CBR Pendidikan Ips SD Kelas Tinggi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Juli
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK REVIEW PENDIDIKAN IPS SD KELAS TINGGI



NILAI =



PENDIDIKAN IPS SD KELAS TINGGI



NAMA MAHASISWA



: Juliwati E Sianturi



NIM



: 1192411015



KELAS



: PGSD REGULER B 2019



DOSEN PENGAMPU



:



MATA KULIAH



: Pendidikan IPS SD Kelas Tinggi



PROGRAM STUDI S1 PEDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN-UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN 2021



1



KATA PENGANTAR Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya, saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah pendidikan IPS SD tinggi yaitu Critical Book Report. Pembuatan Critical Book Report ini bertujuan sebagai pemenuhan atas tuntutan tugas individu mata kuliah tersebut dan sebagai bahan perkuliahan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Critical Book Report ini terdapat banyak kekurangan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saya berharap adanya kritik serta saran dan tentunya usulan setiap pembaca demi perbaikan tugas yang akan saya buat di kemudian hari, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam critical book review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.



Medan, September 2021



Juliwati E Sianturi



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2 DAFTAR ISI........................................................................................................................................3 BAB 1...................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN................................................................................................................................4 1.1



Latar Belakang....................................................................................................................4



1.2 Tujuan........................................................................................................................................4 1.3 Manfaat......................................................................................................................................5 BAB II..................................................................................................................................................6 IDENTITAS BUKU.............................................................................................................................6 2.1 Identitas Buku............................................................................................................................6 2.2 RINGKASAN ISI BUKU..........................................................................................................7 BAB III...............................................................................................................................................13 PEMBAHASAN.................................................................................................................................13 3.1 Kelebihan dan kekurangan buku...........................................................................................13 BAB IV...............................................................................................................................................14 PENUTUP..........................................................................................................................................14 4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14 4.2 Saran........................................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15



3



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Dalam pembuatan sebuah buku, pasti ada pro dan kontra termasuk



di



dalamnya keunggulan dan kelemahan sebuah buku, yang sering di kritik oleh sebagian pakar. Kelemahan dan keunggulan sebuah buku merupakan suatu masukan dan saran dalam setiap pembuatan sebuah buku walaupun masih ada pro dan kontra, baik yang di kritik dari sumber buku, tata bahasa yang digunakan. Sehingga terlihat kelemahan dan keunggulan sebuah buku. Dan juga dalam KKNI kami dituntut mahasiswa untuk mampu lebih kreatif, inovatif serta kritis sehingga kami diberikan tugas yang wajib untuk dilaksanakan dimana salah satu tugas tersebut adalah Critical Book Report untuk memenuhi tuntutan



kurikulum tersebut. Dimana Tugas Critical Book Report ini



memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memberikan masukan kritik dan saran kepada buku tersebut agar lebih baik lagi. Critical Book Report bukan sekedar untuk mengetahui isi buku, tetapi lebih menitikberatkan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku (sistematika penulisan, penggunaan EYD, dan isi buku). Dengan adanya critical book, mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang materi dari buku yang di kritik dan mampu berfikir lebih kritis dan sistematis, sehingga untuk kedepannya mahasiswa sebagai calon guru dapat mengaplikasikan materi tersebut di lapangan atau setelah menjadi guru. Buku yang akan di kritik adalah buku pembelajaran matematika kelas rendah, buku ini



sangat penting karena di dalamnya memuat materi pendidikan IPS kelas



rendah, Pembelajaran akan lebih mudah dilakukan oleh seorang pendidik agar proses pembelajaran berjalan dengan Baik.



1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi buku yang terdapat pada buku 2. Untuk memenuhi tugas Critical Book Review mata kuliah pendidikan IPS kelas rendah dan Mahasiswa mampu berpikir sistematis dan kritis. 3. Mahasiswa mampu mengekspresikan pendapat dalam memandang suatu buku yang akan direview. 4



4. Menambah wawasan tentang buku pedoman pendidikan IPS kelas Ttinggi yang direview. 5. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam mereview buku.



1.3 Manfaat Adapun Manfaat dari pembuatan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menambah pengetahuan tentang tata cara mengkritik sebuah buku dan lebih memahami materi buku serta mengetahui keunggulan dan kelemahan buku. 2. Mampu menyampaikan, menggunakan dan mengaplikasikan ilmu mereview untuk menjadi suatu sistem yang terpadu dalam pengembangan keilmuan. 3. Mampu membandingkan buku yang di review 4. Menambah wawasan pembaca.



5



BAB II IDENTITAS BUKU



2.1 Identitas Buku a. Buku Utama Judul buku



: MEDIA DANMODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF



Penulis



: SUTIRMAN, M.Pd.



Penerbit



: GRAHA ILMU



Kota terbit



: YOKYAKARTA



Tahun terbit



: 2013



Hal



: 91



ISBN



:-



b. Buku Pembanding Judul buku



: MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN DI SEKOLAH



Penulis



: Muhamad Afandi, S.Pd., M.Pd Evi Chamalah, S.Pd., M.Pd Oktarina Puspita Wardani, S.Pd., M.Pd



Penerbit



: UNISSULA Press



Kota terbit



: SEMARANG



Tahun terbit



: 2013



Hal



: 148



ISBN



: 78-602-7525-64-1



6



2.2 RINGKASAN ISI BUKU BUKU UTAMA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH A. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah pada hakikatnya program pembelajaran tidak hanya bertujuan untuk memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa hal itu terjadi”. Pembelajaran yang hanya mengarah kepada pemahaman mengenai apa dan bagaimana sesuatu terjadi tidak menciptakan daya kritis pada diri siswa dalam rangka memecahkan suatu masalah. Kelemahan yang sering terjadi selama ini salah satunya adalah banyak siswa yang ujiannya memperoleh nilai tinggi bahkan sempurna, tetapi ketika dalam kehidupan nyata menghadapi suatu masalah mereka tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Banyak orang yang sangat pandai menjelaskan suatu konsep, ciri-cirinya, proses kejadiannya, tetapi tidak dapat memberikan solusi ketika sesuatu tersebut mengalami masalah. Sudah saatnya para guru di sekolah, apalagi di sekolah kejuruan, menerapkan dan mengembangkan pembelajaran yang mampu mendorong siswanya untuk dapat memahami tentang mengapa sesuatu terjadi dan bagaimana mengatasi jika sesuatu itu bermasalah. Delisle mengemukakan bahwa akar dari problem based learning berasal dari John Dewey yang menganggap guru harus mengajar sesuai dengan naluri alami siswa untuk mencipta dan menyelidiki (1997). Wena (2011:52) memberikan penegasan bahwa “pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk diajarkan”. Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan diperlukan dalam kehidupan nyata. Amir (2009:21) memberikan pendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah juga dimaknai sebagai “model pembelajaran yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata”. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sitematis. Perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga apek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi (Sanjaya, 2009:214). Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berangkat dari pemahaman siswa tentang suatu masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah, kemudian memilih solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut. Kemampuan siswa sekolah kejuruan dalam menganalisis masalah dan menemukan cara mengatasinya merupakan aspek penting yang harus dimiliki untuk bekal terjun ke dunia kerja. Pada saat siswa lulus dari sekolah dan memasuki dunia kerja, siswa akan dihadapkan pada berbagai permasalahan nyata dalam pekerjaannya. Jika di sekolah siswa tidak terbiasa menghadapi permasalahan dan mencari solusinya, maka dalam melaksanakan pekerjaan mereka akan mengalami hambatan. B. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri khusus yang berbeda dengan model-model pembelajaran yang lain. Banyak model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu mempermudah penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari dan mengatur siswa agar terjadi proses kerjasama dalam belajar. Namun dalam pembelajaran berbasis masalah tidak sekedar bagaimana siswa mudah dalam belajar, tetapi lebih jauh dari itu adalah bagaimana 7



siswa memahami suatu persoalan nyata, tahu solusi yang tepat, serta dapat menerapkan solusi tersebut untuk memecahkan masalah. Sanjaya (2009:214) menyebutkan beberapa karakteristik pembelajaran berbasis masalah yaitu: 1) sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran; 2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah; dan 3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan apabila pembelajaran berorientasi pemahaman siswa secara komprehensif, mengembangkan keterampilan berfikir siswa secara rasional, dan memecahkan masalah secara sistematis. Tan seperti dikutip oleh Amir (2009:22) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik: 1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; 2. Masalah yang digunakan merupakan masalah nyata; 3. Masalah yang dihadapi memerlukan tinjauan dari berbagai sudut pandang; 4. Masalah menarik bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar baru; 5. Mengutamakan belajar mandiri; 6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi; 7. Bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Melengkapi pendapat di atas, Min Liu menjelaskan lima karakteristik PBL yang meliputi: 1. Learning is student-centered 2. Authentic problems form the organizing focus for learning 3. New information is acquired through self-directed learning 4. Learning occurs in small groups 5. Teacher act as facilitators Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri-ciri: 1. Merupakan proses edukasi berpusat pada siswa; 2. Menggunakan prosedur ilmiah; 3. Memecahkan masalah yang menarik dan penting; 4. Memanfaatkan berbagai sumber belajar; 5. Bersifat kooperatif dan kolaboratif; 6. Guru sebagai fasilitator. C. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Wanka dan Oreovocz (1995) mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi pemecahan masalah, yaitu rutin, diagnostik, strategi, interpretasi, dan generalisasi (Wena, 2011:53). Tingkat pemecahan masalah rutin merupakan tindakan rutin yang dilakukan tanpa menghasilkan suatu keputusan. Taksnomi tingkat ini banyak dilakukan dalam menyelesaikan operasi matematika. Tingkatan diagnostik merupakan tindakan intelektual dalam bentuk memilih prosedur atau metode yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu masalah yang dihadapi. Pemecahan masalah tingkat strategi adalah suatu upaya merancang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah. Untuk menghasilkan suatu strategi pemecahan masalah diperlukan analisis yang mendalam terhadap masalah yang dihadapi agar dihasilkan langkah-langkah yang tepat. Tingkat selanjutnya adalah interpretasi atau pemaknaan terhadap masalah yang dihadapi. Kesalahan memberikan makna terhadap masalah yang sesungguhnya dapat berakibat kegagalan dalam memberikan solusi. Oleh karena itu interpretasi dianggap sebagai kegiatan pemecahan masalah yang sesungguhnya. Sedangkan yang terakhir adalah generalisasi, yaitu berupa pengembangan prosedur yang standar untuk digunakan dalam memecahkan masalah-masalah lain yang sejenis.



8



Banyak pendapat ahli mengenai langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah. Diantaranya adalah langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah menurut Dewey seperti dikutip oleh Sanjaya, yaitu: 1. Merumuskan masalah; 2. Menganalisis masalah; 3. Merumuskan hipotesis; 4. Mengumpulkan fakta; 5. Menguji hipotesis; 6. Merumuskan rekomendasi (2009:217). Barret (2005) menyusun langkah-langkah pelaksanaan PBL, yaitu: 1. Siswa diberi permasalahan oleh guru berdasarkan pengalaman siswa 2. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil untuk: a. Mengklarifikasi kasus atau masalah yang diberikan b. Mendefinisikan masalah c. Saling bertukar pendapat berdasarkan pengalaman yang dimiliki d. Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah e. Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah 3. Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus diselesaikan 4. Siswa kembali kepada kelompok PBL awal untuk melakukan tukar informasi, pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah 5. Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan pembelajaran. Miao, et.al. (2000) mengembangkan model PBL dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi masalah 2. Mengidentifikasi isu-isu pembelajaran 3. Merumuskan tujuan dan membuat rencana 4. Mempelajari materi atau pengetahuan yang relevan 5. Menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari 6. Melakukan penilaian dan refleksi Johnson & Johnson seperti dikutip oleh Sanjaya (2009:218) memberikan lima langkah dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu: mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah, memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah, dan melakukan evaluasi. Sanjaya (2009:219) sendiri mengemukakan enam langkah pembelajaran berbasis masalah yaitu: menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian. Peran guru dalam melaksanakan PBL harus diperhatikan agar pembelajaran dapat berjalan efektif. Barret (2005) mengidentifikasi beberapa tindakan guru yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan PBL, yaitu: 1. Guru harus antusias dan meyakinkan 2. Tidak memberikan penjelasan saat siswa bekerja 3. Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain 4. Mengarahkan siswa agar memahami permasalahan secara kelompok, sebelum bekerja secara individu 5. Memberikan informasi mengenai sumber belajar yang dapat diakses oleh siswa 6. Mengingatkan siswa mengenai hasil pembelajaran yang akan dicapai 7. Menciptakan kondisi belajar yang mendukung untuk pembelajaran kelompok 8. Bersikap apa adanya, tidak dibuat-buat 9



Berdasarkan beberapa pendapat mengenai langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah maka dapat dibuat langkah-langkah yang lebih sederhana dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu: a) memahami masalah yang dihadapi; b) mengidentifikasi penyebab masalah; c) mengidentifikasi alternatif solusi; d) memilih solusi yang paling tepat dan menerapkannya untuk memecahkan masalah, dan e) membuat kesimpulan. D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah Problem based learning sebagai salah satu model pembelajaran memiliki berbagai kelebihan. Namun demikian juga tidak lepas dari adanya kelemahan yang perlu menjadi pertimbangan dalam menerapkannya. Sanjaya (2009:220) mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: 1. Kelebihan a. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran; b. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa; c. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa; d. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata; e. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. f. Pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja; g. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa; h. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru; i. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata; j. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. 2. Kekurangan a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang meraka ingin pelajari. Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang diidentifikasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah sangat penting untuk dipahami dan diterapkan oleh para guru, khususnya guru-guru pada sekolah kejuruan. Pemanfaatan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan daya kritis siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu 10



masalah. Kemampuan siswa dalam menganalisis suatu masalah dan menemukan cara pemecahannya merupakan modal yang sangat berharga untuk terjun ke dunia kerja. Untuk mengatasi kelemahan yang ada pada pembelajaran berbasis masalah maka guru hendaknya membuat persiapan yang matang sebelum menerapkannya. Guru seyogyanya juga memberikan penjelasan yang detail agar siswa memahami permasalahan yang dihadapi dengan baik. Selain itu guru harus mampu menumbuhkan motivasi pada diri siswa agar mereka memiliki kepercayaan diri untuk berhasil.



BUKU PEMBANDING Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaranberdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto, 2010:91). Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto, 2010:92). Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:92-94) pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik,menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. 2. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Sebagai contoh, masalah populasi yang dimunculkan dalam pelajaran di Teluk Chesapeake mencakup berbagai subjek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata dan pemerintahan. 3. Penyelidikan autentik. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. 4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan prodik tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. 5. Kolaborasi. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inquiri dan dialog untuk



11



mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir Berdasarkan karakter tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. 2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3. Menjadi pembelajar yang mandiri. Menurut Tan (dalam Rusman, 2011:229) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PMB kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. b. Kelebihan dan Kekurangan Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut: Kelebihan: 1. Realistik dengan kehidupan siswa; 2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; 3. Memupuk sifat inquiry siswa; 4. Retensi konsep jadi kuat; 5. Memupuk kemampuan Problem Solving. Kekurangan: 1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; 2. Sulitnya mencari problem yang relevan; 3. Sering terjadi miss-konsepsi; 4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam penyelidikan. Dari uraian tentang kelebihan dan kekurangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan PBM merupakan suatu rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat memberdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya di kemudian hari. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok. c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Trianto (2010: 98) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut: 1. Orientasi siswa kepada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar: guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 12



BAB III PEMBAHASAN Jika dilihat dari segi isi kedua buku ini memiliki materi yang sangat sama, ada beberapa materi yang berbeda tentunya. Namun pada makalah saya ini saya hanya membahas satu matei yang sama dari kedua buku ini yakni model pembelajaran berbasis masalah, materi inillah yang menjadi fokus pembahasan saya. Kedua buku ini memang memiliki materi yang cukup memadai mengenai metode pembelajaran berbasis masalah namun menurut saya materi tersebut lebih lengkap di bahas oleh buku utama dibanding buku kedua.



3.1 Kelebihan dan kekurangan buku  Buku Utama memiliki lebih banyak materi jika dibandingkan dengan buku pembanding. 



Buku Utama menjabarkan secara keseluruhan materi mengenai pembelajaran berbasis masalah sedangkan buku Pembanding hanya menyajikan sebagian besar saja







Buku Utama maupun buku Pembanding sama-sama tidak menyajikan ranguman di akhir tiap bab







Identitas buku pembanding lebih lengkap di banding buku utama, dimana buku utama tidak memiliki ISBN



13



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berbagai kebijakan-kebijakan baru telah dibuat oleh menteri pendidikan demi mewujudkan Sumber Daya Manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Bukan hanya Perbedaan buku ini lah yang membedakan antara bahan ajar Pendidikan IPS kelas rendah dan pendidikan IPS dan banyak lagi hal hal yang berbeda , ini hanyaah salah satunya. 4.2 Saran Sebagai calon guru yang memiliki kualitas dan berilmu wawasan luas hendaknya menguasai dan mengetahui perbedaan perbedaan apa saja yang telah terjadi di dalam dunia pendidikan. Sehingga dapat mengikuti perkembangan dan dapat dengan maksimal mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.



14



DAFTAR PUSTAKA Sutirman, 2013, Media Dan Model-model Pembelajaran Inovatif, Graha Ilmu : Yogyakarta Afandi, muhamad, dkk, Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah, UNISSULA Press : Semarang



15