BAB I kAMPUNG JAMBANGAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Ledakan jumlah penduduk di beberapa kota besar Indonesia tak pelak menimbulkan berbagai masalah serius lainnya. Masalah sampah salah satunya. Surabaya sebagai kota besar kedua setelah Jakarta juga tak luput dari masalah sampah itu. Perlu diketahui bahwa sampah yang dimaksud bukan hanya berasal dari sampah dapur rumah tangga, sampah pasar tapi juga sampah yang berupa daun dan ranting kecil pepohonan yang tersebar di berbagai ruas jalan atau tamantaman penting Kota Surabaya yang ditebang karena rusak (tumbang) atau upaya peremajaan. Seperti diketahu bersama, sampah dibedakan menjadi dua yakni sampah dari bahan organik dan anorganik. Sampah organik meliputi sisasisa dapur rumah tangga yang berupa sisa potongan sayur, ikan, buah atau makanan (nasi) yang sudah rusak atau dalam skala yang lebih besar termasuk diantaranya sampah organik dari pasar atau sampah daun dan batang pepohonan taman kota. Sampah anorganik bisa berupa plastik, logam, beling (kaca) juga kertas. Biasanya setelah sampah sampai di TPA atau ketika berada di depo-depo sampah kecil, para pemulung sudah berdatangan untuk mengais rezeki dengan memilah-milah sampah itu. Mereka mencari logam, plastik, botol beling atau kertas kardus untuk dijual ke pengepul. Selanjutnya pengepul menyetorkan sampah-sampah anorganik tadi ke pabrik untuk didaur ulang. Belakangan ini masyarakat luas mulai gencar mengelola sampah rumah tangganya khususnya sampah anorganik karena bernilai ekonomi. Sebagian masyarakat Surabaya terutama kaum ibu-ibunya sudah semakin kreatif dalam menangani sampah anorganik itu. Mereka mendirikan bank-bank sampah untuk menampung sampah-sampah anorganik yang dikumpulkan warga. Selanjutnya pihak pengelola bank sampah menggantinya dengan sejumlah uang sesuai jumlah sampah yang disetorkan ke bank sampah itu. Sampah merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Segala



1



aktivitas manusia sehari – hari selalu menghasilkan sisa barang atapun bahan yang biasa disebut sampah ataupun limbah. Pengolahan sampah yang tidak tepat dapat menimbulkan permasalahan yang cukup berat di lingkungan. Dengan adanya perkembangan teknologi seperti saat ini, sudah banyak bermunculan usaha – usaha pengelolaan sampah. Salah satunya adalah bank sampah. Bank sampah merupakan sebuah wadah sebagai tempat untuk mengumpulkan sampah, baik sampah dengan jenis – jenis tertentu maupun segala jenis sampah. Di dalam bank sampah terdapat sebuah organisasi atau kepengurusan yang mengatur operasional jalannya sampah setiap hari. Pada umumnya bank sampah menerima sampah – sampah kering seperti plastic, kertas, kain, besi, kaca, dan lain-lain. Sampah –sampah tersebut biasanya didapat dari nasabah sehingga para nasabah menerima upah atas penjualan sampah mereka dari bank sampah. Kemudian pihak bank sampah mulai mengelola sampah yang kemudian dijual kepada pelapak ataupun kepada bank sampah pusat.



B. Tujuan Tujuan umun dibuatnya tulisan analisis ini untuk mengetahui seperti apa kedaan dan kondisi dari Kelurahan Jambangan. Tujuan khusus : 1. Untuk mengetahui manfaat dari limbah plastik. 2. Untuk mengetahui pengelolaan limbah sampah pada bank samapah. 3. Untuk mengetahui implementasi ekonomi hijau dan ekonomi kreatif di Kelurahan Jambangan.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Sejarah Kampung Jambangan Pada awalnya Kampung Jambangan merupakan kawasan permukiman dengan lahan pertanian yang minim. Kawasan ini termasuk dalam wilayah Jabakota (luar kota) Surabaya yang terdaftar di wilayah administrasi Kabupaten Gresik. Pada tahun 1960an wilayah ini bersama dengan Kecamatan Tandes, Wiyung, Lakar santri, dan Karangpilang bergabung dengan Kota Surabaya. Banyaknya warga pendatang dari daerah Gresik dan pusat kota Surabaya yang bermukim di wilayah ini sejak tahun 1970 an menyebabkan kualitas lingkungan permukiman menjadi menurun. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk di wilayah ini tidak diiringi dengan penataan lingkungan yang baik. Selain itu masyarakat saat itu belum memiliki kesadaran dan kepedulian akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Keberhasilan Kampung Jambangan dalam mewujudkan kampung kreatif, merupakan hasil dari serangkaian proses panjang dalam waktu yang tidak singkat. Dibutuhkan kesadaran mas arakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Merubah pola pikir dan perilaku masyarakat yang apatis akan lingkungan tidaklah mudah. Peran aktor kepentingan kunci yang menginisiasi sangatlah penting. Proses sosiali sasi tersebut dilakukan melalui pendekatan secara personal kepada masyarakat kampung oleh para penggiat. Selain itu, adanya koordinasi yang baik antar warga dan Stakeholder turut berperan penting



B. Strategi



Kampung Kreatif



Jambangan



Dalam Pemenuhan



Kebutuhan Dasar Pada awalnya kampung dengan kepadatan penduduk tinggi ini, memiliki kualitas lingkungan yang buruk. Lokasinya di bantaran sungai, menjadikan sungai satu-satunya ruang yang terbuka sebagai pusat aktifitas bagi warga. Hanya saja, masyarakat Jambangan tidak memiliki rasa peduli dan tanggung jawab yang tinggi terhadap lingkungan sekitar pada awalnya dan sebelum ini. 3



Kebersihan sungai sebagai sumber air bersih diabaikan begitu saja. Masyarakat yang tidak peduli dengan kebersihan, membuang hajat dan sampah sembarangan di sungai tersebut. Begitu juga dengan lingkungan sekitar kampung yang tidak terjaga kebersihannya. Keterbatasan penyediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pada kawasan ini menyebabkan masyarakat menjadi semakin acuh. Akibatnya tidak ada yang peduli dan mencoba untuk memperbaiki keadaan. Puncaknya Kampung Jambangan mengalami kondisi terburuk pada tahun 2001. Banyaknya sampah yang berserakan menyebabkan bau yang mengganggu dan muncul belatung di mana-mana hingga masuk ke dalam rumah warga (effendi, 2004). Hal ini menyebabkan warga semakin enggan beraktivitas di luar rumah dan lebih memilih berdiam diri. Akibatnya tidak ada interaksi sosial yang terjadi antar warga. Spirit of place yang seharusnya ada pada sebuah kampung menjadi hilang. Kampung Jambangan menjadi kampung yang tidak bernyawa. Berdasarkan informasi yang dihimpun, diketahui bahwa pada tahun 1976 pemerintah mengusung program KIP (Kampung Improvement Program) untuk memperbaiki Kampung Jambangan. Program perbaikan yang diusung pemerintah ini hanya menyentuh fisik kampung, salah satu proyek yang terealisasi adalah didirikannya toilet umum bagi warga Kampung Jambangan dengan harapan agar warga tidak membuang hajat di sungai. Namun, pola pikir dan perilaku warga yang masih acuh dan tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan, menyebabkan program ini kurang berhasil. Kunci utama perbaikan kondisi lingkungan kampung adalah dengan mengubah pola pikir dan perilaku warga terlebih dahulu. Hal inilah yang dilakukan oleh seorang penggiat atau penggagas awal yang berinisatif mengajak warga Jambangan untuk menciptakan lingkungan bersih. Selama kurang lebih 35 tahun, sejak tahun 1972 almarhum Sriyatun Djupri berusaha mengubah pola hidup masyarakat dengan melakukan sosialisasi secara personal kepada warga kampung. Diketahui, bahwa diawal usaha Alm. Sriyatun bersosialisasi, masyarakat masih terkesan acuh dan tidak peduli, bahkan cenderung menyepelekan.



4



C. Telaah Hierarki Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia pada Kampung Jambangan sebelum Perbaikan Kebutuhan masyarakat Kampung Jambangan menjadi faktor pendorong (motivasi)



utama akan lahirnya strategi kreatif dalam proses pembentukan



Kampung Kreatif. Tahapan pemenuhan kebutuhan masyarakat Kampung Jam bangan diuraikan sebagai berikut; Pada tahap kebutuhan fisik (survival), masyarakat Kampung Jambangan berhasil memenuhi kebutuhan dasar untuk makan, tidur, beristirahat, dan melakukan aktifitas lainnya dengan terwujudnya ruang hunian (rumah) sebagai wadah yang memfasilitasi kebutuhan biologis tersebut. Latar belakang status sosial masyarakat Kampung Jambangan yang tergolong sebagai masyarakat swasembada memperlihatkan bahwa kebutuhan akan ruang hunian dapat terpenuhi dengan baik. Begitu pula dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman (safety) yang dapat terpenuhi dengan mudah. Bagi masyarakat Kampung Jambangan kebutuhan safety bukanlah suatu masalah yang meresahkan dan dapat terpenuhi dengan mudah. Ketika warga telah merasa aman maka akan dibutuhkan pemenuhan kebutuhan pada level selanjutnya, yaitu rasa saling memiliki. Namun kondisi lingkungan yang buruk menyebabkan warga enggan untuk keluar rumah dan lebih memilih berdiam diri. Bahkan tidak sedikit yang pergi keluar dari kampung untuk mencari ruang publik dengan kualitas yang lebih baik. Pada akhirnya tidak terjadi interaksi sosial antar masyarakat sehingga spirit of place dari Kampung Jambangan hilang dan kebutuhan rasa saling memiliki tidak dapat terpenuhi. Sehingga berdasarkan analisa awal, diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan masyarakat Jambangan berhenti pada tingkatan kebutuhan akan rasa aman. Pada dasarnya, ketika manusia merasa cukup dalam sebuah tingkat kebutuhan, kemudian akan timbul motivasi yang memicu manusia untuk melakukan usaha ke jenjang berikutnya. Akan tetapi, ketidakberhasilan masyarakat Kampung Jambangan dalam memenuhi kebutuhan rasa saling memiliki mengakibatkan pemenuhan kebutuhan di tingkat berikutnya juga tidak dapat terpenuhi. Kegagalan pemenuhan kebutuhan tersebut menimbulkan kondisi yang tidak seimbang, sehingga diperlukan bantuan terhadap pemenuhannya.



5



D. Strategi Kreatif Kampung Jambangan Strategi menurut Cycle of Urban Creativity terdiri dari lima tahap yang berkelanjutan. Pada kasus Kampung Jambangan Surabaya, tahap pertama dimulai dengan Pembentukan Ide kreatif yang ditandai dengan adanya aktor yang menginisiasi. M. Yadi merupakan warga Kampung Jambangan yang berinisiatif menerapkan sistem pengolahan sampah mandiri “Komposter Aerob”. Komposter aerob adalah sebuah metode pengolahan sampah organik menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dengan memanfaatkan kerja bakteri untuk menguraikan sampah, terutama sampah rumah tangga. Penerapan metode ini dapat mengurangi volume sampah rumah tangga hingga 50% dan menjadi solusi bagi isu pengelolaan sampah di lingkungan perkotaan padat hunian yang memiliki keterbatasan kapasitas dan metode pegelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Terbentuknya kerjasama antara M. Yadi dengan Pemerintah Kota Surabaya dan pihak Unilever merupakan salah satu langkah awal dalam tahap Realisasi ide kreatif. Dibutuhkan usaha dan kerja keras yang ekstra dalam pelaksanaan- nya. Kunci keberhasilan dari ide kreatif ini terletak pada kesadaran warga untuk mau menerima dan secara sukarela menerapkan metode ini. Hanya saja respon yang diberikan warga kurang memuaskan. Hal ini disebabkan karena masih banyak warga yang kurang paham kegunaannya dan proses pembuatan komposter aerob, sehingga wadah yang telah dibuat banyak yang gagal dan terbengkalai. Hingga pada tahun 2004, pihak Unilever berinisiatif untuk membentuk Kader Lingkungan yang diketuai oleh Alm. Ibu Sriatun Djupri dengan jumlah anggota 40 orang di RW 3 wilayah Jambangan. Kegiatan utama dari kader lingkungan adalah pelatihan bagi warga sekitar untuk memelihara lingkungan dengan memilah dan mengolah sampah, pembibitan tanaman, penghijauan pekarangan, jalan, dan pinggir sungai serta membuat dan menggunakan jamban umum. Para kader diajari untuk memilah sampah basah dan kering. Dengan dibekali pemahaman dan pengetahuan akan pentingnya menjaga lingkungan, para kader mulai bersosialisasi kepada warga sekitar. Hanya saja warga masih enggan peduli untuk menanggapinya secara serius.



6



Ketika Alm. Sriatun menawarkan diri secara sukarela untuk membuat dan mengolah pekarangan rumah warga secara gratis, warga masih enggan membuka diri. Seiring berjalannya waktu, secara perlahan sosialisasi rutin dilakukan kepada warga. Akhirnya sedikit demi sedikit masyarakat Jambangan mulai sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Setelah tahap realisasi ide kreatif berhasil diterapkan, maka diperlukan strategi selanjutnya berupa penguatan sistem pendukung.



Tahap



penguatan



sistem



pendukung



diperlukan



untuk



mempertahankan keberlangsungan dan mengembangkan ide kreatif yang berhasil diterapkan. Pada tahun 2005, Dinas Kebersihan membantu mengembangkan kader lingkungan ke seluruh Kelurahan Jambangan. Program ini pun berjalan sukses dan menyebar dengan cepat dan merata ke seluruh RT dan RW di Kampung Jambangan. Semakin berkembangnya jumlah anggota kader, menunjukkan bahwa sistem pengolahan sampah mandiri yang diusulkan telah diterima dengan baik dan menjadi semakin solid sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut. Penerapan sistem pengolahan sampah mandiri yang semakin dikenal, membutuhkan tahap pengembangan selanjutnya. Penyediaan ruang basis kreatif merupakan tahap lanjutan yang bertujuan untuk dapat menyediakan suatu wadah sebagai sarana pengembangan ide kreatif. Pada kasus Kampung Jambangan, proses pengolahan sampah yang berbeda antara jenis sampah basah dan kering berujung pada kebutuhan sarana yang berbeda. Pada pengolahan sampah kering, sampah yang dikumpulkan dimanfaatkan kembali sebagai kerajinan tangan atau dijual. Bank Sampah hadir sebagai sarana penampungan sementara sampah kering. Warga yang telah memilah sampah rumah tangganya, dapat menyetorkan sampah kering yang terkumpul di Bank Sampah. Sampah yang terkumpul di Bank Sampah kemudian akan dijual ke pengepul atau pemilik usaha kerajinan daur ulang. Kemudian uang yang diperoleh dari hasil penjualan akan diberikan kepada warga yang membutuhkan. Selain Bank Sampah, banyak berdiri rumah usaha kerajinan yang lebih dikenal sebagai



Galeri Kerajinan Daur Ulang



Sampah. Salah satunya adalah CV. Kreatif Indah Alam. Galeri kerajinan tangan daur ulang ini merupakan usaha yang dikembangkan oleh para kader lingkungan



7



di masing-masing tempat tinggalnya. Produk yang dihasilkan dari pengolahan sampah kering berupa taplak, payung, jaket, aneka macam bentuk tas, hingga suvenir cantik dari bahan botol plastik. Tidak hanya fokus dalam usaha menjual kerajinan tangan daur ulang, galeri ini juga menyediakan jasa pelatihan, seperti pelatihan motivasi lingkungan, pembinaan pembuatan kerajinan tangan daur ulang sampah kering, pelatihan pengadaan alat pengolahan sampah Komposter Aerob, serta pelatihan sistem Bank Sampah dan pemberdayaan masyarakat. Evaluasi aktifitas kreatif dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi keberlangsungan aktifitas kreatif setelah tersedia ruang basis kreatif berupa Bank Sampah dan Galeri Kerajinan Daur Ulang Sampah. Hal ini bertujuan untuk melihat manfaat dan potensi akan kelanjutan dari aktifitas kreatif yang terjadi di Kampung Jambangan. Manfaat utama yang diperoleh dari penerapan sistem pengolahan sampah secara mandiri adalah adanya peningkatan kualitas lingkungan hidup di Kampung Jambangan. Baik secara kualitas fisik lingkungan yang menjadi lebih bersih, hijau, dan tertata, serta adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat Kampung. Peningkatan kualitas fisik lingkungan tercapai dengan pemanfaatan kembali sampah basah yang diuraikan menjadi kompos dan penggu- naan sampah kering sebagai bahan dasar kerajinan yang dijual. Sedangkan kenaikan pendapatan diperoleh dari hasil aktifitas usaha kerajinan daur ulang sampah yang turut meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama dalam menggerakkan pemberdayaan kaum perempuan (Bu Risnani dalam effendi, 2014). Manfaat yang diperoleh dari sistem pengolahan sampah memperlihatkan potensi keberlangsungan penerapannya hingga waktu yang lama. Hal ini dibuktikan dengan bertahannya usaha masyarakat dalam mengelola sampah secara mandiri dan juga usaha kerajinan daur ulang sampah yang masih beroperasi hingga sekarang.



8



E. Partisipasi Warga Kampung Jambangan Dalam Mengolah Sampah Dengan Bank Sampah Partisipasi masyarakat yang baik di Kampung Jambangan ini pada kenyataannya berhasil mengubah Kampung Jambangan yang dulunya kumuh, bau, penuh kotoran, bahkan tradisi buang hajat di sungai yang melekat pada masyarakat Jambangan dengan banyaknya WC – WC terapung yang dikenal dengan sebutan "Helikopter", yang dulu menghias di sepanjang sungai yang membelah kampung itu, sekarang menjadi sebuah kampung yang dikenal sebagai Kampung Wisata Lingkungan. Keberhasilan Jambangan mengubah perilaku masyarakat untuk lebih peduli akan lingkungan juga berhasil menghantarkan Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan mendapatkan penghargaan Kalpataru dengan kategori perintis lingkungan yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia kepada Ibu Sriyatun. Salah satu RW (Rukun Warga) yang terdapat di Kelurahan Jambangan dengan tingkat partisipasi masyarakat



yang



baik



dalam



pengelolaan



sampah



adalah



RW



I.



RW I Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan menjadi salah satu RW teladan di Kota Surabaya karena keberhasilannya mengubah sampah – sampah yang ada, yang semula tidak berharga, menjadi suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis dan dapat digunakan kembali. Hal ini kemudian yang membuat RW I Kelurahan Jambangan berhasil mendapat berbagai prestasi dan penghargaan baik pada tingkat regional maupun nasional. Salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan sampah di wilayah RW I Kelurahan Jambangan adalah melalui adanya bank sampah. Dari 180 unit bank sampah yang ada di Kota Surabaya pada tahun 2013, terdapat 9 unit bank sampah terbaik dengan jumlah nasabah terbanyak dan omzet pendapatan per bulan terbesar sebagai indikatornya, dimana salah satunya terdapat di wilayah RW I Kelurahan Jambangan.



9



F. Kelebihan Kampungan Jambangan a. Sampah anorganik disulap menjadi uang, sementara sampah organik diolah menjadi pupuk untuk taman-taman di Surabaya dan warga yang membutuhkan. b. Hasil pilahan, dijual ke pengepul. Sebanyak 70 persen hasil penjualan untuk pemilah, 10 persen untuk tabungan hari raya, 10 persen untuk simpan pinjam, dan 10 persen lagi untuk biaya operasional. Sebanyak Rp 6 juta bisa dihasilkan dalam sebulan dari hasil penjualan sampah anorganik itu. c. Pengelolaan sampah yang cukup baik dan terkoordinir, dimana sampah organik tersebut diolah dengan metode komposting "kue lapis". Metode ini menumpuk sampah organik dengan tumpukan daun kering menjadi beberapa lapis. Bagian bawah didasari dengan tumpukan daun kering agar sampah organik tidak menjatuhkan air yang menyebabkan aroma busuk dan belatung. Pada hitungan hari tertentu, susunan sampah dan daun kering dibalik dan dicampur hingga berusia 21 hari. Dari 21 hari ditambah 5 hari lagi untuk proses pengeringan. d. Pembangunan PDU sampah tersebut sebagai salah satu upaya Pemkot Surabaya mengurangi pasokan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi di Kecamatan Benowo. Sarana yang sama juga ada di Kelurahan Sutorejo. Selain itu, di Surabaya juga ada 26 titik rumah kompos. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, mengklaim, akibat "treatment" khusus terhadap sampah itu, pasokan sampah dari pasar tradisional di Surabaya yang masuk ke TPA berkurang hingga 40 ton dalam sehari. sampah dari rumah tangga di perkampungan bisa berkurang 300 ton per hari e. Sampah diubah menjadi energi terbarukan. Gas metana yang dihasilkan dari sampah di TPA Benowo sudah bisa menghasilkan 1 megawatt energi listrik yang dijual ke PT PLN. Diharapkan produksi energi listrik akan bertambah hingga 10 megawatt pada 2018 nanti. f. Peran serta dari masyarakat dan kesadaran akan kebersihan warga setempat sudah cukup baik, ditambah peran serta pemkot dan 28.600 kader lingkungan beserta 620 fasilitator yang tersebar di seluruh Surabaya. g. Adanya lomba kebersihan antar-kampung di bantaran sungai, mendorong



10



pastisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah secara maksimal. h. Terbentuknya Kampung Wisata Jambangan, kampung ini punya keunikan. Seperti nama Jambangan yang berarti tempat bunga atau pot, filosofi ini sesuai dengan kondisi tempat tersebut yakni indah dan menarik. Padahal sebelumya Jambangan dikenal sangat jorok dan kumuh. Disini wisatawan berkesempatan melihat berbagai kegiatan warga seperti pengolahan sampah.



G. Kekurangan dan Kendala Pada Kampungan Jambangan Sebenarnya pada awal mulai diadakannya bank sampah untuk mewujudkan desa kreatif ini memiliki banyak permasalahan dan juga kendala yang harus dilalui dan dialami oleh pelopor atau penggerak dari bank sampah tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya perhatianan partisipasi masyarakat Jambangan dan sekitar yang kurang perduli terhadap pengelolaan sampah. Pada awalnya hanya ada beberapa masyarakat saja yang menyetorkan sampah di bank sampah ini, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu banyak manyarakat yang mulai penasaran akan bank sampah ini dan mulai mengikuti untuk menyetorkan dan mengelola sampah dengan baik hingga sampai sekarang dapat terwujud Desa Jambangan yang indah.



11



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Aktivitas partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan di RW 03 Kelurahan Jambangan yang dilakukan oleh masyarakat dari pengolahan sampah, masyarakat mendirikan bank sampah di masing-masing RT, dengan pengurus 5 orang, yaitu sebagai penerimaan, penimbagan, dan pemilahan. Warga masing-masing RT membuat kerajianan dari sampah yang bisa didaur ulang. Masyarakat melakukan penghijauan lingkungan dengan cara menanam tanaman disetiap rumah, baik dari tanaman bunga, toga atau tanaman yang lainnya. Masyarakat memanfaatkan limbah air got untuk menyirami tanaman dengan cara sistem IPAL. Selain pengawasan yang dilakukan oleh kader lingkungan dan juga Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Surabaya sendiri. Aktivitas partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan dapat dilihat dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan yang telah dilakukan.



B. Saran Kepada tokoh masyarakat agar lebih meningkatkan pendekatan persuasive dan sosialisai kepada masyarakat terkait dengan kegiatan rapat-rapat yang akan dilakukan. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik maka akan menimbulkan kerjasama dan kekompakan dalam pelaksanaan kegiatan. Bagi seluruh warga masyarakat diharapkan lebih memprioritaskan kepentingan dan kemajuan Kelurahan Jambangan khususnya dari pada memprioritaskan kepentingan pribadi dan golongan.



12



DAFTAR PUSTAKA Sugianty D.H, Ekomadyo, A.S. (2016). Strategi Kampung Kreatif sebagai Upaya Perbaikan Lingkungan Kota menurut Kerangka Pemenuhan Kebutuhan Manusia Studi Kasus : Kampung Jambangan. Bandung: Prosiding Temu Ilmiah IPLBI. https://www.youtube.com/watch?v=b9Wi6IL19u0 di akses pada tanggal 20 oktober 2019 https://surabaya.go.id/id/page/0/37284/kampung-lingkungan di akses pada tanggal 20 oktober 2019 https://surabaya.tribunnews.com/2011/02/09/jadi-kampung-wisata di akses pada tanggal 20 oktober 2019 http://surabaya.panduanwisata.id/wisata-alam/berwisata-di-lingkungan-sehatkampung-wisata-jambangan-surabaya/ di akses pada tanggal 20 oktober 2019



13