Askep Katarak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK



DISUSUN OLEH : 1.



ARISKA SOFYANA



2.



FENI APRILIA



3.



FEBRI RAMDAN



4.



HARRY NUSANTARA



5.



TATUN MAHANANI KELOMPOK 4



UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PRINGSEWU FAKULTAS ILMU KESEHATAN TAHUN 2019



KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Katarakdi Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi



maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.



Pringsewu, 24 Desember 2019



Penulis



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1.Latar Belakang Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata. Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang. Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata. Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal



1



2 jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 55 tahun. Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).



1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan Umum Untukmemberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak 2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak 3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak



3 4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak 5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak



1.3. Manfaat Penulisan 1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak 2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak 3.



Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak 6. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak



BAB 2 LANDASAN TEORITIS



2.1 Katarak 2.1.1 Defenisi Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003) Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).



2.1.2



Anatomi Fisiologi Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm,



yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya. Didalam mata ada 3 lapisan yaitu : 1. Lapisan luar, yang terdiri dari : -



Sclera



-



Kornea



2. Lapisan tengah, yang terdiri dari : -



Koroid



-



Badan (korpus) siliare



4



5 -



Iris



3. Lapisan dalam, yang terdiri dari : -



Retina



-



Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar



bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).



2.1.3 Etiologi Katarak Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti : 1. Fisik 2. Kimia 3. Penyakit predisposisi 4. Genetik dan gangguan perkembangan 5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin 6. Usia (Tamsuri, 2008) 2.1.4 Klasifikasi Katarak Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun. 2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.



6 3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi : 1. Katarak traumatika Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing. 2. Katarak toksika Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine. 3. Katarak komplikata Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya. Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi : 1. Katarak insipient Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur. 2. Katarak imatur Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.



7 3. Katarak matur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa. 4. Katarak hipermatur Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).



8 PATHWAY KATARAK



Usia lanjut dan proses penuaan



Kurang pengetahuan



Tidak mengenal sumber informasi



Congenital atau



cedera mata



Penyakit metabolik(misalnya DM)



bisa diturunkan.



Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan



Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier kesekitar daerah lensa)



Hilangnya tranparansi lensa



Kurang terpaparterhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan



Resiko Cedera



Perubahan kimia dlm protein lensa



Gangguan penerimaan sensori/status organ indera



koagulasi



CEMAS



Menurunnya ketajaman penglihatan



Gangguan persepsi sensoriperseptual penglihatan



mengabutkan pandangan Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa



prosedur invasive pengangkatan katarak



Usia meningkat



Penurunan enzim menurun



Resiko tinggi terhadap infeksi



Degenerasi pd lensa



KATARAK Post op



2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak



Nyeri



9 Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001). 2.1.6



Komplikasi Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami



penyakit katarak adalah sebagai berikut : 1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi. 2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003). 2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik 1. Uji mata 2. Keratometri 3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis 4. A-scan ultrasound (echography)



10 5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001). Darah putih: dibawah 10.000 normal 2.1.9.Penatalaksanaan Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah. Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang



11 menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001). 2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001) `



Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah: a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. b. Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut) c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan air mata. d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut). e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan



12 vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena),



dan ketidakseimbangan



endokrin, diabetes (glaukoma). 2.2.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001) Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan penyakit katarak adalah: 1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan vitreous. 2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak). 3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s 4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.



13 Intervensi Keperawatan No



Diagnosa



Tujuan



1.



Hambatan berjalan (00088) berhubungan dengan adanya gangguan penglihatan (katarak)



Hambatan berjalan akan dapat dikontrol oleh klien setelah diberikan intervensi keperawatan selama 1x24 jam



Kriteria hasil



Intervensi



Rasional



NOC:



NIC: Fall 1. Mengetahui prevention Fall prevention kebiasaan1. Identifikasi behaviour kebiasaan kebiasaan dan klien yang Indikator: faktor-faktor berpotensi yang a. Penggunaan mengakibatka mengakibatka alat bantu n jatuh pada n risiko jatuh dengan klien 2. Kaji riwayat 2. Mengetahui benar jatuh pada b. Tidak ada penyebab klien dan penggunaan jatuh klien keluarga karpet agar untuk c. Hindari selanjutnya 3. Identifikasi barangdapat karakteristik barang dihindari lingkungan berserakan 3. Memodifikasi yang dapat di lantai lingkungan meningkatkan yang berisiko terjadinya menyebabkan risiko jatuh jatuh klien (lantai licin) 4. Sediakan alat bantu 4. Membantu (tongkat, klien untuk walker) berjalan, agar dapat 5. Ajarkan cara menghindari penggunaan benda yang alat bantu menghalangi (tongkat atau klien ketika walker) berjalan 6. Instruksikan 5. Agar klien pada klien dapat untuk menggunakan meminta alat bantu bantuan dengan tepat ketika 6. Bantuan melakukan dibutuhkan perpindahan, klien untuk joka



14



2.



Ansietas berhubungan dengan stress situasional akibat prosedur medis



Ansietas klien berkurang setelah dilakukan perawatan 1x24 jam



NIC: Anxiety self control Indikator:



diperlukan melakukan 7. Ajarkan pada mobilitas keluarga karena untuk terganggunya menyediakan penglihatan lantai rumah klien karena yang tidak katarak licin 7. Lantai rumah 8. Ajarkan pada yang licin keluarga dapat untuk mengakibatka meminimalka n klien n risiko tergelincir dan terjadinya jatuh jatuh pada 8. Keluarga juga pasien harus berperan serta dalam meminimalka n risiko terjadinya jatuh pada klien NIC: Anxiety 1. Agar klien reduction dapat 1. Berikan memperoleh informasi informasi yang faktual sesuai fakta meliputi dignosa, 2. Pendampingan prognosis, bertujuan agar dan terapi klien tidak sesuai kondisi merasa sendiri klien sehingga 2. Dampingi menimbulkan klien untuk ketakutan mengurangi 3. Respon ketakutan kecemasan klien digunakan



1. mencari informasi untuk mengurangi ansietas 2. menggunaka n koping yang efektif 3. mengontrol respon ansietas 4. menggunaka n teknik relaksasi 3. Kaji respon untuk kecemasan mengurani verbal



untuk mengetahui adanya



15 ansietas



maupun non verbal klien 4. Gunakan 4. komunikasi terapeutik dan pendekatan yang baik pada klien 5. Berikan terapi nonfarmakolo gis untuk mengurangi ansietas klien 5. 6. Kolaborasi dengan tim medis terkait pemberian obat untuk menurunkan kecemasan klien 6.



perubahan emosi pada klien Komunikasi terapeutik untuk membina hubungan saling percaya dan mengurangi kecemasan klien akan terapi Terapi non farmakologis digunakan untuk membuat klien nyaman sekaligus mengurangi kecemasan yang dialami klien Obat-obatan digunakan jika kecemasan klien meningkat dan mengganggu kehidupan klien.



BAB 3 STUDI KASUS



3.1. PENGKAJIAN 3.1.1 Riwayat klien / Data Biologis Nama



:Tn.P



Alamat



:Binjai



Telp



:-



Tempat, Tanggal lahir/Umur Jenis kelamin



:Tanjung keliling,4 maret 1932 :Laki - Laki



Suku



:Jawa



Agama



:Islam



Status perkawinan



:Duda



Pendidikan



:-



Alamat



:Binjai



Orang yang paling dekat di hubungi :Anak Kandung 3.1.2.Riwayat Keluarga Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P dirumah.Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga kurang memperhatikan Tn,P istrinya



sudah meninggal dunia dikarenakan



kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun



16



17 akibat kelumpuhan dan serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan panti sosial tersebut. 3.1.3.Riwayat Pekerjaan Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia. 3.1.4.Riwayat Lingkungan Hidup Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11 orang, yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan. 3.1.5.Riwayat Rekreasi Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama anak anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi. 3.1.6.Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh. 3.1.7.Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur) Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan saja.



18 3.1.8.Status kesehatan saat ini Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada.Tn. Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari. Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi makanan. 3.1.9. Status kesehatan masa lalu Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga menyebabkan Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati dengan obat kampung saja. 3.1.10. Riwayat keluarga Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun. 3.1.11. Pemeriksaan Fisik



19 a.



Vital sign TD :190/100 Mmhg RR



b.



:



28 x/i



Pols :



84 x/i



Temp:



36 c



Pemeriksaan lain  Kepala Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.  Mata Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.P hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi.Tn.Ptidak menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat dengan baik. Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia lanjut. 



Telinga



Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.P tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.



20 Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah. 



Hidung



Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan. Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik. 



Mulut



Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat.Tn.P mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.P mengalami kesulitan menelan. Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P 



Leher



Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri tidak ada, dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan. 



Payudara



Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu. 



Pernapasan



Inspeksi : simetris kedua lapangan paru Perkusi : sonor kedua lapangan paru Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru



21 



Kardiovaskuler



Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P 



Gastrointestinal



Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan Tn.Pjuga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan baik, walaupun sedikit demi sedikit. 



Musculoskeletal



Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu seperti tongkat. 



Sistem saraf pusat



Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya, sehingga Tn.P tidak mampu mengingat semua masa lalunya. 



Sistem endokrin



Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P putih dengan uban.







Integument



22 Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering mengalami gatal - gatal. 



Psikososial



Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.P



juga



mengatakan



kalau



dia



sering



mengalami



kesulitan



dalam



berkonsentrasi. 3.2. Analisa Data No 1.



2.



3.



Data  Ds : Klien mengatakan pandangan tidak jelas, pandangan berkabut.  Do :visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata.  Ds : Pasien mengatakan cemas dan takut.  Do : Nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.  Ds : Klien mengatakan tidak bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur.  Do : Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidakrapidan tampak acak acakan.



Etiologi



Masalah



Penurunan tajam penglihatan



Penurunan persepsi sensori : Penglihatan



Kurang pengetahuan tentang proses penyakit



Ansietas



Penurunan fungsi penglihatan



Gangguan perawatan diri



23 4.



 Ds : Klien mengatakan pedih di daerah mata.  Do: Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata



Luka dimata



Nyeri



3.3 Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata 2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun. 3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan. 4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata.



24 3.4 Intervensi Keperawatan No



Diagnosa



Tujuan



1.



Hambatan berjalan (00088) berhubungan dengan adanya gangguan penglihatan (katarak)



Hambatan berjalan akan dapat dikontrol oleh klien setelah diberikan intervensi keperawatan selama 1x24 jam



Kriteria hasil NOC:



Intervensi NIC: prevention



Rasional



Fall



9. Mengetahui Fall prevention kebiasaan9. Identifikasi behaviour kebiasaan kebiasaan dan klien yang Indikator: faktor-faktor berpotensi yang d. Penggunaan mengakibatka mengakibatka alat bantu n jatuh pada n risiko jatuh dengan klien 10. Kaji riwayat 10. Mengetahui benar jatuh pada e. Tidak ada penyebab klien dan penggunaan jatuh klien keluarga karpet agar untuk f. Hindari selanjutnya 11. Identifikasi barangdapat karakteristik barang dihindari lingkungan berserakan 11. Memodifikasi yang dapat di lantai lingkungan meningkatkan yang berisiko terjadinya menyebabkan risiko jatuh jatuh klien (lantai licin) 12. Sediakan alat bantu (tongkat, 12. Membantu walker) klien untuk berjalan, agar 13. Ajarkan cara dapat penggunaan menghindari alat bantu benda yang (tongkat atau menghalangi walker) klien ketika 14. Instruksikan berjalan pada klien 13. Agar klien untuk meminta dapat bantuan ketika menggunakan melakukan alat bantu perpindahan, dengan tepat joka 14. Bantuan diperlukan dibutuhkan 15. Ajarkan pada klien untuk keluarga untuk



25



2.



Ansietas berhubungan dengan stress situasional akibat prosedur medis



Ansietas klien berkurang setelah dilakukan perawatan 1x24 jam



menyediakan melakukan lantai rumah mobilitas yang tidak karena licin terganggunya 16. Ajarkan pada penglihatan keluarga untuk klien karena meminimalkan katarak risiko 15. Lantai rumah terjadinya yang licin jatuh pada dapat pasien mengakibatka n klien tergelincir dan jatuh 16. Keluarga juga harus berperan serta dalam meminimalka n risiko terjadinya jatuh pada klien NIC: Anxiety NIC: Anxiety 7. Agar klien self control reduction dapat Indikator: 7. Berikan memperoleh informasi informasi 5. mencari faktual yang sesuai informasi meliputi fakta untuk dignosa, mengurangi prognosis, dan 8. Pendampinga ansietas terapi sesuai n bertujuan 6. menggunaka kondisi klien agar klien n koping 8. Dampingi tidak merasa yang efektif klien untuk sendiri 7. mengontrol mengurangi sehingga respon ketakutan klien menimbulkan ansietas ketakutan 8. menggunaka 9. Kaji respon 9. Respon n teknik kecemasan kecemasan relaksasi verbal maupun digunakan untuk non verbal untuk mengurani klien



26 ansietas



mengetahui 10. Gunakan adanya komunikasi perubahan terapeutik dan emosi pada pendekatan klien yang baik pada 10. Komunikasi klien terapeutik untuk 11. Berikan membina terapi hubungan nonfarmakolog saling percaya is untuk dan mengurangi mengurangi ansietas klien kecemasan klien akan 12. Kolaborasi terapi dengan tim 11. Terapi non medis terkait farmakologis pemberian obat digunakan untuk untuk menurunkan membuat kecemasan klien nyaman klien sekaligus mengurangi kecemasan yang dialami klien 12. Obat-obatan digunakan jika kecemasan klien meningkat dan mengganggu kehidupan klien.



3.5 Catatan Perkembangan No 1.



Tanggal



Diagnosa Keperawatan



3 April 2012



Penurunan persepsi sensori



Catatan Perkembangan S: pasien mengatakan pandangan



27 Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata.



masih tak jelas O:masih terdapat penurunan ketajaman penglihatan dan visus berkurang A: masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan I: - Kaji ketajaman penglihatan klien - Identifikasikan alternatif untuk optimalisasi sumber rangsangan - Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan : - Orientasikan klien terhadap ruangan - Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat - Berikan pencahayaan cukup - Letakkan alat ditempat yang tetap - Hindari cahaya yang menyilaukan - Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima : auditorik, taktil. E : masalah belum teratasi R : R/T dilanjutkan



Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.



S:pasien mengatakan sedikit tenang O : pasien sudah tenang A : masalah sedikit teratasi P : intervensi dilanjutkan I: - Kaji adanya tanda dan gejala ansietas. - Gunakan suatu sistem pendekatan yang tenang dan meyakinkan klien. - Jelaskan mengenai penyakit yang dialami oleh klien, dan berikan klien dukungan untuk membangkitkan semangat hidupnya. - Jawab pertanyaan yang diajukan klien secara jujur dan



28 berikan waktu untuk klien mengekspresikan perasaannya. - Ingatkan pasien untuk minum obat tepat waktu. E : masalah sedikit teratasi R : R/T dilanjutkan. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.



S : klien mengatakan pandangan masih kabur O : klien tidak bisa bergerak banyak A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan. I: - Terangkan pentingnya perawatan dan kebersihan diri pada klien - Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan berhias setelah mandi. - Secara bertahap libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri. E : masalah belum teratasi R : intervensi dilakukan



Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata.



S : pasien mengatakan pedih daerah mata O : pasien meringis menahan sakit A : masalah sedikit teratasi P : intervensi dilanjutkan I: - Kaji skala nyeri setiap hari - Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak - Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba - tiba yang dapat memprovokasi nyeri - Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi kepada klien - Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical/sistemik. E : masalah sedikit teratasi R : intervensi dilanjutkan



29 2.



4 April 2012



Penurunan persepsi sensori Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata.



S: pasien mengatakan pandangan masih tak jelas O:masih terdapat penurunan ketajaman penglihatan dan visus berkurang A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan I: - Kaji ketajaman penglihatan klien - Identifikasikan alternatif untuk optimalisasi sumber rangsangan - Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan : - Orientasikan klien terhadap ruangan - Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat - Berikan pencahayaan cukup - Letakkan alat ditempat yang tetap - Hindari cahaya yang menyilaukan - Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima : auditorik, taktil. E : masalah belum teratasi R : R/T dilanjutkan



Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.



S : pasien mengatakan sedikit tenang O : pasien sudah tenang A : masalah sedikit teratasi P : intervensi dilanjutkan I: - Kaji adanya tanda dan gejala ansietas. - Gunakan suatu sistem pendekatan yang tenang dan meyakinkan klien. - Jelaskan mengenai penyakit yang dialami oleh klien, dan berikan klien dukungan untuk membangkitkan semangat hidupnya. - Jawab pertanyaan yang



30 diajukan klien secara jujur dan berikan waktu untuk klien mengekspresikan perasaannya. - Ingatkan pasien untuk minum obat tepat waktu. E : masalah sedikit teratasi R : R/T dilanjutkan. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.



S : klien mengatakan pandangan masih kabur O : klien tidak bisa bergerak banyak A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan. I: - Terangkan pentingnya perawatan dan kebersihan diri pada klien - Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan berhias setelah mandi. - Secara bertahap libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri. E : masalah belum teratasi R : intervensi dilakukan



Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata.



S : pasien mengatakan pedih daerah mata O : pasien meringis menahan sakit A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan. I: - Kaji skala nyeri setiap hari - Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak - Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba - tiba yang dapat memprovokasi nyeri - Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi kepada klien - Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical/sistemik. E : masalah sedikit teratasi



31 R : intervensi dilanjutkan



32



BAB IV PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di Wisma Matahari UPT Pelayananan sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengkajian Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis lainnya. 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam tinjauan teoritis penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam tinjauan kasus penulis hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan.Karena selama tahap pengkajian penulis tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh penulis. 3. Intervensi Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai dengan



masalah



-



masalah



yang



dihadapi



oleh



pasien.



Dalam



melakukan perencanaan ini penulis tidak menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan semua rencana tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan



33



34 yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat berdasarkan keadaan dan kondisi pasien. 4. Implementasi Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis melanjutkan kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan perencanaan yang berarti.Karena rencana tindakan yang dibuat dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, orang terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. 5. Evaluasi Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon dari orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan.Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan yang diberikan telah banyak membantu dalam mengatasi masalah pasien.



5.2. Saran 1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola istirahatnya, dan sebagainya. 2. Kepada perawat yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. Disarankan untuk lebih teliti dan lebih memperhatikan kondisi pasien. Serta selalu memantau kondisi pasien. Terutama dalam



35 pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan adanya kecermatan dan ketelitian terhadap tindakan yang akan dilakukan. 3. Kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan dan memenuhi segala perawatan yang dibutuhkan oleh pasien. 4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat menambah referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba Medika ; Jakarta Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html