14 0 744 KB
Nama Dosen : Nurafriani, S. Kep., Ns., M. Kes. Mata Kuliah : Keperawatan Anak II Kelas
: A1 S1 Keperawatan 2017
ASUHAN KEPERAWATAN RETINOBLASTOMA
Kelompok 3 Abdul Wahab (NH0117001)
Farila (NH0117036)
Agil Muhammad Syahrul (NH0117004)
Febriyensi Paembonan (NH0117039) Fransiska Reanita (NH0117044)
Ainun Amalia (NH0117006)
Hajar Aswad (NH0117047)
Anugerah (NH0117011)
Iga Juwita Pratiwi (NH0117051)
Ceni Oktavina (NH0117020)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiarat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kami sehinggga kami bisa menyelesaikan Asuhan Keperawatan Retinoblastoma, dan kami menyadari bahwaAsuhan Keperawatan Retinoblastoma ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran oleh semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan Retinoblastoma ini.
Makassar,November 2018
Kelompok3
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ................................................................................................i DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ ii BAB I ........................................................................................................................1 PENDAHULUAN .....................................................................................................1 A.
Latar Belakang ..............................................................................................1
B.
Tujuan ...........................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................2 KONSEP MEDIS ......................................................................................................2 A.
Defenisi ..........................................................................................................2
B.
Etiologi ..........................................................................................................2
C.
Manifestasi Klinis ..........................................................................................2
D.
Patofisiologi ...................................................................................................3
E.
Klasifikasi ......................................................................................................4
F.
Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................5
G.
Penatalaksanaan Terapeutik ......................................................................6
BAB III ................................................................................................................... 10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................. 10 A.
Pengkajian ................................................................................................... 10
B.
Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 12
C.
Rencana Keperawatan ................................................................................. 13
D.
Implementasi ............................................................................................... 19
E.
Evaluasi ....................................................................................................... 19
BAB IV ................................................................................................................... 20 CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN ........................................... 20 A.
Pengkajian ................................................................................................... 20
B.
Analisa Data ................................................................................................ 22
C.
Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 25
D.
Rencana Keperawatan ................................................................................. 25
E.
Implementasi ............................................................................................... 32
ii
BAB V..................................................................................................................... 40 PENUTUP .............................................................................................................. 40 A. Kesimpulan .................................................................................................... 40 B. Saran ............................................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 41
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retinoblastoma merupakan tumor neuroblastik intraokuler ganas, terjadi pada masa anak-anak, bersifat herediter (40%). Gejala yang paling sering adalah leukokoria (50-62%), strabismus (20%), hifema spontan, dan amaurotic cat eye. Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sinar X, USG, ST scan, atau MRI, dan LDH. Konseling genetik juga diperlukan dalam pemeriksaan pasien retinoblastoma. Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada retinoblastoma intraokular ialah klasifikasi Reese-Elworsth. Terapi retinablastoma harus dilakuka saat anak terdiagnosis. Yang menjadi kontrafersi apakah akan dilakukan pembedahan atau kemoterapi terlebih dahulu karena masing-masing tindakan ini mempunyai efek menguntungkan dan merugikan. Anak-anak dengan retinablastoma intraokular terlokalisasi yang mendapatkan terapi moderen mempunyai prognosis yang baik ntuk bertahan hidup dengan presentase melebihi 95%. Sekitar 90% anak-anak dapat bertahan lebih dari 5 tahun seelah terdiagnosis retinoblastoma. (Rares, 2016)
B. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Retinoblastoma 2.
Untuk mengetahui etiologi dari Retinoblastoma
3.
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Retinoblastoma
4.
Untuk mengetahui patofisiologi dari Retinoblastoma
5.
Untuk mengetahui klasifikasi dari Retinoblastoma
6.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Retinoblastoma
7.
Untuk mengetahui penatalaksanaan terapeutik dari Retinoblastoma
1
BAB II KONSEP MEDIS A. Defenisi Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu atau kedua mata.(yuliani, 2010) Retinoblastoma adalah tumor endookuler pada anak yang mengenai saraf embrionik retina.(Apriany, 2016) B. Etiologi a. Secara pasti belum diketahui b.
Faktor herediter, dihubungkan dengan penyimpangan kromosom(yuliani, 2010) Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yang berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90% kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10% kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan/nervus optikus).(Apriany, 2016)
C. Manifestasi Klinis a. Tumor intraokuler, tergantung ukuran dan posisi b.
Refleks mata boneka “ cat eye reflex ” atau leukokoria, pupil keputihan
c.
Strabismus
d.
Radang orbital
e.
Hyphema
f.
Pandangan hilang unilateral tidak dikeluhkan oleh anak
2
g.
Sakit kepala
h.
Muntah, amorexia, dan berat badan menurun.(yuliani, 2010) Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak
tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati. Kanker retina ini pemicunya adalah faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terilihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kuncing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit retinoblastoma.(Apriany, 2016)
D. Patofisiologi a. Retinoblastoma
adalah tumor neuroblastik yang ganas pada lapisan
nukleus retina b.
Tumor tersebut muncul dalam lapisan internal nukleus retina dan tumbuh ke dalam kapasitas vitreous (type endophytic)
3
c.
Tipe exophytic muncul dalam lapisan eksternal nukleus dan tumbuh ke dalam rongga subretina, dengan detachment retina
d.
Sering kali tumbuh secara kombinasi endophtytic dan exophytic
e.
Keberadaan tumor dapat terjadi dalam koroid, sklera dan saraf optik penyebaran tumor secara hematogen; bone marrow, skletal, nodus lymphe dan hati.(yuliani, 2010) Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tandatanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara hematogen ke sumsum tulang dan visera.(Apriany, 2016)
E. Klasifikasi Menurut Reese-Ellsworth, retinoblastoma digolongkan menjadi : 1.
Golongan I a. Tumor soliter / multiple kurang dari 4 diameter pupil. b. Tumor multiple tidak lebih dari 4 dd, dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
2.
Golongan II a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator. b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
3.
Golongan III a. Beberapa lesi di depan ekuator b. Tumor ada di depan ekuator atau tumor soliter berukaran >10 diameter pupil
4
4.
Golongan IV a. Tumor multiple sebagian >10 diameter b. Beberapa lesi menyebar keanterior ke ora serrata
5.
Golongan V a. Tumor masif mengenai lebih dari stengah retina b. Penyebaran ke vitreous Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan
tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut : 1.
Derajat I intraokular a. Tumor retina b. Penyebaran kelaina fibrosa c. Penyebaran ke Eva
2.
Derajat II orbita a. Tumor orbita : sel-sel episklera yang terbesar, tumor terbukti dengan biopsi b. Nerfus optikus
F. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan fisik; opthalmoscopy bilateral b.
CT scan atau MRI
c.
Aspirasi bone marrow.(yuliani, 2010) Evaluasi metastatik harus mencakup pemeriksaan sitologi cairan
serebrospinal serta aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Namun retinoblastoma sangat jarang menyebar ke cairan spinal atau sumsum tulang tanpa penyebaran ekstraokular. Evaluasi metastatik harus meliputi CT scan orbita untuk menentukan perluasan ekstraokular dan keterlibatan nervus optikus. CT scan atau MRI kepala harus dikerjakan pada kasus-kasus bilateral untuk mencari retinoblastoma
yang
mengenai
kelenjar
epifisi
(retinoblastoma
trilateral).(Apriany, 2016)
5
G. Penatalaksanaan Terapeutik a. Tergantung stadium dan diagnosis b.
Stadium I, II, III biasanya dengan external irradiasi
c.
Tujuan pengobatan adalah untuk membasmi tumor dan mempertahankan pandangan
d.
Radiasi biasanya diberikan di atas 3-4 minggu
e.
Pembedahan (enukleasi) adalah pilihan karena pertumbuhan tumor, khususnya pada saraf yang terlibat
f.
Chemoterapy pada kasus extraokuler, regional atau sudah metastase. Obatnya diantaranya; cytoxon, vincristine (oncovin), dactinomycin, doxorubicin, cisplaxin, infosfamide, methotrexate.(yuliani, 2010) Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah
pengobatan lokal untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstraokular, regional, dan metastatis. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindung. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan lokal.(Apriany, 2016) Eradikasi tumor dengan enuklasi tergantung pada potensi penglihatannya. Karena sebagai besar tumor unilateral mengenai lebih dari setengah retina pada saat diagnosa, enukleasi merupakan ajuran yang paling umum. Untuk lesi yang lebih kecil dengan penglihatan yang mungkin dapat dipertahankan, krioterapi, fotokoagulasi, atau radioterapi telah dikerjakan dengan sukses. Kemoterapi kombinasi harus diberikan untuk pasien-pasien dengan penyebaran regional atau penyebaran ekstraokular jauh. Evaluasi oftalmologik pada mata yang masih baik harus dilakukan dengan interval yang teratur selama beberapa tahun untuk mendektesi adanya penyakit bilateral dini. Dibawah ini merupakan penatalaksanaan pada rtinoblastoma yaitu: 1.
Pembedahan
6
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelah prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi gloukoma, invasi ke rongga naterior, atau trjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi lokal tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosa tumor sudah meyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari.
Pembedahan
intraocular
seperti
vitrektomi,
adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita. a)
External beam radiotherapy (EBRT) Retinoblastoma
merupakan
tumor
yang
radiosensitif
dan
radioterapi meruapakan terapi efektif lokal untuk khusus ini. EBRT menggunakan eksalator linier dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus di bawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerja sama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk membuat perencanaan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhan tulang orbita, yang akhirnya akan menyebabkan gangguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi sekunder. b) Radioterapi Plaque
7
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang
makin
sering
digunakan
untuk
mengobati
retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk tumor yang ukurannya kecil sampai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khususnya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignasi sekunder. c)
Kryo atau fotokoagulasi Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditunjukan untuk tumor bagian depan dan dilakukan dengan pertanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.
d) Modalitas yang lebih baru Pada
beberapa
tahun
terakhir,
banyak
kelompok
yang
menggunakan kemoterapi sebagai terapi awal untuk kasus intraokular, dengan tujuan untuk mengurangi ukuran tumor dan membuat tumor biasa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa panetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasuskasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan.
8
Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terapi awal kasus retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata. 2.
Kemoterapi Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovesial. Belum ada penelitian yang luas, prospektif dan random. Sebagai besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan risiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secara luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran faktor risiko secara histopatologi. Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi intratekal dan radiasi intrakranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cisplatin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan danurubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang berlebihan p 170 glikopretein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistaSnce terhadap kemoterapi.(Apriany, 2016)
9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Biodata a) Identitas klien meliputi nama, agama jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis. b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, alamat. c) Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan klien, dan status kesehatan. 2. Keluhan utama Keluhan utama berupa perubahan persepsi penglihatan, deman, kurang nafsu makan, gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi pada luka post op, serta perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan operasi. 3.
Riwayat kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar. b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan kemungkinan memakan makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi di tempat lain misal : pernapasan. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Berkaitan erat dengan keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
4. Pemeriksaan sistem a) Aktivitas
10
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas biasanya. Tanda : kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, samnolen. b) Sirkulasi Gejala : palpitasi. Tanda : takikardi, mur-mur jantung, kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf kranial, dan/ atau tanda perdarahan cerebral. c) Eliminasi Gejala : diare ; nyeri tekan perianal, nyeri, darah merah terang pada tisu, feses hitam, darah pada urine, penurunan haluaran urine. d) Integritas ego Gejala : perasaan tak berdaya/ tak ada harapan. Tanda : depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangasang perubahan alam perasaan, kacau. e) Makanan/cairan Gejala : kehilngan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan rasa/penyimpangan rasa, penurunan berat badan. f) Neurosensori Gejala : kurang/penurunan koordinasi, petubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten, pusing, kebas, kesemutan parastesi. Tanda : otot mudah terangsang, aktivitas kejang. g) Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram otot. Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri. h) Pernapasan Gejala : nafas pendek dengan kerja minimal. Tanda : dispnea, takipnea, batuk, gemercik, ronchi, penurunan bayi nafas. i) Keamanan
11
Gejala
:
riwayat
infeksi
saat
ini/dahulu,
jatuh,
gangguan
penglihatan/kerusakan, perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal. Tanda : demam, infeksi, kemerahan, purpur, perdarahan retinal, perdarahan gusi epistaksis, pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dnegan infasi jaringan), pupil edema dan eksoflamus. j) Seksualitas Gejala : perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia. k) Penyuluhan/pembelajaran Gejala : riwayat terpajan pada kimiawi, misalnya : benzene, fenilbutazone dan kloramfenikol (kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan kemoterapi sebelumnya, khusunya agen pengkilat), gangguan kromosom, contoh sindrom down atau anemia fanconi aplastik.
B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan sensori persepsi : penglihatan berhubungan dengan kekeruhan lensa mata. 2. Risiko cidera berhubungan dengan penuruanan ketajaman penglihatan. 3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit. 5. Nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya. 6. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
nyeri
dan
gangguan
penglihatan.
12
C. Rencana Keperawatan Diagnosa (NANDA) 1. Gangguan sensori
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
1. Meningkatkan
1. Gunakan
persepsi:
ketajaman
bantu
penglihatan
penglihatan dalam
seperti
berhubungan
batas situasi
kacamata.
dengan kekeruhan
individu.
lensa mata.
alat sensori
2. Tingkatkan
2. Mengenal
stimulus untuk
gangguan
mencapai input
sensori dan
sensori
berkompensasi
sesuai
terhadap perubaha
(misalnya,
n
peningkatan
3. Mengidentifikasi
interksi
yang
sosial,
memperbaiki
sediakan radio,
potensi
televisi, dan jam
bahaya dalam
dinding dengan
lingkungan.
angka-angka). 3. Kurangi jumlah stumulus untuk mencapai input sensori
yan
sesuai (misalnya, lampu redup) 4. Orientasi
pada
orang , tempat, waktu
dan
situasi
dalam
setiap interaksi.
13
5. Yakinkan pasien/keluarga bahwa
defisit
persepsi/sensori adalah sementara. 6. Identifikaasi diri orang yang masuk ke area pasien. 7. Jangan memindahkan barang-barang di dalam kamar pasien
tanpa
memberitahuka n pasien. 2. Risiko
cedera
1. Cedera
akibat
1. Orientasikan
berhubungan
penuruanan
kembali pasien
dengan
ketajaman
terhadap realitas
penuruanan
penglihatan
ketajaman
terjadi.
penglihatan.
tidak
lingkungan bila dibutuhkan, 2. Bantu
pasien
dengan ambulansi, sesuai
dengan
kebutuhan. 3. Gunakan alarm untuk mengingatkan pemberi
14
perawatan bila pasien
bangun
dari
tempat
tidur
atau
meninggalkn ruangan. 4. Tempatkan bel atau
lampu
panggil
pada
tempat
yang
mudah dijangkau oleh pasien. 5. Ajarkan pasien untuk meminta bnatuan dengan gerakan. 6. Jauhi bahaya lingkungan, berikan pencahayaan yang adekuat. 7. Jangan lakukan perubahan yang tidak diperlukan oleh lingkungan fisik. 8. Gunakan alas kaki yang sesuai, yang tidak tinggi dan
15
tali terikat dengan aman. 9. Naikkan penghalang tempat tidur. 3. Kecemasan
1. Pasien
1. Kaji tingkat
berhubungan
mengungkapkan
kecemasan
dengan
dan
pasien dan catat
perubahan status
mendiskusikan
adanya
tanda-
kesehatan.
rasa
tanda
verbal
cemas/takutnya.
dan nonverbal.
2. Pasien
tampak
2. Berikan
rileks tidak tegang
kesempatan
dan
pasien
melaporkan
untuk
kecemasan
mengungkapka
berkurang.
n isi pikiran dan perasaan takutnya. 3. Observasi tanda-tanda vital
dan
peningkatan respons
fisik
pasien. 4. Beri penjelasan pasien
tentang
prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya. 5. Berikan
16
penjelasan dan support
pada
setiap melakukan prosedur tindakan. 6. Lakukan orientasi dan perkenalan terhadap ruangan, petugas,
dan
peralatan
yang
akan digunakan. 7. Kolaborasi tentang penggantian lensa. 4. Gangguan
citra
1. Mengidentifikasi
1. Dorong pasien
tubuh
perasaan dan
untuk
berhubungan
metode untuk
mengungkapka
dengan
kooping terhadap
n perasaannya.
penyakit.
proses
spersepsi diri negatif. 2. Persepsi yang
2. Hindari membuat penilaian moral
positif terhadap
tentang
penampilan dan
hidup.
fungsi tubuh sendiri.
pola
3. Diskusikan efek penyakit
pada
faktor ekonomi pasien/orang
17
terdekat. 4. Anjurkan pasien memakai pakaian
yang
berwarna merah terang, biru/hitam. 5. Nyeri
1. Pasien
1. Kolaborasi
berhubungan
mengungkapkan
dengan individu
dengan
nyeri
untuk
berkurang/hilang.
menjlaskan
penyakit
proses
2. Tidak
merintih
atau menangis. 3. Ekspresi wajah rileks. 4. Klien mampu
metode
apa
yang digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri
beristirahat dengan
(relaksasi/distra
baik.
ksi)
5. Skala nyeri : 1-3.
2. Kolaborasi dengan dokter
tim untuk
memberikan analgesik pada penurunan rasa nyeri
yang
optimal. 3. Pantau tekanan darah setiap 4 jam.
18
6. Intoleransi
1.
Berpartisipasi
1. monitor nutrisi dan
aktifitas
dalam
berhubungan
fisik tanpa disertai ade kuat
dengan nyeri dan
peningkatan
gangguan
tekanan
penglihatan
nadi, dan RR
aktivitas
Mampu
(takikardi,distritmia,
melakukan
pucat,
2.
aktivitas
aktivitas sumber energi yangg
2.
monitor
darah, kardiavaskuler terhadap
Keseimbangan aktivitas istirahat
perubahan
sehari- hemodinamik)
hari secara mandiri 3. 3.
respon
Bantu
untuk
mendapatkan alat bantu dan aktivitas (kursi roda) Bantu
pasien
untuk
mengembangkan motivasi
diri
dan
penguatan diri.
D. Implementasi Didalam
implementasi,
perawat
menjalankan
rencana-rencana
keperawatan yang sebelumnya telah dimuat dalam Intervensi dalam bentuk Asuhan Keperawatan kepada klien. E. Evaluasi Setelah mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat, selanjutnya perawat harus mengevaluasi apakah Asuhan keperawatan yang telah diberikan telah berhasil ataukah Intervensi harus dilanjutkan.
19
BAB IV CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Anak F, perempuan, umur 5 tahun dilarikan kerumah sakit karena mengalami bintik putih pada mata, mata merah, berair, bengkak, juling, dan pengihatan kabur. Ibu klien mengatakan mata klien sudah merah sejak 10 hari yang lalu dan telah diberi obat tetes mata, namun tidak terdapat perubahan. Gejala yang dialami klien juga disertai demam, mual muntah, diare, dan kurang nafsu makan.
A. Pengkajian 1. Identitas klien Nama
: An. F
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:-
Alamat
: Jl. Pendidikan no.103 Pemalang
Tanggal masuk RS
: 19 November 2019
Tanggal pengkajian : 19 November 2019 No. Register
: 10315627
Diagnosa Medik
: Retinoblastoma
2. Identitas Orang tua Nama Ayah
: Tn. B
Usia
: 35 tahun
Pendidikan
: Sarjana
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Pendidikan no.103 Pemalang
Nama Ibu
: Ny. R
Usia
: 29 tahun
20
Pendidikan
: Sarjana
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Pendidikan no.103 Pemalang
3. Keluhan utama
: Penglihatan kabur
4. Riwayat Kesehatan
:
a. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengalami bintik putih pada mata, mata merah, berair, bengkak, juling, dan pengihatan kabur, demam, mual muntah, diare, dan kurang nafsu makan. b. Riwayat kesehatan masa lalu Klien belum pernah mengalami penyakit mata sebelumnya. c. Riwayat kesehatan keluarga Nenek buyut klien juga memiliki penyakit yang sama yaitu Retinoblastoma. 5. Pemeriksaan sistem l) Aktivitas : klien nampak lelah, malaise, lemah, dan tidak mampu untuk melakukan aktivitas. m) Sirkulasi : klien mengalami takikardi dan membran mukosa pucat. n) Eliminasi : klien mengalami diare dan penurunan frekuensi BAK. o) Integritas ego : klien nampak tak berdaya/ tak ada harapan, menarik diri, ansietas, sering menangis dan mudah terangsang perubahan alam perasaan. p) Makanan/cairan : klien mengalami kehilngan nafsu makan, anoreksia, muntah, penurunan berat badan. q) Neurosensori : klien mengalami kurang/penurunan koordinasi, pusing, kebas, kesemutan parastesi. r) Nyeri/ketidaknyamanan : klien mengalami nyeri orbital, sakit kepala, kram otot. Tanda : klien nampak selalu berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri, dan menangis. s) Pernapasan : klien mengalami dispnea, batuk, ronchi
21
t) Keamanan: klien mengalami gangguan penglihatan sehingga beresiko cedera.
B. Analisa Data
N o 1.
Nama Pasien
: An. F
No Reg.
: 10315627
Umur
: 5tahun
Ruangan
: Melati
Data Senjang
Interpretasi Data
DO:
Terlihatbercakputih
- Klien tampak gelisah - Klien
tampak
mengkilat
Masalah Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
↓
meringis kesakitan
Neuvaskularisasi dan
- Klien tampak lemah
perdarahan ↓
- TTV - Suhu : 38 C - Nadi : 98x/m - TD
: 100/70 mmHg
- RR
:20x/m
Lemah, sakitkepala ↓ Nyeri
DS : - Klien mengatakannyeri pada matanya - Ibu Klienmengatakan terjadipeningkatansu hutubuh
22
2.
DO:
Masa tumor yang
Gangguanpersepsisensorik
- Klientampakmeringis
semakinmembesar
penglihatan
kesakitan
pada
matasebelahkanan
klientampakmerah - Terlihatbengkak
ahkanan
keluar
- Klienmengatakangan gguan
pada
penglihatan,
Klien
tampak
Gangguan persepsi
Status kesehatan
Kecemasan
menurun: Nyeri
dengan perubahan status
↓
gelisah kesulitan
Klien
berhubungan
kesehatan.
Klien sulit tidur ↓
untuk tidur -
↓
sensorik penglihatan
DO
Klien
↓ Pupil agak menonjol
DS :
-
Refleks pupil berwarna putih
padamatakliendisebel
-
leukokoria ↓
- Mata
3.
↓
sering
Cemas
menangis DS -
Klien mengatakan takut munculnya
karena tanda
dan gejala penyakit
23
4
DO -
-
Proses penyakit Klien nampak malu
↓
bertemu orang baru
Mata merah, juling,
Klien
nampak
menutupi
mata
kanannya
saat
berinteraksi dengan
Gangguan
citra
tubuh
berhubungan
dengan
proses penyakit
dan bengkak ↓ Gangguan citra tubuh
orang baru DS -
Ibu
klien
mengatakan
klien
tidak mau melihat pantulan dirinya di cermin 5
DO -
Tumor tumbuh Klien
nampak
meraba-raba akan
saat
mengambil
↓
cedera
berhubungan
dengan
proses penyakitnya.
Penurunan visus ↓
sesuatu DS -
kedalam vitrenous
Resiko
Gangguan Ibu
klien
penglihatan
mengatakan
klien
↓
mudah tersandung
Resiko cedera
saat berjalan 6
DO -
Terlihatbercakputih Klien
nampak
lemak dan lesu DS -
mengkilat ↓
Intoleransi
aktivitas
berhubungan dengan nyeri dan gangguan penglihatan
Neuvaskularisasi dan Ibu
klien
perdarahan
mengatakan
klien
↓
24
dibantu
saat
berjalan
karena
Lemah, sakitkepala ↓
merasa sakit kepala dan
Nyeri ↓
pandangan
klien kabur.
Intoleransi aktivitas
C. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan sensori persepsi : penglihatan berhubungan dengan kekeruhan lensa mata. 2. Risiko cidera berhubungan dengan penuruanan ketajaman penglihatan. 3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit. 5. Nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya. 6. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
nyeri
dan
gangguan
penglihatan.
D. Rencana Keperawatan No.
Tanggal/
Dx
Jam
1
Tujuan dan kriteria hasil
Rabu, 20 Setelah
Rencana tindakan
1. Gunakan
alat
November dilakukantindakankeperaw
bantu
2019
atanselama 3 x 24 jam
seperti kacamata.
08.00
diharapkannyeridapatberk
WIB
urang.
stimulus
untuk
Kriteriahasil :
mencapai
input
sensori
yang
1. Meningkatkan
Paraf
sensori
2. Tingkatkan
ketajaman
sesuai (misalnya,
penglihatan dalam
peningkatan
batas situasi
interksi
sosial,
25
individu. 2. Mengenal
sediakan
radio,
televisi, dan jam
gangguan
dinding
sensori dan
angka-angka).
berkompensasi terhadap perubahan 3. Mengidentifikasi
dengan
3. Kurangi
jumlah
stumulus
untuk
mencapai
input
memperbaiki
sensori yan sesuai
potensi
(misalnya, lampu
bahaya dalam
redup)
lingkungan.
4. Orientasi
pada
orang , tempat, waktu dan situasi dalam
setiap
interaksi. 5. Yakinkan pasien/keluarga bahwa
defisit
persepsi/sensori adalah sementara. 6. Identifikaasi diri orang masuk
yang ke
area
pasien. 7. Jangan memindahkan barang-barang di dalam
kamar
pasien
tanpa
memberitahukan pasien.
26
2
Kamis, 21 Setelah
1. Orientasikan
November dilakukantindakankeperaw
kembali
2019
atanselama 3 x 24 jam
terhadap realitas
08.00
diharapkannyeridapatberk
lingkungan
WIB
urang.
dibutuhkan,
Kriteriahasil :
pasien
2. Bantu
bila
pasien
Cedera akibat penuruanan
dengan
ketajaman
ambulansi, sesuai
tidak terjadi
penglihatan
dengan kebutuhan. 3. Gunakan
alarm
untuk mengingatkan pemberi perawatan pasien
bila bangun
dari tempat tidur atau meninggalkn ruangan. 4. Tempatkan atau
bel lampu
panggil
pada
tempat
yang
mudah dijangkau oleh pasien. 5. Ajarkan untuk bnatuan
pasien meminta dengan
gerakan. 6. Jauhi bahaya lingkungan,
27
berikan pencahayaan yang adekuat. 7. Jangan
lakukan
perubahan
yang
tidak diperlukan oleh
lingkungan
fisik. 8. Gunakan alas kaki yang sesuai, yang tidak tinggi
dan
tali terikat dengan aman. Naikkan penghalang tempat tidur 3
Jumat, 22 Setelah
1. Kaji tingkat
November dilakukantindakankeperaw
kecemasan pasien
2019
atanselama 3 x 24 jam
dan catat adanya
08.00
diharapkannyeridapatberk
tanda-tanda
WIB
urang.
verbal
Kriteriahasil :
nonverbal.
1. Pasien
dan
2. Berikan
mengungkapkan
kesempatan
dan mendiskusikan
pasien
rasa
mengungkapkan
cemas/takutnya.
isi
2. Pasien
pikiran dan
tampak
perasaan
rileks tidak tegang
takutnya.
dan
melaporkan
untuk
3. Observasi tanda-
28
kecemasan
tanda vital dan
berkurang
peningkatan respons
fisik
pasien. 4. Beri
penjelasan
pasien
tentang
prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya. 5. Berikan penjelasan
dan
support
pada
setiap melakukan prosedur tindakan. 6. Lakukan orientasi dan perkenalan terhadap ruangan, petugas,
dan
peralatan
yang
akan digunakan. 7. Kolaborasi tentang penggantian lensa. 4
Sabtu, 23 Setelah
1. Dorong
pasien
November dilakukantindakankeperaw
untuk
2019
atanselama 3 x 24 jam
mengungkapkan
08.00
diharapkannyeridapatberk
perasaannya.
WIB
urang.
2. Hindari membuat
29
Kriteriahasil :
penilaian
1. Mengidentifikasi
tentang
perasaan dan
hidup.
metode untuk
moral pola
3. Diskusikan
efek
kooping terhadap
penyakit
pada
spersepsi diri
faktor
negatif.
pasien/orang
2. Persepsi yang
ekonomi
terdekat.
positif terhadap
4. Anjurkan pasien
penampilan dan
memakai pakaian
fungsi tubuh
yang
sendiri.
merah
berwarna terang,
biru/hitam. 5
Minggu,2
Setelah
1. Kolaborasi
4
dilakukantindakankeperaw
dengan
individu
November atanselama 3 x 24 jam
untuk menjlaskan
2019
diharapkannyeridapatberk
metode apa yang
08.00
urang.
digunakan untuk
WIB
Kriteriahasil :
menurunkan
1. Pasien
intensitas
nyeri
mengungkapkan
(relaksasi/distraks
nyeri
i)
berkurang/hilang. 2. Tidak merintih atau menangis. 3. Ekspresi wajah rileks. 4. Klien mampu
2. Kolaborasi dengan dokter
untuk
memberikan analgesik
pada
penurunan
rasa
beristirahat dengan
nyeri
baik.
optimal.
5. Skala nyeri : 1-3.
tim
3. Pantau
yang
tekanan
30
darah
setiap
4
jam. 6
Senin, 25 Setelah
1. monitor
nutrisi
November dilakukantindakankeperaw
dan
sumber
2019
atanselama 3 x 24 jam
energi yangg ade
08.00
diharapkannyeridapatberk
ku
WIB
urang.
2. monitor
Kriteriahasil :
respon
kardiavaskuler terhadap aktivitas
1.
Berpartisipasi
(takikardi,distrit
dalam
mia,
aktivitas
fisik tanpa disertai
perubahan
peningkatan
hemodinamik)
tekanan
2.
darah,
3. Bantu
untuk
nadi, dan RR
mendapatkan alat
Mampu melakukan
bantu
aktivitas
(kursi roda)
sehari-
hari secara mandiri 3.
pucat,
Keseimbangan aktivitas istirahat
4. Bantu
aktivitas
pasien
untuk dan
mengembangkan motivasi diri dan penguatan diri.
31
E. Implementasi Nama Pasien : An. F
No Reg.
: 10315627
Umur
Ruangan
: Melati
Tgl/
No
Jam
Dx
Rabu 20 1
: 5tahun
Paraf& TindakanKeperawatan
Respon Hasil
Jelas 1. Menggunakan
alat 1. Meningkatkan
Novemb
bantu sensori seperti
ketajaman
er 2019
kacamata.
penglihatan
2. Meningkatkan
batas situasi
10.30 WIB
Nama
stimulus
untuk
mencapai
input 2. Mengenal
individu.
sensori yang sesuai
gangguan
(misalnya,
sensori dan
peningkatan
interksi
sosial, sediakan radio, televisi,
dan
dinding
berkompensasi terhadap perubahan
jam 3. Mengidentifikasi dengan
angka-angka).
memperbaiki potensi
3. Mengurangi
jumlah
stumulus
untuk
mencapai
input
sensori
dalam
yan
(misalnya,
bahaya dalam lingkungan.
sesuai lampu
redup) 4. Mengorientasi
pada
orang , tempat, waktu dan
situasi
dalam
setiap interaksi. 5. Meyakinkan pasien/keluarga
32
bahwa
defisit
persepsi/sensori adalah sementara. 6. Mengidentifikaasi diri orang yang masuk ke area pasien. 7. Tidak memindahkan barang-barang
di
dalam kamar pasien tanpa memberitahukan pasien.
Kamis
2
1. Mengorientasikan
1. Cedera
21Nove
kembali
pasien
penuruanan
mber
terhadap
realitas
ketajaman
2019
lingkungan
10.30
dibutuhkan,
WIB
bila
tidak
terjadi.
2. Membantu dengan
penglihatan
akibat
pasien ambulansi,
sesuai
dengan
kebutuhan. 3. Menggunakan untuk
alarm
mengingatkan
pemberi
perawatan
bila pasien bangun dari tempat tidur atau meninggalkn ruangan. 4. Menempatkan
bel
atau lampu panggil pada
tempat
yang
33
mudah dijangkau oleh pasien. 5. Mengajarkan untuk
pasien meminta
bantuan
dengan
gerakan. 6. Menjauhi bahaya lingkungan,
berikan
pencahayaan
yang
adekuat. 7. Tidak
melakukan
perubahan yang tidak diperlukan
oleh
lingkungan fisik. 8. Menggunakan alas kaki yang sesuai, yang
tidak
tinggi dan tali terikat dengan aman. 9. Menaikkan penghalang
tempat
tidur.
Jumat
3.
1. Mengkaji tingkat
1. Pasien
22Nove
kecemasan pasien dan
mengungkapkan
mber
catat adanya tanda-
dan mendiskusikan
2019
tanda
rasa
10.30
nonverbal.
WIB
2. Memberikan
verbal
kesempatan untuk
dan
cemas/takutnya. 2. Pasien pasien
tampak
rileks tidak tegang dan
melaporkan
34
mengungkapkan
isi
kecemasan
pikiran dan perasaan
berkurang.
takutnya. 3. Mengobservasi tandatanda
vital
peningkatan
dan respons
fisik pasien. 4. Memberi
penjelasan
pasien
tentang
prosedur
tindakan
operasi, harapan dan akibatnya. 5. Memberikan penjelasan
dan
support pada setiap melakukan
prosedur
tindakan. 6. Melakukan orientasi dan perkenalan
terhadap
ruangan, petugas, dan peralatan yang akan digunakan. 7. Mengolaborasi tentang
penggantian
lensa.
35
Sabtu 23 4.
1. Mendorong
pasien
1. Mengidentifikasi
Novemb
untuk
perasaan dan
er 2019
mengungkapkan
metode untuk
10.30
perasaannya.
kooping terhadap
WIB
2. Menghindari membuat moral
spersepsi diri penilaian
tentang pola
hidup.
negatif. 2. Persepsi yang positif terhadap
3. Mendiskusikan
efek
penampilan dan
penyakit pada faktor
fungsi tubuh
ekonomi pasien/orang
sendiri.
terdekat. 4. Menganjurkan pasien memakai
pakaian
yang berwarna merah terang, biru/hitam.
Minggu
5.
1. Melakukan kolaborasi
1. Pasien
24Nove
dengan individu untuk
mengungkapkan
mber
menjlaskan
nyeri
2019
apa yang digunakan
10.30
untuk
WIB
intensitas
metode
menurunkan nyeri
(relaksasi/distraksi) 2. Melakukan kolaborasi dengan
tim
untuk
memberikan
analgesik
dokter
pada
penurunan rasa nyeri
berkurang/hilang. 2. Tidak merintih atau menangis. 3. Ekspresi wajah rileks. 4. Klien mampu beristirahat dengan baik. 5. Skala nyeri : 1-3.
yang optimal.
36
3. Memantau
tekanan
darah setiap 4 jam.
Senin
6.
1. Memonitor nutrisi dan 1. Berpartisipasi
25Nove
sumber energi yangg
dalam aktivitas fisik
mber
ade kuat
tanpa
2019
2. Memonitor
respon
disertai
peningkatan
10.30
kardiavaskuler
tekanan darah, nadi,
WIB
terhadap
dan RR
aktivitas
(takikardi,distritmia, pucat,
perubahan
hemodinamik) 3. Membantu
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
untuk 3. Keseimbangan
mendapatkan
alat
aktivitas
bantu aktivitas (kursi
istirahat
dan
roda. 4. Membantu
pasien
untuk mengembangkan motivasi
diri
dan
penguatan diri.
F. Evaluasi Nama Pasien : An. F
No Reg.
: 10315627
Umur
Ruangan
: Melati
: 5tahun
37
Tgl
22
No. Dx
1
Catatan Perkembangan
S
:
Pasien
mengatakan
Paraf
terdapat
November
ketajaman penglihatan
2019
O : Pasien melihat dengan jelas
peningkatan
A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
23
2
S : Pasien tidak mengalami cedera
November
O : Pasien merasa nyaman
2019
A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
24
3
S : Pasien mengatakan kecemasannya berkurang
November
O : Pasien terlihat rileks dan nyaman
2019
A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
25
4
S : Pasien mengatakan sudah menerima perubahan
November
fisiknya
2019
O : Pasien terlihat banyak tersenyum A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
38
26
5
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
November
O : Pasien terlihat nyaman
2019
A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
27
6
S : Pasien mengatakan sudah dapat melakukan
November
aktivitas sehari-hari
2019
O : Pasien terlihat melakukan kegiatan secara mandiri A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
39
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan a. Defenisi Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu atau kedua mata.(yuliani, 2010) Retinoblastoma adalah tumor endookuler pada anak yang mengenai saraf embrionik retina.(Apriany, 2016) b. Etiologi a. Secara pasti belum diketahui b. Faktor
herediter,
dihubungkan
dengan
penyimpangan
kromosom(yuliani, 2010) Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yang berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90% kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10% kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. B. Saran Semoga makalah yang kami susun ini dengan judul Asuhan Keperawatan Retinoblastoma dapat di mengerti oleh
pembaca dan kami butuh ktitikan
mengenai makalah kami atau materi yang akan kami bahas di presentase.
40
DAFTAR PUSTAKA
Apriany, D. (2016). Asuhan keperawatan anak dengan keganasan. Bandung: PT Refika Aditama. Bulechek, J. D. (2008). Nursing Intervention Clasification (NIC). Jakarta: ECG. INTERNATIONAL, N. (2015). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2016. Jakarta: EGC. Jhonson, S. M. (2008). Nursing Outcomes Clasification (NIC). Jakarta: ECG. Rares, L. (2016). Retinablastoma. Jurnal e-Clinic, 1-8. yuliani, s. &. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
41
Lampiran
42