7 0 235 KB
LAPORAN PENDAHULUAN Perdarahan Uterus Disfungional (PUD) 1. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal yang didalam maupu diluar siklus haid,yang semata – mata disebabkan gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus – hipofisis – ovarium – endometrium –tanpa kelainan organik alat reproduksi PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan perimenopause. PUD adalah suatu keadaan yang ditandai perdarahan banyak,berulang dan berlangsung lama yang berasal dari uterus namun bukan disebabkan oleh penyakit organ dalam panggul,penyakit sistemik ataupun kehamilan.(Rahman,2008) PUD adalah perdarahan abnormal dari uterus, biasanya berhubungan dengan kegagalan ovulasi, dengan tidak adanya lesi organik lainnya terdeteksi.(Kadarusman,2005) 2.
Penyebab Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause.tetapi,kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada masa akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars,penyebab paling mungkin adalah faktor pembekuan darah dan gangguan psikis. Pada masa pubertas sesudah menarche,perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus,dengan akibat bahwa pembuatan releasing faktor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa premenopause
,proses
terhentinya
proses
ovarium
lancar.(Kadarusman,2005) 3. Tanda dan gejala 1.
Perdarahan pervagina diantara siklus menstruasi
2.
Siklus menstruasi yang abnormal
tidak
selalu
berjalan
3.
Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus menstruasi )
4.
Variable menstruasi flow ranging from scanty to profuse
5.
Infertill
6.
Mood yang berfluktuasi
7.
Hot Flashes
8.
Kekeringan vagina
9.
Hirsutism
10. Nyeri
4. Patofisiologi Pasien
dengan
perdarahan
uterus
disfungsional
telah
kehilangan
siklus
endometrialnya yang disebabkan oleh gangguan pada siklus ovulasinya. Sebagai hasilnya pasien mendapatkan siklus estrogen yang tidak teratur yang dapat menstimulasi pertumbuhan endometrium, berproliferasi terus menerus sehingga perdarahan yang periodik tidak terjadi. Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasi endometrium karena stimulasiestrogen yang berlebihan dan terus-menerus. Penelitian lain menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yaitu endometrium atrofik, hiperplastik, proliferatif dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar. Pembagian endometrium menjadi endomettrium sekresi dan non sekresi penting artinya, karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan ovulatoar dari yang anovulatoar. Klasifikasi ini memiliki nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini memiliki dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular, hematologi dan vasomotorik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.
5. Komplikasi a. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi b. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama c. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketidakseimbangan hormonal merupakan faktor penyebab kanker endometrium .(Rahman,2008)
6. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana. b. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium. c. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba terapeutik.
7. Pengkajian a. Identitas Klien Nama,Umur(menarche & menopouse),jenis kelamin,pekerjaan, b. Keluhan Utama Perdarahan
pervagina
diantara
siklus
menstruasi,Nyeri,Siklus
menstruasi
yang
abnormal,Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus menstruasi ).Variable menstruasi flow ranging from scanty to profuse,Infertill,Mood yang berfluktuasi,Hot Flashes,Kekeringan vagina,Hirsutism
c. Riwayat Penyakit Harus memenuhi kriteria yang telah dikemukakan di atas termasuk : Ginekologi reproduksi. Pastikan tidak adanya kehamilan dengan memeriksa haid terakhir, menars, pola haid ada tidaknya dimenore, molimina, penggunaan tampon, benda asing, aktivitas seksual, pemakaian kontrasepsi (tipe, efek, lamanya), riwayat SOP dan kelainan perdarahan pada keluarga. Coba tentukan banyaknya perdarahan Jika seorang wanita berdiri tanpa menggunakan tampon perlu dilihat apakah ada perdarahan yang mengalir pada kedua kakinya. Jika ada maka perdarahan dikatakan banyak. Singkirkan penyebab lain dari perdarahan, seperti stress, kelainan pola makan, olahraga, kompetisi atletik, penyakit kronis, pengobatan dan penyalahgunaan obat. Tentukan karakteristik episode perdarahan terakhir
d. Pemeriksaan fisik Kepala: Normocephal, tidak terdapat jejas, distribusi rambut merata. Mata:Ortoforia, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/, refleks pupil +/+ Telinga:Aurikula normal, serumen -/-, hiperemis -/ Hidung:Normal, sekret -/- , tidak ada deviasi septum M u l u t
d a n
g i g i :
M u k o s a
b i b i r
b a s a h ,
sianosis (-), lidah kotor -/-. Pemeriksaan leher :Kelenjar getah bening tidak teraba membesar Pemeriksaan Toraks : Paru : dada simetris,vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/ Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-) Pemeriksaan Abdomen : datar, bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba. Pemeriksaan ekstermitas : edema (-/-), sianosis -/-,capillary refill time< 2 detik Pemeriksaan harus difokuskan untuk mengidentifikasi tanda-tanda penyebab lain dari perdarahan. Sindroma Ovarium Polikistik (SOP) dapat ditentukan karena gejalanya sangat jelas, sedangkan adanya anovulasi kronik tidak menunjukkan tanda yang jelas.
Obesitas, SOP, disfungsi H-P dan hipotiroidisme (menometroragi) Kelebihan hormon androgen Memar-memar – koagulopati Galaktore-peningkatan prolaktin , singkirkan kemungkinan adanya adenoma hipofise Pembesaran uterus. Kemungkinan hamil, tumor atau miom Adanya masa pada adneksa
8.
Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah serta pemeriksaan kehamilan
diperlukan pada kasus ini. Pemeriksaan lain tergantung dari usia, status ovulasi, risiko PMS (Penyakit Menular Seksual), dan risiko penyakit lain. Pemeriksaan ultrasonografi transvaginal adalah pemeriksaan noninvasif dan Membantu dalam mendeteksi Kelainan pada rahim, seperti polip, atau mengukur ketebalan endomentrium. Pemeriksaan ini dapat dilanjutkan dengan histeroskopi (memasukkan Teropong dalam rahim) atau Biopsi endometrium (mengambil sedikit jaringan endometrium) bila diperlukan. Pemeriksaan laboratorium ini harus sudah terarah sesuai dengan hasil pemeriksaan fisis dan anamnesis karena biayanya sangat mahal,seperti: Tes kehamilan harus dilakukan dan dihasilkan negatif (-) PAP tes Hitung jenis leukosit 6600 ul Pemeriksaan kadar hormon steroid Biopsi endometrium Hematokrit 2 9 , 0 % Hemoglobin 9,6 gr/dl USG
8. Diagnosa Keperawatan (Nanda,2011) 1.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan uterus 2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi 3.Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian 4.Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial
9. Intervensi (Dongoes,2002)
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan uterus Tujuan :Status nutrisi: makanan, cairan, dan intake adekuat. Kriteri Hasil : BB bertambah dan dalam batas normal. Nilai laboratorium (tranferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal Menunjukkan level energi adekuat. Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi Intervensi 1. Kaji motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan. R :Meningkatkan nafsu makan pasien 2. Monitor nilai-nilai laboratorium, terutama transferin, albumin, dan elektrolit. R :Mengetahui dan untuk menegakkan intervensi yang tepat 3. Tanyakan makanan kesukaan pasien. R :Meningkatkan nafsu makan 4. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. R:Mengetahui cara yang tepat dalam pemberian makan 5. Monitor catatan intake kalori dan komponen nutrisi. R :Mengetahui jumlah pemasukkan dan zat yang terkandung dalam makanan 6. Monitor BB pasien. R :Memantau kenaikan berat badan 7. Kaji dan dokumentasikan drat kesulitan mengunyah dan menelan. R :Mengetahui apa yang menyebabkan proses mengunyah dan menelan terhambat 8. Identifikasi faktor-faktor penyebab mual dan muntah. R :Mengetahui penyebab mual dan muntah 9. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein R :Pemberian yang tepat dapat mempercepat peningkatan nutrisi
10. Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehilangan selera makan pasien (misalnya, medikasi, masalah emosional). R :Mengetahui penyebab penurunan bb 11. Monitor perilaku pasien yang berhubungan dengan penurunan BB.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi/perdarahan Tujuan :Nyeri berkurang/terkontrol Kriteria Hasil : Klien mampu mencapai level nyaman Klien mampu mengontrol nyeri Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri Klien mampu mengurangi level nyeri Intervensi 1. Selidiki keluhan pasien akan nyeri,perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor pencetus R:Mengetahui tingkat nyeri dan penanganan yang tepat 2. Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal:tegangan otot,gelisah. R:Mengawasi keadaan umum klien 3. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress. R:Mengurangi nyeri 4. Berikan tindakan kenyamanan (misal:pijatan/masase punggung) R:Merilekskan sumber nyeri 5. Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh : latihan relaksasi/napas dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi) R:Mengontrol nyeri 6. Berikan teknik relaksasi nafas dalam R: Teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri 7. Kolaborasi:Pemberian obat analgetika dan Pemberian Antibiotika R:Mengurangi rasa nyeri
3. Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian Tujuan :Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang Kriteria hasil : Klien lebih rileks Rasa cemas klien berkurang Intervensi 1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan R:Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya 2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar ) R: Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis 3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung R: Memberikan dukungan emosi 4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan R: Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui 5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya R:Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas 6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien R:Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat 7. Ajarkan teknik nafas dalam R: Pemberian teknik nafas dalam pada pasien akan terjadi penurunan dalam ketegangan untuk mencapai keadaan rileks.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial Tujuan
: mencegah terjadinya infeksi
Kriteria Hasil : Klien mampu mencegah status infeksi
Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh Intervensi
:
1. Kaji tinggi fundus dan sifat Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis R:Mengetahui keadaan umum pasien 2. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan perawat R:Mengetahui data tambahan,dan proteksi diri untuk pasien agar tidak terinfeksi 3. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan R:Mengetahui keadaan fisik dan fungsi syaraf klien 4. Pemberian analgetika dan antibiotika R:Mengurangi perluasan infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E, et al.2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Kadarusman.2005.Perdarahan Uterus Disfungsional Kronik pada Masa Reproduksi. Diunduh pada tanggal 3 Mei 2013 dari http://digilib.unsri.ac.id
NANDA,2011.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa, Prima Medika, NANDA.
Rahman .2008. Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Surya Cipta
Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2007. Manajemen Edisi 8. Jakarta: Indeks
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “P” DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI “PERDARAHAN UTERUS DISGUNGSIONAL (PUD)” DI RUANG SUNGKAI RSUD SEKAYU PENGKAJIAN A. Identitas Klien Nama : Ny. “P”
Identitas Penanggung Jawab Nama : Nn. “H”
Umur
: 48 tahun
Umur
: 29 tahun
Suku
: Melayu
Suku
: Melayu
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan: SD
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Menikah
Status
: Menikah
Alamat
: Sialang Barat
Hub dengan klien
: Anak klien
Tanggal masuk RS
: 16 Desember 2019
Tanggal Pengkajian
: 17 Desember 2019
No. Register
: 33.19.39
Ruangan
: Sungkai
Diagnosa Medis
: Perdarahan Uterus Disfungsional
B. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan Utama 2. Riwayat Perjalanan Penyakit :
: Keluar darah dari kemaluan Klien masuk RS melalui VK IGD dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 3 minggu yang lalu. Banyakanya 2 kali ganti kain.
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu
:tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga
: tidak ada
5. Genogram
Keterangan : : Laki – Laki : Perempuan : Klien : Tinggal serumah Kebiasaan sehari-hari No 1.
Sebelum MRS
Sesudah MRS
Pola Nutrsi a. Makan
3 x/hari
3 x /hari (habis 2 porsi dari bubur yang disajikan)
2.
b. Minum
6 x/hari
5 x/hari
c. Nyeri Ulu Hati
Tidak ada
Tidak ada
d. Mual Muntah
Tidak ada
Tidak ada
e. Pantangan
Tidak ada
Tidak ada
f. Diet
Tidak ada
Tidak ada
a. BAK / 24 Jam
±5 x/hari
±4 x/hari
b. Warna
Kuning jernih
Kuning kernih
c. Penggunaan
Tidak ada
Tidak ada
d. BAB
1 x/hari
1 x/hari
e. Warna
Kuning berlendir
Kuning berlendir
f. Konsistensi
lunak
Lunak
g. Masalah
Tidak ada
Tidak ada
Pola Eliminasi
Kateter
b. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: sedang Tanda- tanda Vital
Kesadaran: composmentis
Temperature tubuh: 37 0C
Frekuensi nadi: 100x/menit
Pernafasan: 20x/menit
TD: 110/80 mmHg
Kulit
Warna : Sawo Matang
Turgor : baik/normal
Kelembaban: kering
Suhu : normal
Kebersihan: cukup
Mukosa bibir : kering
Kepala
Bentuk: simetris
Rambut : berwarna hitam
Kebersihan : cukup
Mata
Konjungtiva: Anemis
Pupil: isokor kanan/kiri
Sclera : putih
Reaksi terhadap sinar: normal
Telinga
Peradangan: tidak ada
Pendengaran : normal
Keadaan telinga: cukup bersih, tidak ada cerumen
Hidung
Concha: normal
Kebersihan : cukup
Kelainan: tidak ada
Mulut dan tenggorokan
Warna bibir: pucat
Gusi: tidak ada peradangan
Lain-lain: membrane mukosa kering
Leher
Pergerakan: normal
Pembesaran kelenjar: tidak ada
Masalah : tidak ada
Dada
Bentuk : simetris
Paru-paru -
Inspeksi
Pernapasan : 24x/menit -
Irama pernafasan: teratur
Palpasi: tidak ada kelainan
perkusi: tidak ada kelainan
Auskultasi
-
irama: teratur
-
suara nafas: normal Jantung
inspeksi: normal
palpasi: normal
perkusi: normal
auskultasi: irama teratur
Abdomen
inspeksi: datar
palpasi: nyeri tekan
auskultasi: Hiperperistaltik
masalah: gangguan rasa nyaman nyeri
Genetalia
kelainan: tidak ada
kebersihan: cukup
keluar darah dari kemaluan
masalah: gangguan volume cairan
ekstremitas
Ekstremitas atas: jari lengkap
Ekstremitas bawah: bentuk simetris, , pada saat pengkajian tidak ada kelainan
Pengobatan: Kalnex 3x1 tablet Neurolut 3x1 tablet
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan uterus 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi 3. Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Analisa Data
Nama Klien
: Ny. “P”
No.Reg
Umur
: 49 tahun
Diagnosa Medis: PUD
Ruang Rawat : Sungkai
NO
DATA
Alamat
: 331939
: Sialang Barat
ETIOLOGI
MASALAH KEPERAWATAN
1.
DS : klien mengatakan
uteri bleedingdisfungsional
keluar darah dari kemaluan DO : -
KU: sedang
-
-tampak ada
siklus anovulatirik
masa reproduksi
perdarahan -
mukosa bibir kering
-
klien tampak pucat
defisiensi estrogen
regenerasi endometrium TTV :
terganggu
TD : 110/70 mmHg N
: 82
RR : 20
defisit volume cairan
defisit volume cairan
T
2
: 36,0 ºC
DS : klien mengatakan
Disfungsional uteri bleeding
nyeri daerah perut bagian
Gangguan rasa nyaman nyeri
bawah DO : -klien tampak
Folikel persisten
meringis -skala nyeri : 7
Masa menopause
TTV : TD : 110/70 mmHg N
: 82
RR : 20 T
Hiperplasia
Perdarahan lucut estrogen
: 36,0 ºC Perdarahan disertai gumpalan
Gangguan rasa nyaman nyeri
3.
DO: klien mengatakan
Folikel persisten
takut dengan kondisi dia saat ini
Masa menopause
DS: -klien tampak cemas -
Klien selalu bertanya
Hiperplasia
tentang kesehatannya saat ini
Perdarahan lucut estrogen
Perdarahan disertai gumpalan
Kurangnya pengetahuan klien
ansietas
ansietas
Prioritas masalah 1.Defisit volume cairan 2.Gangguan rasa nyaman nyeri 3.Ansietas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama Klien
: Ny. “P”
No.Reg
Umur
: 49 tahun
Diagnosa Medis: PUD
Ruang Rawat : Sungkai
NO 1
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Alamat
: 331939
: Sialang Barat
PERENCANAAN
TUJUAN/KRITERIA HASIL Defisit volume cairan Tupan : tubuh berhubungan dengan Kebutuhan cairan d perdarahan uterus terpenuhi
INTERVENSI 1. Kaji status hidrasi, turgor kulit dan membrane mukosa 2. Monitor tanda-tanda vital
Tupen : 3. Berikan klien banyak minum Dalam jangka waktu ± 8 gelas/hari 2x24 jam klien (2500 hari) menunjukkan tanda-tanda 4. Kaji satus perdarahan pemenuhan cairan dan 5. Klaborasi dengan tim medis elektrolit yang adekuat dalam pemberian terapi yang di tandai dengan : - Membrane mukosa lembab - Turgor kulit elastis - Kulit tampak elastis - BAB normal - Konjungtiva merah muda
RASIONAL 1. Untuk mengkaji hidrasi 2. Untuk mengetahui kondisi klien/perkembangan klien 3. Untuk mengganti cairan tubuh 4. Untuk mengetahui perubahan kondisi klien 5. Untuk menambah cairan tubuh yang hilang dan mengobati pathogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan
-
Tidak terjadinya perdarahan TTV kembali normal :
2.
Gangguan rasa nyaman Tujuan :Nyeri nyeri berhubungan dengan berkurang/terkontrol infeksi pada organ reproduksi Kriteria Hasil : Klien mampu mencapai level nyaman Klien mampu mengontrol nyeri Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri Klien mampu mengurangi level nyeri
3.
Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
1. Kaji skala nyeri 2. Monitor TTV. 3. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress. 4. Berikan tindakan kenyamanan 5. Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh : latihan relaksasi/napas dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)
1. Mengetahui tingkat nyeri dan penangan yang tepat 2. Mengawasi keadaan umum klien 3. Mengurangi nyeri 4. Merileksasi rasa nyaman 5. Mengontrol nyeri 6. Teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri
6. Berikan teknik relaksasi nafas dalam
Tujuan :Klien dapat 1. Kaji respon psikologis klien mengungkapkan secara terhadap perdarahan paska verbal rasa cemasnya dan persalinan mengatakan perasaan 2. Kaji respon fisiologis klien ( cemas berkurang atau takikardia, takipnea, gemetar ) hilang 3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung 4. Berikan informasi tentang
1. Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya 2. Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis 3. Memberikan dukungan emosi 4. Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut
Kriteria hasil :
perawatan dan pengobatan yang tidak diketahui 5. Bantu klien mengidentifikasi 5. Ungkapan perasaan dapat rasa cemasnya mengurangi cemas Klien lebih rileks Rasa cemas klien 6. Kaji mekanisme koping yang 6. Cemas yang berkepanjangan digunakan klien dapat dicegah dengan berkurang 7. Ajarkan teknik nafas dalam mekanisme koping yang tepat 7. Pemberian teknik nafas dalam pada pasien akan terjadi penurunan dalam ketegangan untuk mencapai keadaan rileks,
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN Nama Klien
: Ny. “P”
No.Reg
Umur
: 49 tahun
Diagnosa Medis: PUD
Ruang Rawat : Sungkai
No.
Tanggal/jam
Alamat
Dp
Implementasi 1. Mengkaji status hidrasi, turgor kulit dan membrane mukosa 2. Mengukur tanda-tanda vital
1.
2
I
II
3. Memberikan klien banyak minum ± 8 gelas/hari (2501 hari) 4. Mengkaji satus perdarahan 5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
: 331939
: Sialang Barat
Respon 1. Turgor kulit: elastis Mukosa bibir : kering CPR: kurang dari 3 detik 2. TTV: TD: 120/80 mmHg N: 100x/m T: 36, 5 C RR: 20 x/m 3. Klien hanya minum 3-4 gelas perhari 4. Masih tampak perdarahan, sehari klien berganti 2 kain 5. Klien tampak kooperatif
1. Mengkaji skala nyeri 1. klien tampak meringis, skala nyeri 7 2. Mengukur TTV 2. TTV: 3. Memberikan lingkungan yang tenang dan TD: 120/80 mmHg kurangi rangsangan penuh stress. N: 100x/m
4. Memberikan tindakan kenyamanan T: 36, 5 C 5. Mendorong menggunakan tekhnik manajemen RR: 20 x/m nyeri ,contoh : latihan relaksasi/napas 3. Klien tampak lebih tenang dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi) 4. Klien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan 5. Klien mampu melakukan manajemne nyeri 6. Memberikan teknik relaksasi nafas dalam 6. Klien tampak lebih rileks
3
III
1. Mengkaji respon psikologis klien terhadap perdarahan 2. Mengkaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar ) 3. Menganjurkan keluarga untuk mendukung klien 4. Memberikan informasi tentang perawatan dan pengobatan 5. Membantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya 6. Mengkaji mekanisme koping yang digunakan klien
1. Klien tampak cemas 2. Nadi klien 100x/m 3. Keluarga klien selalu mendukung klien 4. Klien tampak mengerti dengan informasi yang diberikan perawat 5. Klien mampu mengungkapkan perasaannya 6. Klien tampak melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi kecemasannya
EVALUASI AKHIR Nama Klien
: Ny. “P”
No.Reg
Umur
: 49 tahun
Diagnosa Medis: PUD
Ruang Rawat : Sungkai NO.
HARI/TANGGAL
: 331939
Alamat DIAGNOSA
: Sialang Barat
EVALUASI
KEPERAWATAN 1.
DP 1
S : Klien mengatakan perdarahan sudah berkurang -Klien mengatkan bibir pecah-pecah - klien minum ±4 gelas/hari O:
TTV : TD : 120/80 mmHg N : 98 x/m RR : 20 x/m T : 36.5 ℃ -
turgor kulit elastis
-
Mukosa bibir kering
A : Masalah Teratasi sebagian P : Intervensi Dilanjutkan 2.
DP 2
S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang O : skala nyeri: 43 -
Klien tidak tampak meringis lagi
A : Masalah Teratasi sebagian P : Intervensi Dilanjutkan 3
DP 3
S : Klien mengatakan tidak takut lagi dengan penyakitnya saat ini O : -klien tampak lebih tenang -Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang kesehatannya
A : Masalah Teratasi P : Intervensi Dihentikan