleh hipotalamus dan memengaruhi proses menstruasi. Selain itu juga, adanya pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan fungsi reproduksi. Jika terdapat gangguan pada gizi yaitu gizi yang kurang atau berlebih akan mengganggu fungsi reproduksi, fungsi ovulasi, perubahan kadar hormon steroid serta gangguan pematangan folikel yang berdampak pada gangguan haid (10). Aktivitas fisik diperkirakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi terjadinya gangguan menstruasi. Semakin tinggi frekuensi aktifitas fisik yang dikerjakan, maka semakin besar kemungkinan terjadi gangguan menstruasi. sedangkan aktivitas fisik intesitas sedang menurunkan resiko gangguan menstruasi. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dengan mudah. Aktifitas fisik tidak harus dalam bentuk olahraga berat untuk meningkatkan derajat kesehatan, melainkan dapat berupa aktivitas saat di tempat kerja, dalam perjalanan, melakukan pekerjaan rumah dan olahraga rekreasi. Aktivitas fisik berperan penting dalam usaha pencegahan penyakit tidak menular. Terutama pada negara berkembang yang sebagian besar dari total pengeluaran energi masyarakatnya digunakan dalam bekerja dan transportasi daripada olahraga



rekreasi. Olahraga teratur dapat mengatasi dismenorhea, serta dapat mencegah obesitas (11). Status gizi yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan atau perubahan berat badan dalam jangka waktu yang lama atau menetap maka akan mempengaruhi fungsi menstruasi dan gangguan hormon ovarium. (12) Masalah yang sering terjadi pada remaja saat ini adalah kelebihan asupan gizi yang dapat menyebabkan obesitas, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi keadaan tubuh dan sistem reproduksi hormon yang berkaitan erat dengan terjadinya menarche. (13) Kurangnya asupan gizi atau sebaliknya dari konsumsi makanan yang dilakukan dapat mempengaruhi hormon ovarium yaitu estrogen, progesterone, LH (lutenizing hormone), dan FSH (folikel stimulating hormone). (14) Status gizi sangat mempengaruhi status pertumbuhan dan perkembangan, sehingga status gizi perlu diperhatikan. Status gizi yang kurang dapat mengakibatkan menstruasi lebih lambat dari yang seharusnya. Beberapa penelitian mengatakan status gizi dapat mempengaruhi keteraturan menstruasi (15). Sebagian orang tua khususnya seorang ibu jarang mendidik anak perempuannya tentang berbagai hal terutama tentang menstruasi, awal menstruasi, perawatan menstruasi dan bagaimana menjaga kesehatan wanita selama menstruasi karena menurut sebagian masyarakat hal ini masih tabu untuk dibicarakan dalam keluarga. Adanya anggapan orangtua yang salah bahwa hal ini merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan dan menganggap bahwa anak akan mengetahui dengan sendirinya akan menambahnya rumitnya permasalahan. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh remaja dalam mengontrol emosi,



mengurangi kecemasan, memberikan motivasi karena keluarga menjadi tempat remaja mengeluarkan segala keluhan atau sekedar tempat bercerita kegiatan seharihari (16). Akibat gangguan menstruasi, waktu lebih banyak digunakan untuk beristirahat dan konsentrasi belajar menjadi menurun. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan dan evaluasi secara dini terkait gangguan menstruasi. Jika gangguan tidak ditangani, dapat mempengaruhi kualitas hidup karena menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan mungkin dapat menjadi masalah serius. Sehingga diperlukan penanganan yang lebih serius terhadap gangguan menstruasi agar kualitas hidup wanita terutama siswi tidak menurun dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu terlebih lagi bagi siswi. Dari latar belakang diatas, di ketahui bahwa gangguan menstruasi terjadi pada remaja dan menimbulkan dampak bagi penderita, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti dan mengalisis faktor yang memengaruhi gangguan menstruasi pada siswi kelas X dan XI di SMA Dharma Pancasila Medan tahun 2017”.



B. Konsep haid Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah uterus melalui liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan yang mengandung darah ini terjadi pada wanita yang sudah memasuki usia subur dan yang sedang tidak hamil. Peristiwa ini dimulai dengan adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam rahim atau endometrium. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan progesteron (Hawari, 1997). Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat : 



Lamanya 3-6 hari







Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari







Satu siklus normal 21-35 hari







Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi



C. Fisiologi menstruasi  Usia normal bagi seorang perempuan mendapatkan menstruasi untuk kali pertama adalah 12 atau 13 tahun. Namun kalau sampai usia 16 tahun belum juga datang bulan perlu di waspadai, mungkin ada kelainan. Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat perempuan memasuki masa menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum memasuki masa menopause, haid tetap datang hanya jangka waktunya lebih lama dan prosesnya cepat, paling hanya 2-3 hari. Siklus haid/ menstruasi pada perempuan (reproduksi) normalnya terjadi setiap 23-35 hari sekali dengan lama haid berkisar 5-7 hari. Namun ada sebagian perempuan yang mengalami haid tidak normal. Diantaranya mulai dari usia haid yang datang terlambat, darah haid sangat banyak sampai harus



berulang kali mengganti pembalut wanita, nyeri atau sakit saat haid, gejala PMS (pree menstruasi syndrom), siklus haid yang tidak teratur dan masih banyak lagi. Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak serius, haid yang tidak teratur misalnya dapat menjadi pertanda seorang perempuan kurang subur (infertil). Gangguan yang terjadi saat haid dinilai masih normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid kali pertama. Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatakan haid pertamanya saat berusia 11 tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur. Tapi bila setelah usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur juga, dipastikan ia mengalami gangguan haid. Haid Dipengaruhi berbagai hormon: GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang dikeluarkan oleh hipothalamus dan memicu hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH. FSH (Folikel Stimulating Hormon) memicu pematangan folikel diovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar. Estrogen akan mengakibatkan  proliferasi sel endometrium (penebalan dari endometrium). Estrogen yang tinggi memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH (Luteinizing hormon). LH  akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesis progesterone. Progesteron sendiri menyebabkan perubahan sekretorik pada endometrium  sehingga terjadi Fase sekresi / fase luteal. Fase sekresi selalu tetap 14 hari, meskipun siklus haid bervariasi, yang berbeda adalah fase proliferasinya, sehingga harus berhati2 untuk menentukan masa subur a. Siklus Menstruasi Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-15%wanita yang memiliki siklus 28 hari. Tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita  tetapi juga pada wanita yang sama, bahkan kakak beradik dan saudara kembar jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause. Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang  7 – 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata + 16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi.



Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender dengan menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1 dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian anda dapat mengetahui siklus anda. Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopii dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin. Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung  selama 3 – 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya. Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase: 1.      Fase Folikuler Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ov arium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-



rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat. 2.      Fase ovulasi Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam. 3.      Fase Luteal Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.



Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu : 1.      Fase Menstruasi atau dekuamasi Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4 hari. 2.      Fase pasca haid atau fase regenerasi



Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari. 3.      Fase Proliferasi Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu: a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase) Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase) Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus). c. Fase proliferasi akhir (late proliferation) Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan padat.



4.      Fase pra haid atau fase sekresi Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada  fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.



b. Jenis-jenis gangguan haid a). Hipermenore (Menorraghia) 1. Definisi Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. 2. Etiologi 1. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi : uterotonika 2. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia. 3. Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas, bendungan pembuluh darah balik. 1. Hipertensi 2. Dekompensio cordis 3. Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis. 4. Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik. 5. Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili 3. Patofisiologi Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari



setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum. Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis. Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat. 4. Manifestasi Klinis Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.



b). Hypomenorhoe (kriptomenorrhea) 1. Definisi Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya. Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.



2. Etiologi 1.Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin



2.kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. 3. Patofisiologi 4. Manifestasi klinis Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (