Askep Katarak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK”



DOSEN PEMBIMBING : HARMAWATI, S.KP, M.KEP



DISUSUN OLEH : INDRI SEPTIA NIM : 1802177



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG TAHUN AJARAN 2019/2020



2



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya lah sehingga kami dapat menyusun Makalah dengan judul “Askep Katarak” sebagai salah satu tugas untuk memenuhi syarat perkuliahan.             Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik ditinjau dari segi isi maupun penulisannya. Karena itu bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan makalah ini masih sangat diperlukan dari berbagai pihak.             Kami  menyadari pula bahwa makalah ini selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan, kami menyampaikan ucapan terima kasih pada dosen terutam teman-teman yang telah membantu dengan informasi dan dukungan moril.  Semoga amal kalian  dapat diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Padang, April 2020



Penulis



3



BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin, 2009). Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan, 2009). Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang berada di bagian belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Tetapi bila jalan cahaya tertutup oleh keadaan lensa yang katarak maka impuls tidak akan dapat diterima oleh otak dan tidak akan bisa diterjemahkan menjado suatu gambaran penglihatan yang baik. B. TUJUAN Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :



4



1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar tentang Askep katarak 2. Tujuan Khusus a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar tentang askep katarak yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi dan pathways, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar tentang katarak yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan.



5



BAB II PEMBAHASAN



A. DEFINISI Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun. Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya. Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan. B. ETIOLOGI 1. Ketuaan ( Katarak Senilis ) 2. Trauma 3. Penyakit mata lain ( Uveitis ) 4. Penyakit sistemik (DM) 5. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles ) C. PATOFISIOLOGI Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya



6



adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya traansparansi.



Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang



memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. D. MANIFESTASI KLINIK Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan



7



yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. 2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma. 3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg) 4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. 5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma 6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. 7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. 8. EKG, kolesterol serum, lipid 9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM D. PENATALAKSANAAN Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan ;



8



1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. 2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.



9



BAB III ASKEP TEORITIS



PENGKAJIAN.KEPERAWATAN 1. Aktifitas Istirahat Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. 2. Neurosensori Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan



kehilangan



bertahap



penglihatan



perifer,



kesulitan



memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ). Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata. 3. Nyeri / Kenyamanan Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :  Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan  pandangan kabur, dll Tujuan : Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Kriteria hasil :



10



-



Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.



-



Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.



Intervensi : -



Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.



-



Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.



-



Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.



-



Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.



-



Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru.



-



Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress.



-



Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.



-



Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba,



Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.



Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi. -



Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.



-



Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.



2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :  menurunnyaketajaman penglihatan 



perubahan respon biasanya terhadap rangsang.



Tujuan :



11



Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Kriteria Hasil : -



Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.



-



Mengidentifikasi/memperbaiki



potensial



bahaya



dalam



lingkungan. Intervensi : -



Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.



-



Orientasikan klien tehadap lingkungan



-



Observasi tanda-tanda disorientasi.



-



Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.



-



Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.



-



Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.



-



Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.



3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,



pengobatan



berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :  pertanyaan/pernyataan salah konsepsi 



tak akurat mengikuti instruksi



 terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan :



12



Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan. Kriteria Hasil : Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi : - Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. - Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan - penglihatan berawan. -



Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.



-



Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.



-



Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.



- Dorong aktifitas pengalihan perhatian. - Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung. - Anjurkan klien tidur terlentang. - Dorong pemasukkan cairan adekuat. -



Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.



13



DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC