Contoh Bengkel Job Analysis Dan Health Analisis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai dalam melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Banyak perusahaan berdiri dengan berbagai produksi yang berbeda, diantaranya industri otomotif. Kemajuan dalam bidang industri otomotif sangat pesat yang diikuti dengan semakin banyaknya fasilitas penunjang industri otomotif ini, salah satunya adalah bengkel mobil. Kemajuan ini dapat menimbulkan berbagai macam dampak baik dampak positif maupun dampak negatif. Untuk dapat mencegah terjadinya dampak negatif tersebut maka sangat perlu adanya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program ini merupakan program yang sangat penting baik untuk pengusaha, pekerja, maupun pemerintah. Indonesia merupakan negara berkembang, kecelakaan akibat kerja dinegara berkembang lebih tinggi dibanding negara industri. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja mengakibatkan tingginya angka kecelakaan dan kesakitan pekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi, seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan industri baik formal maupun informal menimbulkan konsekuensi meningkatnya intensitas kerja yang meningkatkan pula risiko kecelakaan dilingkungan kerja. Kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan banyak terjadi pada pekerja, terutama banyak terjadi pada perusahaan industri. Dari kecelakaan yang terjadi tersebut ada yang mengakibatkan kematian, cacat permanen atau cacat sementara. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya program pengendalian dan pencegahan terjadinya bahaya kecelakaan maupun gangguan kesehatan terhadap pekerja yang dilakukan secara sistematik yang didasari oleh identifikasi masalah secara benar dan mampu melakukan identifikasi terhadap risiko secara tepat pada kemungkinan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan terhadap pekerja yang bertujuan meminimalkan timbulnya kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang aman, 1



sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian akibat kegagalan produksi yang disebabkan kecelakaan dan sakit, serta pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pada kesempatan ini saya akan melakukan pemantauan dan melakukan assesmen terhadap risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan pada pekerja bengkel mobil di wilayah Tangerang.



B. PERMASALAHAN Saat ini perkembangan industri otomotif sangat pesat sekali dan diikuti dengan banyaknya bengkel mobil yang didirikan sebagai akibat dari kemajuan dibidang otomotif ini. Masih banyak pengusaha bengkel mobil yang belum melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara baik sehingga masih banyak terjadi kecelakaan dan gangguan kesehatan terhadap pekerja, untuk itu perlu adanya pemantauan secara terus-menerus terhadap pelaksanaan program K3 di bengkel mobil dengan melakukan assesmen terhadap risiko terjadinya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan akibat kerja.



C. TUJUAN : 1. TUJUAN UMUM Mengetahui dan memahami cara melakukan assesmen terhadap risiko terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja.



2. TUJUAN KHUSUS a. Mengetahui dan memahami tentang bahaya potensial apa saja yang ada dibengkel mobil. b. Mengetahui dan memahami langkah-langkah dalam menilai risiko bahaya di pekerjaan. c. Mengetahui dan memahami cara menilai risiko tiap langkah kerja.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



I. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja



(1,2,3)



A. Kecelakaan kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tidak direncanakan dan tidak terkendali, timbul secara mendadak yang dapat menyebabkan kerugian berupa kerusakan fasilitas, cidera atau kematian. Bedasarkan dari data BLS (Bureau of Labor Statistics dan National Safety Council didapatkan data kecelakaankerja di Amerika Serikat selama tahun 1997 adalah 5.100 kematian (3,9 per 100.000 pekerja), 3.800.000 cidera dan lebih dari 125 juta angka absensi. Dari data ini terlihat begitu besarnya kerugian baik pada pekerja maupun pengusaha. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja selalu merugikan, dan kontra produktif. Karena itu upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja sejalan dengan upaya peningkatan efisiensi, dan produktifitas. Efisiensi dan produktifitas tidak dapat dicapai apabila keselamatan dan kesehatan kerja diabaikan. Pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta peningkatan produktifitas dan efisiensi harus berjalan bersama-sama serta saling mendukung.



Kecelakaan dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena beberapa faktor seperti dibawah ini (Firenze, 1978) : a.



Pengawasan yang kurang atau terjadi kelalaian atau adanya kegagalan dari sistem manajemen pengendalian potensi bahaya yang meliputi tiga faktor 3



yaitu pekerja, peralatan dan lingkungan. Setiap kecelakaan akan menyebabkan kerugian, baik ekonomi maupun non ekonomi yang mengenai baik pekerja maupun perusahaan, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari, sehingga dapat dibuat program pengendalian kecelakaan secara benar dan diupayakan pencegahannya. b.



Kondisi lingkungan kerja yang buruk seperti peralatan yang tidak sesuai standar, ruangan yang tidak nyaman dan material berbahaya yang ada di lingkungan kerja.



c.



Faktor manusia baik pekerja maupun manajemen.



d.



Faktor lingkungan seperti bising, temperatur ekstrim, vibrasi



dan



pencahayaan. Dalam perkembangannya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu: 1. Teori Heinrich ( Teori Domino) Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cidera atau kerugian ( Ridley, 1986 ). 2. Teori Multiple Causation Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.



3. Teori Gordon 4



Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail. 4. Teori Domino terbaru Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan. 5. Teori Reason Reason (1995,1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihanpelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.



B. Klasifikasi Kecelakaan Kerja Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni: a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : 1. Terjatuh 2. Tertimpa benda 3. Tertumbuk atau terkena benda-benda 4. Terjepit oleh benda 5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan 6. Pengaruh suhu tinggi



5



7. Terkena arus listrik 8. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi b. Klasifikasi menurut penyebab : 1. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik. 2. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air. 3. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alatalat listrik, dan sebagainya. 4. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat kimia, dan sebagainya. 5. Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah ) 6. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas. c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan : 1. Patah tulang 2. Dislokasi 3. Regang otot (urat) 4. Memar dan luka dalam yang lain 5. Amputasi 6. Luka di permukaan 7. Geger dan remuk 8. Luka bakar 9. Keracunan-keracunan mendadak 10. Pengaruh radiasi 11. Lain-lain d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : 1. Kepala 2. Leher 3. Badan 4. Anggota atas 5. Anggota bawah



6



6. Banyak tempat 7. Letak lain yang tidak termasuk dalam klsifikasi tersebut. C. Dampak Kecelakaan Kerja Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja (Simanjuntak, 1994): a. Meninggal dunia : Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya. b. Cacat permanen total : Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu mata adan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh. c. Cacat permanen sebagian : Cacat yang mengakibatkan astu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi. d. Tidak mampu bekerja sementara : Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif. D. Gangguan kesehatan kerja Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja. Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubungannya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan 7



kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu: 1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain. 2. Beban kerja: fisik maupun mental. 3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas, debu, parasit, dan lain-lain. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.



II.



PROGRAM PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA (2) Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan baik kecelakaan, kematian, kerusakan fasilitas dan kerugian lainnya di lingkungan kerja baik berdiri sendiri maupun berinteraksi dengan variabel lain dalam menimbulkan gangguan tersebut.(Firenze, 1978). Untuk mengatasi masalah-masalah potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik antar bagian di suatu perusahaan. Masing-masing bagian saling bekerja sama dalam upaya pengendalian potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Upaya ini dilakukan secara sistematis dengan membuat program kerja pengendalian potensi bahaya. Program ini terdiri dari tiga komponen yaitu:



a. Pekerja Faktor manusia bisa berasal dari manajemen atau pekerja, karena melakukan sesuatu yang tidak semestinya atau tidak melakukan sesuatu yang diharuskan, seperti prosedur kerja yang telah ditetapkan. Untuk pekerja, memiliki tiga fungsi utama yaitu: 1. Sensing



8



Peran pekerja disini melakukan monitoring dan pengumpulan informasi, yang akan dijadikan sebagai bahan untuk menentukan langkah-langkah pengendalian. 2. Information processing. Peran pekerja disini menggunakan data-data atau informasi yang ada untuk kemudian dilakukan analisa untuk memutuskan langkah yang paling tepat dan relevan dalam membuat berbagai program pengendalian. 3. Controlling Pekerja melakukan fungsi kontrol terhadap berbagai program pengendalian potensi bahaya yang telah diputuskan dan dilaksanakan.



b. Peralatan atau situasional (unsafe condition) Peralatan merupakan komponen kedua dalam sistem pengendalian ini. Seluruh peralatan yang ada harus dirancang secara baik, dilakukan pemeliharaan dan dapat digunakan secara baik oleh pekerja. Peralatan yang rusak, peralatan dibawah standar, pengaman yang tidak berfungsi, tata letak dan tata rumah tangga yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan atau gangguan kesehatan.



c. Lingkungan. Perhatian khusus perlu diberikan untuk faktor lingkungan ini, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan kerja, kesehatan dan keamanan saat bekerja. Faktor lingkungan seperti pencahayaan yang kurang memadai, kebisingan yang tinggi, ventilasi udara lingkungan kerja yang kurang memadai, debu, uap bahan kimia di udara tempat kerja, dan lain-lain dapat mengakibatkan kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja. Perhatian khusus ini dapat difokuskan pada hal-hal seperti dibawah ini: 1. Tata ruang tempat kerja, dimana pekerja perlu mendapatkan ruang kerja yang cukup dalam melaksanakan tugasnya. 2. Melakukan pemeliharaan dan menjaga kebersihan ruang kerja. 3. Pencahayaan yang cukup. 4. Menjaga agar temperatur, kelembaban, kebisingan, getaran dan ventilasi udara tetap baik dan tidak melewati nilai ambang batas yang diperkenankan.



9



Pengendalian potensi bahaya adalah fungsi pengendalian yang secara langsung melakukan identifikasi bahaya, evaluasi dan eliminasi atau paling sedikit dapat mengurangi potensi bahaya yang ada. Program pengendalian ini dapat mencegah terjadinya bahaya kecelakaan dan gangguan kesehatan terhadap pekerja yang pada akhirnya diharapkan lewat program ini produktifitas perusahaan dapat meningkat.



III.



MANAJEMEN RISIKO (3,4,5,6,7) Risk management atau manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi, penilaian dan kontrol terhadap risiko bahaya yang ada, untuk kemudian diambil langkah-langkah untuk pencegahan. Langkah-langkah dalam manajemen risiko adalah sebagai berikut:



Tahapan Risk Management



A. Persiapan Tahap ini adalah langkah awal untuk melakukan manajemen risiko. Dalam persiapan harus meliputi beberapa hal, yaitu: 1. Identifikasi masalah perusahaan yang memerlukan penyelesaian dengan menggunakan managemen risiko. 2. Menentukan prioritas masalah yang akan dilakukan risk management. 10



3. Memperhitungkan beebrapa hal seperti biaya yang akan dikeluarkan dan memperhitungkan kebutuhan lain yang akan digunakan untuk kegiatan risk management, seperti prosedur yang akan digunakan, peralatan yang akan digunakan, sumber daya manusia yang akan dilibatkan dan-lain-lain.



B. Identifikasi bahaya Hazard atau bahaya adalah: sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya bila tidak dikendalikan. Potensi bahaya yang ada di tempat kerja yaitu: 1. Fisik : bising, vibrasi, barotrauma, radiasi, hipertermi, hipotermi dan lain-lain 2. Biologi : Bakteri, virus, jamur, parasit 3. Kimia : Asam, basa, logam berat dan lain-lain 4. Psikososial : stres akibat kerja 5. Muskuloskeletal : ergonomi Pada tahap ini dilakukan identifikasi bahaya yang ada, untuk melakukan identifikasi potensi bahaya yang ada ditempat kerja dapat dilakukan dengan cara sepeerti berikut: a. Inspeksi / Survey di tempat kerja b. Informasi mengenai data kecelakaan kerja dan penyakit, absensi c. Laporan dari P2K3 ,supervisor dan keluhan para pekerja. d. Pengetahuan tentang keselamatan kerja e. Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS= Material Safety Data sheet. Setelah mendapatkan data-data kemudian dianalisa dengan menggunakan metode What If atau Fault tree Analysis dan metode lainnya untuk dapat memperoleh data kemungkinan potensi bahaya apa saja yang ada dengan lengkap dan teliti.



C. Analisa risiko Risiko terdiri dari dua komponen yaitu probability dan Severiti. Langkah-langkah untuk melakukan analisa risiko meliputi lima (5) langkah, yaitu: 11



1. Identifikasi potensi bahaya, meliputi: identifikasi potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja seperti peralatan seperti alat kerja, maupun mesin-mesin produksi, fasilitas yang ada di perusahan, dan proses kerja yang ada.



2. Melakukan assesmen terhadap risiko yang ada (Assess the Risks) Setelah mendapatkan potensi bahaya yang ada, kemudian dilakukan assesmen terhadap risikonya dengan mempertimbangkan besarnya kemungkinan terjadi dan beratnya akibat yang ditimbulkan akibat dari adanya bahaya tersebut. Table : Event Likelihood (Probability) Description Level Specific Event Deskripsi



Level



Specifik event



Frequent



A



Sering terjadi



Probable



B



Terjadi beberapa kali



Occasional



C



Jarang terjadi



Remote



D



Sangat jarang terjadi



Inprobable



E



Belum pernah terjadi



Table: Severity of Consequence Deskripsi



Kategori



Definisi



Catastrophic



I



Kematian dan atau kerusakan lingkungan yang berat



Critical



II



Cidera berat, penyakit akibat kerja yang berat dan atau kerusakan sistem atau lingkungan.



Marginal



III



Cidera yang ringan, penyakit akibat kerja yang ringan dan atau adanya kerusakan sistem atau lingkungan yang ringan



12



Negligible



IV



Cidera, penyakit akibat kerja, sistem dan lingkungan kerusakannya minimal sekali.



Penilaian risiko dapat juga dilakukan dengan membuat tingkatan (ranking) terhadap kemungkinan terjadinya dan berat ringannya dampak yang terjadi. Aada beberapa cara penilaian risiko, diantaranya: a. Secara kualitatif, yaitu melakukan analisa dan menilai suatu risiko dengan cara membandingkan terhadap suatu deskripsi atau uraian dari parameter (peluang dan akibat) yang digunakan. Cara ini dapat dipakai metode matriks, seperti berikut :



b.



13



b. Secara semi kuantitatif yaitu melakukan analisa dan menilai suatu risiko dengan cara membandingkan terhadap suatu deskripsi atau uraian dari parameter (peluang dan akibat) yang digunakan, namun pada uraian atau deskripsi dari parameter dinyatakan dengan nilai atau score tertentu. Contoh dari metode ini :



14



15



c. Secara kuantitatif, yaitu menentukan nilai dari masing - masing parameter yang didapat dari hasil analisa data-data yang representatif. Analisa terhadap nilai peluang atau akibat biasanya dilakukan dengan beberapa metode seperti ; analisa statistik,



model komputer, simulasi, dan



sebagainya. Contoh dari metode ini :



3. Menentukan tindakan yang paling tepat untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan atau gangguan kesehatan akibat bahaya tersebut. (select the control measures) Tidak semua bahaya yang ada dapat dihilangkan, tetapi tetap harus dilakukan upaya-upaya untuk menguranginya. Untuk itu digunakan metode hirarki kontrol yang meliputi eliminasi, substitusi, pengendalian tehnis, pengendalian administratif dan terakhir penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).



4. Membuat laporan tertulis yang berisi: laporan tentang bahaya yang ada dan cara penanggulangannya, nama petugas yang bertanggung jawab dan membuat langkah-langkah penanganan tindakan kedaruratan bila terjadi kecelakaan.



5. Record dan review Hasil risk assesmen setelah jadi tidak hanya disimpan tetapi juga harus dilakukan update secara berkala.



D. Evaluasi risiko



16



Melakukan evaluasi terdapap risiko yang ada untuk kemudian diputuskan berdasarkan risiko mana yang paling berpotensi menimbulkan bahaya untuk selanjutnya akan dilakukan risk mangjement.



E. Pengendalian risiko Pengendalian risiko sangat penting dilakukan, oleh karena tidak semua risiko dapat dilakukan eliminasi, paling tidak kita mampu mengurangi risiko dari bahaya potensial tersebut, sehingga perlu adanya pedoman pengendalian risiko.dilakukan dengan program Hirarki Kontrol, yaitu: a. Eliminasi b. Substitusi c. Pengendalian tehnik d. Pengendalian administratif e. Alat Pelindung Diri (APD)



IV.



PROGRAM PENCEGAHAN



(3)



Program pencegahan kecelakaan kerja sangat perlu dilakukan secara baik, karena ditempat kerja pasti ada sumber bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan, baik yang berasal dari perilaku pekerja maupun lingkungan kerja. Setelah mengetahui risiko yang ada di tempat kerja, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan risiko serta memasang sistem pengaman yang diperlukan, antara lain: a. Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis dan memastikan bahwa pekerja memahami prosedur dan akan melaksanakannya. b. Menjaga supaya aturan dan prosedur kerja dipatuhi oleh semua pekerja dengan memulai secara persuasif dan langkah demi langkah mengupayakan peningkatan disiplin agar aturan tersebut dipatuhi. Pengusaha harus menyediakan alat pelidung diri yang diperlukan serta mengupayakan agar semua pekerja memakainya. c. Melakukan pemeliharaan sebagai upaya preventif, karena pemeliharaanyang kurang baik akan menyebabkan peralatan rusak dan dapat menimbulkan kecelakaan. d. Membuat perencanaan untuk keadaan darurat, termasuk kebakaran dan kebocoran bahan berbahaya dan mengadakan pelatihan secara berkala. 17



e. Menyelenggarakan pencatatan dan pelaporan kecelakaan dengan baik, karena hal ini penting sebagai informasi untuk identifikasi masalah K3 selanjutnya. f. Melakukan pemeriksaan kondisi lingkungan kerja dan bahaya terhadap kesehatan. g. Melakukan pemeriksaan tempat kerja secara berkala.



National Safety Council menganjurkan 14 program pencegahan kecelakaan baik di dalam maupun diluar tempat kerja. 14 program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hazards



recognition,



evaluation,



control



(mengenal,



mengevaluasi



dan



mengendalikan sumber bahaya). 2. Work place design ang engineering (rekayasa dan rancang bangun tempat kerja). 3. Safety performance management (manajemen kinerja K3). 4. Regulatory compliance and managemen (manajemen dan ketaatan terhadap peraturan). 5. Occupational health (kesehatan kerja). 6. Information collection (manajemen informasi) 7. Employee involvement (partisipasi pekerja) 8. Motivation, behavior, attitudes (motivasi, perilaku dan sikap). 9. Training and orientation (pelatihan dan orientasi) 10. Organizational communications (komunikasi organisasi) 11. Managemen and control of external exposure (manajemen dan pengendalian pajanan dari luar tempat kerja) 12. Environment management (manajemen lingkungan) 13. Workforce planning and staffing (manajemen SDM) 14. Assesments, audit, evaluations (penilaian, audit dan evaluasi)



18



BAB III HASIL PENGAMATAN



I.



Profil Bengkel tempat pengamatan Bengkel mobil Damar Jaya berdiri sejak tahun 2006, terletak diwilayah Tangerang. Bengkel mobil ini memiliki karyawan sebanyak 12 orang, yang terdiri dari 2 orang sebagai petugas administrasi, 1 orang sebagai pengawas, 5orang montir, 4 orang yang lain bertugas membantu montir dan sebagai kurir untuk membeli peralatan mobil yang rusak. Bengkel ini setiap hari buka, mulai dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 17.00 sore hari dan istirahat dari pukul 12.00 sampai pukul 13.00, saat istirahat pekerja keluar lingkungan kerja untuk mencari makanan diwarung yang ada disekitar bengkel. Dari hasil wawancara dengan petugas pengawas di bengkel tersebut didapatkan bahwa bengkel itu tidak pernah libur. Hari libur pegawai diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing mendapat libur, tetapi kenyataannya lebih banyak pekerja minta uang ganti libur karena disaat jadwal libur pekerja tersebut harus masuk kerja. Rata – rata kunjungan sebanyak 4 sampai 5 mobil yang diperbaiki dan kurang lebih 3 sampai 4 mobil yang ganti oli biasa.



19



Dari hasil pengamatan dan wawancara diketahui bahwa ruangan bengkel cukup nyaman dengan ventilasi yang cukup. dibengkel tidak tersedia unit pelayanan kesehatan, pemilik bengkel tidak mengetahui pola penyakit dari pekerjanya dan tidak ada catatan tentang penyakit yang diderita oleh pekerjanya, bila pekerja sakit boleh berobat ke klinik sekitar dan diberi uang penggantian. Penyakit yang umum diderita oleh pekerja batuk/pilek, sakit kulit seperti gatal-gatal dan badan pegal-pegal. Dari hasil pengamatan dan wawancara diketahui bahwa pemilik bengkel tidak mempunyai catatan tentang kejadian kecelakaan pada karyawan selama bekerja. Dari wawancara didapatkan jarang terjadi kecelakaan, pernah ada kecelakaan kerja tetapi dianggap biasa saja yaitu ibu jari montir terkena palu sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Untuk jenis kecelakaan yang lain pernah adatapi kecelakaan kecil yang oleh pekerja dianggap hal yang biasa.



II.



Alur kerja Bengkel Aktifitas kerja di bengkel ini diantaranya sebagai berikut: A. Melakukan pengecekan kondisi mobil



20



21



B. Membongkar mesin



22



C. Membersihkan komponen mesin mobil



D. Memperbaiki atau mengganti komponen mesin mobil yang rusak 23



III.



Bahaya potensial yang mungkin ada saat kerja



24



Urutan



Bahaya Potensial



Kegiatan



Fisik



Kimia



Biologi



Ergonomi



Psikologi



Gangguan



Risiko



Kesehatan



Kecelakaan



yang



kerja



mungkin terjadi Pengecekan



Bising



Gas



Jamur



Posisi



Pekerjaan



Ispa



Luka akibat



kondisi mobil



Panas



CO



Bakteri



kerja yang



dan



Ketulian



kontak



dari



salah



lingkungan



Cephalgi



dengan



knalpot



seperti



kerja



Dermatitis



bagian



mobil



tubuh



monoton



Low Back



mesin mobil



membung



Myalgia



yang tajam



kuk



Depresi



Luka termal akibat kontak dengan mesin mobik



yg



panas Membongkar



Panas



mesin mobil



Olie



Jamur



Posisi



Pekerjaan



Dermatitis



Tertimpa



Bensin



Bakteri



kerja yang



dan



kontak



bagian dari



salah,



lingkungan



dehidrasi



mesin mobil



seperti



kerja



Low Back



Tangan



jongkok



monoton



pain



terjepit



dengan



Neck Pain



luka akibat



dua



Carpal



terkena



kaki,mem



tunnel



bagian



bungkuk,



syndrom



mobil yang



gerakan



Depresi



tajam



repetitif pada sendi pergelang an tangan Membersihka n komponen mesin mobil



-



Olie



Jamur



Posisi



Pekerjaan



Dermatitis



Terpeleset



bensin



Bakteri



kerja yang



dan



kontak



karena



salah



lingkungan



Low Back



lantai licin



seperti



kerja



pain



dengan olie



jongkok,



monoton



Neck Pain



Tangan



gerakan



terluka oleh



25



tangan



Carpal tunel



alat



yang



repetitif,



syndrom



digunakan



membung



Depresi



kuk



Memperbaiki komponen mobil rusak



yang



-



Olie



Jamur



Posisi



Pekerjaan



Dermatitis



Tertimpa



bensin



Bakteri



kerja yang



dan



kontak



komponen



salah,



lingkungan



Low Back



mobil



seperti



kerja



Pain



berada



membung



monoton



Neck Pain



dibawah



Depresi



mobil



kuk



Bagian tubuh terjepit.



BAB IV PEMBAHASAN



26



saat



I.



JOB RISK ASESSMENT A. Identifikasi bahaya potensial Untuk mendapatkan data potensi bahaya secara lengkap maka perlu dibuat insiden skenario perlangkah kerja, sebagai berikut: 1. Melakukan pengecekan mesin mobil 



Saat membuka kap mobil, kap mobil tidak tersangga dengan sempurna, sehingga membuat tangan terjepit, kepala tertimpa kap, dan sebagainya







Mesin mobil masih panas saat diperiksa sehingga mengakibatkan luka bakar







Tangan terjepit saat memeriksa bagian yang sempit







Kabel terbuka, sehingga mengakibatkan luka bakar ketika tersentuh pekerja



2. Membongkar mesin mobil 



Dongkrak tidak terpasang sempurna, sehingga menimpa pekerja







Mesin mobil masih panas saat diperiksa sehingga mengakibatkan luka bakar







Tangan terjepit saat memeriksa bagian yang sempit







Kabel terbuka, sehingga mengakibatkan luka bakar ketika tersentuh pekerja



3. Memebersihkan komponen mesin mobil 



Saat membuka kap mobil, kap mobil tidak tersangga dengan sempurna, sehingga membuat tangan terjepit, kepala tertimpa kap, dan sebagainya







Mesin mobil masih panas saat diperiksa sehingga mengakibatkan luka bakar







Tangan terjepit saat memeriksa bagian yang sempit







Terpeleset karena lantai licin







Kabel terbuka, sehingga mengakibatkan luka bakar ketika tersentuh pekerja



4. Memperbaiki atau mengganti komponen mesin yang rusak



27







Saat membuka kap mobil, kap mobil tidak tersangga dengan sempurna, sehingga membuat tangan terjepit, kepala tertimpa kap, dan sebagainya







Mesin mobil masih panas saat diperiksa sehingga mengakibatkan luka bakar







Tangan terjepit saat memeriksa bagian yang sempit







Kabel terbuka, sehingga mengakibatkan luka bakar ketika tersentuh pekerja



B. Bahaya potensial dan akibat bahaya Bahaya potensial dan akibat yang ditimbulkan ini dibuat berdasarkan alur kerja dan urutan insiden skenario. No.



Bahaya Potensial



Akibat bahaya



1



Kap mobil tidak tersangga sempurna



 Memar  Cidera kepala  Fraktur  meninggal



2



Mesin mobil masih panas



 luka bakar



3



Dongkrak tidak terpasang sempurna



 Memar  Cidera kepala  Fraktur  Luka robek  meninggal



4



Kabel terbuka saat dibersihkan



 luka bakar



5



Bagian mesin mobil yang sempit



 memar  luka robek



6



Terpeleset karena lantai licin



 Memar  Fraktur  Cedera kepala



28



C. Menaksir besar resiko ( r ) Penentuan besar resiko dilihat dari : Berapa besar resiko ( severity hazard= effect = E ) dan Kemungkinan terjadinya ( likelihood of accurance = probability = P ), sehingga setelah ditentukan besarnya resiko dan kemungkian terjadinya dapat dihitung : Estimasi Resiko ( R ) = E x P



D. Tingkat efek bahaya yang ditimbulkan ( e ) Penentuan besar resiko tergantung dari efek yang ditimbulkan, pada perusahaan bengkel mobilini dapat dinyatakan dengan :  5 = Kecelakaan menimbulkan kecacatan sementara atau permanen, menyebabkan tenaga kerja tidak dapat bekerja lebih dari 1 bulan atau selamanya.  4 = Kecelakaan menimbulkan luka yang serius, menyebabkan tenaga kerja absen atau tidak bekerja dalam waktu lebih dari 1 minggu sampai 1 bulan.  3 = Kecelakaan menimbulkan luka yang cukup serius, menyebabkan tenaga kerja absen atau tidak bekerja dalam waktu 2 hari sampai 1 minggu  2 = Kecelakaan hanya menimbulkan memar, luka lecet dan pekerja absen kurang dari 2 hari dan proses kerja tidak terganggu  1 = Kecelakaan hanya menimbulkan memar, luka lecet dan pekerja tidak perlu absen bekerja dan proses kerja tidak terganggu



E. Probability (p) Probability dalam pengertian penaksiran resiko adalah keseringan munculnya situasi tidak aman yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi. Probability situasi tidak aman dalam pekerjaan bengkel mobilini dapat dikategorikan ke dalam tiga klasifikasi yaitu :  5 = Selalu terjadi, kejadian yang kurang dalam satu minggu terjadi  4 = Hampir selalu terjadi, kejadian yang dalam satu minggu sering terjadi  3 = Sering terjadi, kejadian yang dalam 1 bulan sering dilaporkan jarang terjadi  2 = jarang terjadi. kejadian yang dalam 1 tahun atau lebih tidak pernah terjadi terjadi  1 = tidak pernah terjadi F. Penilaian resiko (r) 29



Resiko merupakan perkalian antara tingkat keparahan efek bahaya dengan probabilitasnya. Penilaian resiko dapat dilihat pada tabel berikut ini : RESIKO



PROBABILITY 1



2



3



4



5



1



L



L



L



L



L



E



2



L



L



L



L



M



F



3



L



L



M



M



H



E



4



L



M



M



H



H



K



5



L



M



H



H



H



Keterangan Resiko (R): H



:



High risk



: 15 - 25



M : Moderate risk



: 8 - 15



L



:1–7



:



Low risk



G. Penerapan pengukuran Efek, Probability ( P ) dan Resiko ( R ) BAHAYA / HAZARD



AKIBAT



E



P



R



1



4



L



 Cidera kepala



3



2



L



 Fraktur



4



2



M



5



1



L



3



2



L



1



2



L



 Cidera kepala



3



2



L



 Fraktur



4



2



M



3



2



L



5



2



M



BAHAYA



Kap mobil tidak tersangga sempurna  Memar



 Meninggal



Mesin mobil masih panas



 luka bakar



Dongkrak tidak terpasang sempurna  Memar



 Luka robek  meninggal



30



Kabel terbuka saat dibersihkan



 luka bakar



3



2



L



Bagian mesin mobil yang sempit



 memar



1



5



L



 luka robek



3



3



M



 Memar



1



4



L



 Fraktur



4



2



M



 Cidera kepala



3



1



L



Oli di lantai



Keterangan Resiko (R): 



H



: High risk



: 19 - 25







M



: Moderate risk



: 9 - 18







L



: Low risk



:1-8



H. Meminimalisasi resiko Setelah dilakukan penilaian terhadap resiko, maka perlu dilakukan adanya upaya untuk meminimalkan risiko. Minimalisasi resiko dan sisa resiko Bahaya



No.



Minimalisasi Resiko



Kap mobil tidak tersangga 1



2



sempurna Mesin mobil masih panas



Sisa Resiko



 Memastikan kap mobil tersangga dengan baik  Bekerja sesuai prosedur  Menggunakan alat pelindung



L L L



diri Dongkrak



tidak



terpasang



sempurna



 Memastikan dongkrak terpasang



NIL



sempurna  Pemeriksaan berkala alat



3



L



dongkrak  Bekerja sesuai prosedur 4



Kabel terbuka saat dibersihkan



 Menggunakan alat pelindung



L NIL



diri 31



Bagian



mesin



sempit 5



mobil



yang



 Bekerja sesuai prosedur



L



 Menggunakan alat pelindung diri



NIL



 Menyediakan alat bantu untuk



NIL



bagian yang sulit 6



Oli di lantai



 Menggunakan sepatu khusus



L



I. Report dan implementasi  Menjalankan upaya meminimalkan resiko secara kontinu dan sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan tersebut diatas.  Membuat evaluasi untuk laporan dan kemajuan dari program pencegahan ini.



32



TABEL Task Risk Assessment Form



Hazard



Hazard



Residual



E



P



R



Minimize Risk



Kap mobil tidak  Memar



1



4



L



L



 Cidera



3



2



L



4



2



M



5



1



L



 Memastikan kap mobil tersangga dengan baik  Bekerja sesuai prosedur



3



2



L







L



tersangga sempurna



Effect



kepala  Fraktur



Risk



L



 meninggal



Mesin



mobil  luka bakar



masih panas



Menggunakan alat pelindung diri



Dongkrak



tidak  Memar



1



2



L



 Memastikan



terpasang



 Cidera



3



2



L



dongkrak



4



2



M



terpasang



3



2



L



sempurna



5



2



M



 Pemeriksaan



sempurna



kepala  Fraktur  Luka robek  meninggal



NIL



L



berkala alat dongkrak  Bekerja sesuai



L



prosedur Kabel terbuka saat  luka bakar



3



2



L



dibersihkan



 Menggunakan



NIL



alat pelindung diri



Bagian



mesin  memar



mobil yang sempit  luka robek



1



5



L



3



3



M



 Bekerja sesuai



L



prosedur  Menggunakan



NIL



alat pelindung diri  Menyediakan alat



NIL



bantu untuk bagian yang sulit



33



II.



HEALTH RISK ASESSMENT A. Identifikasi bahaya potensial Identifikasi bahaya potensial bagi kesehatan pada pekerja di bengkel mobil, dibatasi pada bahaya potensial ergonomi yang dapat berpengaruh pada kesehatan pekerja. Bahaya potensial ergonomi yang terpapar pada pekerja yaitu posisi tubuh yang salah saat bekerja, seperti membungkuk, jongkok dalam waktu yang lama dan gerakan repetitif pada sendi tangan.



B. BAHAYA POTENSIAL DAN AKIBAT PADA KESEHATAN Bahaya potensial dan akibat pada kesehatan yang ditimbulkan antara lain : Bahaya Potensial



Akibat



pada



kesehatan Posisi tubuh yang salah saat bekerja, seperti  Low Back Pain membungkuk, jongkok dalam waktu yang  Neck Pain lama dan gerakan repetitif pada sendi tangan.



 Carpal Tunnel Syndrome



C. Menaksir besar resiko ( r ) Penentuan besar resiko dilihat dari : Berapa besar resiko ( severity hazard= effect = E ) dan Kemungkinan terjadinya ( likelihood of accurance = probability = P ), sehingga setelah ditentukan besarnya resiko dan kemungkian terjadinya dapat dihitung : Estimasi Resiko ( R ) = E x P



34



D. Tingkat efek bahaya pada kesehatan yang ditimbulkan ( e ) Penentuan besar resiko tergantung dari efek kesehatan yang ditimbulkan, pada perusahaan bengkel mobilini dapat dinyatakan dengan :  5 = Gangguan kesehatan yang ditimbulkan menyebabkan tenaga kerja tidak dapat bekerja lebih dari 1 bulan atau selamanya.  4 = Gangguan kesehatan yang ditimbulkan menyebabkan tenaga kerja absen atau tidak bekerja dalam waktu lebih dari 1 minggu sampai 1 bulan.  3 = Gangguan kesehatan yang ditimbulkan menyebabkan tenaga kerja absen atau tidak bekerja dalam waktu 2 hari sampai 1 minggu  2 = Gangguan kesehatan yang ditimbulkan menyebabkan pekerja absen kurang dari 2 hari dan proses kerja tidak terganggu  1 = Gangguan kesehatan yang ditimbulkan dapat hilang tak sampai 1 hari.



E. Probability (p) Probability dalam pengertian penaksiran resiko adalah keseringan munculnya situasi tidak aman yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi. Probability situasi tidak aman dalam pekerjaan bengkel mobilini dapat dikategorikan ke dalam tiga klasifikasi yaitu :  5 = Selalu terjadi, kejadian yang kurang dalam satu minggu terjadi  4 = Hampir selalu terjadi, kejadian yang dalam satu minggu sering terjadi  3 = Sering terjadi, kejadian yang dalam 1 bulan sering dilaporkan jarang terjadi  2 = jarang terjadi. kejadian yang dalam 1 tahun atau lebih tidak pernah terjadi terjadi  1 = tidak pernah terjadi



35



F. Penilaian resiko Resiko merupakan perkalian antara tingkat keparahan efek bahaya dengan probabilitasnya. Penilaian resiko dapat dilihat pada tabel berikut ini : RESIKO



PROBABILITY 1



2



3



4



5



1



L



L



L



L



L



E



2



L



L



L



L



M



F



3



L



L



M



M



H



E



4



L



M



M



H



H



K



5



L



M



H



H



H



Keterangan Resiko (R): H



:



High risk



: 15 - 25



M : Moderate risk



: 8 - 15



L



:1–7



:



Low risk



G. Penerapan pengukuran Efek, Probability ( P ) dan Resiko ( R ) BAHAYA / HAZARD



AKIBAT BAGI



E



P



R



Posisi tubuh yang salah saat  Low Back Pain



2



5



M



bekerja, seperti membungkuk,  Neck Pain



1



5



L



jongkok dalam waktu yang  Carpal



3



2



L



lama dan gerakan repetitif pada



KESEHATAN



Tunnel



Syndrome



sendi tangan.



36



H. Minimalisasi resiko BAHAYA /



AKIBAT BAGI



MINIMALISASI



SISA



HAZARD



KESEHATAN



RESIKO



RESIKO



Posisi



tubuh  Low Back Pain



 Perbaikan posisi kerja



 NIL



yang



salah  Neck Pain



 Menyediakan alat bantu



 NIL



saat



bekerja,  Carpal



seperti



Tunnel



Syndrome



membungkuk, jongkok



untuk memperbaiki mesin pada posisi yang sulit



 L



 Olah raga



dalam waktu yang lama dan gerakan repetitif pada sendi tangan.



I. Report dan implementasi  Menjalankan upaya meminimalkan resiko secara kontinu dan sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan tersebut diatas.  Membuat evaluasi untuk laporan dan kemajuan dari program pencegahan ini.



37



TABEL Task Risk Assessment Form



Hazard



Hazard Effect



E



P



R



Minimize Risk



posisi



 Low



2



5



M



 Perbaikan posisi



tubuh



Pain



yang



Back



 Neck Pain



salah saat  Carpal



Residual Risk  NIL



kerja 1



5



L



3



2



L



 Menyediakan alat bantu untuk



bekerja,



Tunnel



memperbaiki mesin



seperti



Syndrome



pada posisi yang



membun



 NIL



sulit  Olah raga



gkuk,



 L



jongkok dalam waktu yang lama dan gerakan repetitif pada sendi tangan.



BAB V 38



KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan Dari hasil risk assessment pada bengkel mobil, didapatkan kesimpulan : 



Adanya banyak potensial bahaya di bengkel mobil yang memiliki risiko menimbulkan kecelakaan kerja.







Adanya banyak potensial bahaya di bengkel mobil yang memiliki risiko menimbulkan gangguan kesehatan terhadap pekerja.



B. Saran Bagi Perusahaan : 



Untuk meminimalisasi risiko bahaya pada keselamatan pekerja 1. Menyediakan alat pelindung diri 2. Menyediakan alat bantu kerja 3. Membuat prosedur kerja yang aman 4. Menjaga kebersihan tempat kerja 5. Pemeliharaan alat secara rutin







Untuk meminimalisasi risiko bahaya pada kesehatan pekerja 1. Menyiapkan alat bantu kerja 2. Membuat prosedur kerja yang aman dan sesuai dengan kaidah ergonomi



Bagi pekerja : 



Melakukan olah raga rutin







Melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur







Istirahat dan makan teratur



39