Askep Keluarga Lansia Ibu J New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA USIA LANJUT PADA KELUARGA IBU J DENGAN HIPERTENSI DI TEGALDUWUR RT. 04 RW. 02 WADUNGGETAS, WONOSARI, KLATEN Dosen Pembimbing : Ros Endah Happy P. S.Kep., Ns., M.Kep.



Disusun oleh : 1) Sayekti Murti Utami



(P27220018034)



2) Septi Anis Kurli



(P27220018035)



3) Septi Widyaningrum



(P27220018036)



4) Siska Ayu Fitria Novita Sari



(P27220018037)



3A DIII KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA 2020



PENGKAJIAN KELUARGA (Friedman) A. Data umum 1.



Nama KK



: Bpk. F



2.



Umur KK



: 30 tahun



3.



Alamat



: Tegal duwur RT. 04 RW. 02 Wadung getas, Wonosari, Klaten



4.



Pekerjaan



: Petani



5.



Pendidikan



: SMA



Susunan Anggota Keluarga : No



Nama



Umur



Sex



Tgl Lahir



Pendidi



Pekerjaan



Hubungan



1.



Ibu N



27 thn



(L/P) P



14/1/1993



kan SMA



IRT



Istri



2.



Ibu J



65 thn



P



10/1/2019



SD



Tdk bekerja



Orang tua



3.



An. K



1,5 thn



L



11/4/1998



Belum



-



Anak



sekolah



Genogram



Laki-laki Perempuan Meninggal



Menikah Anak Serumah



6. Tipe Keluarga Tipe keluarga Ibu J adalah tipe extended family yaitu dalam satu rumah terdiri dari keluarga inti dan anggota keluarga lain. Keluarga Ibu J terdiri dari keluarga inti Bpk. F (Bpk. F, Ibu N, dan seorang anak), serta seorang nenek (Ibu J). Tidak ada masalah yang berhubungan dengan tipe keluarga. 7. Suku Bangsa Keluarga Ibu J adalah suku Jawa, berkebangsaan Indonesia. Selera masakan ibu J cenderung asin dengan banyak santan. Ibu J mengatakan ia biasa masak makanan asin. 8. Agama Agama yang dianut keluarga Ibu J adalah agama Islam. Ibu J mengatakan dalam agamanya diajarkan untuk hidup sehat dengan menjaga kebersihan, ia meyakini kebersihan sebagian dari iman. 9. Status sosial ekonomi keluarga Status ekonomi keluarga Ibu J tergolong sederhana, pendapatan keluarga hanya berasal dari kepala keluarga yang bekerja sebagai petani, dengan penghasilan rata-rata Rp 700.000-1.500.000/bulan dan uang pensiunan (guru) Alm. Suami Ibu J sebesar Rp 2.000.000/bulan. Ibu N adalah seorang ibu rumah tangga, sebelum menikah ia bekerja berjualan makanan di kantin sekolah membantu tetangga, namun setelah menikah dan mempunyai anak tidak lagi bekerja. Penghasilan Bpk. F dan uang pensiunan almarhum suami Ibu J cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan lain. 10. Aktifitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga Ibu J adalah menonton TV atau mendengarkan radio. Pergi berwisata hanya sesekali ke tempat yang dekat dan terjangkau bersama anak dan cucunya.



Riwayat tahap perkembangan Keluarga 11. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga yang dialami Ibu J adalah tahap keluarga usia lanjut karena suami Ibu J sudah meninggal lima tahun yang lalu. Kini tinggal di rumahnya sendiri bersama anak bungsunya, Bpk. F, menantu (Ibu N) dan cucunya (By. K). 12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tidak ada tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. -



Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan Ibu J mengatakan bersyukur dan puas dengan keadaannya saat ini, ia merasa bahagia masih bisa berkumpul dengan anak dan cucunya.



-



Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan Ibu J sudah ikhlas dengan kepergian suaminya.



-



Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi Ibu J selalu berusaha menjaga ikatan keluarganya agar tetap harmonis dengan sering melakukan silaturahim.



-



Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaan dan integrasi hidup) Ibu J mengatakan bahwa sebagai manusia, di dunia ini hanya sementara, sehingga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.



-



Melakukan “life review” Bpk. F mengatakan, Ibu J sering bercerita tentang kehidupan masa lalu dan menceritakan kembali hal yang sudah diceritakan secara berulangulang kepada anak cucunya.



13. Riwayat keluarga inti a. Proses Terbentuknya Keluarga Ibu J dan suaminya menikah pada tahun 1975, pada saat menikah Ibu J berumur 18 tahun dan suaminya 23 tahun. Mereka dikaruniai tiga orang anak, yang pertama perempuan, lalu yang kedua dan ketiga laki-laki. Suami Ibu J pensiun pada usia 60 tahun, lalu meninggal pada usia 65 tahun. Saat ini, Ibu J tinggal bersama anak bungsunya,



menantu, dan cucunya. Sedangkan anak-anaknya yang lain sudah berkeluarga dan tinggal bersama keluarganya. b. Riwayat Kesehatan 1) Ibu J mengatakan ia memiliki riwayat penyakit DM sejak 1 tahun yang lalu, tetapi saat ini ia mengeluh sering merasa pusing, terkadang seperti mau ambruk saat bangun tidur (kliyengan), Ibu J jarang memeriksa kondisi kesehatannya, hanya sesekali jika merasa tidak enak badan. Ibu J sudah jarang kontrol gula darahnya, namun ia rutin minum rebusan daun sirsak yang kata orang-orang bisa untuk mengobati penyakit gula. Terakhir ia mengecek gula darahnya dua bulan yang lalu, ia mengatakan kadar gula darahnya dalam rentang normal. GDS : 150 mg/dl. Ibu J mengatakan tekanan darah tingginya selalu tinggi setiap periksa yaitu sekitar 150/90-160/95, pernah sampai 175/100 (sekitar tiga bulan yang lalu). 2) Bpk. F mengatakan jarang sakit, jika sakit ia hanya istirahat atau berobat ke Mantri/Puskesmas. Bpk. F tidak pernah merokok. 3) Ibu N mengatakan tidak punya masalah kesehatan yang serius, ia hanya mengeluh menstruasi yang kadang tidak teratur sejak pemakaian KB, sudah berkonsultasi ke bidan dan mengatakan hal tersebut karena pengaruh hormonal. 4) By. K tumbuh dan berkembang dengan baik, ia rutin diberi imunisasi dan ikut posyandu. c. Sumber Pelayanan Kesehatan Keluarga Keluarga Ibu J memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas dan mantri disekitar tempat tinggal jika sakit, terkadang juga ke rumah sakit atau bidan jika sakit sudah dirasa parah. Tidak melalukan kunjungan ke faskes secara rutin. 14. Riwayat keluarga sebelumnya Ibu J mengatakan orang tuanya memiliki riwayat penyakit DM. Almarhum bapak Ibu J pernah mengalami stroke dan hipertensi.



III.



Lingkungan. 2. Karakteristik Rumah a. Rumah (tipe, ukuran , jumlah ruangan, denah) Luas rumah yang ditempati 60 m2 (12 m x 5 m) terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang TV, 1 ruang dapur dan 1 kamar mandi. Bangunan rumah berbentuk rumah Jawa yang dimodifikasi, lantai rumah terbuat dari keramik yang luar dan dalam terbuat dari plesteran dengan keadaan cukup bersih dan agak rapi. Sumber air minum, mandi dan cuci pakaian menggunakan sumber air sumur, terletak dibelakang rumah. Jemuran berada didepan, keluarga ini memiliki tempat tinggal yang tetap dan tidak berpindah-pindah. Denah rumah Dapur



R. Makan



Kamar



Ruang TV



Ibu J Kamar



Kamar mandi Kamar



Ruang tamu



U



Bpk.



F dan Ibu N



B



tamu Teras Pekarangan Jalan



T S



b. Ventilasi dan penerangan Ventilasi ada, jendela pada ruang tamu (3 m x 1,5 m) dan setiap kamar terdapat jendela (1,5 m x 1,5 m) Luas total ventilasi dan jendela ±15 meter (25% dari luas total lantai total). Penerangan menggunakan lampu, terdapat lampu di setiap ruangan dengan pencahayaan yang cukup, terdapat genteng kaca di beberapa sudut kaca sehingga rumah tetap terang pada siang hari. c. Persediaan air bersih Air bersih tersedia dari sumur pump. Air memenuhi kriteria air sehat, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, tidak beracun.



d. Pembuangan sampah Keluarga Ibu J membuang sampah di tempat yang telah disediakan di lingkungannya untuk kemudian diangkut oleh petugas pengelola sampah. e. Pembuangan air limbah Keluarga Ibu J membuang air lembah pada selokan belakang rumah. f. Jamban/WC (tipe, jarak dengan sumber air) WC di dalam rumah, tipe septic tank leher angsa jongkok. Jarak dengan sumber air 10 meter, lantai WC keramik yang tidak licin, terdapat ventilasi. g. Lingkungan rumah Lingkungan sekitar rumah bersih, terdapat tanaman di pekarangan. 3. Karakteristik tetangga dan komunitas RW Ibu J mengatakan tetangganya ramah-ramah, terkadang Ibu J mengobrol dengan para tentangga di teras, masih suka bergotong royong, saling membantu jika tetangga ada yang hajatan atau mendapat musibah. Tetangga selalu menjaga kebersihan, keamanan, dan kesehatan lingkungan dengan melakukan kerja bakti membersihan lingkungan. 4. Mobilitas geografi keluarga Ibu J mengatakan keluarganya sudah menetap di tempat tinggal saat ini sejak tahun 1980. Kini ia tinggal di rumah bersama anak terakhirnya, seorang menantu, dan cucunya yang masih bayi. 5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat a. Ibu J sering ikut kegiatan bersama tetangganya seperti yasinan setiap hari Kamis, satu setengah bulan sekali mengikuti kegiatan pengajian di masjid. b. Ibu N juga ikut kegiatan seperti arisan dan pengajian. c. Bpk. F juga selalu ikut serta dalam kegiatan seperti gotong royong atau kerja bakti, sering ikut pengajian, kadang sholat berjamaah di masjid.



6. Sistem pendukung keluarga Seluruh anggota keluarga Ibu J termasuk dalam kategori tampak sehat saat dilakukan pengkajian. Fasilitas kesehatan juga terjangkau oleh keluarga Ibu J, di sekitar rumahnya terdapat puskesmas, bidan, dan mantri, namun keluarga Ibu J mengatakan masih belum memanfaatkan fasilitas kesehatan secara maksimal. Jarang mengunjungi fasilitas kesehatan jika tidak merasakan sakit parah. IV. Struktur keluarga 7. Pola komunikasi keluarga Ibu J mengatakan keluarga selalu terbuka satu sama lain, setiap anggota keluarga selalu bercerita jika memiliki masalah, lalu diselesaikan secara bersama. Dulu sebelum suaminya meninggal, pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami. Namun saat ini peran tersebut digantikan oleh anaknya yang juga berperan sebagai kepala keluarga. Ibu J mengatakan dalam keluarganya bebas berpendapat asalkan pendapat tersebut untuk kebaikan bersama. Dalam kesehariannya keluarga Ibu J menggunakan bahasa jawa. Dalam anggota keluarga tidak ada yang memiliki gangguan dalam berkomunikasi. 8. Struktur kekuatan keluarga Ibu J mengatakan antar anggota keluarga saling menghargai, saling mendukung, mampu untuk merawat diri sendiri, sejauh ini selalu bisa memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi. 9. Struktur peran (formal dan informal) Setiap anggota keluarga Ibu J sudah menjalankan tugas sesuai perannya: Bpk. F sebagai kepala keluarga dan ayah berusaha mencari nafkah untuk keluarganya dan juga menjadi pendidik dan pelindung bagi anggota keluarganya, setiap hari ia bekerja di sawah, saat pagi sebelum berangkat ke sawah atau sore hari selalu meluangkan waktu bersama anak dan keluarganya.



Ibu N sebagai seorang ibu, istri, dan menantu juga berusaha menjalankan tugasnya dengan baik, ia memasak, membersihkan rumah dan sekitarnya merawat bayinya, terkadang membantu Bpk. F di sawah. Ibu J sebagai seorang ibu dan nenek selalu berusaha melakukan tugas sesuai perannya, ia membantu memasak, membantu bersih-bersih, dan momong cucu, terkadang ia ikut anaknya ke sawah. 10. Nilai dan norma keluarga Ibu J mengatakan ada beberapa aturan dalam keluarganya, yaitu setiap anggota keluarga sebisa mungkin sudah di rumah sebelum maghrib, anggota keluarga biasanya bangun sebelum subuh dan sehabis sholat subuh anggota keluarga biasanya tidak ada yang tidur lagi. Keluarga Ibu J mengatakan tidak membiasakan anggota keluarga untuk begadang, sekitar pukul 22.30 anggota keluarga biasanya sudah tidur. V. Fungsi Keluarga 11. Fungsi afektif Ibu J mengatakan anggota keluarganya saling menyayangi dan mengasihi, serta saling menghargai, sejak dulu anggota keluarga selalu merasa nyaman berkumpul dengan keluarganya. 12. Fungsi sosial Ibu J mengatakan bahwa keluarganya selalu berusaha menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Berusaha selalu bersikap baik dengan orang lain, menjaga perilaku sesuai dengan norma yang ada. 13. Fungsi perawatan keluarga a. Kemampuan keluarga mengenal masalah Keluarga Ibu J mengatakan masih kurang mengetahui tentang permasalahan kesehatan yang dialami anggota keluarga. Masih sering mengabaikan kondisi-kondisi yang menunjukkan gejala suatu penyakit. Keluarga mengatakan meskipun merasa kurang enak badan namun selama masih bisa beraktivitas maka mereka beranggapakn masih dalam keadaan sehat. Namun jika kondisi parah, maka keluarga akan segera berobat. Akhir-akhir ini Ibu J sering merasa pusing, leher



terasa ‘cengeng’ dan kadang pandangan ‘mblawur’ ketika bangun tidur, seminggu yang lalu tekanan darah Ibu J tergolong tinggi (165/95 mmHg) saat diperiksa oleh tetangganya yang seorang perawat. Ibu J sudah jarang kontrol gula darahnya, namun ia rutin minum rebusan daun sirsak yang kata orang-orang bisa untuk mengobati penyakit gula. Terakhir ia mengecek gula darahnya dua bulan yang lalu, ia mengatakan kadar gula darahnya agak tinggi (150 mg/dl). Ibu J mengatakan sudah mengurangi konsumsi gula dan makanan yang manis, namun terkadang masih sering was was, takut gula darahnya naik. b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat Jika anggota keluarga ada yang sakit lalu dibawa ke Puskesmas, maka keluarga akan bertanya kepada petugas kesehatan atau dokter untuk mengambil keputusan. Keluarga kadang masih bingung dalam mengambil keputusan (misalnya bingung kapan atau dalam kondisi seperti apa harus berobat ke faskes atau memeriksakan kondisi kesehatan keluarga). c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Cara merawat apabila ada anggota keluarga yang sakit dengan cara istirahat yang cukup, memberi makan, minum obat (mis. Paramex, oskadon, bodrex, tolak angin) yang dibeli di warung tanpa memeriksakan kondisinya terlebih dulu ke dokter. Apabila tidak kunjung sembuh pergi ke puskesmas dekat rumah. d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat Keluarga Ibu J selalu menjaga kebersihan dan kerapihan rumah dan lingkungan sekitarnya. Keluarga Ibu J juga tahu pentingnya menjaga lingkungan rumah agar tetap nyaman dan sehat. e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Keluarga Ibu J mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan dan terkadang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, keluarga percaya kepada petugas kesehatan, fasilitas kesehatan juga terjangkau oleh keluarga Ibu J, di sekitar rumahnya terdapat puskesmas, bidan, dan mantri, namun keluarga Ibu J mengatakan masih belum



memanfaatkan faskes secara maksimal. Jarang mengunjungi faskes jika tidak merasakan sakit parah. Keluarga Ibu J sudah terdaftar dalam BPJS namun tidak memiliki asuransi kesehatan. 14. Fungsi reproduksi a. Ibu J memiliki tiga anak dan sudah menopause. Ibu J mengatakan dulu tidak ikut program KB. Saat masa subur, tidak memiliki masalah kesehatan reproduksi, menstruasi teratur, tidak pernah merasakan sakit atau nyeri saat menstruasi. b. Ibu N baru memiliki satu anak berusia 1,5 tahun, saat ini menggunakan KB suntik setiap tiga bulan. Berencana memiliki anak lagi, namun tidak dalam waktu dekat karena saat ini masih ingin fokus mengasuh By. K. c. Bpk. F dan Ibu N merupakan pasangan usia produktif. 15. Fungsi ekonomi Keluarga Ibu J mengatakan selalu dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan dapat mencukupi kebutuhan lain-lain (kebutuhan untuk kegiatan sosial seperti nyumbang, amal, dll) VI. Stres dan Koping Keluarga 16. Stresor jangka pendek dan panjang a. Stresor jangka panjang Ibu J mengatakan terkadang khawatir dengan riwayat penyakit gulanya b. Stresor jangka pendek Ibu J mengatakan khawatir jika bangun tidur kadang merasa kliyengan seperti mau ambruk. 17. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan keluarga selalu berhati-hati dalam menjaga kesehatan dengan makan teratur.



18. Strategi koping yang digunakan Ibu J selalu bercerita kepada anaknya jika menghadapi permasalahan. 19. Strategi adaptasi disfungsional Keluarga Ibu J selalu berusaha segera menyelesaikan permasalahan dalam keluarga dengan cara mendiskusikan jalan keluar dari permasalahan bersama-sama.



VII. Pemeriksaan Fisik Dilakukan pada semua anggota keluarga (dari kepala sampai ke kaki) Yg



Ibu J



Bpk. F



Ibu N



By. K



Diperiksa Kepala :



Kepala:



Kepala:



Kepala:



Rambut,



Tidak terapat adanya benjolan



Mesochepal, simetris, rambut



Mesochepal,



mata,



bentuk kepala mesochepal.



hitam, tebal.



hitam, tebal.



hitam, tebal.



hidung,



Rambut:



Mata:



Mata:



Mata:



telinga,



Beruban, bersih



Pupil isokor, sclera tidak ikterik,



Pupil isokor, sclera tidak ikterik, Pupil isokor, sclera tidak ikterik,



mulut dll.



Mata:



konjungtiva tidak anemis.



konjungtiva tidak anemis.



konjungtiva tidak anemis.



Konjungtiva tidak anemis,



Hidung:



Hidung:



Hidung:



tidak terdapat oedema.



Simetris, tidak ada polip, tidak



Simetris, tidak ada polip, tidak Simetris, tidak ada polip, tidak



Penglihatan sedikit berkurang.



ada skret.



ada skret.



ada skret.



Telinga:



Mulut:



Mulut:



Mulut:



Simetris, pendengaran agak



Bibir tidak kering dan tidak



Bibir tidak kering dan tidak Bibir tidak kering dan tidak



berkurang



terdapat tanda-tanda sianosis.



terdapat tanda-tanda sianosis.



Hidung:



Telinga:



Telinga:Tidak



Simetris, tidak ada polip



Tidak ada serumen, bentuk



bentuk simetris



Mulut:



simetris



Bibir tidak kering dan tidak



Kepala: simetris,



ada



rambut Mesochepal,



simetris,



rambut



terdapat tanda-tanda sianosis.



serumen, Telinga: Tidak simetris



ada



serumen,



bentuk



Leher



terdapat tanda-tanda sianosis. Leher:



Leher:



Leher:



Leher:



Pada leher tidak nampak



Tidak ada pembesaran kelenjar



Tidak ada pembesaran kelenjar



Tidak



adanya peningkatan tekanan



tiroid



tiroid



kelenjar tiroid



tiroid Jantung



Jantung



Jantung



Jantung



I: ictus cordis tidak tampak



I: ictus cordis tidak tampak



I: ictus cordis tidak tampak



I: ictus cordis tidak tampak



A: S1, S2 ireguler tidak ada



A: S1, S2 ireguler tidak ada



A: S1, S2 ireguler tidak ada bunyi



A: S1, S2 ireguler tidak ada bunyi



bunyi tambahan jantung



bunyi tambahan jantung



tambahan jantung



tambahan jantung



Pa: Tidak ada nyeri tekan



Pa: Tidak ada nyeri tekan



Pa: Tidak ada nyeri tekan



Pa: Tidak ada nyeri tekan



Pe: pekak Paru-paru



Pe: pekak Paru-paru



Pe: pekak Paru-paru



Pe: pekak Paru-paru



I: Simetris



I: Simetris



I: Simetris



I: Simetris



A: vesikular, tidak ada bunyi



A: vesikular, tidak ada bunyi



A: vesikular, tidak ada bunyi



A: vesikular, tidak ada bunyi



napas tambahan



napas tambahan



napas tambahan



napas tambahan



Pa: Tidak ada nyeri tekan



Pa: Tidak ada nyeri tekan



Pa: Tidak ada nyeri tekan



Pa: Tidak ada nyeri tekan



Pe: sonor I: Datar



Pe: sonor I: Datar



Pe: sonor I: Datar



Pe: sonor I: Datar



A: Bising usus 12x/per menit



A: Bising usus 13x/menit



A: Bising usus 15x/menit



A: Bising usus 11x/menit



ada



pembesaran



pada



vena jugularis. Tidak ada pembesaran kelenjar Dada



Abdomen



Pa Tidak ada masa abnormal



Pa Tidak ada masa abnormal



Pa Tidak ada masa abnormal



Pa Tidak ada masa abnormal



dalam tubuh



dalam tubuh



dalam tubuh



dalam tubuh



Pe: timpani Ektremitas atas dan bawah tidak



Pe: timpani Ektremitas atas dan bawah tidak



Pe: timpani Ektremitas atas dan bawah tidak



tidak ada kelemahan, dapat



ada kelemahan, dapat



ada kelemahan, dapat digerakkan,



ada kelemahan, dapat digerakkan,



digerakkan, tidak ada oedem Tampak sedikit keriput, turgor



digerakkan, tidak ada oedem tidak ada oedem tidak ada oedem Warna kulit sawo matang, turgor Warna kulit kuning langsat, turgor Turgor kulit baik



Tanda-



kulit baik. TD : 160/90 mmHg



baik tekstur kenyal. TD : 120/90 mmHg



baik tekstur kenyal. TD: 110/80 mmHg



tanda Vital



Nadi : 84 x /menit



Nadi : 87 x/menit



Nadi : 80 x/menit



RR : 22 x/menit



RR : 20 x/menit



RR : 20 x/menit



Pe: timpani Ekstremitas Ektremitas atas dan bawah



Kulit



S : 36,3C S : 36,5C VIII. Harapan Keluarga terhadap petugas kesehatan



-



S : 36C



Keluarga berharap dengan adanya petugas kesehatan dapat membantu keluarga dalam memelihara kesehatan dan bisa lebih aktif untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga karena keluarga ingin mengetahui tentang permasalahan-permasalahan kesehatan dan cara pengobatan atau pencegahannya, sehingga keluarga dapat meningkatkan kualitas kesehatan keluarga.



ASUHAN KEPERAWATAN A. ANALISIS DATA Kode D.0111



Data Fokus DS: -



Masalah Defisit pengetahuan manajemen



Etiologi Kurang tepapar informasi



Almarhum bapak Ibu J pernah mengalami stroke dan hipertensi hipertensi.



-



Selera masakan ibu J cenderung asin dengan banyak santan. Ibu J mengatakan ia biasa masak makanan asin.



-



Akhir-akhir ini Ibu J sering merasa pusing, leher terasa ‘cengeng’ dan kadang pandangan ‘mblawur’ ketika bangun tidur, seminggu yang lalu tekanan darah Ibu J tergolong tinggi (165/95 mmHg) saat diperiksa oleh tetangganya yang seorang perawat.



-



Ibu J mengatakan khawatir jika bangun tidur kadang merasa kliyengan seperti mau ambruk.



DO: - TD : 160/90 mmHg - Keluarga tidak mengetahui tentang penyebab, faktor risiko, gejala dan pengobatan hipertensi D.0080



DS



Ansietas



Kurang terpapar informasi



-



Ibu J mengatakan terkadang khawatir dengan riwayat penyakit gulanya



-



Ibu J sudah jarang kontrol gula darahnya, namun ia rutin minum rebusan daun sirsak yang kata orang-orang bisa untuk mengobati penyakit gula. Terakhir ia mengecek gula darahnya dua bulan yang lalu, ia mengatakan kadar gula darahnya dalam rentang normal.



DO -



Ibu J tampak cemas



-



TD : 160/90 mmHg



- GDS :150 mg/dl D.0115 DS



Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif



-



Ibu J sudah jarang kontrol gula darahnya



-



Bpk. F mengatakan jarang sakit, jika sakit ia hanya istirahat atau berobat ke mantri/puskesmas. Namun paling sering jika pusing ia minum obat yang dibeli di warung (paramex, oskadon, bodrex, tolak angin)



-



Keluarga



Ibu



J



memanfaatkan



pelayanan



kesehatan



puskesmas dan mantri disekitar tempat tinggal jika sakit,



Konflik pengambilan keputusan



terkadang juga ke rumah sakit atau bidan jika sakit sudah dirasa parah. -



Tidak melalukan kunjungan ke faskes secara rutin.



-



Keluarga Ibu J mengatakan masih belum memanfaatkan faskes secara maksimal. Jarang mengunjungi faskes jika tidak merasakan sakit parah.



-



Jika anggota keluarga ada yang sakit lalu dibawa ke Puskesmas, maka keluarga akan bertanya kepada petugas kesehatan atau dokter untuk mengambil keputusan. Keluarga kadang



masih



bingung



dalam



mengambil



keputusan



(misalnya bingung kapan harus berobat ke faskes atau memeriksakan kondisi kesehatan keluarga). -



Cara merawat apabila ada anggota keluarga yang sakit dengan cara istirahat yang cukup, memberi makan, minum obat warung (paramex, bodrex, oskadon, tolak angin) tanpa memeriksakan kondisinya terlebih dulu ke dokter.



SKORING DAN PRIORITAS MASALAH 1. Defisit pengetahuan manajemen hipertensi berhubungan dengan kurang tepapar informasi No. 1.



2.



3.



Kriteria Sifat masalah :



Skor 3/2x1=3/2



Pembenaran Keluarga mengatakan tidak



3 : aktual



mengerti tentang pengertian,



2 : resiko



penyebab & tanda gejala



1 : Sejahtera Kemungkinan masalah



hipertensi Keluarga mengatakan tidak



2/2x1=1



dapat diubah :



mampu melakukan perawatan



2 : mudah



dan menghindari faktor risiko



1 : sebagian



hipertensi



0 : tidak dapat Potensial masalah



3/3x1=1



Keluarga mengatakan berharap



untuk dicegah :



dengan adanya petugas



3 : Tinggi



kesehatan dapat membantu



2 : Cukup



keluarga dalam memelihara



1 : Rendah



kesehatan dan bisa lebih aktif untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga.



4.



Menonjolnya masalah :



2/2x1=1



2 : Masalah berat harus



mengetahui dampak hipertensi



segera ditangani 1 : Ada Masalah tetapi tidak perlu ditangani 0



:



masalah



dirasakan Total



Keluarga mengatakan tidak



tidak 4½



2. Ansietas berhubungan dengan kurang tepapar informasi No. 1.



2.



Kriteria Sifat masalah :



Skor 3/3x1=1



Pembenaran Ibu J mengatakan terkadang



3 : aktual



khawatir



2 : resiko



penyakit gulanya



1 : Sejahtera Kemungkinan masalah



2/2x1=1



dengan



riwayat



Ibu J sudah jarang kontrol gula



dapat diubah :



darahnya.



2 : mudah



mengecek gula darahnya dua



1 : sebagian



bulan yang lalu, ia mengatakan



0 : tidak dapat



kadar



gula



Terakhir



ibu



darahnya



J



dalam



rentang normal. 3.



4.



Potensial



masalah



3/3x1=1



Ibu J mengatakan berharap



untuk dicegah :



dengan adanya petugas



3 : Tinggi



kesehatan dapat membantu



2 : Cukup



dalam memelihara kesehatan.



1 : Rendah Menonjolnya masalah :



2/2x1



2 : Masalah berat harus



darahnya.



segera ditangani 1 : Ada Masalah tetapi tidak perlu ditangani 0



:



masalah



dirasakan Total



Ibu J sudah jarang kontrol gula



tidak 4



3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif No. 1.



Kriteria Sifat masalah :



Skor 3/3x1=1



Pembenaran Keluarga Ibu J memanfaatkan



3 : aktual



pelayanan kesehatan puskesmas



2 : resiko



dan mantri disekitar tempat



1 : Sejahtera



tinggal jika sakit, terkadang juga ke rumah sakit atau bidan jika sakit sudah dirasa parah.



2.



3.



4.



Kemungkinan masalah



2/1x1=2



Keluarga kadang masih bingung



dapat diubah :



dalam



2 : mudah



(misalnya bingung kapan harus



1 : sebagian



berobat



0 : tidak dapat



memeriksakan kondisi kesehatan



Potensial



keluarga). Ibu J mengatakan berharap



masalah



3/3x1=1



mengambil ke



keputusan



faskes



atau



untuk dicegah :



dengan adanya petugas



3 : Tinggi



kesehatan dapat membantu



2 : Cukup



dalam memelihara kesehatan.



1 : Rendah Menonjolnya masalah :



2/2x1=1



-



Cara merawat apabila ada



2 : Masalah berat harus



anggota keluarga yang sakit



segera ditangani



dengan cara istirahat yang



1 : Ada Masalah tetapi



cukup, memberi makan,



tidak perlu ditangani



minum obat warung



0



(paramex, bodrex, oskadon,



:



masalah



tidak



dirasakan



tolak angin) tanpa memeriksakan kondisinya terlebih dulu ke dokter.



Total



5



Prioritas masalah 1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan konflik pengambilan keputusan. 2. Defisit pengetahuan manajemen hipertensi berhubungan dengan kurang tepapar informasi 3. Ansietas berhubungan dengan kurang tepapar informasi



B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN INTERVENSI Diagnosa keperawatan Kode Diagnosis D.0115 Manajemen kesehatan



SLKI Kode Tujuan dan Kriteria Hasil L.12107 Setelah dilakukan tindakan keperawatan tiga



keluarga tidak efektif



kali kunjungan diharapkan keluarga mampu



berhubungan dengan



menangani masalah kesehatan keluarga secara



konflik pengambilan



optimal untuk memulihkan kondisi kesehatan



keputusan.



anggota keluarga, dengan kriteria hasil: -



-



-



-



Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan



-



Identifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan bersama keluarga



-



Aktivitas keluarga mangatasi masalah kesehatan tepat



-



Observasi



Kemampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami meningkat



-



Kode I.13477



SIKI Intervensi



Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga



-



Tindakan untuk mengurangi faktor risiko



Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga



meningkat



Nursing



Verbalisasi kesulitan menjalankan



-



Motivasi pengembangan sikap dan



perawatan yang ditetapkan menurun



emosi yang mendukung upaya



Gejala penyakit keluarga menurun



kesehatan -



Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga



-



Ciptakan perubahan lingkungan



rumah secara optimal Edukasi -



Informasikan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga



-



Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada



D.0111 Defisit pengetahuan



L.12111 Setelah dilakukan tindakan keperawatan tiga



manajemen hipertensi



kali kunjungan diharapkan keluarga mampu



berhubungan dengan



memiliki kecukupan informasi yang berkaitan



kurang tepapar



dengan manajemen hipertensi, dengan kriteria



informasi



hasil: -



Pasien dan keluarga mengetahui informasi



I.12383



dilakukan keluarga Observasi -



Menunjukkan perilaku yang sesuai anjuran yaitu perilaku hidup bersih dan sehat



-



Nursing -



Ciptakan hubungan terapeutik pasien dengan keluarga dalam perawatan



-



Diskusikan cara perawatan di rumah ( mis. kelompok, perawatan di



Dapat melakukan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku



Identifikasi kesiapan keluarga untuk terlibat dalam perawatan



tentang hipertensi -



Ajarkan cara perawatan yang bisa



rumah, atau rumah singgah) -



Motivasi keluarga mengembangkan



hidup bersih dan sehat



aspek positif rencana perawatan



-



-



Fasilitasi keluarga membuat keputusan perawatan



Edukasi -



Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga



-



Informasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga



-



Informasikan harapan pasien kepada keluarga



-



Anjurkan keluarga bersikap asertif dalam perawatan



-



Anjurkan keluarga terlibat dalam perawatan



D.0080 Ansietas



L.09093 Setelah dilakukan tindakan keperawatan tiga kali kunjungan diharapkan kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya



I.09314



Observasi -



Monitor tanda-tanda ansietas (verbal non verbal)



Nursing



yang memungkinkan individu melakukan



-



tindakan untuk menghadapi ancaman teratasi, dengan kriteria hasil : -



ansietas -



Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun Menunjukkan perilaku gelisah menurun



Pahami situasi yang membuat Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan



Edukasi -



Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis.



-



Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu.



-



Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.



Kolaborasi -Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.



C. CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN No Dx



Diagnosa Keperawatan



D.0115 Manajemen kesehatan



Implementasi Observasi



keluarga tidak efektif



1. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan



berhubungan dengan



2. Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan bersama keluarga



konflik pengambilan



3. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga



keputusan.



4. Mengidentifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga



Waktu dan Paraf Perawat 11/10/2020



Nursing 1. Memotivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya kesehatan 2. Menggunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga 3. Menciptakan perubahan lingkungan rumah secara optimal Edukasi 1. Menginformasikan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga 2. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 3. Mengajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga D.0111 Defisit pengetahuan manajemen hipertensi



Pasien dan keluarga mengetahui informasi tentang hipertensi Observasi



12/10/2020



berhubungan dengan kurang tepapar informasi



1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Nursing 1. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan tentang hipertensi 2. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Memberikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1. Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 3. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilakuhidup bersih dan sehat



D.0080 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.



4. Mengajarkan prosedur pengukuran tekanan darah Observasi 1. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal non verbal) Nursing 1. Memahami situasi yang membuat ansietas 2. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan Edukasi



12/10/2020



1. Menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis. 2. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu. 3. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi. D.0111 Defisit pengetahuan



Pasien dan keluarga mengetahui informasi tentang hipertensi



manajemen hipertensi



Observasi



berhubungan dengan



1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi



kurang tepapar informasi



2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan



13/10/2020



motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Nursing 1. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 2. Memberikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1. Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 3. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilakuhidup bersih dan sehat D.0080 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar



4. Mengajarkan prosedur pengukuran tekanan darah Observasi



13/10/2020



informasi.



1. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal non verbal) Nursing 5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan Edukasi 2.Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu. 3.Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi. Kolaborasi 1.Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.



D.0111 Defisit pengetahuan



Pasien dan keluarga mengetahui informasi tentang hipertensi



manajemen hipertensi



Observasi



berhubungan dengan



1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan



kurang tepapar informasi



motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Nursing 1. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan tentang hipertensi 2. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Memberikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku



14/10/2020



hidup



bersih dan sehat



2. Mengajarkan prosedur pengukuran tekanan darah



D. EVALUASI No



Diagnosa Keperawatan



D.0115 Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif



Evaluasi Subjektif 



berhubungan dengan konflik pengambilan



Keluarga Ibu J mengatakan sudah lebih paham tentang masalah kesehatan yang diamli







keputusan



Keluarga Ibu J mengatakan akan segera memeriksakan kondisi kesehatan ke faskes







Keluarga Ibu J mengatakan akan mencari tahu lebih lanjut pengetahuan tentang pencegahan penyakit untuk mengurangi faktor risiko.



Objektif 



Keluarga Ibu J tampak paham dengan permasalahan kesehatan yang dialami keluarga







Keluarga Ibu J bersedia melakukan pemeriksaan kesehatan dan melakukan upaya meningkatkan kesehatan.



Analisa Masalah teratasi



Waktu dan Paraf Perawat 14/10/2020



Perencanaan



D.0111 Defisit pengetahuan manajemen hipertensi berhubungan dengan kurang tepapar informasi







Ajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga







Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya



kesehatan Subyektif  Ibu J mengatakan saya sudah mengetahui penyakit hipertensi dan akan mencari tahu lebih banyak tentang hipertensi  Ibu J bersedia rutin periksa kesehatannya  Ibu P bertanya tentang bagaimana pengobatan hipertensi yang benar Obyektif  Ibu J mendengarkan informasi dengan antusias  Ibu J mau memeriksakan kesehatannya Analisa Masalah teratasi Perencanaan  Anjurkan kepada keluarga untuk memonitor kegiatan Ibu J, jangan



14/10/2020



sampai stres atau kelelahan  Anjurkan untuk membuat jadwal rutin mengecek kesehatan terutama cek tekanan darah Ibu J D.0080 Ansietas berhubungan



Anjurkan untuk mengonsumsi obat sesuai resep dokter Subyektif



dengan kurang terpapar



 Ibu J mengatakan sudah tidak merasa cemas lagi



informasi.



 Ibu J mengatakan akan rutin mengecek gula darah dan cek kesehatan Obyektif  Bersedia cek kesehatan rutin  TTV : TD : 130/90 mmHg, RR: 18 kali/menit, N: 80 kali/menit, S:36,3C  Ibu J tampak lebih bugar  GDS :150 mg/dL Analisa Masalah teratasi Perencanaan  Anjurkan kepada keluarga untuk memonitor kegiatan Ibu J agar jangan



14/10/2020



sampai kecapekan dan jangan sampai merasa stres.  Anjurkan untuk menjaga pola diet.  Anjurkan ke dokter jika penyakit kambuh. TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA Tingkat kemandirian keluarga Ibu J berada pada tingkat III yaitu : 1. Menerima petugas perawatan kesehatan. 2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. 3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar. 4. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif. 5. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.



SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Pokok Bahasan           



: Penyakit Hipertensi Pada Lansia



Sub Pokok Bahasan    



: Mengetahui apa pengertian hipertensi, penyebab



hipertensi pada lansia, gejala hipertensi pada lansia, bahaya hipertensi pada lansia dan pencegahan hipertensi pada lansia Sasaran                    



: Ibu J dan keluarga



Tempat                       



: Rumah keluarga Ibu J



Hari / Tanggal            



: Senin, 29 September 2020



Waktu                        



: 1x30 menit



A.



TUJUAN 1. Tujuan Intruksional Umum (TIU) Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi pada lansia di harapkan masyarakat mampu mengidentifikasi tentang penyakit dan sebab Hipertensi pada lansia. 2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK) Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan 1x30 menit diharapkan para warga dapat: a. Menjelaskan tentang pengertian Hipertensi, b. Menjelaskan tentang penyebab Hipertensi pada lansia, c. Menjelaskan tentang gejala Hipertensi pada lansia, d. Menjelaskan tentang bahaya Hipertensi pada lansia, e. Menjelaskan tentang cara pencegahan Hipertensi pada lansia.



B.



MATERI PENYULUHAN 1. Materi Hipertensi pada Lansia (terlampir) a. Pengertian Hipertensi, b. Penyebab Hipertensi pada lansia, c. Gejala Hipertensi pada lansia, d. Bahaya Hipertensi pada lansia, e. Pencegahan Hipertensi pada lansia. 2. Alat Evaluasi a. Pengertian Hipertensi, b. Penyebab Hipertensi pada lansia, c. Gejala Hipertensi pada lansia,



d. Bahaya Hipertensi pada lansia, e. Pencegahan Hipertensi pada lansia. f. Kunci Jawaban Sesuai Materi C.



METODE 1. Ceramah, 2. Diskusi, 3. Tanya jawab.



D.



MEDIA Leaflet.



E.



EVALUASI 1. Prosedur  : Setelah pembelajaran materi 2. Jenis         : Lisan 3. Bentuk     : Uraian singkat



Lampiran MATERI PENYULUHAN HIPERTENSI A. PENGERTIAN Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan darah pada keadaan normal. Tekanan darah normal yaitu : 1. Sistolik (100 – 140 mmHg) adalah tekanan jantung saat memompa darah keseluruh tubuh. 2. Diastolik (60 – 90 mmHg) adalah tekanan jantung saat tidak memompa darah keseluruh tubuh. Hipertensi yang biasa terjadi pada lansia yaitu hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. B. PENYEBAB Adapun penyebab terjadinya Hipertensi pada lansia antara lain: 1. Stress, 2. Merokok, 3. Kelelahan, 4. Minum alkohol, 5. Kegemukan (obesitas), 6. Diet yang tidak seimbang, 7. Konsumsi garam yang tinggi (>30 gr). C. GEJALA Gejala penderita hipertensi yang terjadi pada lansia antara lain : 1. Gelisah, 2. Nadi cepat, 3. Sukar tidur, 4. Sesak nafas, 5. Sakit kepala, 6. Lemah dan lelah, 7. Rasa pegal di bahu, 8. Jantung berdebar-debar, 9. Pandangan menjadi kabur, 10. Mata berkunang-kunang.



D. BAHAYA Hipertensi pada lansia dapat mengakibatkan timbulnya asma dan kencing manis serta pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi kelumpuhan, kesulitan berbicara sampai kematian. E. PENCEGAHAN 1. Pencegahan Hipertensi pada lansia dapat dilakukan dengan : 2. Bersantai, 3. Hindari obesitas, 4. Hindari merokok, 5. Berolahraga secara teratur, 6. Sering memakan buah – buahan dan sayur – sayuran, 7. Hindari minuman yang mengandung kafein (teh, kopi dan coklat), 8. Hindari makanan yang mengandung garam, berlemak dan tinggi kalori. F. EVALUASI 1. Rencana pertanyaan yang akan di ajukan : a. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi? b. Sebutkan 2 dari 7 penyebab Hipertensi pada lansia? c. Sebutkan 2 gejala Hipertensi pada lansia? d. Apa sajakah bahaya Hipertensi pada lansia? e. Apa sajakah pencegahan Hipertensi pada lansia? 2. Kunci jawaban a. Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan darah pada keadaan normal. b. Penyebab Hipertensi pada lansia : 1. Merokok, 2. Minum alkohol. c. Gejala Hipertensi pada lansia : 1. Sukar tidur, 2. Jantung berdebar – debar, d. Bahaya Hipertensi pada lansia : Hipertensi pada lansia dapat mengakibatkan timbulnya asma dan kencing manis serta pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi kelumpuhan, kesulitan berbicara sampai kematian.



e. Pencegahan Hipertensi pada lansia : 1. Hindari merokok, 2. Berolahraga secara teratur, 3. Sering memakan buah – buahan dan sayur – sayuran, 4. Hindari minuman yang mengandung kafein (teh, kopi dan coklat).



STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien Dari hasil pengkajian bahwa di Kecamatan Sui. Ambawang, ditemukan sekitar 30% warga lansia mengidap penyakit Hipertensi. Hal tersebut dikarenakan masyarakat  masih kurang mengetahui tentang Hipertensi. 2. Diagnosa Keperawatan Kurangnya pengetahuan masyarakat Sui. Ambawang tentang Hipertensi khususnya pada lansia. 3. Tujuan Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya Hipertensi pada lansia. 4. Tindakan Keperawatan Memberikan pendidikan kesehatan tentang Hipertensi pada lansia B. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI 1. Fase Orientasi a. Salam Terapeutik “Asssalamualaikum Wr. Wb/selamat pagi ? Perkenalkan nama saya Aan Aji Prayogi mahasiswa dari STIK Muhammadiyah Pontianak, saya akan melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat Sui. Ambawang tentang penyakit Hipertensi pada lansia.” b. Evaluasi / Validasi “Bagaimana perasaan Bapak / Ibu sekalian pada hari ini ? Apakah baik – baik saja atau ada keluhan hari ini?” c. Kontrak 1) Topik “Baiklah Bapak / Ibu sekalian, tujuan saya datang kesini yaitu ingin memberikan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi khususnya pada lansia.” 2) Waktu “Saya akan melakukan penyuluhan kesehatan ini selama 1x30 menit.” 3) Tempat



“Dalam penyampaian penyuluhan ini saya lakukan di sini yaitu di Balai Desa Sui. Ambawang.” 2. Fase Kerja “Baiklah Bapak / Ibu sekalian kita mulai saja penyuluhan kesehatan ini. Ada beberapa pertanyaan yang hendak saya tanyakan terlebih dahulu. Selama ini apakah Bapak / Ibu sudah tahu apa itu Hipertensi?, apa penyebab Hipertensi pada lansia?, bagaiman gejala Hipertensi pada lansia?, apa bahaya Hipertensi pada lansia? dan bagaimana cara pencegahan Hipertensi pada lansia?.” 3. Fase Terminasi a. Evaluasi Subjektif “Bagaimana perasaan Bapak / Ibu setelah saya melakukan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi pada lansia ini? apakah sudah paham yang sudah saya jelaskan?, apa pengertian Hipertensi?, apa penyebab Hipertensi pada lansia?, bagaiman gejala Hipertensi pada lansia?, apa bahaya Hipertensi pada lansia? dan bagaimana cara pencegahan Hipertensi pada lansia?.” b. Evaluasi  Objektif “Warga tampak koorperatif, banyak bertanya mengenai penyakit Hipertensi pada lansia dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.” c. Rencana Tindak Lanjut “Baiklah Bapak / Ibu, jka ada yang kurang jelas sekitar 1 bulan lagi saya akan datang lagi untuk memberikan penyuluhan kesehatanan dengan materi berbeda. Namun, Bapak / Ibu dapat menanyakan penyakit Hipertensi pada lansia lagi.” d. Kontrak yang Akan Datang 1) Topik Baiklah bapak / ibu, sekitar 1 bulan lagi saya akan memberikan penyuluhan kesehatan di rumah Ibu J untuk membahas tentang penyakit lainnya. 2) Waktu Waktu yang diberikan untuk penyuluhan ialah 1x30 menit. 3) Tempat Kita akan membicarakannya di rumah Ibu J ini.



HIPERTENSI



 PENGERTIAN



 GEJALA



Hipertensi adalah tekanan darah yang



Gejala



lebih



terjadi pada lansia antara lain :



besar



dibandingkan



dengan



penderita



tekanan darah pada keadaan normal.



11. Gelisah,



Tekanan darah normal yaitu :Sistolik



12. Nadi cepat,



(100 – 140 mmHg). Diastolik (60 – 90



13. Sukar tidur,



mmHg)



14. Sesak nafas,



hipertensi



15. Sakit kepala,  PENYEBAB Adapun Disusun oleh : 1) 2) 3) 4)



Sayekti Murti U. Septi Anis Kurli Septi W. Siska Ayu F. N.S



(P27220018034) (P27220028035) (P27220028036) (P27220028037)



penyebab



16. Lemah dan lelah, terjadinya



Hipertensi pada lansia antara lain:



18. Jantung berdebar-debar,



8. Stress,



19. Pandangan menjadi kabur,



9. Merokok,



20. Mata berkunang-kunang.



10. Kelelahan, 11. Minum alkohol, 12. Kegemukan (obesitas),



PRODI D III KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA TAHUN 2020



17. Rasa pegal di bahu,



13. Diet yang tidak seimbang, 14. Konsumsi garam yang tinggi (>30 gr).



yang



 KOMPLIKASI Hipertensi



pada



 PENCEGAHAN lansia



dapat



mengakibatkan timbulnya asma dan kencing



manis



serta



9. Pencegahan Hipertensi pada lansia dapat dilakukan dengan :



Menggunakan terapi jus mentimun Cara membuat :



10. Bersantai,



1. Siapkan ½ kg mentimun



pembuluh darah di otak sehingga



11. Hindari obesitas,



2. Bersihkan dan potong mentimun



terjadi



12. Hindari merokok,



3. Bila menggunakan blender masukan



kelumpuhan,



berbicara sampai kematian.



pecahnya



 PENGOBATAN TRADISIONAL



kesulitan



13. Berolahraga secara teratur,



timun dan air matang lalu diblender.



14. Sering memakan buah – buahan dan sayur – sayuran, 15. Hindari



minuman



blender lalu blender hingga halus yang



mengandung kafein (teh, kopi dan coklat) 16. Hindari



4. Masukkan semua bahan ke dalam 5. Bila menggunakan parut, parut timun lalu tuangkan ke air matang 6. Setelah hancur dan cair masukan ke



makanan



yang



mengandung garam, berlemak dan tinggi kalori  PENGOBATAN Menggunakan obat antihipertensi



dalam gelas 7. Aduk dan siap disajikan