8 0 1 MB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POLIO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Ajar Imun dan Hematologi II
Disusun Oleh:
Rudianto (13141123058)
Tri Medyan Prasetyo ( 131411123072)
Sondi Andika Septian (13141123060)
Lilis Kurniawati ( 131411123074)
Oktavina Batubara (13141123062)
I Komang Leo Triandana Arizona ( 131411123076)
Husna Ardiana (13141123064)
M. Ruli Maulana ( 131411123078)
Achmadi Ramadhan (13141123066)
Desi Wulan Eliawardani Putri ( 131411123080)
Aziz’s Nurulhuda (13141123068)
Nabela Nurma Maharani ( 131411123082)
Alifiatul OzaHamanu (13141123070)
Kurnia Dwi Sucianti ( 131411123084)
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KEPERAWATANPENDIDIKAN NERS KELAS AJ2 B17 2014 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini,sebuah virus yang polio virus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus
ini
dapat
pusat menyebabkan
memasuki
darah dan
melemahnya otot dan
mengalir kadang
ke sistem
saraf
kelumpuhan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Poliomielitis). Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tetapi pada tahun 1988 muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266 kasus polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia. Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus polio pertama selama satu dasawarsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang disandang selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. Menurut analisa, virus tersebut dibawa dari sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa daerah di Indonesia dan menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi. Polio bisa mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat apalagi di tempat-tempat yang kebersihannya buruk. Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah. Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut. Banyak pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan menjadikan Indonesia menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain, khususnya di Asia Timur. Wabah polio yang baru saja terjadi di Indonesia dapat dipandang sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi global http://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_3136.html
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membuat makalah tentang polio. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang penulis buat adalah bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan polio. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan polio. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan polio. b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan polio. c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan polio. d. Mampu melakukan pelaksanaan keperawatan pada klien dengan polio. e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan polio. f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan polio. 1.4 Manfaat Menambah ilmu pengetahuan dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan polio. 1.5 Metoda 2. Metoda Penulisan Laporan Penulis menggunakan metoda deskriptif dengan pembahasan menggunakan pendekatan proses keperawatan. 3. Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penyusunan makalah pada klien dengan polio diperoleh dari berbagai studi literatur terbaru yang ada.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP TEORI 2.1.1 Definisi Poliomyelitis adalah penyakit kelumpuhan yang disebabkan oleh infeksi virus yang bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi. Polio virus termasuk dalam kelompok enterovirus dan mempunyai tiga tipe 1,2,dan 3. Paling banyak infeksi polio virus disebabkan oleh tipe 1,
dimana infeksi didapat dari vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3. (Elzouki, 2012) Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan virus polio. Kerusakan pada motor neuron medulla spinalis dapat mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid, sehingga nama lain poliomyelitis adalah infantile paralysis, acute anterior poliomyelitis. Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan atropi otot, pada umumnya mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat menetap selamanya sampai dengan kematian. Penyakit polio pertama kali ditulis secara klinik oleh Heine pada tahun 1840 dan diuraikan secara epidemiologis oleh Medine pada tahun 1891, sehingga penyakit ini disebut juga Heine-Medine disease. Kata polio berasal dari bahasa Yunani berarti grey (abu-abu) dan myelitis berasal dari myelon (marrow). Artinya predileksi virus ini pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang dan init motorik batang otak. Penyakit ini hanya menyerang manusia dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa endemi dan epidemic. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011) Polio is a contagious viral illness that in its most severe form causes
paralysis,
difficulty
breathing
and
sometimes
death
(http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/polio.html). Polio (poliomielitis) adalah infeksi virus yang sangat menular dan kadang berakibat fatal. Virus ini mempengaruhi sarar dan dapat menyebabkan kelemahan otot yang menetap, kelumpuhan, dan gejalagejala lainnnya (http://medicastore.com/). Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun. Bahkan ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu dengan fitur-fitur khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah disebut
dengan
banyak
nama-nama
yang
berbeda,
termasuk
kelumpuhan anak-anak, kelemahan dari anggota-anggota tubuh bagian bawah (kaki-kaki dan tangan-tangan), dan spinal paralytic paralysis. Virus dan penyakit polio adalah kependekan untuk poliomyelitis dan mempunyai asal usul Yunani: polios (abu-abu), myelos (sumsum), dan
itis (peradangan) (http://growupclinic.com/2012/05/20/infeksi-poliomanifestasi-klinis-dan-penegakkan-diagnosis-terkini/). 2.1.2
Etiologi Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah virus RNA yang termasuk family pikornaviridae. Subkelompok enterovirus asli koksakivirus, ekovirus, dan poliovirus dibedakan
2.1.3
dibedakan oleh pengaruhnya pada biakan jaringan dan binatang Klasifikasi Poliomielitis dibagi atas empat macam, yaitu : 1. Poliomielitis Asimtomatis: Masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat tanda dan gejala karena daya tahan tubuh yang cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. 2. Poliomielitis Abortif: Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala yang timbul berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri tenggorokan nyeri abdomen, nyeri kepala, dan konstipasi. 3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik yang timbul hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. 4. Poliomielitis Paralitik: Gejala yang timbul sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain : a. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas. b. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
c. Bentuk
bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara
bentuk spinal dan bentuk bulbar. d. Kadang ensepalitik: Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
Polio VIRUS
Kurang pengetahuan 2.1.4 Pathway tentang polio b.d informasi yang tidak adekuat
Sulit menelan
Melalui fekal-oral (makanan yang terkontaminasi) melalui oral-oral
infek si
orofharin g
multipli kasi
Mukosa usus
Virus ada disekresi System limfatik/pembuluh darah
Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d sulit menelan
Menyebar ke organ target Hiperter mia
Hipertermi b.d proses infeksi
Nyeri
Infek si
Nyeri b.d proses infeksi yang menyerang syaraf
Fase viremia
System syaraf pusat (SSP)
Menyerang selsel syaraf yang mengendalikan otot Melemahnya otot
Gangguan kecemasan pada anak dan keluarga b.d kondisi penyakit
Gangguan mobilitas fisik b.d paralisis otot tubuh
Paralisi s Otot tungkai (flaccid paralisis)
2.1.5
Patofisiologi Virus Polio. Neuropati poliomyelitis dan penyakit paralisis lain disebabkan oleh enterovirus nonpolio karena penghancuran seluler langsung. Cedera sekunder mungkin karena mekanisme imunologis. Gejala-gejala lain disebabkan oleh lisis virus sel hospes termasuk penyakit neonates tersebar, meningitis aseptic, ensefalitis, dan penyakit saluran pernafasan akut. Pada poliomyelitis, lesi neuron terjadi pada: 1. Medulla spinalis (terutama sel-sel kornu-anterior dan pada tingkat yang lebih ringan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia radiks dorsalis); 2. Medulla (nucleus
vestibuler,
nucleus
saraf
cranial,
dan
formasiretikularis, yang berisi pusat-pusat vital); 3. Serebellum (hanya nucleus pada atap dan vermis) 4. Otak tengah (terutama substansia abu-abu tetapi juga substansia nigra dan kadang-kadang nucleus merah); 5. Talamus dan hipotalamus 6. Pallidum 7. Korteks serebri (korteks motoris) Daerah-daerah yang terselamatkan: a. Korteks seluruh otak kecuali daerah motorik b. Serebellum kecuali vermis dan nucleus linea mediana dalam c. Substansi alba medulla spinalis Enterovirus terdeteksi pada beberapa kasus mioperikarditis. Pathogenesis nefritis, miositosis, poliradikulitis, pancreatitis, hepatitis, pneumonitis, dan sindrom lain terkait enterovirus tidak jelas. Gangguan ini mungkin karena respon rdanag terhadapa antigen virus atau cedera jaringan akibat virus. Rangkaian RNA enterovirus telah diperagakan
pada
jaringan
jantung
dari
penderita
dengan
kardiomiopati, tetapi hubungan sebab akibat belum ditegakkan. Beberapa rangakain peptide yang menyusun epitop virus dimiliki bersama oleh jaringan hospes, yang dapat menyediakan mekanisme untuk reaksi autoimun pada infeksi enterovirus. 2.1.6
Manifestasi Klinis 1.Infeksi virus polio a. Poliomielitis Absortif.
Sakit demam singkat terjadi dengan satu atau lebih gejalagejala berikut : malaise, anoreksia, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi, dan nyeri perut. Koryza, batuk, eksudat faring, diare, dan nyrei perut local serta kekauan jarang. Demam jarang melebihi 39,5°C (103°F), dan faring biasanya menunjukan sedikit perubahan walaupun sering ada keluhan nyeri tenggorok. b. Poliomielitis Nonparalitik. Gejala-gejalanya seperti gejala poliomyelitis abortif, kecuali bahwa nyeri kepala, mual, dan muntah lebih parah, dan ada nyaeri dan kekauan oto leher posterior, badan dan tungkai. Paralisis kandung kencing yang cepat menghilang sering dijumpai, dan konstipasi sering ada. c. Poliomielitis Paralitik. Manifestasinya adalah manifestasi poliomielitis nonparalitik yang disebutkan satu persatu ditambah dengan satu atau lebih kelompok otot, skelet atau cranial. Gejala-gejala ini dapat disertai dengan jeda tanpa gejala beberapa hari dan kemudian pada puncak berulang dengan paralisis. Paralisis kandung kencing lamanya 1-3 hari pada sekitar 20% penderita dan atoni usus besar adalah lazim, kadang-kadang sampai mengarah pada ileus paralitikus. d. Infeksi Enterovirus Nonpolio Infeksi koksakivirus dan ekovirus sangat lazim, dan spectrum penyakit adalah mudah berubah. Karena banyak hubungan klinis-viriologis yang didasarkan pada jumlah kasus yang terbatas dan karena enterovirus sering tanpa gejala dalam saluran cerna, beberapa dari penyakit yang diamati yang secara bersamaan ditemukan virus mungkin tidak mempunyai hubungan sebab akibat. Namun pengamatan ulang telah meperkuat beberapa hubungan virus penyakit, walaupun kejadiannya sporadic. Lebih dari 90% infeksi yang disebabkan oleh enterovirus nonpolio tidak bergejala atau menyebabkan
sakit demam tidak spesifik. Beberapa sindrom klinis sangat tinggi tetapi tidak selalu terkait dengan serotype tertentu. e. Infeksi Tidak Bergejala Koksakivirus dan ekovirus sering dapat ditemukan dari tinja anak sehat, tetapi ada beberapa data frekuensi infeksi enterovirus nonpolioyang tidak bergejala f. Penyakit Demam Nonspesifik ini adalah manifestasi infeksi enterovirus yang paling lazim. Semua tipe virus menimbulkan tanda klinis ini, tetapi sering sangat bervariasi antara masing-masing virus. Mulainya penyakit
biasanya mendadak dan tanpa gejala yang
mendahului. Pada anak lebih muda awal adalah demam dan malaise terkait. Pada anak yang lebih tua biasanya juga ditemukan nyeri kepala dan mialgia. g. Manifestasi pernapasan Faringitis, tonsillitis, tonsilofaringitis, dan nasofaringitis h. Manifestasi Saluran Cerna 1) Muntah, tetapi bukan merupakan keluhan utama penderita atau orangtua 2) Diare 3) Nyeri perut i. Konjungtivitis Hemoragik akut Konjungtivitis hemoragik akut mulai mendadak yang disertai dengan nyeri mata berat dan disertai fotofobia, pandangan kabur, lakrimasi, eritema dan kongesti mata, serta palpebra edema dan kemosis. Ada perdarahan subkonjungtiva dari berbagai ukuran dan seringkali keratitis epithelial pungktata sementara, folikel konjungtiva, dan linfadenopati preaurikuler. Kotoran
mata
pada
mulanya
serosa
tetapi
menjadi
mukopurulen dengan infeksi bakteri sekunder. Gejala-gejala sistemik termasuk demam jarang. j. Perikarditis dan miokarditis k. Manifestasi genitourinarius 1) Orkitis 2) Epidedimitis 3) Glomerulonefritis akut 4) Glomerulonefritis mesangiolitik mesangiolitik pada bayi dengan imunodefisiensi 5) Sindrom hemolitik-uremik
6) Gagal ginjal akut 7) Piuria 8) Hematuria 9) Proteinuria 10) Sistitis hemoragis 11) Lesi ulseratif vagina l. Miositis dan arthritis m. Manifestasi Kulit 1) Eksatem 2) Ruam pada kulit 3) Lesi intraoral 4) Lesi pada bokong, tangan dan kaki n. Manifestasi Neurologis 1) Meningitis aseptic 2) Kekauan atau spasme otot menyeluruh 3) Tanda kernig dan brudzinski positif
2.1.7Penularan Masa inkubasi polio terjadi pada 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-satunya recervoir dan media penularan. Virus ditularkan melalui rute oro/fecal. Penularan melalui secret faring terjadi apabila keadaan agent sanitasinya baik sehingga dapat memutuskan rantai penularan. Pada akhir masa inkubasi dan awal gejala, penderita polio berpotensial menularkan penyakit. Setelah terpapar dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada secret tenggorkan 36 jam kemudian. Bahkan bias bertahan sampai 1 minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam atau lebih. 2.1.8 Komplikasi Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun kemudian akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot, penurunan kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot. Gejala ini didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut. Manifestasi lain dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan dankram. Perkembangan kemunduran otot pada postpolio sindrom umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam 1-2 tahun. Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya:
1. Deformitas Tulang disebabkan oleh kelemahan otot, deformitas tulang mungkin akan terjadi disebabkan oleh positioning yang salah. 2. Abnormalitas NeurologisSaraf yang terjepit mungkin terjadi pada pasien pengidap polio dan menyebabkan eksaserbasi atropi otot dan kelemahan. 3. Komplikasi respiratorySkoliosis
dan
atropi
otot
dapat
menyebabkan penyakit paru. Penyakit paru tersebutakan berakibat pada insufisiensi pernafasan dan core pulmonale. (Springer, 2012) 2.1.9
Penatalaksanaan Mendukung untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan menggunakan analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan artifisial ventilasi mungkin dibutuhkan dan untuk mendukung status nutrisi digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM aktif dan pasif
mungkin dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan deformitas. 2.1.10 Pemeriksaan 1. Diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai terkena poliomyelitis selama rentan waktu 2 minggu setelah gejala kelumpuhan. Isolasi virus dari cairan cerebrospinal sangat diagnostic, tetpi hal itu jarang dikerjakan. 2. Bila virus polio dapat diisolasi dari tinja seseorang dengan paralisis flaksit akut harus dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan cara oligonukleotide mapping (finger printing) atau genomic sequencing untuk menetukan apakah virus tersebut termasuk virus liar atau virus vaksin serta serotipenya, yang penting untuk respon epidemiologi. 3. Pengukuran neutralizing antibody jarang dilakukan kecuali pada kasus yang sulit. 2.1.11 Pencegahan Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan adalah: 1.Peningkatan hygiene Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus, maka hygiene makanan atau minuman sangat penting.
2. Imunisasi polio Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap penyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral (opv) maupun injeksi (ivp). Ovp sangat bermanfaat pada saat klb, karena selain menimbulkan kekebelan humoral dan local pada usus resipien juga mempunyai “community effect” yaitu virus vaksin yang berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya, sehingga jangkauan imunisasi makin meluas. Selain itu virus vaksin yang berbiak akan menutup PVR(polio virus reseptor) diusus selama 100 hari, sehingga virus polio liar tidak dapat menempel dan menimbulkan infeksi. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi virus polio yang telah dimatikan dan diberikan secara suntik) dan vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan, di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabon. Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kemasannya yang dibuat oleh Pasteur-Merriux Serums & Vaccins, Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1 pipet. Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1, 2, dan 3 hidup yang dilemahkan, asam amino, antibiotik dan calf serum yang distabilkan dengan magnesium chlorida dan fenol merah sebagai indikator. Secara fisik beruapa cairan kemerahan jernih yang cepat sekali rusak biala terkena panas (cahaya matahari). Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 0C (masa kadaluarsa 1 tahun) atau dalam freezer suhu -20 sampai -25 0C (masa kadaluarsa 2 tahun).
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 2.2.1 Pengkajian 1. Keluhan Utama Keluhan tersebut dipandang sebagai topik dari penyakit saat ini sebagai deskripsi masalah, keluhan utama didapat dengan menanyakan pertanyaan terbuka yang netral kepada klien. Keluarga klien membawa anaknya kepelayanan kesehatan terdcekat dengan keluhan kelemahan ekstremitas bawah. 2. Riwayat Penyakit sekarang Merupakan narasi dari keluhan utama mulai gejala paling awal sampai perkembangan saat ini , meliputi komponen : a.Rincian awitan : Awal mulai keluarga menemukan anaknya demam b. Riwayat interval yang lengkap Perjalanan penyakit dari demam sampai terjadi kelumpuhan ekstremitas c. Status saat ini Klien mengalami kelumpuhan/ paralisis kaki d. Alasan untuk mencari bantuan saat ini Keluarga cemas, takut, khawatir dan ingin anaknya sehat seperti sebelum sakit. 3. Riwayat Kesehatan Dahulu Berisi infromasi yang berhubungan dengan aspek status kesehatan anak yang telah ada sebelumnya. Memfokuskan pada beberapa area yang umumnya dihilangkan dalam pengkajian riwayat orang dewasa. 4. Riwayat kelahiran Meliputi : a. Kesehatan ibu selama kehamilan b. Proses persalinan dan kelahiran c. Kondisi bayi segera setelah lahir d. Faktor emosional mempengaruhi hasil akhir kelahiran dan hubungan orang tua dan anak lebih lanjut, selidiki : a) krisis yang terjadi selama masa kehamilan b) sikap terhadap fetus selama pranatal 5. Riwayat diet Bagaimana asupan nutrisi : jumlah asupan makanan , pola makan ,jenis makanan yang sulit diterima oleh klien, faktorfaktor finansial dan budaya yang mempengaruhi pemilhan dan persiapan makanan. 6. Penyakit, cedera dan pembedahan sebelumnya
Tanyakan secara spesifik tentang demam, sakit telinga dan penyakit masa kanak-kanak seperti campak, rubella , cacar air , gondongan, pertusis, difteri , demem scarlet, radang tergorokan , tonsilitis atau manifestasi alergi. Selain penyakit tersebut, tanyakan juga tentang riwayat cidera (terjatuh, keracunan , tersedak , atau terbakar ) yang memerlukan intevensi medis, pembedahan dan alasan lain untuk hospitalisasi. 7. Alergi Adakah gangguan hay fever , asma dan reaksi yang tidak biasa tehadap obat-obatan , makanan , atau produk-produk latek (karet), ataupun kontak dengan agen yang lain seperti tumbuhan beracun , hewan, produk-produk rumah atau pabrik. Dokumentasi tentang pedoman riwayat alergi, pertanyaan yang bisa diajukan pada keluarga : a. obat-obat an apa yang menyebabkan alergi, apakah anda dapat mengingat nama obat tersebut ? b. bagaimana reaksinya ? c. apakah digunakan per oral atau disuntikan ? d. berapa lama setelah menggunakan obat itu reaksi berlangsung ? e. pernahkah mengunakan obat yang sama , dan bagaimana reaksi nya , apakah sama ? f. apakah ada yang mengatakan tentang reaksi alergi, apa yang anda lakukan ? 8. Riwayat pengobatan Catat semua pengobatan, nama, dosis, jadwal, durasi dan alasan pemberian. Pengkajian yang teliti harus memasukan semua obat atau pengobatan alternatif. 9. Riwayat imunisasi Catatan tentang semua imunisasi meliputi : nama imunisasi , jadwal pemberian imunisasi , tempat akses pemberian imunisasi , reaksi setelah imunisasi. 10. Pertumbuhan dan perkembangan Pola pertumbuhan dan perkambangan meliputi : a. Perkiraan BB pada usia 6 bulan , 1 tahun , 2 tahun , 5 tahun. b. Perkiraan Tinggi badan pada usia 1 dan 4 tahun.
c. Pertumbuhan gigi : usia mulai tumbuh gigi , jumlah gigi dan gejala selama tumbuh gigi d. Perkembangan menahan kepala secara stabil e. Usia duduk tampa bantuan f. Bisa berjalan tanpa bantuan g. Mulai dapat berkata yang bermakna h. Kelas di sekolah saat ini i. Peringkat di kelas j. Interaksi dengan anak lain 11. Kebiasaan Pengkajian tentang kebiasaan anak, meliputi : 12. Pola perilaku anak (misalnya menggigit kuku, mengisap jempol, dan pergerakan tidak lazim, masturbasi secara terangterangan dan berjalan jinjit) 13. Aktivitas kehidupan sehari-hari
(seperti : jam tidur dan
bangun, lamanya waktu tidur malam dan tidur siang, jenis dan lamanya olahraga, keteraturan buang air besar dan urinasi, urinasi untuk pelatihan toilet trainning,dan mengompol pada tidur siang atau tidur malam. 14. Respons terhadap frustasi 15. Penggunaan atau penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, kopi atau tembakau. 16. Pemeriksaan Fisik a. Kondisi umum b. Integumen Perubahan pigmen/ kemerahan, kecenderungan memar, petekie, kekeringan kulit yang berlebihan c. Kepala d. Mata e. Hidung f. Telinga g. Mulut h. Tenggorokan i. Dada meliputi : respirasi dan kardiovaskuler j. Gastrointestinal k. Genitourinaria l. Ginekologi m. Muskuloskeletal n. Neurologi o. Endokrin 17. Riwayat Pengobatan Keluarga
a. Digunakan untuk mengungkapakan kemungkinan adanya penyakit keturunan b. Informasi yang dapat digali, seperti : usia, status pernikahan, kondisi kesehatan jika masih hidup, penyebab kematian jika sudah meninggal. c. Konfirmasi
keakuratan
gangguan
–gangguan
yang
dilaporkan dengan menanyakan gejala, rangkaian kejadian, terapi dan urutan setiap diagnosis d. lokasi geografis menentukan indikasi kemungkinan terpajan penyakit endemis. 18. Riwayat Psikososial Meliputi pengkajian pada konsep diri, meliputi : Citra diri, Identitas diri, Peran diri, Ideal Diri, dan Harga Diri. riwayat pengobatan tradisional, meliputi bagian personal dan sosial anak, seperti penyesuaian di sekolah, atau kebiasaan lain yang tidak biasa. observasi hubungan orangtua dan anak, perlakuan orangtua pada anak juga dikaji dalam riwayat ini. 19. Riwayat Seksual Merupakan
riwayat
penting
pada
kejadian
remaja,
mengungkapkan area persoalan yang berhubungan dengan aktifitas seksual , kondisi yang dapat digunakan sebagai skrining untuk penyakit menular seksual atau pemeriksaan kehamilan, informasi konseling seksual. 20. Pengkajian Keluarga a. Pengkajian struktur keluarga Struktur keluarga merujuk pada komposisi keluarga yang tinggal dalam rumah, dan memiliki karekterisktik sosial, budaya , agama dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
psikobiologis
anak
dan
keluarga.
Area
perhatiannya pada komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas , pekerjaan dan pendidikan anggota keluarga , tradisi budaya dan agama.
b. pengkajian fungsi keluarga Berkaitan dengan cara keluarga berprilaku satu sama lain dan dengan kualitas hubungan. Bisa dilakukan dengan tekhnik skrining (family APGAR. FAPGAR) 21. Pemerikasaan klinis diagnostic a. Pemeriksaan antropometri b. Pemeriksaan
penunjang
seperti
tes
biokimia,
darah
lengkap , faal darah dan pemeriksaan penunjang lainnya
2.2.2
Rumusan masalah dan Diagnosa Keperawatan 1. Kurang pengetahuan tentang penyakit polio berhubungan dengan infomasi yang tidak adekuat. 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sulit menelan 3. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi 4. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang syaraf 5. Gangguan kecemasan pada anak dan keluarga berhubungan dengan kondisi penyakit 6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis otot.
2.2.3 Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
TUJUAN NOC:
INTERVENSI Monitor suhu sesering mungkin
RASIONAL Peningkatan suhu indikator adanya reaksi
Thermoregulasi Setelah dilakukan tindakan
inflamasi, mencegah dan mengantisipasi
terjadinya hipertermi malignan
Monitor warna dan suhu kulit
keperawatan
Peningkatan suhu tubuh bermanifestasi
selama……….. pasien menunjukkan :
pada perubahan warna kulit menjadi Monitor tekanan darah, nadi dan RR
kemerahan (flushing) dan peningkatan
Suhu tubuh dalam batas normal
suhu kulit (akral)
Monitor penurunan tingkat kesadaran
dengan kreiteria hasil:
Suhu 36 – 37C Nadi dan RR dalam rentang normal
Tanda-tanda vital untuk menentukan tindakan lebih lanjut untuk mencegah
Monitor WBC, Hb, dan Hct
komplikasi Peningkatan suhu yang ekstrem dapat
Tidak ada perubahan
Monitor intake dan output
seseorang
warna kulit dan tidak
WBC menentukan reaksi melawan
ada pusing, merasa nyaman
mempengaruhi tingkat kesadaran
Kolaborasi dengan tim Dokter dalam
infeksi dalam tubuh, hematokrit dan Hb
pemberian antipiretik Kolaborasi dengan tim Dokter dalam
menunjukkan tingkat metabolisme
pemberian antibiotik Selimuti pasien
seseorang Peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolisme, diperlukan rehidrasi sesuai dengan kebutuhan yang disesuaikan
Berikan cairan intravena
dengan input-output klien Antipiretik diperlukan untuk menangani
Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
peningkatan suhu tubuh Antibiotik diperlukan untuk mengurangi proses infeksi. Peningkatan suhu yang ekstrem membuat klien merasa menggigil, selimut
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
memberikan rasa nyaman saat klien menggigil
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Pemberian cairan enteral/ parenteral membantu mencukupi kebutuhan cairan
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
sistemik yang hilang dengan terjadinya evaporasi
Kompres hangat menstimulasi vasodilatasi, memberikan rasa nyaman pada klien
Sirkulasi udara yang baik membuat klien lebih rileks dan memfasilitasi terjadinya evaporasi Peningkatan suhu tubuh, meningkatkan metabolisme tubuh, diperlukan preparat caitan/ nutrisi tambahan untuk menggantinya Sebagai bahan evalusi atas pencapaian dalam tindakan keperawatan yang telah kita lakukan Adanya fluktuasi tekanan darah
mengindikasikan resiko adanya syok Sebagai monitor tanda keberhasilan rehidrasi
2.
Nutrisi kurang dari
Setelah dilakukan tindakan
kebutuhan tubuh
keperawatan
berhubungan dengan
selama….nutrisi
sulit menelan
teratasi dengan indikator:
Albumin serum Pre albumin serum Hematokrit Hemoglobin Total iron binding Jumlah limfosit
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Menentukan asupan yang adekuat dan tepat sesuai dengan harapan Jumlah kalori yang pas sesuai dengan kebutuhan, menghindari terjadinya jumlah asupan kalori sehingga mencegah adanya hiperglikemia. Kebutuhan kalori yang kurang dari kebutuhan
Yakinkan diet yang dimakan
memperpanjang proses infeksi, sehingga
mengandung tinggi serat untuk
memperlambat proses penyembuhan
mencegah konstipasi
Proporsi diet sesuai takaran dari dietician, diet rendah serat ditambah
Ajarkan pasien bagaimana membuat
dengan mobilisasi yang inadekuat
catatan makanan harian.
meningkatkan resiko terjadinya
konstipasi
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Sebagai koreksi silang ketepatan program dari dietician dan asupan nutrisi yang
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi
disukai klien Penurunan BB mengindikasikan jumlah kalori yang diterima klien , inadekuat, peningkatan gula darah untuk mengontrol adanya kelebihan kalori Lingkungan yang terapis meningkatkan nafsu makan klien
Memberi kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
Turgor merupakan indikator dari pemberian nutrisi dan cairan
Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
Sebagai indikator tingkat kecukupan nutrisi klien
Memantau tanda-tanda terjadinya kekurangan cairan
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti
Memastikan intake nutrisi yang adekuat,
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adakah faktor-faktor yang menjadikan
adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler
asupan nutrisi yang diberikan kepada
tinggi selama makan
klien menjadi inadekuat Informasi tentang nutrisi memberikan pemahaman pada klien tentang
Kolaborasi dengan tim Dokter dalam
pentingnya pemenuhan nutrisi yang
pemberian anti emetik Anjurkan banyak minum
adekuat, meningkatkan nafsu makan
Pertahankan terapi IV line
klien Pemberian nutrisi enteral membantu mencukupi kebutuhan nutrisi klien
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral Posisi fowler/ semifowler mengurangi sensasi lambung cepat penuh, sehingga asupan nutrisi yang masuk dapat menjadi lebih banyak
Anti emetik membantu klien mengurangi rasa mual/muntah
Banyak minum mencukupi kebutuhan cairan, menurunkan terjadinya dehidrasi Untuk mencukupi kebutuhan cairan sistemik, menjaga balance cairan, mencegah terjadinya syok hipovolemik Adanya edema mengindikasikan adanya kelebihan cairan, perlu adanya koreksi 3.
hidrasi lebih lanjut Penentuan karakteristik nyeri untuk
Nyeri akut berhubungan
Setelah dilakukan tinfakan
dengan proses infeksi
keperawatan selama ….
komprehensif termasuk lokasi,
menentukan manajemen nyeri yang pas
menyerang syaraf
Pasien tidak mengalami
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
kepada klien
nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
Lakukan pengkajian nyeri secara
Reaksi nonverbal mengindikasikan nyeri yang dirasakan klien
Support sistem membantu menurunkan stres dan meningkatkan
Kontrol lingkungan yang dapat
ambang nyeri klien
mengurangi nyeri,
mempengaruhi nyeri seperti suhu
mencari bantuan) Melaporkan bahwa
ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri Mampu mengenali
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
nyeri (skala, intensitas,
farmakologi: napas dalam, relaksasi,
frekuensi dan tanda
distraksi, kompres hangat/ dingin
nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang Tanda vital dalam
rentang normal Tidak mengalami
Lingkungan yang terapis membuat klien rileks dan meningkatkan ambang nyeri
Posisi yang nyaman menjadikan klien lebih nyaman
Intervensi yang tepat mampu mengurangi sensasi nyeri yang dirasakan klien
Kolaborasi dengan tim Dokter dalam pemberian analgetik Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
gangguan tidur
nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
Mengurangi ketergantungan klien terhadap obat pereda nyeri, sehingga mampu meningkatkan ambang nyeri klien
Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
Adanya nyeri memungkinkan terjadinya kekurangnya pemenuhan istirahat tidur klien
kali
Pengetahuan yang adekuat tentang penyakit menurunkan kecemasan klien, menurunkan respon stres klien sehingga klien lebih rileks
4.
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan
Monitoring vital sign sebelum/ sesudah
Mengetahui perbedaan tanda-tanda
vital, mengoreksi keberhasilan terapi Menentukan tingkat berat/ tidaknya
berhubungan dengan
keperawatan
latihan dan lihat respon pasien saat
latihan. Latihan yang baik dilakukan
paralisis otot
selama….gangguan
latihan Konsultasikan dengan terapi fisik
bertahap
mobilitas fisik teratasi
dengan kriteria hasil:
tentang rencana ambulasi sesuai dengan
Klien meningkat dalam
aktivitas fisik Mengerti tujuan dari
kebutuhan Bantu klien untuk menggunakan
peningkatan mobilitas Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
tongkat/ gips sepatu saat berjalan untuk mengoreksi kaki melengkung dan
Rencana ambulasi dilakukan dengan bertahap sesuai dengan hasil dari fisioterapis Alat bantu jalan diperlukan untuk membantu klien dalam latihan ambulasi
cegah terhadap cedera Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
Pengetahuan tentang ambulasi oleh semua tenaga kesehatan, meningkatkan respon tenaga kesehatan dalam
berpindah Memperagakan
Kaji kemampuan pasien dalam
membantu klien dengan keterbatasan gerak
penggunaan alat Bantu
mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan
untuk mobilisasi
kebutuhan ADL secara mandiri sesuai
(walker)
kemampuan
ambulasi Mempersiapkan klien untuk kegiatan
Dampingi dan bantu pasien saat
sehari hari di rumah sesuai dengan
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
kemampuan dan keadaan fisik yang
ADL pasien. Berikan alat bantu jika klien
dimiliki saat ini
memerlukan.
Mengetahui efektivitas dari keberhasilan
Mengkaji sejauh mana klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
Alat bantu memudahkan klien dalam mobilisasi untuk pemenuhan kegiatan sehari-harinya Posisi yang nyaman membuat klien lebih
5.
Ansietas berhubungan
Setelah dilakukan asuhan
dengan kondisi penyakit
selama ……………klien
Gunakan pendekatan yang
menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan
rileks dan melatih untuk mandiri Untuk membina hubungan saling percaya terhadap klien. Informasi yang jelas tentang tindakan
kecemasan teratasi
terhadap pelaku pasien
dgn kriteria hasil:
Klien mampu
perasaan tenang pada klien, sehingga
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
normal Postur tubuh, ekspresi
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas
Instruksikan pada pasien untuk
kecemasan
menurunkan kecemasan Pemberian informasi mengenai prosedur tindakan dapat mengurangi kecemasan pasien dan pasien lebih kooperatif. Support sistem mampu menurunkan stresor, mendukung sikap positif klien Pengetahuan pasien terhadap kondisinya dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan. Support system yang baik dapat
menggunakan tehnik relaksasi
membantu mengurangi kecemasan yang
Dengarkan dengan penuh perhatian
dirasakan. Teknik relaksasi dapat membantu
menunjukkan berkurangnya
yang akan kita lakukan memberikan
Identifikasi tingkat kecemasan
mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pasien. Perhatian yang cukup membuat pasien
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan
merasa lebih nyaman Mengetahui tindakan yang tepat untuk
perasaan, ketakutan, persepsi
membantu pasien mengatasi rasa
Kelola pemberian obat anti cemas:........
cemasnya
Mengetahui penyebab dan cara yang tepat untuk mengurangi rasa cemas klien Eksplorasi perasaan membuat klien menjadi lega, mempererat hubungan saling percaya dengan klien Penanganan medik dengan pemberian obat anti cemas mampu menurunkan 6.
Kurang pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan
tentang penyakit polio
keperawatan selama ….
berhubungan dengan
pasien
informasi yang tidak
menunjukkan pengetahuan
adekuat.
tentang proses penyakit
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
tingkat kecemasan klien Mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan keluarga untuk menentukan intervensi selanjutnya. Meningkatkan pengetahuan pasien dan
dengan kriteria hasil:
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
keluarga dapat membantu dalam proses
tepat. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
penyembuhan pasien sehingga pasien dan
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
muncul pada penyakit, dengan cara
tentang penyakit,
yang tepat
kondisi, prognosis dan
program pengobatan Pasien dan keluarga
secara benar Pasien dan keluarga
cara yang tepat
keluarga dapat lebih cooperatif. Meningkatkan pengetahuan pasien dan
Identifikasi kemungkinan penyebab,
keluarga dapat membantu dalam proses
dengan cara yang tepat
penyembuhan pasien sehingga pasien dan keluarga dpaat lebih cooperatif.
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
keluarga dapat membantu dalam proses penyembuhan pasien sehingga pasien dan
mampu menjelaskan kembali apa yang
Meningkatkan pengetahuan pasien dan
Gambarkan proses penyakit, dengan
mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
keluarga dapat lebih cooperatif.
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga dapat membantu dalam proses penyembuhan pasien sehingga pasien dan keluarga dpaat lebih cooperatif. Penyediaan sumber informasi yang tepat dapat menambah pengetahuan pasien tentang kondisi kesehatannya.
Dukung pasien untuk mengeksplorasi
Penyediaan sumber informasi yang tepat
atau mendapatkan second opinion
dapat menambah pengetahuan keluarga
dengan cara yang tepat atau
tentang perkembangan kesehatan pasien.
diindikasikan
Pemberian membantu
pilihan klien
untuk
penanganan menentukan
pilihan sesuai dengan keyakinan klien Eksplorasi perasaan yang diberikan klien, mengkaji sejauh mana respon klien dalam menanggapi masalahnya.
BAB III
Contoh Kasus Poliomielitis : An.S berumur 4 tahun dibawa oleh ibunya ke RS. Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya tiba-tiba merasa lemas dan tungkai kanan susah digerakkan. Gejala awal panas selama dua hari, kemudian mual-mual dan muntah disertai pusing sejak semalam. A. Asuhan Keperawatan pada Pasien Poliomyelitis Berdasarkan Pola Fungsional Gordon: 1. Pengkajian a. Identitas 1) Identitas Pasien Nama
: An. S
Usia
: 4 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku / bangsa
: Jawa/ Indonesia
Alamat
: Surabaya
Agama
: Islam
Tgl MRS
: 16/9/2014
Jam MRS
: 09.00 WIB
Diagnosa
: Poliomyelitis
2) Identitas Penanggung Jawab : Nama
: Ny. D
Umur
: 36 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan/ pekerjaan : SLTP/ wiraswasta Hubungan dg klien
: Ibu Pasien
b. Riwayat Kes ehatan K eperaw aatn Keluhan Utama : ibu pasien mengatakan pasien merasa lemas di tubuhnya dan tungkai kanan susah untuk digerakan. Ibu pasien mengatakan bahwa anak nya panas selama 2 hari, mual, muntah-muntah, serta pusing. Pasien rewel dan menangis a. Riwayat Penyakit Sekarang Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dengan gejala awal panas sejak 2 hari (Suhu 38,9 C), kemudian disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum pernah mendapatkan imunisasi polio b. Riwayat Penyakit sebelumnya Riwayat Tumbuh Kembang anak : a) Imunisasi: Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan saat lahir, Polio oral belum pernah diberikan. b) Status Gizi: Baik Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial : Klien An. S mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari orang tua sendiri. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu pasien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti, HT, DM, Asma, dan Penyakit jantung. c. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola) 1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Ibu pasien mengatakan bahwa keluarga khawatir dengan kondisi adiknya karena adiknya belum pernah mendapatkan vaksin polio sejak kecil, Persepsi keluarga tentang penyakit anaknya itu karena cobaan Tuhan. 2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mempunyai kebiasaan makan dengan baik. Dengan porsi makan 3x1. Menu yang biasanya di berikan kepada pasien adalah dengan porsi nasi, sayur, dan lauk. Kebiasaan minum pasien juga baik. Pasien biasanya minum dengan susu, air putih, dan jus buah. Selama sakit: Ibu pasien mengatakan bahwa selama sakit, pasien kurang nafsu makan. Dengan porsi 2x1dengan menu nasi dan sayur. Makan hanya setengah porsi. Pasien sering mual dan muntah-muntah. 3) Pola Eliminasi Sebelum sakit : BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma terapik. BAK : normal, warna kunimg, aromatik. Selama sakit
:
BAB : konstipasi BAK : normal, warna kuning, aromatik. 4) Aktivitas dan Latihan Kemampuan Perawatan Diri Kemampuan melakukan ROM Kemampuan Mobilitas di tempat tidur Kemampuan makan/minum Kemampuan toileting Kemampuan Mandi Kemampuan berpindah Kemampuan berpakaian Keterangan: 1 = Tergantung Penuh 2 = dibantu orang lain 3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Dibantu alat 5 = Mandiri
1
2 √ √ √ √ √ √ √
3
4
5
5) Tidur dan Istirahat Sebelum sakit: Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidur dengan nyenyak. Pasien tidur 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam. Selama sakit: Ibu pasien mengatakan bahwa pasien saat tidur sering terbangun. Pasien tidak bisa tidur nyenyak 6) Sensori, Persepsi dan Kognitif 7) Konsep diri Pasien belum mampu memaparkan konsep dirinya karena klien masih berusia 4tahun. 8) Sexual dan Reproduksi Pasien seorang laki-laki, berusia 3 tahun. 9) Pola Peran Hubungan Sebelum sakit: ibu klien mengatakan bahwa pasien interaksi dengan keluarga, teman sekitar, dan lingkungan secara baik. Selama sakit: pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga, teman, dan lingkungan. Pasien sering menangis. 10) Manajemen Koping Stress Sebelum Sakit : Baik. Selama sakit : pasien belum mampu memaparkan secara tepat keadaan jiwanya karena klien masih balita, klien dibantu dengan orang tua (ibu) untuk menyelesaikan masalahnya. 11) Sistem Nilai dan Keyakinan Sebelum sakit : pasien beragama Islam. Selama sakit : pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena keterbatasan aktivitas akibat nyeri sendi. d. Pemeriksaan Fisik 1) Tanda- tanda vital
RR
: RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan. tekanan darah
: normal
Suhu
: 38,9°C panas selama hari
Nadi
: 110 x/menit
2) Mata
: palpebra kehitaman
3) Rambut
: bersih
4) Dada Inspeksi
: warna kulit putih, tak ada lesi
Palpasi
: pergerakan pernapasan dada sama
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: suara paru vaskuler
5) Abdomen Inspeksi
: warna kulit putih, tak ada lesi
Auskultasi
: suara peristaltik usus 12 x/menit
Palpasi
: tak ada nyeri tekan
Perkusi
: suara tympani
6) Ekstremitas Kekuatan otot Tangan kanan
:4
Tangan kiri
:4
Kaki kiri
:4
Kaki kanan
:2
7) Genetalia
: bersih
e. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan sampel feses: ditemukan adanya Poliovirus. Pada pemeriksaan serum ditemukan adanya peningkatan antibody. Pada pemeriksaan sampel darah: ditemukan adanya leukosit meningkat dari nilai normalnya.
f. Analisa Data Nama kilen
: An. S
Ruang Rawat
: Rumah Sakit
Diagnosa medik
: Poliomyelitis
DATA DS : ibu pasien
ETIOLOGI
MASALAH
-proses infeksi
- hipertermi
mual muntah
Nutrisi kurang dari
mengatakan bahwa pasien - panas selama 2 hari - lemas DO : pasien tampak - lemas - rewel menangis - suhu 38,9°C DS : ibu pasien mengatakan bahwa
kebutuhan tubuh
pasien - mual - muntah - makan hanya setengah porsi DO : pasien tampak - lemas - porsi makan hanya setengah porsi DS : ibu pasien mengatakan bahwa pasien - badan pasien lemas disekujur tubuhnya - tungkai kanan sulit digerakkan DO : : pasien tampak - lemas - tungkai kanan sulit digerakkan
Paralysis
gangguan mobilitas fisik
g.
Diagnosa keperawatan sesuai perioritas 1) Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi 2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dari yang berhubungan 3)
dengan mual dan muntah Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan paralysis
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO. 1.
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN Hipertermi yang Pasien mampu menunjukkan Suhu berhubungan proses infeksi
dengan tubuh dalam batas normal selama3 x 24 jam Kriteria hasil : - Suhu normal 36,5°C- 37,5°C - Nadi dan pernapasan dalam rentan normal (N= < 160x/ menit , RR=
Monitor suhu sesering mungkin Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi dan RR Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor WBC, Hb, dan Hct Monitor intake dan output Kolaborasi dengan tim Dokter dalam pemberian antipiretik Kolaborasi dengan tim Dokter dalam pemberian antibiotik Selimuti pasien
30-40 x/menit)
2.
Nutrisi
kurang
dari Pasien mampu menunjukan nutrisi
kebutuhan
tubuh
yang
berhubungan Kriteria Hasil :
dengan
mual
muntah
dari yang baik selama 3x 24 jam dan -
Pasien
peningkatan
memperlihatkan berat
badan
progresif -
Nilai
(albumin,
laboratorium protein,
yang
Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
pasien elektrolit)
harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan
menunjukkan nilai normal
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan
- Mual muntah berkurang dan nafsu makan bertambah.
kekeringan jaringan konjungtiva 3.
Gangguan mobilitas fisik Pasien yang
berhubungan aktivitas
dengan paralysis
mampu fisik
Monitor intake nuntrisi melaksanakan Monitoring vital sign sebelum/ sesudah latihan dan lihat sesuai
dengan
kemampuannya selama waktu 3 x 24 jam,. Kriteria hasil : - Klien dapat ikut serta dalam
- Bertambahnya kekuatan otot.
- Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas - Klien meningkat dalam aktivitas fisik - Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas -
Memverbalisasikan
perasaan
ambulasi sesuai dengan kebutuhan Bantu klien untuk menggunakan tongkat/ gips sepatu saat berjalan untuk mengoreksi kaki melengkung dan cegah
program latihan. - Tidak terjadi kontraktur sendi.
respon pasien saat latihan Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
terhadap cedera Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL pasien. Berikan alat bantu jika klien memerlukan. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah - Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)
CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI Nama Pasien :
An. S
No. RM
Umur
4 tahun
Dx Medis :
:
:
Poliomyelitis
Hari/Tgl Dx. Keperawatan
Jam
Selasa,
Hipertermi
yang 08.00
16/9/14
berhubungan dengan WIB proses infeksi DS : ibu pasien mengatakan
Implementasi -
suhu
tubuh Kamis
pasien
18/9/14
Jam 08.00
Evaluasi
TTD/
S : ibu pasien mengatakan:
Nama Husna
WIB
- tidak demam lagi
-
melakukan kompres hangat
O : S: 37°c
-
memantau
A
bahwa
pasien - panas selama 2
mengukur
Hari/Tgl
suhu
tubuh
pasien -
:
pasien
menunjukan
menganjurkan
untuk
mampu
suhu
tubuh
secara normal
minum air putih yang
P
:
Lanjutkan
banyak
keperawatan
asuhan
hari - lemas DO : pasien tampak - lemas - rewel menangis - suhu 38,9°C
-
Selasa,
Nutrisi kurang dari 09.00
-
Mengkaji pola makan Kamis
09.00
S : ibu pasien mengatakan Mute
16/9/14
kebutuhan
anak Berkolaborasi
WIB
bahwa
-
dari
ahli
berhubungan dengan mual dan muntah DS : ibu pasien mengatakan pasien - mual - muntah
bahwa
memberikan
minum obat
tubuh WIB yang
membantu
gizi
18/9/14 dengan dalam
-
pemberian nutrisi Memberikan makanan Menimbang berat badan Memberikan makanan
-
kesukaan anak Memberikan
makanan
porsi sedikit tapi sering
-
Pasien tidak mual
-
Pasien tidak muntah
-
makan
dengan
porsi
yang cukup -
nafsu makan meningkat
O: -
porsi makan meningkat
- nafsu
makan
berkurang - makan
hanya
A
pasien
menunjukan
Selasa,
setengah porsi Gangguan mobilitas 10.00
16/9/14
fisik
yang WIB
P
pasien
mengatakan
bahwa
-
-
menentukan aktivitas Kamis mencatat dan terima 18/9/14 keadaan kelemahan (kelelahan yang ada). mengindetifikasi factorfaktor
yang
mempengaruhi
pasien - badan
pasien
lemas
disekujur
kemampuan untuk aktif seperti makanan
kanan
sulit digerakkan DO : pasien tampak - lemas - tungkai kanan
yang
:
lanjutkan
asuhan
keperawatan
berhubungan dengan paralysis DS : ibu
nutrisi
mampu
baik
setengah porsi DO : pasien tampak - lemas - porsi makan hanya
tubuhnya - tungkai
:
-
yang
tidak
adekuat. mengevaluasi untuk melakukan
-
mobilisasi secara aman Kolaborasi dengan fisioterapis
S : ibu pasien mengatakan Laily
WIB
pasien - Masih lemas - Tungkai
kanan
sulit
digerakkan O : pasien tampak - Badan lemas - tungkai kanan
sulit
digerakkan
pemasukan
kemampuan
sulit digerakkan
10.00
A : pasien belum mampu melaksanakan aktivitas fisik P
:
lanjutkan
keperawatan
asuhan
BAB IV PENUTUP 3.1 Kesimpulan Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan virus polio. Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah virus RNA yang termasuk family pikornaviridae. Virus ditularkan melalui rute oro/fecal. Penularan melalui secret faring terjadi apabila keadaan agent sanitasinya baik sehingga dapat memutuskan rantai penularan. Poliomielitis dibagi atas empat macam, yaitu Asimtomatis,
Poliomielitis Abortif,
Poliomielitis
Non
Poliomielitis Paralitik,
dan
Poliomielitis Paralitik. Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun kemudian akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot, penurunan kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot. Gejala ini didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut. Manifestasi lain dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan dankram. Perkembangan kemunduran otot pada post-polio sindrom umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam 1-2 tahun. Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya deformitas tulang, abnormalitas neurologis saraf, komplikasi respiratory skoliosis dan atropi otot. Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan adalah: peningkatan hygiene, dan imunisasi polio. Sedangkan penatalaksanaan polio untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan menggunakan analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan artifisial ventilasi mungkin dibutuhkan dan untuk mendukung status nutrisi digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM aktif dan pasif mungkin dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan deformitas. Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya kurang pengetahuan tentang penyakit polio berhubungan dengan infomasi yang tidak adekuat, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sulit menelan,
hypertermi berhubungan dengan proses infeksi, nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang syaraf, gangguan kecemasan pada anak dan keluarga berhubungan dengan kondisi penyakit, dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis otot. 3.2 Saran Pada dasarnya tindakan yang penting dalam mensukseskan program pemerintah dalam pemberantasan polio adalah melalui upaya preventif dengan cara melaksanakan 5 imunisasi dasar salah satunya imunisasi polio. Tindakan preventif tentang pencegahan polio dapat dimaksimalkan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para ibu muda tentang pentingnya imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis polio perlu diperhatikan penularan virus polio agar penatalaksanaan dan pencegahan virus polio dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Behrman, RE, dkk. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Cetakan 2010. Jakarta: EGC Carpenito & Juall, L. 2007, Handbook of Nursing Diagnosis Ed.10, Alih Bahasa, Yasmin Asih, EGC, Jakarta.
Disease
Conditions
Polio
Basic
Definition.
Diakses
dari
http://www.mayoclinic.org tanggal Accessed 15Sepetember 2014. Elzouki, Abdelaziz Y. 2012. Text book of Clinical Pediatric second edition. Lipincott Williams & Wilkins. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Cetakan 2008. FKUI: Media Aesculapius Ikatan Dokter anak Indonesia. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Badan Penerbit Ikatan Dokter anak Indonesia Infeksi Polio Manifestasi Klinis dan Penegakkan Diagnosis Terkini. 2012. Diakses dari http://growupclinic.com tanggal 15 September 2014 Nurarif, Amin Hudan & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing Penyakit Polio. Diakses dari http://medicastore.com tanggal 15 September 2014 Polio. Diakses dari http://kidshealth.org tanggal 15 September 2014 Poliomielitis.
Diakses
dari
http://www.id.wikipedia.org/wiki
tanggal
15
September 2014 Springer, Berlin. 2012. Textbook of Clinical Pediatrics, Volume 1. New York: Springer