Askep Keluarga PHBS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA PADA KELUARGA SEHAT DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI DESA CANGKOAK RT.011 RW.003 KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON



Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Komunitas STIKes Kuningan Dosen pengampu : TIM



Disusun Oleh: REVITA AYU SELVIANA JNR0200117



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN TAHUN 2021



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Asuhan keperawatan keluarga  yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga  digunakan untuk membantu menyelesaikan



masalah



kesehatan



keluarga



 dengan



menggunakan



pendekatan



proses



keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, mengetahui tingkat pencapaian keluarga  dalam melakukan fungsinya. Memerlukan pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya. Promosi Kesehatan yang di lakukan pada keluarga yaitu untuk memberikan informasi pada keluarga terkait segala hal yang bertujuan pada peningkatan kualitas kesehatan, sedangkan Pengkajian asuhan keperawatan keluarga  dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga  memenuhi tugas perkembangannya dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat di rumah tangga. Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Seat 2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk kongkrit nya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat, keluarga atau suatu kelompok komunitas. B. Definisi Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat



menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan. (Maryunani A, 2013). C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga PHBS dirumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS yang bertujuan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi bayi ASI Eksklusif 3. Menimbang bayi dan balita 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik nyamuk di rumah 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah D. Penjelasan dari tiap indikator PHBS tersebut adalah sebagai berikut : 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, perawa). Setiap persalinan dari ibu hamil harus ditolong oleh tenaga kesehatan karena : a. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. b. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong oleh bidan, dokter, perawat dan para medis lainnya atau dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit. c. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya. d. Apabila terdapat tanda-tanda persalinan seperti ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin kuat, rahim terasa kencang bila diraba terutama saat terasa mulas, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir, merasa seperti mau buang air besar maka harus segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/ dokter), tetap tenang dan tidak bingung, untuk mengurangi rasa sakit dari mulasnya dapat bernapas panjang melalui hidung dan mengeluarkan melaluimulut dengan perlahan. 2. Memberi bayi ASI Eksklusif ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.



ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit. Bayi disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan pendarahan, berikan ASI dari kedua payudara secara bergantian. ASI Eksklusif diberikan pada bayi usia 0-6 bulan, hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain, sementara selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk lumat dan jumlah yang sesuai dengan perkembangan umur bayi. Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI juga harus memperhatikan bahwa ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan mendapat dukungan dari keluarga agar upaya pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan bisa berhasil. 3. Menimbang bayi dan balita Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Setelah bayi dan balita ditimbang, catat hasil penimbangan di Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik. Dengan melihat berat badan bayi dan balita naik atau tidak naik pada pencatatan setiap bulan, dapat diketahui apakah bayi dan balita tumbuh sehat, bisa mencegah gangguan pertumbuhan,



jika



berat



badan



dua bulan berturut-turut tidak naik atau bahkan berat



badannya dibawah garis merah (BGM) dan dicurigai gizi buruk, dapat segera dirujuk ke Puskesmas. Datang secara rutin ke Posyandu juga berfungsi untuk mengetahui imunisasi



serta



untuk



kelengkapan



mendapatkan penyuluhan gizi.



4. Menggunakan air bersih Air bersih adalah air yang secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba): a.



Air tidak berwarna, harus bening/ jernih



b.



Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.



c.



Air tidak berasa.



d.



Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk, atau bau belerang. Dengan menggunakan air bersih dapat terhindar dari gangguan penyakit seperti diare,



kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan selain itu, setiap anggota keluarga terpelihara kebersihannya. Keberadaan air bersih ini yang sangat penting, maka perlu untuk menjaga kebersihan sumber air bersih yaitu : a.



Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah sampai paling sedikit 10 meter.



b.



Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemaran.



c.



Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya agar tidak rusak.



d.



Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air, tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/ dinding sumur. Ember/ gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai.



e.



Meskipun air sudah bersih tetapi ketika diminum harus tetap dimasak mendidih karena air belum tentu bebas kuman penyakit, yang hanya bisa mati pada suhu 1000C (saat mendidih).



5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun merupakan suatu intervensi kesehatan yang paling hemat tapi sangat bermanfaat karena dapat membunuh kuman penyakit yang ada di tangan sehingga tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman, mencegah penularan penyakit, seperti disentri, flu burung, flu babi, typhus, dll. Aktivitas yang dianjurkan untuk cuci tangan yaitu : a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah;



memegang



uang,memegang



binatang,



berkebun, dll). b. Setelah buang air besar. c. Setelah menceboki bayi atau anak. d. Sebelum makan dan menyuapi anak. e. Sebelum memegang makanan. f. Sebelum menyusui bayi. Adapun cara yang benar untuk cuci tangan itu sendiri dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan memakai sabun seperlunya, selanjutnya bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan, dan yang terakhir bersihkan tangan pakai lap bersih. 6. Menggunakan jamban sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia. Jamban yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Tidak mencemari sumber air minum (Jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter) b. Tidak berbau. c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. d. Tidak mencemari tanah disekitarnya. e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan. f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.



g. Penerangan dan ventilasi cukup. h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai. i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih. j. Semua anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, sehingga dapat menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang dijadikan sebagai air baku air minum atau air untuk kegiatan sehari- hari,



dan



tidak



mengundang



serangga



dan



binatang



yang



dapatmenyebarluaskan bibit penyakit. 7. Memberantas jentik di rumah Keluarga perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Plus



cara



3



M



(Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). 3 M Plus adalah



tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu : a.



Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tatakan kulkas, alas pot kembang.



b.



Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.



c.



Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air.



d.



Plus menghindari gigitan nyamuk yaitu dengan menggunakan kelambu, memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai, menabur larvasida di tempat yang sulit dikuras dan memeliharaikan pemakan jentik di kolam. 15



8. Makan buah dan sayur setiap hari Sayur dan buah merupakan sumber nutrisi antioksidan dengan kandungan vitamin dan mineral. Buah dan sayur juga kaya akan senyawa fitokimia anti-kanker serta serat. Adapun porsi ideal sayur dan buah tiap hari untuk menjaga tubuhtetap



sehat yaitu



mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan dari gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Setiap anggota keluarga diharapkan melakukan aktivitas fisik secara bertahap sampai mencapai 30 menit setiap hari, bisa dilakukan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan, berupa kegiatan sehari-hari dan olahraga. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. 10. Tidak merokok di dalam rumah



Bahaya merokok di dalam rumah yaitu asap rokok yang mengandung zat-zat nikotin, tar dan zat berbahaya lainnya terhisap oleh perokok pasif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit antara lain jantung dan pembuluh darah. Jika di dalam lingkungan masyarakat, semua rumah tangga menerapkanPHBS maka akan diperoleh manfaat sebagai berikut : 1) Bagi Rumah Tangga a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit. b.



Anak tumbuh sehat



dan cerdas. b. Anggota keluarga giat bekerja. c. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga. 2) Bagi Masyarakat a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat. b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah- masalah kesehatan. c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya



Kesehatan Bersumber Masyarakat



(UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain. 3) Bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota a. Peningkatan persentasi Rumah Tangga ber-PHBS menunjukan kinerja dan citra pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik. b. Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menangungulangi masalah-masalah kesehatan dapat dialihkan untuk pengembangan lingkungan yang bertata rapih dan sehat serta penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. c. Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga. E. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Untuk mewujudkan PHBS di setiap tatanan masyarakat, diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS sebagai berikut:



Pengkajian



Perencanaan



Penggerakan pelaksanaaan dan pemantauan



Penilaian



Gambar 4. Alur program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)



1. Pengkajian Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga). a. Pengkajian PHBS secara kuantitatif yaitu dengan cara pengumpulan data sekunder selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data sekunder, data tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat dibuat pemetaan nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) sehingga semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan tepat dan terarah selain itu juga dapat ditentukan prioritas utama. Adapaun besar pengambilan sampel PHBS sederhana rekomendasi WHO:



30 x 7 = 210 rumah tangga ( 30 kluster, 7 rumah tangga; kluster disetarakan dengan desa atau kelurahan)



b. Pengkajian PHBS secara kualitatif Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian kualitatif. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang kebiasaan,



kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS. c. Pengkajian PHBS secara kualitatif Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian kualitatif. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS. d. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana) Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS.



2. Perencanaan Penyusunan rencana kegiatan PHBS berguna untuk menentukan tujuan dan strategi komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan yaitu menentukan tujuan dan menentukan jenis kegiatan intervensi. 3. Pemantauan Pemantauan dilakukan untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan. Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/ laporan kegiatan intervensi penyuluhan PHBS. 4. Penilaian Penilaian dilakukan dengan menggunakan Formulir atau Kartu PHBS yang telah dirancang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.



19



Waktu penilaian dapat dilakukan pada



setiap tahun atau setiap dua tahun. Caranya dengan membandingkan data dasar PHBS dibandingkan dengan data PHBS hasil evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan masingmasing indikator apakah mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data hasil evaluasi PHBS. Cara melakukan penilaian melalui :



a)



Pengkajian ulang tentang PHBS.



b)



Menganalisis data PHBS oleh kader/ koordinator PHBS. Pembinaan PHBS di rumah tangga diawali dengan pengumpulan data oleh kader dengan cara menyiapkan tenaga pengumpul data, disarankan menggunakan kader desa/ kelurahan yang telah dilatih PHBS di rumah tangga dengan menggunakan Formulir atau Kartu PHBS sesuai jumlah rumah tangga yang ada. Sebelum dilakukan pengumpulan data, kader diberi penjelasan singkat tentang cara pengumpulan PHBS di rumah tangga. Kader desa/ kelurahan yang telah dilatih PHBS di rumah tangga, mengumpulkan data Rumah Tangga ber-PHBS berdasarkan 10 indikator yang dikelompokkan menjadi kesehatan ibu dan anak (KIA) dan gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup, usaha kesejahteraan masyarakat dengan 10 indikator pusat yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan, ASI eksklusif, gizi, air bersih, jamban, kepadatan hunian, lantai rumah, aktifitas fisik, tidak merokok dan JPK. Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga dengan 16 indikator adalah a.



Indikator perilaku yaitu, 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). 2. Pemberian ASI Eksklusif pada usia bayi 0-6 bulan. 3.



Penimbangan balita setiap bulan atau minimal 8 kali dalam setahun sampai berusia 60 bulan.



4. Anggota rumah tangga mengkonsumsi aneka ragam makanan dalam jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang. 5. Aktivitas fisik dilakukan secara terukur minimal 30 menit setiap hari. Dilakukan 3 – 5 kali seminggu. 6. Tidak merokok yaitu anggota rumah tangga yang merokok di luar rumah/ rumah bebas asap rokok. 7. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah BAB. 8. Gosok gigi minimal 2 kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur. 9. Tidak minum minuman keras dan tidak menyalah gunakan narkoba.



10. Anggota rumah tangga menjadi anggota JPK (Dana Sehat, Askes, Jamsostek, KIS (Kartu Indonesia Sehat), BPJS, dll. 11. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M : Menguras, Menutup, Mengubur (bak, mandi, tempayan, drum, vas bunga, dll) b.



Indikator lingkungan yaitu 1. Air bersih yaitu anggota rumah tangga menggunakan air bersih untuk minum, memasak, mandi dan mencuci. 2. Jamban sehat yaitu anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat (leher angsa, septic tank atau jamban cemplung tertutup) 3. Sampah ditampung dan dibuang setiap hari pada tempat yang memenuhi syarat. 4. Kepadatan hunian yaitu setiap anggota rumah tangga menempati ruang minimal 9 m.



.



5. Lantai rumah yaitu kedap air dan dijaga kebersihannya. Dari indikator tersebut dapat ditentukan rumus strata yaitu 1. Sehat Pratama (Merah) : Jumlah nilai keluarga antara 0 sampai dengan 5. 2. Sehat Madya (Kuning) : Jumlah nilai keluarga antara 6 sampai dengan 10. 3. Sehat Utama (Hijau) : Jumlah nilai keluarga antara 11 sampai dengan 15. 4. Sehat Paripurna (Biru) : Jumlah nilai keluarga 16.20 c) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/ kota (SP2TP). d) Observasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah kepada petugas kader dan keluarga. Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah : a) Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana. b) Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan. c) Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/ hambatan. d) Adanya peningkatan program PHBS.



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA



A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS UMUM 1. Identitas Kepala Keluarga Nama:



Tn.F



Pekerjaan



: Pedagang



Umur :



39 Tahun



Alamat



: Ds.Cangkoak Cirebon



Agama



:



Suku :



Jawa



Pendidikan



Islam



No. Telepon



:



: 081321xxxxxx



SMP



2. Daftar Anggota Keluarga No Nama Tn.F Ny.M Tn.A Nn.M



L/P Hub. Dg KK Umur



Anak Anak



Pendidikan Imunisasi SMP SMP SMA SMP Lengkap



KB



Kesehatan Sehat Sehat Sehat Sehat



3. Type Keluarga a. Jenis type Keluarga: Keluarga Inti b. Masalah yang terjadi dilihat dari type Keluarga:



Tidak ada masalah yang terjadi dalam keluarga Tn.F 4. Suku bangsa (etnis) a. Latar Belakang Etnis Keluarga atau Anggota keluarga Jawa b. Tempat tinggal Keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis bersifat homogen)



Tn.F mengatakan, keluarga Tn.F bertempat tinggal di desa yang memiliki lingkungan tetangga dengan berbagai macam etnis, akan tetapi lebih banyak etnis Jawa c. Kegiatan keagamaan, social, budaya



Tn.F mengatakan, keluarga Tn.F senantiasa menaati dan menikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di rumah maupun di masjid dan mengikuti kegiatan sosial yang diadakan di lingkungan sekitar jika sedang tidak berjualan. d. Kebiasaan berbusana sehari-hari



Memakai baju sehari-hari sopan dan rapih e. Struktur kekuasaan keluarga



Tn.F adalah kepala keluarga dan Ny.M adalah Ibu Rumah Tanggga f.



Bahasa yang digunakan di rumah



Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi



Tn.F mengatakan, keluarga Tn.F menggunakan jasa perawatan kesehatan yang terdekat dari rumahnya seperti layanan klinik dokter umum maupun puskesmas terdekat. 5. Agama dan Kepercayaan a. Agama yang dianut keluarga Agama Islam b. Apakah antara anggota keluarga ada yang berbeda keyakinan keagamaan mereka? Tidak ada c. Seberapa aktiv keluarga terlibat dalam kegiatan keagamaan atau organisasi keagamaan?



Tidak ada d. Adakah kepercayaan dan nilai kegamaan yang berpengaruh terhadap kesehatan keluarga? Keluarga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu Allah SWT demikian pula dengan sehat sakit. Keluarga juga percaya bahwa setiap sakit ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas. 6. Status social ekonomi keluarga a. Berapa penghasilan keluarga per bulan? Pendapatan Tn.F dari hasil berdagang yaitu Rp.1.500.000/Bulan, penghasilan Tn.F dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. b. Apakah keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan penghasilan saat ini? Tn.F dan Istrinya berusaha membuat cukup untuk kebutuhan. c. Apakah keluarga memiliki tabungan untuk keperluan yang akan datang (misalnya anak melanjutkan sekolah, dll) Tidak ada d. Apakah keluarga memiliki tunjangan kesehatan (asuransi, dll)? Tn.F memiliki kartu BPJS e. Bagaimana aktifitas rekreasi keluarga? Selama Pandemi Covid-19 keluarga Tn.F tidak pernah pergi jalan-jalan



1. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Pada saat ini keluarga Tn.F sedang berada pada tahap perkembangan yaitu tahap keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) 2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi 2. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA INTI 1. Riwayat kesehatan keluarga masa lalu Tn.f tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar yang lain, tidak mempunyai penyakit menurun (hipertensi) dan penyakit menular (TBC dan Kusta). Ny.M tidak mempunyai masalah kesehatan dan juga anak-anaknya. 2. Riwayat kesehatan keluarga saat ini (masing-masing anggota keluarga) Tn.F dan Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan. Anak Tn.F memiliki masalah kesehatan. 3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan keluarga



Tn. F mengatakan, keluarga Tn.F menggunakan jasa perawatan kesehatan yang terdekat dari rumahnya seperti layanan klinik dokter umum di lingkungan rumah maupun puskesmas terdekat. 3. PENGKAJIAN LINGKUNGAN 1. Karakteristik Rumah Tinggal



a. Gambaran tipe rumah Rumah yang ditempaati merupakan rumahnya sendiri dengan panjang 5 meter dan lebar 5 meter. b. Denah Rumah



Kamar 3



Ruang Tamu



c. Gambaran kondisi rumah 1) Ruang tamu



Kamar 3



Kamar 1



Ruang Keluarga



Kamar Mandi Dapur



Tn.F mengatakan, ruang tamunya cukup kurang lebih untuk 7-8 orang tamu, ruang tamu bersih tidak terlalu banyak ornament yang mengisi ruangan dan sirkulasi udara baik hanya ada lukisan kuda saja. 2) Kamar tidur Tn.F mengatakan, memilki 3 kamar tidur, dengan bersih rapih dan memiliki sirkulasi udara yang baik. 3) Ruang keluarga Tn. N mengatakan, memiliki ruang keluarga yang cukup luas dengan TV LED dan tidak terlalu banyak ornament yang mengisi ruangan. 4) Dapur Tn.F mengatakan, memiliki dapur yang cukup untuk memasak, bersih dan memiliki sirkulasi udara yang baik. 5) Kamar mandi Tn.F mengatakan, memiliki 1 kamar mandi yang bersih. d. Pola pembersihan rumah dan lingkungan rumah Kebersihan rumah Tn.F tampak bersih dan rapih. e. Perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tempat tinggal keluarganya Tn.F mengatakan, merasa aman dan nyaman terhadap rumah tempat tinggal keluarganya f. Tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga Kebiasaan keluarga Tn.F dalam system pembuangan sampah yang dilakukan yaitu selalu membkar sisa-sisa sampah rumah tangga, keluarga juga memiliki tempat sampah dirumahnya. g. Karakteristik tetangga dan lingkungan rumah Tn.F mengatakan, memiliki tetangga dan lingkungan rumah yang ramah tamah dengan berbagai macam etnis. h. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Tidak pernah pindah-pindah rumah. i. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Tn.F dan keluarga tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat. j. System pendukung keluarga Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluaarga mengalami masalah. Keluarga biasanya mengurusi masalahnya secara interen didalam keluarganya. 4. STRUKTUR KELUARGA



1. Pola komunikasi keluarga Keluarga biasanya berkomunikasi menggunakan Bahasa jawa atau bahasa Cirebon.Struktur



2. kekuatan keluarga Tn.F mengatakan, orang yang dekat dengan keluarga Tn.F adalah Tn. S yang merupakan adik kandung karena masih tinggal satu desa, bila Tn.F memiliki kesulitan Tn.F berusaha membantunya begitupun sebaliknya. 3. Struktur peran Semua anggotanya memilki peran masing-masing dalam keluarga yaitu sebagai kepala keluarga, IRT dan peran sebagai anak-anak. Di lingkungan pergaulan maupaun dipekerjaan, anggota keluarga memiliki peran sebagai pedagang dan juga ibu rumah tangga. 4. Nilai atau norma keluarga Anggota keluarga Tn.F biasanya melakukan sholat dengan baik teratu dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada di masyarakat. 5. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif:



Tn.F mengatakan, keluarga Tn.F selalu menyayangi dan perhatian kepada anaknya, juga selalu mendukung dan mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh anak-anaknya selama dalam batas kewajaran dan tidak melanggar norma dan etika sopan santun. 2. Fungsi Sosialisasi:



Tn.F mengatakan, interaksi Tn.F dengan anak istrinya terjalin dengan sangat baik, saling mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan.Tn.F memiliki peran yang besar dalam mengambil keputusan, namun Tn.F selalu adil kepada keluarganya. Masing-masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan santun dalam berperilaku. Keluarga mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik, keluarga cukup aktif di dalam masyarakat. 3. Fungsi perawatan kesehatan:



Keluarga sering membawa anggota keluarga ke puskesmas untuk berobat, namun keluarga jarang mengajarkan anggota keluarga cara untuk mencegah penyakit atau mempromosikan kesehatan itu sendiri. 4. Fungsi reproduksi:



Tn.F mengatakan, Tn.F dan Ny.M memiliki 3 anak . 5. Fungsi ekonomi: Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari, pakaian untuk anak dan biaya sekolah.



6. STRESS DAN KOPING KELUARGA



1. Stress a. Stres jangka pendek dan panjang: Keluarga Tn.F berharap agar tetap dalam keadaan sehat. Tn.F selalu berharap yang terbaik untuk anaknya. 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor:



Keluarga Tn.F jika menghadapi suatu masalah, Tn.F dan istri serta anak-anaknya menghadapi masalah tersebut dengan bermusyawarah, sabar, berdo’a dan bertawakal kepada Allah SWT agar masalahnya dapat terselesaikan dengan baik. 3. Strategi koping yang digunakan:



Apabila ada permasalahan dalam keluarga, biasanya Tn.F meminta bantuan istri dan anakanaknya untuk memutuskan dan menyelesaikan,  walaupun sebelumnya dimusyawarahkan terlebih dahulu.



7. PEMERIKSAAN FISIK No 1



Pemeriksaan Fisik Kepala



2.



Leher



3.



Mata



4.



Telinga



5.



Hidung



6.



Mulut



Tn.F



Ny.M



Tn.A



Nn.M



Simetris, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe. leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).



Simetris, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe. leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).



Simetris, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe. leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).



Simetris, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe. leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).



Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas Simetris, keadaan bersih,Fungsi pendengaran baik Simetris,keadaan bersih,Tidak ada kelainan yang ditemukan Mukosa mulut lembab,keadaan bersih,Tidak ada



Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas Simetris, keadaan bersih,Fungsi pendengaran baik Simetris,keadaan bersih,Tidak ada kelainan yang ditemukan Mukosa mulut lembab,keadaan bersih,Tidak ada



Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas Simetris, keadaan bersih,Fungsi pendengaran baik Simetris,keadaan bersih,Tidak ada kelainan yang ditemukan Mukosa mulut lembab,keadaan bersih,Tidak ada



Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas Simetris, keadaan bersih,Fungsi pendengaran baik Simetris,keadaan bersih,Tidak ada kelainan yang ditemukan Mukosa mulut lemb,keadaan bersih,Tidak ada



7.



Dada



8.



Abdomen



9.



TTV



kelainan Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing(-) Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus 35x/mnt, tidak ada bekas luka operasi  TD : 120/80 mmHg N : 74x/m, S : 360C R: 20x/m  



kelainan Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat palpitasi, suara murmur (-), ronchi (-), wheezing(-) Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus 35x/mnt, tidak ada bekas luka operasi TD :110/90 mmHg,  N : 100x/m, S : 36,50C R: 20x/m



kelainan Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-) Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus 35x/mnt, tidak ada bekas luka operasi TD: 110/80 mmHg R: 18 x/mnt N: 84 x/mnt S: 37,2OC R: 20x/m



kelainan Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat palpitasi, suara murmur (-), ronchi (-), wheezing (-) Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus 35x/mnt, tidak ada bekas luka operasi TD: 100/80 mmHg R: 18 x/mnt N: 72 x/mnt S:370C  R: 20x/m



8. HARAPAN KELUARGA



Keluarga Tn.F sangat berharap agar petugas kesehatan lebih peduli pada orang yang tidak mampu serta tidak membeda-bedakan golongan. B. Diagnosa Keperawatan Keluarga 1. Analisa Data No . 1.



Data



Masalah/ Diagnosa Keperawatan  Resiko terjadinya



DS : 1.    Keluarga mengatakan tidak mempunyai tempat sampah



penyakit diare  Keluarga



belum



2.    Keluarga mengatakan tidak memiliki sumur



mengetahui



3.    Keluarga mengatakan tidak memiliki kamar



manfaat imunisasi



mandi dan WC 4.   



Keluarga



pada anak. mengatakan



cara



penyajian  Keluarga



makanan tertutup tapi kadang terbuka 5.    Anak ke-2 dan Anak ke-3 belum diiminusasi



mengetahui pentingnya



kurang



karena ayah takut anaknya panas



ventilasi



6.    Ventilasi yang kurang, kebersihan kurang



dan



kebersihan rumah.



DO : 1.    Tidak adanya tempat pembuangan sampah 2.    Tn. N numpang mandi di sumur tetangga 3.    Keluarga Tn. N BAB sembarang tempat 4.    Perabotan dapur sedikit berantakan



2. Perumusah Masalah No



Diagnosis Keperawatan (PES)



. 1



Resiko timbulnya penyakit diare, malaria, tifoid, DBD, berhubungan dengan



2



ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah. Ketidak tahuan keluarga tentang pentingnya pemberian imunisasi terhadap anak berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi



3



kesehatan dan perkembangan anggota keluarga berhubungan dengan ketidak tahuan pentingnya sanitasi lingkungan.



3. Penilaian (Skoring) Diagnosa Keperawatan 4. DX : Resiko timbulnya penyakit diare, malaria, tifoid, DBD, berhubungan dengan ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah. No. Diag . Kep. 1.



2.



3.



Kriteria



Sifat masalah : Ancaman kesehatan



Kemungkinan Masalah diubah : Tanya sebagian Potensial Masalah untuk dicegah : Cukup



Bobot



Nilai



Pembenaran



1



2 /3 x 1 =2/3



Keluarga kurang mengetahui pengaruh lingkungan seperti tidak memiliki WC dan cara penyajian makanan yang kadang terbuka dapat menimbulkan diare



2



1 / 2 x2 =1



Keluarga kurang paham bahwa kesehatan lingkungan dan prilaku dapat mempengaruhi kesehatan diri.



1



2/3x1 =2 / 3



Keluarga mau mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan



4.



Menonjolnya masalah untuk dicegah : Masalah tidak dirasakan



1



0 / 2 x1 =0



Total Skor



Keluarga belum mengalami masalah kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dan prilaku yang tidak sehat



1 4/6



5. 6. DX : Ketidak tahuan keluarga tentang pentingnya pemberian imunisasi terhadap anak berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah. No 1.



Kriteria Sifat masalah



Bobot 2/3 X 1



2.



Kemungkinan masalah dapat diubah Potensi pencegahan Menonjolnya masalah Total Skor



2/2 X 2



2



Masalah dapat mudah dirubah karena biaya dapat dijangkau keluarga.



3/3 X 1



1



Kepekaan terhadap penyakit dapat dicegah.



1/2 X 1



1/2



Keluarga menyadari masalah tapi beban segera diberikan.



3. 4.



Nilai 2/3



Pembenaran Ancaman kesehatan.



3 3/6



7. 8. DX : Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anggota keluarga berhubungan dengan ketidak tahuan pentingnya sanitasi lingkungan. No 1.



Kriteria Sifat masalah



2.



Kemungkinan masalah dapat diubah Potensi pencegahan Menonjolnya masalah Total Skor



3. 4.



Perhitungan 2/3 X 1



Skor 2/3



1/2 X 2



1



2/3 X 1



2/3



0/2 X 1



0 1 4/6



4. Prioritas Diagnosa Keperawatan



Pembenaran Ancaman kesehatan. Ada kemauan keluarga membersihkan rumah



untuk



Kepekaan terhadap penyakit dapat dicegah. Keluarga menyadari masalah tapi beban segera diberikan.



Prioritas



Diagnosis Keperawatan



1.



Ketidak tahuan keluarga tentang pentingnya pemberian imunisasi terhadap anak berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Resiko timbulnya penyakit diare, malaria, tipoid, DBD sehubungan dengan ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anggota keluarga berhubungan dengan ketidak tahuan pentingnya sanitasi lingkungan.



2.



3



Skor



3 3/6



1 4/6



1 4/6



5. Rencana asuhan Keperawatan Keluarga Resiko timbulnya penyakit diare, malaria, tipoid, DBD sehubungan dengan ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah Tujuan Umum Setelah memberikan penyuluhan kesehatan lingkungan diharapkan dapat memelihara lingkungan.



Kriteria Evaluasi Khusus



Kriteria



Setelah dilakukan Respon kunjungan di verbal harapkan keluarga mampu memahami tentang kesehatan lingkungan.



Rencana Intervensi



Standar 1.      Keluarga mampu memelih ara lingkung an yang aman dan sehat 2.      Keluarga dapat membuat keadaan dapur rapi dan besih



Berikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga tentang pentingnya kesehatan, yaitu PHBS



6. Implementasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Ketidak tahuan keluarga Penyuluhan kesehatan Keluarga mampu tentang pentingnya kepada keluarga tentang menjelaskan pokok pemberian imunisasi imunisasi, meliputi : bahasan dan terhadap anak memahaminya 1. Pengertian imunisasi. berhubungan dengan serta mau 2. Macam –macam imunisasi. tingkat pendidikan yang melaksanakan. 3. Manfaat imunisasi. rendah 4. Efek samping imunisasi dan cara mengatasi 5. Cara mendapatkan imunisasi Resiko timbulnya penyakit 1. Mmberikan penyuluhan 1. Keluarga diare, malaria, tipoid, kesehatan kepada keluarga mengatakan DBD berhubungan tentang pentingnya sudah mengerti dengan kesehatan tentang ketidaksanggupan 2. Menjelaskan kepada penjelasan yang memelihara lingkungan keluarga mengenai akibatdiberikan rumah akibat yang akan timbul 2. Keluarga akibat sanitasi lingkungan mengikuti yang buruk anjuran yang 3. Memberikan motivasi diberikan kepada keluarga untuk 3. Keluarga belum selalu membersihkan dapur, menata perabotan ditata dengan perabotan dapur rapih 4. Keluarga belum 4. Menanyakan kepada menata keluarga apakah keluarga perabotan dapur mengerti tentang dengan rapih pentingnya kesehatan 5. Keluarga tidak lingkungan mengikuti saran 5. Memantau apakah keluarga yang telah sudah membersihkan dapur diberikan dan menata perabotan 6. Keluarga belum 6. Mengamati kembali apakah menata saran yang diberikan perabotan dapur mampu dilakukan oleh 7. Keluarga keluarga atau tidak mengatakan 7. Mengamati apakah sudah mengerti keluarga sudah tentang



membersihkan dapur dan penjelasan yang menata perabotan diberikan 8. Memberikan penjelasan 8. Keluarga belum kepada keluarga tentang menata sanitasi lingkungan yang perabotan dapur buruk      Keluarga sudah 9. Menjelaskan kepada membersihkan keluarga syarat pembuatan dapur dan menata jamban dan sumur perabotan 10. Menanyakan kembali apakah keluarga mengerti tentang penjelasan yang telah diberikan 11. Mengamati kembali apakah keluarga sering membersihkan lingkungan khususnya bagian dapur Ketidaksanggupan memelihara Memberikan penyuluhan Keluarga mengerti lingkungan rumah yang kesehatan kepada keluarga dan memahami dapat mempengaruhi tentang : pokok bahasannya. kesehatan dan perkembangan anggota      Ventilasi rumah dan kebersihan rumah dalam keluarga berhubungan hubungannya dengan dengan ketidak tahuan kesehatan pentingnya sanitasi lingkungan



26