BAB I Tiroidektomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I TINJUAN TEORI A. Definisi Menurut Kamus Keperawatan Dinamika (2013) Tiroidektomi adalah operasi untuk mengangkat sebagian dan seluruh kelenjar tiroid. Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau sebagian dari kelenjar tiroid. (Rumahorbo, 1999) B. Klasifikasi 1. Tiroidektomi Subtotal (sebagian) Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormone-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian hormon (Rumahorbo,1999). 2. Tiroidektomi Total Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, dan aktifitas (Rumahorbo,1999). C. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari tiroidektomi antara lain : 1. suara serak 2. lemah 3. perdarahan 4. tempat insisi kemerahan 5. sesak tenggorokan 6. pernafasan stidor 7. sianosis. D. Indikasi 1. Klien dengan karsinoma tiroid 2. Klien dengan gondok 3. Klien dengan hipertiroidisme 4. Klien dengan hiperparatiroidisme (Rumahorbo, 1999)



E. Patofisiologi Indikasi dilakukan tindakan tiroidektomi adalah gondok, hipertiroidisme, kanker tiroid, hiperparatiroidisme. Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah membuat sayatan dileher bagian depan atau bagian kelenjar tiroid dihilangkan. Dalam membuat sayatan harus berhati-hati untuk menghindari kerusakan saraf di sekitarnya atau pembuluh darah di leher. Apabila terjadi kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan udem laringeal yang akan meningkatkan terjadinya resiko tinggi penurunan curah jantung. Selain itu pernafasan menjadi stidor, obstruksi jalan nafas yang akhirnya mambuat pembersihan jalan napas tidak efektif. Nyeri dapat terjadi dari edema jaringan yang disebabkan karena terputusnya saraf simpatis dari kerusakan jaringan yang terjadi akibat tindakan tiroidektomi. Dari insisi yang dilakukan pada tindakan ini akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga dapat terjadi karena kurangnya informasi dalam perawatan luka setelah tindakan pembedahan dilakukan. Seseorang yang telah melakukan tiroidektomi akan mengalami hambatan dalam berkomunukasi karena terjadi kerusakan pada langireal yang menyebabkan perubahan tekanan atau penyaringan suara, suara menjadi lemah, ketidakmampuan untuk berbicara. Resiko cedera dapat terjadi akibat gangguan produksi hormon yang menurun. Tucker (1998), Doengoes (2000:720), Tamboyang (2000).



F. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi dari tiroidektomi adalah 1. pembekakan atau pendarahan 2. serak atau suara lemah 3. kerusakan pada kelenjar paratiroid 4. hipokalsemia 5. distangia 6. hipertiroidisme 7. hipoparatiroid 8. keloid. (Rumahorbo,1999) G. Penatalaksanaan 1. Perawatan Pre Operasi



a. Sebelum tindakan operasi, kadar hormone tiroid harus diupayakan dalam keadaan noemal untuk mencegah tirotoksikosis pada saat operasi yang dapat mengancam hidup klien. b. Pemberian obat antitiiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan kadar hormone darah juga dimaksudkan untuk mencegah perdarahan pada saat operasi karena obat ini mempunyai efek mengurangi vaskularisasi darah ke kelenjar tiroid. c. Kondisi nutrisi harus optimal oleh karena itu diet tinggi protein dan karbohidrat sangat dianjurkan. d. Latih klien batuk secara efektif dan latih nafas dalam. e. Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan batuk dengan menahan dibawah insisi dengan kedua tangan. f. Beritahukan klien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi akibat penggunaan ETT pada saat operasi. Jelaskan bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti semula. (Rumahorbo, 1999)



2. Perawatan Post Operasi a. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian setiap 30 menit selama 6 jam. b. Gunakan bantal atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap ekstensi sampai klien sadar penuh. c. Bila klien sudah sadar, berikan posisi semifowler. Apabila memindahkan klien d. e. f. g.



hindarkan penekanan pada daerah insisi. Berikan obat analgetik sesuai program terapi. Bantu klien batuk dan nafas dalam setiap 30 menit sampai 1 jam. Gunakan pengisap oral atau trakea sesuai kebutuhan. Monitor komplikasi antara lain : 1). Perdarahan 2). Distress pernafasan 3). Hipokalsemi akibat pengangkatan paratiroid yang ditandai dengan tetani 4). Kerusakan saraf laryngeal (Rumahorbo, 1999)



H. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan diberikan baik kepada klien maupun keluarganya mencakup : 1. Pemberian obat-obatan. Konsistensi waktu sangat perlu diperhatikan. 2. Gunakan kipas angin atau ruangan ber-AC agar klien dapat beristirahat.



3. Dapat terjadi alergi pada penggunaan PTU berupa kulit kemerahan dan timbul gatal-gatal. 4. Pada klien dengan tiroidektomi total atau pada penggunaan obat antitiroid, jelaskan tanda hipotiroidisme dan hipertiroidisme. 5. Jelaskan pada keluarga penyebab emosi yang labil pada klien dan bantu mereka untuk dapat menerima dan mengadaptasinya. 6. Anjurkan untuk follow up secara teratur ke tempat pelayanan terdekat. (Rumahorbo, 1999)



BAB III PROSES ASUHAN KEPERAWATAN



4.1 Pengkajian Pengkajian secara pasien bedah saat kembali ke unit terdiri atas : 1. Respirasi a.



Kepatenan jalan napas



b. Kedalaman c.



Frekuensi



d. Bunyi napas 2. Sirkulasi a.



Tanda – tanda vital , suhu, nadi



b. Kondisi kulit : dingin, basah c.



Sianosis



3. Neurologi a.



Tingkat respon



b. Neurosensory c.



Fungsi bicara



d. Kualitas dan tonasi 4. Drainase a.



Mengantisipasi perdarahan : Perhatikan cairan drainase yang keluar khususnya 24 jam pertama pasca operasi.



b. Inspeksi balutan luka 5. Kenyamanan



a.



Tipe nyeri dan lokasi



b. Mual dan muntah c.



Perubahan posisi yang dibutuhkan



6. Keselamatan a.



Kebutuhan akan pagar tempat tidur



7. Peralatan a.



Diperiksa untuk fungsi yang baik



4.2 Pathway



4.3 Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan atau edema daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid. 2. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan postoperasi. 3. Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid. 4. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan produksi hormon. 5. Gangguan Komunikasi verbal berhubungan perubahan tekanan suara 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat dalam perawatan luka 7. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka insisi 4.4 Intervensi Keperawatan 1. Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan atau edema daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid. a.



Tujuan :



1) Paru-paru mengembang optimal 2) Pola pernafasan kembali normal 3) Dapat berbicara seperti sebelum sakit b. Kriteria hasil : 1) Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas jelas/bersih 2) Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator sebagai berikut : kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, ekspansi dada simetris, tidak ada



penggunaan otot bantu, bunyi nafas tambahan tidak ada, nafas pendek tidak ada. (Doengoes, 1999) c.



Intervensi :



1) Pantau tanda-tanda distress pernafasan, sianosis, takipnea, dan nafas berbunyi. 2) Periksa balutan luka setiap 1 jam selama periode pertama postoperasi kemudian dilakukan setiap 4 jam. 3) Periksa sensasi disekitar area insisi. 4)



Pertahankan posisi semifowler.



5) Gunakan kirbat es untuk mengurangi edema didaerah sekitar insisi (ingat jangan sampai mengenai luka atau balutan). 6) Kaji kualitas suara klien setiap 2 jam, catat perubahan intonasi. 7) Kaji adanya tanda Chvosteks dan tanda Trousseau. 8) Identifikasi kemungkinan adanya hilang rasa dan kesemutan pada ekstremitas. 9) Siapkan suction set, trakeostomi dan ETT set disamping tempat tidur klien 2. Diagnosa 2 : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan postoperasi a.



Tujuan



1) Orientasi dan kesadaran klien baik 2) Tanda-tanda vital dalam batas normal b. Kriteria hasil: 1) Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal pasien 2) Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktifitas (Doengoes, 1999) c.



Intervensi :



1) Identifikasi tanda perubahan fungsi kardiovaskuler 2) Pantau tanda vital setiap 15 menit pada periode pertama pasca operasi dan selanjutnya setiap 1-4 jam. 3) Pantau irama jantung, catat adanya takikardi dan ketidakteraturan irama jantung. 4) Periksa balutan terhadap kemungkinan perdarahan, periksa dari depan ke belakang 5) Identifikasi perubahan kesadaran dan orientasi klien 6) Berikan obat-obatan sesuai program 3. Diagnosa 3 : Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid. a.



Tujuan : Klien mengalami nyeri yang minimal.



b. Kriteria hasil :



1)



Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol



2) Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks, tidur/istirahat dengan tepat (Doengoes, 1999) c.



Intervensi :



1) Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala penilaian nyeri. 2)



Bantu klien dalam mempertahankan posisi kepala dan leher dengan benar.



3) Klien dengan posisi semifowler dengan meletakkan bantal pasir dibawah leher. 4) Ajarkan klien cara menopang leher dan kepala saat merubah posisi. 5) Berikan obat analgesic sesuai program. 6) Pantau respon klien terhadap pengobatan 7) Tempatkan bel pemanggil di sisi klien agar mudah digunakan. 8) Pertahankan lingkungan yang tenang, kurangi stressor.



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan Tiroidektomi adalah operasi untuk mengangkat sebagian dan seluruh kelenjar tiroid. Tiroidektomi dapat dilakukan pada klien dengan hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, ataupun kepada pasien dengan adanya ca. tiroid ataupun gondok yang menyerang kelenjar tiroidnya. Tindakan tiroidektomi juga dapat menyebabkan komplikasi penyakit yang dapat timbulkan, yakni perdarahan , hipokalsemia, distangia. Sehingga agar tidak timbul komplikasi tersebut ada perawatan yang harus dilakukan saat melakukan tindakan tiroidektomi, yakni perawatan preoperasi dan perawatan postoperasi. 4.2 Saran Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. kita sebagai tenaga kesehatan harus lebih memahami tentang tiroidektomi termasuk dalam pembuatan asuhan keperawatannya.



DAFTAR PUSTAKA



http://fayldestu.blogspot.com/2010/04/askep-tiroidektomi.html http://shintaindaharininindyanto.blogspot.com/2010/12/tiroidektomi.html http://vialingluing.blogspot.com/2012/01/pulau-jeju-is-beautiful.html http://fedri-hidayat.blogspot.com/2010/06/komplikasi-pada-tiroidektomi.html https://sp1r1tgr4zy.wordpress.com/2013/04/page/2/