CJR IRIGASI Dinda Lu'Lu' Salsabila (5193250005) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CJR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI SERTA TUGAS PERENCANAAN



Di Susun Oleh : Nama



: Dinda Lu’lu’ Salsabila



NIM



: 5193250005



Prodi



: S1 Teknik Sipil



Kelas



: Regular B



Dosen Pengampu



: -Dr. Ir. Rumillah Harahap, MT. -Sarra Rahmadani, ST., M.Eng.



UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas ke hadirat Allah Swt. sebab sudah melimpahkan segala rahmat-Nya, yang berupa kesempatan dan ilmu pengetahuan sehingga CJR ini dapat selesai tepat pada waktunya. Saya sangat berharap semoga yang sudah saya susun ini dapat menambah pengetahuan. Terlepas dari itu, saya menyadari bahwa CJR ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun CJR ni sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi terbentuknya makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.



Medan, 19 Maret 2021



Dinda Lu’lu’ Salsabila



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..2 DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….3 BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….4 A. Rasionalisasi Pentingnya CJR…………………………………………………....4 B. Tujuan…………………………………………………………………………….4 C. Manfaat…………………………………………………………………………...4 BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..5 A. Identitas Jurnal…………………………………………………………………...5 B. Ringkasan Jurnal…………………………………………………………………5 BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN………………………………………14 BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………..15 Kesimpulan………………………………………………………………………15 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..16



BAB I PENDAHULUAN



A. Rasionalisasi Pentingnya CJR Critical Journal Review merupakan kegiatan mengulas suatu jurnal agar dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal.Pada dasarnya review jurnal menitik beratkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan, apa yang menarik, dan bagaimana jurnal tersebut bisa merubah persepsi dan cara berfikir serta menjadi pertimbangan apakah dari pengetahuan yang didapat mampu menambah pemahaman terhadap suatu bidang kajian tertentu. Selain itu mengkritik jurnal juga dapat melatih kemampuan kita dalam menganalisis dan mengevaluasi pembahasan yang disajikan penulis. Sehingga menjadi masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan lainnya. B. Tujuan Menambah pengetahuan mengenai struktur dan isi jurnal, lebih meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan membandingkan serta memberi kritik pada jurnal. C. Manfaat 1. Dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik. 2. Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu jurnal. 3. Dapat lebih mendalami dan mengetahui jurnal.



BAB II PEMBAHASAN



A. Identitas Jurnal 



Jurnal Utama Judul : Sistem Pembagian Air Untuk Pola Tanam Padi-Padi-Jagung Di Petak Tersier C6kn Daerah Irigasi Molek, Desa Mangunrejo, Kabupaten Malang Nama Penulis : Agus Suhardono, Winda Harsanti, Moch. Khamim Penerbit : Prokons ISSN : 1978-1784 Jumlah Halaman : 6 halaman







Jurnal Kedua Judul : Analisa Efisiensi Irigasi Pada Petak Sawah Di Daerah Sidang Way Puji, Kecamatan Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung Nama Penulis : Azwar, Lucyana Penerbit : LPPM UMMAT ISSN : 2621-7716 Jumlah Halaman : 5 halaman



B. Ringkasan Jurnal 



Jurnal Utama Petak Irigasi Tersier Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap tersier. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran primer, kecuali apabila petak-petak tersier tidak secara langsung terletak di_sepanjang jaringan saluran irigasi utama. Petak tersier mempunyai batas-batas yang jelas misalnya parit, jalan, batas desa dan sesar medan. Untuk menentukan layout petak terseir, aspek-aspek berikut perlu dipertimbangkan (Sidharta, 1997: 51): a. Luas petak persier b. Batas-batas petak tersier c. Bentuk petak tersier yang optimal d. Kondisi medan Kriteria umum untuk Pengembangan Petak Tersier adalah memiliki luas lahan antara 50 – 100 ha, dengan panjang saluran kurang dari 1500 m (KP-05, 2010:31). Dalam satu petak tersier dapat dibagi menjadi beberapa petak kuarter, dengan



ketentuan masing-masing petak kuarter memiliki luas lahan antara 8 – 15 ha dengan panjang saluran kurang dari 500 m. Pola Tata Tanam Pola tanam adalah kombinasi tanaman yang akan ditanam selama satu tahun penuh.



Kebutuhan Air di Sawah Kebutuhan air di sawah adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Besarnya kebutuhan air dapat dihitung dengan



Kebutuhan Air Konsumtif Besarnya nilai kebutuhan air konsumtif dipengaruhi oleh jenis tanaman yang ditanam dan besarnya penguapan atau evapotranspirasi yang terjadi di lokasi petak. Adapaun untuk menghitung kebutuhan air konsumtif dengan



Untuk menghitung evapotranspirasi potensial di sini akan menggunakan metode Penman. Data-data yang diperlukan untuk metode ini antara lain temperatur udara, kelembaban udara relatif, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, letak lintang dan elevasi lokasi yang akan dihitung dengan



Perlokasi Perkolasi adalah kehilangan air di dalam tanah di mana air meresap ke dalam tanah sampai melalui batas lapisan tanah jenuh air. Untuk tanah sandy loam, loam (lanau), clay loam masing-masing memiliki angka perkolasi 3 – 6 mm/hari, 2 – 3 mm/hari dan 1 – 2 mm/hari. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ini hanya dibutuhkan untuk jenis tanaman padi saja. Waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan ini antara 25 – 45 hari. Besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat dihitung menggunakan



Penggantian Lapisan Air Penggantian lapisan air ini hanya dilakukan untuk tanaman padi saja yang dilakukan dua kali selama masa tanam. Penggantian lapisan air pertama dilakukan satu bulan setelah masa tanam. Untuk penggantian yang kedua berjarak satu bulan setelah penggantian lapisan air yang pertama. Curah Hujan Efektif Curah hujan efektif adalah sejumlah air hujan yang turun di lahan pertanian dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Untuk memperkirakan besarnya curah hujan efektif dapat diperkirakan dengan metode PU dengan



Curah hujan andalan didapatkan dari data historis selama sepuluh tahun terakhir yang kemudian ditentukan untuk keandalan 80% dengan menggunakan metode Tahun Dasar Perencanaan.



Kebutuhan Air di Saluran Besarnya kebutuhan air di saluran dapat dihitung dengan



Efisiensi irigasi perlu diperhitungakan dalam perhitungan, karena dalam perjalanan dari awal saluran sampai ke petak sawah tidak semua air dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Debit Andalan Debit andalan adalah ketersediaan air yang dapat diandalkan sepanjang tahun. Umumnya untuk keperluan irigasi keandalan yang dibutuhkan adalah 80% (Q80), artinya peluang terlampauinya debit tersebut adalah 80% atau peluang kegagalannya sebesar 20%. Untuk mengetahui besarnya Q80 apabila data debit historis sudah diketahui dapat dilakukan dengan perhitungan metode Tahun Dasar Perencanaan. Sistem Pembagian Air Irigasi Sistem pemberian air irigasi dipengaruhi oleh kebutuhan air di saluran dan jumlah air yang tersedia. Cara pemberian air bisa dilakukan secara terusmenerus jika ketersediaan debit lebih besar atau sama dengan kebutuhan air di saluran. Tetapi jika ketersediaan air di bangunan utama lebih kecil dari kebutuhan air irigasi, maka pembagiannya dilakukan dengan cara giliran atau rotasi.



Hasil Pola tanam yang digunakan pada studi ini didasarkan pada kebiasaan masyarakat setempat. Pola tanam yang digunakan yaitu padi-padi-jagung dan dibuat dalam periode 15 harian. Pengerjaan lahan pertanian dilakukan secara bertahap, hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah petani pekerja. Usia tanaman padi masing-masing 3 bulan dengan masa pengolahan lahan selama satu bulan dan terdapat masa istirahat selama satu minggu diantara tanam padi pertama dan tanam padi kedua, serta sisa waktu dalam satu tahun ditanami jagung. Pengolahan tanah untuk tanaman padi pertama dimulai pada bulan September dan akhir masa panen padi pertama pada bulan Januari periode kedua. Karena pengerjaan lahan dilakukan secara bertahap, sehingga pada bulan Januari periode kedua tersebut sebagian lahan sudah mulai diolah lagi untuk tanam padi yang kedua. Tanam padi kedua berakhir pada bulan Juni periode kedua, dan dilanjutkan dengan tanaman jagung. Dari hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: a. Dengan menggunakan pola tanam padi-padi jagung, besarnya kebutuhan air maksimum di saluran terjadi pada bulan Februari periode 2 sebesar 0,2161 m3 /dt. Hal ini terjadi karena pada periode ini sedang terjadi pengolahan lahan dan curah hujan yang turun sedikit. b. Berdasarkan data historis debit di Sungai Molek untuk Petak C6kn, dengan menggunakan metode Tahun Dasar Perencanaan, didapatkan data debit andalan 80% terjadi pada tahun 2013. c. Dengan membandingkan antara kebutuhan air di saluran dengan debit andalan selama sepuluh tahun, nilai debit andalan masih lebih besar dari kebutuhan air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kebutuhan air irigasi dengan pola padipadi-jagung masih bisa diberikan secara terus-menerus sepanjang tahun tanpa adanya rotasi.



 Jurnal Kedua Kebutuhan Air Irigasi di Petak Sawah Faktor yang berpengaruh pada analisa kebutuhan air untuk jenis tanaman padi adalah penyiapan lahan, penggunaan konsumtif / kebutuhan air bagi tanaman, perkolasi, pergantian lapisan air dan curah hujan efektif. Kebutuhan air di petak tersier sawah dapat digunakan persamaan:



a. Kebutuhan Air Selama Masa Pengolahan Lahan Besarnya laju kebutuhan air pada pengolahan digunakan rumus yang dikemukakan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) sebagai berikut:



b. Kebutuhan Air Bagi Tanaman Linsley dan Franzini (1979) mengemukakan bahwa kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor evaporasi, transpirasi yang kemudian dihitung sebagai evapotrasnpirasi yang berarti penguapan air menjadi gas melalui jaringan tumbuhan melalui proses fisiologi tumbuhan yaitu stomata. Pemberian Air Irigasi Sosrodarsono dan Takeda (1976) mengemukakan bahwa air irigasi dapat diberikan dengan cara pemberian air terputus-putus (intermitten), pemberian air terus menerus (continious) dan pemberian air aliran balik (reused water). Efisiensi Irigasi di petak Sawah Efisiensi penggunaan air di sawah adalah perbandingan antara jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman dengan jumlah air yang sampai ke petakan sawah. Efisiensi pemakaian air di petak sawah (Field Application Efficiency) dinyatakan dengan persamaan:



Pengukuran Evapotranspirasi, Perkolasi Dan Curah Hujan Efektif Mekanisme pengukuran untuk memperoleh nilai evapotranspirasi ditunjukkan pada Gambar 1 dimana ketinggian air pada drum C1 dihari pertama dikurangi dengan ketinggian air pada drum A2 dihari kedua, perbedaan ketinggian air drum C1 dan drum A2 menunjukkan nilai evapotranspirasi. Evapotranspirasi = C1(air dalam drum C h-1) - A2(air dalam drum A h-2) Gambar 1. Pengukuran teknik drum pada saat masa tanam



Gambar 2. Pengukuran evapotranspirasi menggunakan teknik drum



Apabila terjadi hujan dan adanya pemberian air irigasi maka ketinggian air pada drum C1 ditambah dengan pemberian air irigasi dan hujan harian. Pengukuran ini dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut: Evapotranspirasi = C1 + Hujan harian + Air irigasi - A2 Gambar 3. Pengukuran Perkolasi Menggunakan Teknik Drum



Mekanisme pengukuran untuk memperoleh hujan efektif adalah pada saat hujan turun. Air yang berlebih pada drum C akan mengalir keluar melalui pipa outlet. Air yang keluar dari pipa outlet disebut curah hujan tidak efektif atau surface runoff. Perbedaan antara kadar air dalam drum B dan drum C adalah curah hujan tidak efektif, nilai curah hujan tidak efektif yang didapat akan dikurangi dengan curah hujan harian yang terjadi untuk mendapatkan nilai curah hujan efektif. Curah hujan harian dalam penelitian ini menggunakan alat ukur hujan biasa (manual rain-gauge). Pengukuran ini dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut: CHtidak efektif = B(air dalam drum B) – C(air dalam drum C) (7) CHefektif = CHharian – CHtidak efektif (8) Pengukuran Kebutuhan Air di Petak Sawah Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air untuk tanaman pada suatu lahan sawah dapat dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan yaitu penggunaan teknik drum padi. Dastane(1974) menggunakan kontainer atau teknik drum untuk menilai evapotranspirasi, perkolasi, kebutuhan air dan juga curah hujan yang tidak efektif dari tanaman padi. Gambar 4. Menilai Evapotranspirasi, Perkolasi, dan Curah Hujan Efektif (Dastane,1974)



Tiga kontainer (drum) A, B, dan C, dengan kapasitas 40 galon, diameter 50 cm dan tinggi 125 cm, ditanam di sawah dan seperempat dari tinggi drum dibiarkan di atas permukaan tanah. Untuk wadah B dan C tidak menggunakan dasar wadah. Untuk kontainer C, pipa outlet dipasang pada interval 0,4 cm untuk mengendalikan ketepatan air. Wadah yang diisi dengan tanah dan padi ditanam di dalam, bersama dengan tanaman pada petak sawah. Tinggi air di drum dipertahankan pada tinggi yang sama seperti di petak sawah. Perbedaan nilai pada dua hari berturut-turut yang diperlihatkan oleh kehilangan air harian dalam wadah A, mewakili evapotranspirasi, sedangkan di wadah B, menunjukkan total kebutuhan air harian. Perbedaan tinggi air harian antara wadah A dan B adalah hilangnya perkolasi.



Hasil Secara administratif jaringan irigasi Sidang Way Puji terletak di Kecamatan Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Irigasi ini adalah jenis irigasi tadah hujan dan masih tergolong irigasi semi teknis. Air pada saluran primer berasal dari muara yang kemudian diteruskan pada saluran bendung dan saluran sekunder. Apabila, curah hujan tinggi maka air muara dapat mengairi sawah jikalau air pada saluran bendung dan sekunder tidak memadai. Akan tetapi, apabila curah hujan rendah maka air muara menjadi asin dan tidak dapat mengairi sawah sehingga diperlukan saluran yang memadai sebagai penampungan tadah hujan agar ketika kemarau, air pada penampungan mampu memadai untuk mengairi petak sawah. 1. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi saluran irigasi Sidang Way Puji, diperoleh efisiensi keseluruhan sebesar 79,28%. sesuai dengan pernyataan Direktorat Jendral Pengairan (1989) efisiensi standar 90 % , sehingga dari hasil penelitian nilai efisiensi Irigasi Sidang Way Puji belum memenuhi syarat efisiensi sebanyak 17.33 % dikarenakan tidak adanya kontrol pintu air oleh para petani, sisi operasional dan pemeliharaan (O&P) yang kurang baik, serta tidak ada pemberdayaan petugas (O&P). 2. Pada setiap Masa Tanam ada 5 fase yaitu FasePengolahan Lahan yang membutuhkan air 3.012.500 liter/hari, Fase Tanam yang membutuhkan air 2.725.000 liter/hari, Fase Anakan membutuhkan air 3.087.000 liter/hari, Fase Anakan Maksimal membutuhkan air 1.944.000 liter/hari, dan Fase Berbunga membutuhkan air sebesar 2.450.000 liter/hari. 3. Dari perhitungan debit terlihat bahwa air yang ada para saluran penampungan belum memadai. Karena Q ketersediaan< Q kebutuhan. Sehingga pada setiap fase sawah memerlukan air dari saluran primer. Kecuali pada Fase Anakan Maksimal-Berbunga saat bulan kemarau tiba. 4. Untuk mengairi 31,5 Ha sawah pada bulan kemarau yang biasa jatuh pada Fase Anakan Maksimal-Berbunga yaitu 16 hari yang membutuhkan air 61.267.500 liter/hari. Untuk mengairi sawah sebanyak 61.267.500 liter kemudian dikurangkan dengan air yang ada pada setiap saluran yang ada hingga didapat kekurangan kebutuhan air sebesar 21.181.750 liter. Solusi dari masalah ini adalah memperlebar saluran bendung 2 m dan memperdalam 2 m bendung dengan panjang tetap pada kondisi awal serta saluran tersebut dipermanenkan sehingga mengurangi rembesan.



BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN



A. Kelebihan 1. Kata-kata dan kalimat yang digunakan dikedua jurnal dapat dipahami dan komunikatif sehingga mudah dipahami. 2. Penggunaan bahasa dikedua jurnal sesuai dengan EYD. 3. Penjelasan dari setiap point pembahasan dikedua jurnal cukup jelas dan dapat dimengerti. 4. Data yang dipaparkan dikedua jurnal lengkap, seperti gambar, table, rumus. Cukup jelas dan dapat dimengerti.



B. Kekurangan 1. Dari kedua jurnal, yang menggunakan metode yang berbeda , metode pada jurnal kedua lebih memberikan waktu pengujian yang cukup lama.



BAB IV PENUTUP



Kesimpulan Setelah menganalisis kedua jurnal dapat disimpulkan, Dimana jurnal pertama, dengan membandingkan antara kebutuhan air di saluran dengan debit andalan selama sepuluh tahun, nilai debit andalan masih lebih besar dari kebutuhan air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kebutuhan air irigasi dengan pola padipadi-jagung masih bisa diberikan secara terus-menerus sepanjang tahun tanpa adanya rotasi. Sedangkan jurnal kedua, bahwa air penampungan belum memadai. Karena V tersedia ≠ V kebutuhan yang masih kekurangan air sebesar 12.181.750 liter. Maka, solusi yang harus di lakukan adalah memperluas daerah penampungan terutama saluran bendung. Apabila saluran bendung yang awalnya memiliki panjang 875 m, lebar 5 m, tinggi 3 m hanya memiliki volume 13.125.000 liter. Akan tetapi, apabila saluran bendung diperlebar 2 m dan diperdalam 2 m dengan panjang tetap maka akan di dapatkan volume 30.625.000 liter dikurangkan dengan volume awal 13.125.000 liter dan dikurangkan kembali dengan kebutuhan air yaitu 12.181.750 liter. Maka, V ketersediaan > V kebutuhan. Dan, air masih tersisa untuk rembesan sebesar 5.318.250 liter.



DAFTAR PUSTAKA



116-227-1-SM.pdf http://journal.ummat.ac.id/index.php/JUA/article/view/1732/1290