6 0 159 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KONTRASEPSI MANTAP
Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas
DOSEN PEMBIMBING Ns. Rudi Karmi, M.Kep Disusun oleh:
Kelompok 1 Neng ayu paraswati azhar
(E.0105.18.024)
PRODI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI 2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP)
A. KONSEP DASAR 1. Tubektomi (Kontrasepsi Mantap Pada Wanita)
a. Definisi Tubektomi adalah suatu kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel mani / sperma.
b. Keuntungannya -
Wanita tersebut mengalami kenikmatan yang lebih besar dari hubungan sexual bebas.
-
Komplikasi yang dijumpai lebih sedikit dan enteng.
-
Sangat efektif dan permanen.
-
Tidak ada efek samping jangka panjang.
c. Kerugiannya -
Perlu tindakan operasi kecil.
-
Menghindari kemampuan untuk melahirkan.
d. Indikasi Sterilisasi
-
l Indikasi medis umum yaitu: adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi.
-
Gangguan fisik: tuberkulosis pulmonum, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker payudara, multiple sklerosis dan sebagainya.
-
Gangguan psikis: skizopernia (psikosis), sering menderita psikosa nifas dan lain-lain.
-
Indikasi medis obstetrik yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea berulah, histerektomi obstetrik dan sebagainya.
-
Indikasi medis ginekologik: pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
-
Indikasi sosial ekonomi yaitu indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.
-
e. Kontra Indikasi 1) Kontra indikasi mutlak -
Peradangan dalam rongga panggul.
-
Peradangan liang senggama akut.
-
Kelainan adneksa patologik.
-
Penyakit lain yang tidak memungkinkan akseptor berada dalam posisi genupektoral.
2) Kontra indikasi relative -
Obesitas berlebihan.
-
Bekas laparatomi.
f. Komplikasi 1) Komplikasi selama operasi -
Waktu fungsi dan memasukkantrokar mungkin terkena organ-organ pelvis dan rektum sehingga terjadi perdarahan dan syok.
-
Sesak nafas (apnoe).
2) Komplikasi pasca bedah -
Nyeri perut, perut kembung, nyeri dada.
-
Infeksi dan febris.
-
Disparenea karena pertumbuhan jaringan granulasi pada bekas luka kolpotomi.
2. Vasektomi (Sterilisasi Pria)
a. Defenisi Vasektomi adalah tindakan memotong dan penutup saluran mani (vasdeferens) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis.
b. Keuntungan -
Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja dan dimana saja.
-
Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.
-
Hasil yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%.
-
Biaya murah.
c. Kekurangan -
Cara ini tidak langsung efektif.
-
Karena namanya masih merupakan tindakan operasi maka para pria masih merasa takut.
-
Walaupun pada prinsipnya dapat disambungkan kembali, namun masih diperlukan banyak tenaga terlatih untuk melakukannya.
d. Indikasi -
Memenuhi syarat “kontap” sukarela bahagia kesehatan sudah diperiksa.
-
Untuk tujuan kontrasepsi yang permanen.
-
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kwalitas keluarga.
e. Kontra Indikasi Kontra indikasi relatif adalah beberapa kelainan setempat yaitu peradangan kulit / jamur di daerah krotum hydroceletestis, orchitis / epidemitis.
f. Efek Samping -
Kulit membiru atau lecet pembengkakan dan rasa sakit.
-
Timbulnya anti body dan masalah psikologis.
3. Pelaksanaan Operasi
a. Konseling Prabedah -
Kenalkan diri anda dan sapa klien dengan hangat.
-
Tanyakan pada klien jumlah anak dan riwayat obstetrinya.
-
Telaah catatan medik untuk memungkinkan kontra indikasinya.
-
Jelaskan tentang teknik operasi anastesi lokal kemungkinan rasa sakit tidak enak selama operasi.
-
Jelaskan bahwa operasi akan berjalan singkat.
b. Persiapan Prabedah Langkah: -
Periksa perlengkapan peralatan bedah dan obat operasi anastesi.
-
Pasang tensi meter, periksa dan catat tensi, nadi pernafasan setiap 15 menit.
-
Pasang wingnedle.
-
Jika klien memerlukan tambahan, selesai mendapat diazepam / oral berikan pethidin 1 mg kg BB (im) dan tunggu 30 – 45 menit.
c. Prosedur Operasi Langkah: -
Pakai pakaian “kamar operasi” topi dan masker.
-
Cuci dan sikat tangan dengan larutan antiseptik selama 3 menit.
-
Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi.
-
Usap genitalia eksterna dan perineum dengan kasa beri aseptik dan lakukan kateterisasi.
-
Lakukan pemeriksaan pelvik secara bimanual, nilai posisi dan besar uterus serta kelainan dalam pelvic.
-
Pasang spekulum dan nilai servik dan vagina kemudian lakukan tindakan obsesi pada portrio dan vagina.
-
Pasang tenakulum pada jam 12 dan lakukan sondase.
-
Pasang elevator uterus.
-
Ikatkan gagang elevator pada gagang tenakulum untuk mempertahankan posisi uterus.
-
Lepas sarung tangan pakai “gaun operasi” dan sarung tangan steril.
d. Persiapan Lapangan Operasi Dan Penentuan Tempat Insisi
-
Instruksikan pada perawat untuk menyuntik diazepam 0,1 mg / kg BB (iv) dan tunggu 3 menit kemudian suntikkan ketalar 0,5 mg / kg BB (iv) tunggu 3 menit.
-
Tentukan tempat insisi pada dinding perut dengan jalan menggerakkan elevator uetrus ke bawah sehingga fundus uteri menyentuh dinding perut ± 2 – 3 di atas simpisis pubis.
-
Lakukan tindakan asepsi (betadin atau jodium).
-
Suntikan secara infiltrasi 3 – 4 cc anastesi lokal (lignokain 26 di bawah kulit pada tempat insisi tunggu menit).
-
Lakukan insisi melintang pada kulit atau jaringan subcutan sepanjang 3 cm pada lokasi yang telah ditentukan.
-
Pisahkan jaringan subcutan secara tumpul.
-
Jepit fasra dengan kocher pada dua tempat pada arah pertikal dengan jarak 2 cm lakukan insisi horizontal.
-
Pisahkan jaringan otot secara tumpul pada garis tengah dan jari telunjuk atau klem arteri sehingga tampak peritorium dan lakukan anestesi lokal 3 cc.
-
Jepit peritonium dengan 2 klem.
-
Gunting
e. Memotong Tuba (Cara Pomeroy Langkah: -
Jepit tuba pada 1/3 proksimal dengan klem babcock angkat sampai tuba melengkung, tentukan daerah mesosalping tanpa pembuluh darah.
-
Tusukan jarum bulat dengan catgut dengan no: 0 pada jarak 2 cm dari puncak lengkungan dan ikat salah satu pangkal lengkungan tuba.
-
Ikat kedua pangkal lengkungan tuba secara bersama-sama dengan menggunakan benang sama.
-
Potong tuba tepat di atas ikatan benang.
-
Periksa pendarahan pada tunggul tuba dan periksa kuman tuba untuk meyakinkan tuba terpotong.
-
Potong benang catgut 1 cm dari tuba dan masukkan kembali tuba ke dalam rongga abdomen.
-
Lakukan tindakan sama pada tuba dan sisi yang lain.
f. Menutup Dinding Abdomen
Langkah: -
Periksa rongga abdomen (kemungkinan pendarahan atau laserasi usus) dan keluarkan kasa gulung.
-
Jahit fasia dengan jahitan simpul atau angka 8 memakai benang chromic catgut.
-
Jahit subcutis dengan jahitan simpul memakai benang plain catgut.
-
Jahit kulit dengan jahitan simpul memakai benang no: 0.
g. Tehnik Vasektomi Standar -
Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
-
Daeah kulit skrotum penis pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri dan kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan adofor (betadine) 0,75%.
-
Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
-
Tepat di linea mediana di atas vasdeferens kulit skrotum diberi anastesi lokal (prokain atau novakain) 16,05 ml lalu jarum diteruskan masuk di daerah distal serta proksimal vasdeferens dideponir lagi masing-masing 0,5 ml.
-
Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang dengan klem, disiangi sampai tampak vasdeferens mengkilat seperti mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat sebaiknya ditambah lagi obat anastesi ke dalam fasia vas deferens dan baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm usahakan tepi sayatan rata.
-
Jepitlah vasdeferens dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1 – 2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya setelah diikat jangan dipotong lagi.
-
Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm gunakan benang sutra no: 00,0 atau satu untuk mengikat vas tersebut ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi jangan terlalu keras karena dapat memotong vasdeferens.
-
Setelah selesai, tutuplah kulit dengan 1 – 2 jahitan plain catgut no: 000 kemudian rawat luka operasi.
B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan untuk pengumpulan data yang akurat dan sistimatis dengan cara wawancara dan observasi.
a. Wawancara adalah yang dilakukan langsung terhadap pasien dan keluarga.
b.
Observasi adalah dalam hal ini mengamati langsung segala tingkah laku dan kondisi penderita.
c. Riwayat keperawatan. d. Riwayat penyakit. e. Riwayat keluarga.
Phatway 1. syarat sukarela 2. Syarat bahagia 3. Syarat kesehatan
MOW (Tubektomi)
Srerilisasi tuba
Pembedahan
MOP ( Vasektomi)
Minilaparotomy
Laparotomy
Penutupan tuba
Pra operasi
Pasca pembedahan Luka insisi
-Pasca persainan
Masa integral
Invasi mikroorganisme ke tubuh jaringan
-pasca keguguran -rahim besar -tuba panjang -dinding perut besar
Supra pubis +/-2 jari atas simfisis
Tahap operasi
Mikroorganisme berkembang
MK : kurang pengetahuan
Pasca operasi
Resiko infeksi Tindakan pembedahan Lokasi mencapai tuba
Irisan kecil di fundus uteri Perforasi rahim
Perlukaan Mk : nyeri
Mk : Gangguan pola tidur
Analisa Data Data 1. Tanda mayor
Etiologi
Masalah
Tindakan pembedahan
Nyeri
DS : 1. Mengeluh nyeri DO :
Irisan kecil di fundus uteri Perforasi rahim
1. Tampak meringis 2. Bersikap protektif (mis.
Perlukaan
waspada, posisi menghindar nyeri ) 3. Gelisah 4. Frekuensi nadi meningkat 5. Sulit tidur Tanda minor : DS : DO :
Nyeri
1. TD meningkat 2. pola napas berubah 3. nafsu makan berubah 4. proses berpikir terganggu 5. Menarik diri 6. Berfokus pada diri sendiri 7. Diaforesis
2. Faktor resiko
Pasca pembedahan
Resiko tinggi infeksi
1. Efek prodsedur invasif 2. Malnutrisi
Luka insisi
3. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
Invasi mikroorganisme ke tubuh jaringan
4. Ketidakadkuatan pertahanan tubuh primer Gagngguan peristaltik
Mikroorganisme berkembang
Kerusakan integritas kulit Perubahan sekresi pH
Resiko infeksi
Statis cairan tubuh 5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder Penurunan Hemoglobin Imununosupersi Leukopenia Supresi respon inflamasi 3. Tanda mayor
Tindakan pembedahan
DS : 1. mengeluh sulit tidur 2. mengeluh sering terjaga 3. mengeluh tidak puas tidur
Irisan kecil di fundus uteri
Gangguan pola tidur
4.
mengeluh
pola
tidur
Perforasi rahim
berubah 5. mengeluh istirahat tidak Perlukaan
cukup
Nyeri DO : Tanda minor
Gangguan pola tidur
DO : 1.
mengeluh
kemampuan
beraktivitas menurun DO : -
b. Diagnosa Keperawatan 1) nyeri berhubungan dengan tindakan operasi / terputusnya jaringan d/d adanya luka operasi. 2) Resiko tinggi infeksi b/d tindakan operasi kontap d/d adanya luka operasi. 3) Gangguan pola tidur b/d nyeri pada luka operasi d/d luka operasi kontap, pasien mengantuk, pasien gelisah.
INTERVENSI No 1.
Diagnosa nyeri
Tujuaan
berhubungan Mengidentifikasi dan
dengan
tindakan mengelola
operasi / terputusnya pengalaman sensorik jaringan d/d adanya atau emosional yang luka operasi
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
Intervensi
Rasional
Observasi
Observasi 1. Untuk mengetahui
1. identikasi lokasi
nyeri,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. identifikasi respons
nyeri
daerah
nyeri,
kualitas,
kapan
nyeri
dirasakan,
faktor
pencetus,
berat
ringannya
nyeri
yang
dirasakan. 2. Mengetahui keadaan
tidak
dan kontsan.
non verbal
Kriteria hasil:
3. Monitor
1. Mampu
menyenangkan efek
klien yang tidak
samping
sempat dan tidak
mengontrol
penggunaan
bisa di gambarkan
nyeri
analgesik
oleh klien.
2. Melaporkan bahwa
Terapeutik nyeri
1. berikan teknik untuk mengendalikan
berkurang
farmakologis
dengan
untuk
menggunakan
mengurangi
manajemen nyeri
rasa
nyeri
Mampu
(mis.
terapi
mengendali nyeri
musi,
terapi
3. Menyatakan rasa
pijat,
nyaman
setelah
nyeri berkurang
Pemberian analgetik
aromaterapi, kompres hangat/dingin, terapi
nyeri. Terapeutik 1. Meringankan atau mengurangi nyeri
sampai
pada
tingkat
yang
dapat
diterima pasien. Edukasi
bermain)
1. Untuk mengetahui
Edukasi
bagaimana cara
1. Jelaskan
mengurangi
penyebab, periode,
dan
pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri Kolaborasi
nyeri tersebut. 2. Memposisikan pasien dengan fowler/semi fowler
untuk
meredakan nyeri. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian Pemberian memblok analgesik
analgesik lintasan
nyeri sehingga nyeri
2.
Resiko tinggi infeksi setelah dilakukan
Observasi
berkurang Observasi
b/d tindakan operasi tindakan keperawatan kontap d/d adanya selama ... x 24 jam. luka operasi.
1. Monitor tanda-
1. Untuk
Tingkat infeksi
tanda gejala infeksi
mendiagnosa dini
menurun.
lokal dan sistemik
infeksi lokal.
Kriteria Hasil 1. Demam menurun
Terapeutik
2. Nyeri menurun
Terapeutik
3. Bengkak menurun 1. Berikan perawatan 4. Kemerahan menurun
kulit pada area
1. Untuk mencegah
edema
luka yang
5. Kadar sel darah
2. Cuci tangan
berlebihan
putih membaik
sebelum dan sesudah kontak
2. Untuk mencegah
dengan pasien dan
adanya bakteri
lingkungan pasien
yang menyebabkan infeksi
Edukasi 1. Jelaskan tanda gan gejala infeksi 2. Ajarkan cara
3.
Gangguan pola tidur setelah
dilakukan
Edukasi 1. Untuk mengetahui
mencuci tangan
pengetahuan
yang benar
mengenai infeksi
1. Tentukan
Untuk
mencegah
bakteri
yang
menyebabkan infeksi 1. Dengan
b/d nyeri pada luka tindakan keperawatan
kebutuhan
mengetahui
operasi
tidur pasien
kebutuhan
operasi pasien
d/d
luka selama ... x 24 jam di
kontap, harapkan
kualitas
mengantuk, tidur pasien membaik
2. Tentukan efek
tidur
pengobatan
dapat
pasien
pasien gelisah.
dengan kriteria hasil :
yang diterima
mengawasi
1. durasi tidur pasien
pasien
pasien
untuk
meningkat
terhadap pola
tidur
sesuai
tidurnya
kebutuhan
2. pola tidur membaik
3. Pantau
pola
tidur
dan
3. kualitas tidur pasien
durasi
tidur
meningkat
klien 4. Sesuaikan
2. Beberapa pengobatan yang diterima pasien
mempengaruh
4. Klien dapat tidur
lingkungan
i
malam
tidur pasien
pasien
dengan
konsisten
bisa
pola
tidur
3. Untuk
5. klien merasa pulih
memastikan
setelah tidur
klien
tidur
dengan
pola
dan
durasi
yang tepat 4. Kondisi lingkungan yang nyaman dan kondusif akan memudahkan klien
untuk
tidur
dengan
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Mochtar R, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta, EGC. Prawirohardjo, S, 1981, Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka. Prawirohardjo, S, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka. Bobak, 2005, Rencana Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC.