Dwi Priyana - PDGK4406 - TMK1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 1



Nama Mahasiswa



: DWI PRIYANA



Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 858031933



Kode/Nama Mata Kuliah



: PDGK4406/ PEMBELAJARAN MTK SD



Kode/Nama UPBJJ



: 47/ PONTIANAK



Masa Ujian



: 2020/21.2 (2021.1)



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA



Jawaban no 1 Dalam Teori Piaget maupun Teori Vygotsky dikemukakan bahwa interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif seseorang. Keberadaan dua teori ini tentunya dianggap berpengaruh walaupun memiliki perbedaan yang cukup jelas. Pada zaman dimana kedua teori ini berkembang di kalangan psikolog, Piaget dan Vygotsky mengklaim bahwa teori yang mereka miliki masih berdiri masing-masing. Sampai akhirnya penelitian terkini menemukan bahwa teori-teori tersebut tidak sepenuhnya bertolak belakang, tetapi bisa saling melengkapi. Perbedaan yang Kontras 1. Teori Piaget mengemukakan bahwa seseorang dapat belajar secara mandiri dengan melihat orangorang di sekelilingnya. Sedangkan, Vygotsky berpendapat bahwa seseorang harus ditunjang dengan interaksi sosial agar dapat berkembang. Adanya keterlibatan seseorang dalam aktivitas sosial membuat bahasa dan kognisi diri seseorang berkembang. 2. Piaget menyatakan bahwa kemampuan kognitif seseorang berkembang sesuai dengan usia. Bertentangan dengan itu, tanpa melihat rentang usia, Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang diperoleh dari keterlibatannya di masyarakat. 3. Piaget dan Vygotsky memiliki pendekatan pembelajaran yang berbeda. Piaget secara rinci mengamati bagaimana pembelajaran pada anak-anak berlangsung, tetapi ia tidak menegaskan peran dari seorang pembina (tutor) atau guru (teacher). Disamping itu, Teori Vygotsy tidak mengamati perkembangan mental nyata dan hanya membahas mengenai perolehan-perolehan konsep/kemampuan baru. Keduanya berpikir bahwa selalu ada tugas di luar jangkauan pembelajar. Vygotsky yakin dengan adanya bantuan dari pembimbing (mentor) tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan. Sedangkan Piaget, tidak menyarankan apa pun mengenai permasalahan ini. 4. Maka dari itu, Teori Vygotsky sangat cocok apabila diterapkan ke dalam strategi pengajaran. Di sisi lain, Teori Piaget memberikan pilihan pada seorang individu untuk menjelajahi dan mempelajari sesuatu secara mandiri tanpa adanya ketergantungan dari pihak lain. Penjelasan Secara Ringkas



Teori Piaget Jean Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitifnya berdasarkan penelitian yang bersubjek anak-anak. Sehingga ia dikenal atas Teori Pembelajaran Kognitif melalui Pengamatan (the theory of cognitive observational learning). Menurutnya, ada empat tahap perkembangan kognitif yang dilalui setiap individu, diantaranya: 1) Tahap sensorimotor 2) Tahap pra-operasional 3) Tahap operasional konkret 4) Tahap operasional formal. Selain itu, menurut teorinya pula, ada dua proses penting yang menjadi karakteristik dari setiap tahapan perkembangan kognitif, yaitu: 



Asimilasi: proses masuknya hal-hal baru yang dijumpai ke dalam ranah kognitif dan dicerna berdasarkan pengetahuan yang sudah ada.







Akomodasi: proses perubahan struktur kognitif karena adanya hal-hal baru yang muncul dalam kehidupan, sehingga hal-hal tersebut bisa dianggap masuk akal.



Piaget mengamati adaptasi melalui konsep “skema mental.” Setiap individu memiliki skema mental yang bisa menjelaskan dunianya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Skema mental yang dimiliki seseorang akan terganti apabila ia menerima informasi baru yang berkonflik dengan pengetahuan yang dipunyai sebelumnya. Seseorang yang sulit mengubah skema mentalnya harus



didorong untuk melihat sudut pandang orang lain serta didorong untuk lebih fleksibel dalam berpikir. Berikut adalah diagram alir yang menunjukkan teori adaptasi Piaget:



Teori Vygotsky Sementara itu, Vygotsky mempunyai teori perkembangan kognitif yang disebut Teori Sosiokultural (the sociocultural theory). Vygotsky mempelajari perkembangan mental anak, yang mencangkup bagaimana mereka bermain dan berbicara. Tidak hanya itu, ia juga mempelajari hubungan antara pikiran dan bahasa. Teori ini memiliki tiga konsep penting yang berhubungan satu sama lain yaitu: 1. Hubungan antara Bahasa dan Perkembangan Kognitif Anak – dari hasil studinya, Vygotsky berpendapat bahwa bayi tidak memiliki ucapan karena tidaklah begitu penting bagi mereka untuk memahami bahasa. Anak-anak akan mulai menangkap bahasa dan berbicara secara konstan pada saat mereka bermain. Dalam hal ini, hubungan antara pikiran dan bahasa sangat dekat. Pembelajaran anak-anak dipengaruhi oleh bahasa dan budayanya. 2. Konsep Internalisasi – (internalisation) ini menjelaskan tahapan perkembangan kognitif seorang anak. Seorang anak mulai mempelajari konsep baru dengan meniru, lalu meniru dan memahami, barulah sampai kepada internalisasi konsep. Tahap-tahap internalisasi meliputi: 1) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas/perintah secara mandiri. 2) Mampu menyelesaikan tugas/perintah dengan bantuan verbal dari individu yang lebih berpengalaman (perancah/scaffolding) 3) Mampu menyelesaikan tugas/perintah dengan bantuan tindakan dari individu yang lebih berpengalaman (perancah/scaffolding) 4) Internalisasi selesai: seseorang memiliki kemampuan menyelesaikan tugas/perintah secara mandiri. 3. Zona Perkembangan Proksmial (Zone of Proximal Development/ZPD) – Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan seseorang. ZPD menerangkan potensi seseorang akan perkembangan kognitifnya. Skema berikut adalah zona dimana hal yang telah diketahui seorang individu dan yang belum:



Perkembangan Bahasa pada Anak hingga Dewasa Manusia tidak langsung terlahir dengan alat ucap yang sempurna. Alat ucap digunakan untuk menghasilkan suara yang memiliki sebuah ungkapan. Seorang balita akan mencoba membuat bunyi-bunyian secara sembarang untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. Sementara itu orang-orang di sekitarnya akan mencoba menelaah apa yang ia maksud. Hal ini bisa diimplikasikan dari ekspresi si balita tersebut, jika tertawa maka itulah yang dimaksud, sebaliknya jika menangis. Dari peristiwa tersebut, orang di sekitar (biasanya orang tua) akan memberitahukan bahasa apa yang seharusnya digunakan oleh balita tersebut. Hal itu akan masuk ke dalam pikirannya dan secara perlahan akan menjadi informasi baru bagi sang bayi. Selanjutnya, akan ada beberapa tahapan lagi yang dilalui setiap orang dalam perkembangan bahasanya masing-masing: 1. Menciptakan Frasa Proses berbahasa pada anak-anak dimulai dengan menyerap kata-kata yang ia dengar di sekitarnya. Pada tahap usia dini, anak-anak perlu menyerap informasi sehingga kata yang ada dalam benak mereka menjadi sebuah informasi. Dengan begitu, semakin banyak kata beserta maknanya yang diserap, seorang anak akan dapat merangkainya satu per satu menjadi sebuah frasa yang memiliki arti. 2. Fonologi Fonologi berkaitan dengan masalah bunyi-bunyian, baik yang diucapkan maupun yang didengar. Perkembangan bahasa pada anak, secara kognitif, sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Apa yang didengar oleh seorang anak akan menjadi alat berkomunikasi dengan diucapkannya lagi pada konteks yang berbeda. Tentunya hal ini dapat dilakukan apabila sebuah kata telah dipahami maknanya. Bunyi-bunyi kata dalam setiap bahasa, di setiap daerah, tentunya akan berbeda-beda. Maka dari itu, aspek fonologi akan menunjukkan dimana kebahasaan seseorang berkembang. 3. Morfologi Morfologi berkaitan dengan perubahan bentuk pada kata. Kata terkadang harus dikembangkan agar bentuknya sesuai dengan konteks. Setelah memahami pengucapan serta arti sebuah kata, maka tahapan berikutnya pada perkembangan kebahasaan anak adalah menggunakan kata dengan tepat. Kata akan berkembang menggunakan imbuhan-imbuhan atau perubahan pada salah satu/beberapa vokal di dalamnya yang akan menghasilkan makna yang mendekati kata dasarnya. Hal ini akan diperoleh dari lingkungan serta media-media, seperti tulisan, bacaan dll. lalu diterima dan masuk ke dalam pikiran anak 4. Sintaksis Sebuah ungkapan akan bisa dikomunikasikan dengan baik apabila hal tersebut dirangkai dalam susunan kata yang baik dan terstruktur, terutama dalam konteks tulisan. Sintaksis berkaitan dengan tata bahasa dan hubungan antar kata. Penataan bahasa ada pada tahap dimana anak mempelajari aturan-aturan, yang oleh Piaget disebut Tahapan Operasional Konkrit. Pada tahap ini, anak dipercayai mampu menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat yang menghasilkan sebuah ide kompleks. 5. Semantik Semantik berkaitan dengan makna kata. Makna dari kata akan berubah-ubah sesuai dengan strukturnya, misalnya adanya kontradiksi, parafrase atau persamaan dan lawan kata. Pada tahap operasi formal, atau dinyatakan dewasa, seorang anak remaja akan mampu mencerna makna dari sebuah ungkapan.6. Pragmatik



Tahap ini merupakan tahap perkembangan kebahasaan yang mencangkup keseluruhan aspek kebahasaan dalam perkembangan kognitif yang telah disebutkan. Pragmatik adalah sebuah ilmu kebahasaan yang mempelajari hubungan antara konteks dan makna. Makna dari sebuah ungkapan terkadang tidak bisa ditelan mentah-mentah. Faktor yang mempengaruhi berubahnya suatu makna dalam ungkapan yaitu konteks. Konteks merujuk pada sebuah situasi, keadaan dan kondisi ketika suatu bahasa hendak digunakan. Maka dari itu, perkembangan kebahasaan seseorang akan dinilai berhasil apabila seseorang telah dapat menggunakan kata secara terstruktur, mengungkapkan/menangkap suatu arti ungkapan dengan benar dan merujuk kepada konteks yang tepat.



JAWABAN NO 2



JAWABAN NO 3



Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan dan para praktisi pendidikan untuk bisa mengimbanginya. Salah satunya dengan pendidikan yang berkualitas. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang berkualitas telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan berkualitas merupakan satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan mutu SDM dituangkan dalam bentuk pendirian sekolah-sekolah unggulan di beberapa wilayah.



Ketika mendengar nama sekolah unggulan yang tergambar di benak kita sekolah yang luar biasa, elit, mahal dan top. Memang dilihat dari fisiknya sangat mewah, biayanya mahal, akan tetapi hal itu diimbangi dengan tenaga pendidik yang profesional, kurikulum yang tepat, program yang bagus dan proses yang maksimal, sehingga output yang dihasilkan sangat baik (unggul).



Pada awalnya Sekolah unggulan merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah keinginan untuk mampu berprestasi di tingkat regional, nasional dan internasional dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh pendidikan karakter. Akhir-khir ini ketertarikan masyarakat terhadap sekolah unggulan semakin meningkat. Terbukti meludaknya pendaftar seleksi siswa baru di sekolah-sekolah unggulan. Salah satu alasannya disamping unggul dibidang akademiknya, pendidikan moralnya sangat diperhatikan, walaupun hal itu tidak menjadi jaminan bagi siswa bermoralitas seratus persen, akan tetapi lingkungan tercipta ke arah tersebut.



Istilah sekolah unggul pertama kali diperkenalkan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Wardiman Djojonegoro, tahun 1994. Istilah sekolah unggul lahir dari satu visi yang jauh menjangkau ke depan, wawasan keunggulan. Menurut Wardiman, selain mengharapkan terjadinya distribusi ilmu pengetahuan, dengan membuat sekolah unggul di tiap-tiap propinsi, peningkatan SDM menjadi sasaran berikutnya. Lebih lanjut, Wardiman menambahkan bahwa kehadiran sekolah unggul bukan untuk diskriminasi, tetapi untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan memiliki wawasan keunggulan.



Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas guru yang bekerja di sekolah tersebut. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya, dan menekankan kepada kemandirian dan kreatif sekolah yang memfokuskan pada perbaikan proses pendidikan.



Di samping itu ada juga yeng berpendapat bahwa Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan yang dihasilkan (output) dari pendidikannya. Dengan demikian sekolah unggulan dapat didefinisikan sekolah yang dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya dengan mengarahkan semua komponennya untuk mencapai hasil lulusan yang lebih baik dan cakap daripada lulusan sekolah lainnya.



Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menggariskan bahwa sekolah unggulan adalah sebuah institusi pendidikan yang memiliki ciri utama atau karakteristik sebagai berikut:



1. Input diseleksi secara ketat dengan kriteria tertentu dan melalui prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang dimaksudkan adalah: a) Prestasi belajar superior dengan indikator anggka rapot, UPM Murni dan hasil tes prestasi akademik; b) Skor psikotes yang meliputi intlegensi dan kreatifitas; c) Tes fisik jika diperlukan. 2. Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa serta menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. 3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis. 4. Guru dan tenaga kependidikan yang menangani harus unggul baik dari segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas. 5. Kurikulumnya diperkaya dengan pengembangan dan improvisasi secara maksimal sesuai dengan tuntunan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa seusianya. 6. Kurun waktu lebih lama dibandingkan sekolah lain. 7. Proses belajar harus berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada siswa, lembaga maupun masyarakat. 8. Sekolah unggul itu tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didik di sekolah tersebut, tetapi harus memiliki resonansi sosial terhadap lingkungan sekitar. 9. Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan sistem pendidikan siswa melalui praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari bukan sebagai materi pelajaran. 10. Nilai lebih sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan diluar kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pengajaran remidial, pelayanan, bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan kreatifitas dan disiplin.



Secara umum, sebuah sekolah dapat dikategorikan unggul harus meliputi tiga aspek dalam manajerial. Ketiga aspek tersebut adalah:



1. Input (masukan) Input (masukan) sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk terjadinya pemrosesan guna mendapatkan output yang diharapkan. Input sekolah merupakan bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai pembentukan manusia yang disebut manusia seutuhnya. Input sekolah dapat diidentifikasikan mulai dari human (manusia), money (uang), materials (material/ bahanbahan), methods (metode-metode), dan machines (mesin-mesin).



Pendidikan tidak boleh diartikan hanya sebagai proses transfer ilmu saja, namun juga harus diartikan sebagai upaya membantu siswa untuk mampu mengenal diri dan lingkungannya. Daniel Goleman, dalam bukunya, menyebutkan bahwa kemampuan mengenal diri dan lingkungannya adalah kemampuan untuk melihat secara objektif atau analisis, dan kemampuan untuk merespon secara tepat, yang membutuhkan kecerdasan otak (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Di samping itu, kecerdasan spiritual (SQ) calon siswa hendaknya dapat terukur saat seleksi siswa baru. Dengan



demikian, tes seleksi siswa baru hendaknya dapat mengukur ketiga aspek kecerdasan atau bahkan dapat mengukur berbagai kecerdasan atau multy intellegence.[9]



Oleh karena itu, tes seleksi siswa baru tujuannya tidak semata-mata untuk menerima atau menolak siswa tersebut tetapi jauh ke depan untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa. Dengan data tingkat kecerdasan siswa tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan proses pembinaannya dan bahkan dapat untuk menentukan target atau arah pendidikan di masa depan.



2. Proses Proses belajar-mengajar sekolah unggul ini setidaknya berkaitan dengan kemampuan guru, fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, program ekstrakurikuler, dan jaringan kerjasama.



a. Sekolah unggul harus memiliki guru yang unggul. Artinya, guru tersebut harus profesional dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Adapun komptensi guru yang memungkinkan untuk mengembangkan suatu lembaga pendidikan yang unggul adalah:



1) Kompetensi penguasaan mata pelajaran 2) Kompetensi dalam pembelajaran 3) Kompetensi dalam pembimbingan 4) Kompetensi komunikasi dengan peserta didik 5) Kompetensi dalam mengevaluasi



Guru yang profesional, dalam pembelajaran harus menempuh empat tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan refleksi/P3R.



b. Fasilitas belajar c. Kurikulum d. Metode pembelajaran. Sekolah yang unggul harus menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif yang disertai dengan kebebasan dalam mengungkapkan pikirannya.



Menurut Moedjiarto, bahwa sekolah unggulan ada beberapa tipe, antara lain:



Tipe 1 yang meliputi : input unggul (murid), proses belajar mengajar biasa saja (normal), dan output (lulusan) tetap unggul karena faktor bawaan;



Tipe 2 yang meliputi: Fasilitas dan sarana prasarananya yang unggul karena serba mewah dan tentunya amat mahal, seperti adanya berbagai lapangan olahraga, asrama ber-AC, ruang kelas yang dilengkapi dengan multi audio, media pembelajaran dan pengajaran yang canggih dan lain-lain. Dan fasilitas yang sangat mewah ini tentu harus dibayar dengan biaya (SPP dan lainlain) yang mahal pula.



Tipe 3 yang meliputi: input rendah menjadi output yang tinggi, penekanan pada iklim belajar yang positif dan efektif. Menurut tipe ini sekolah unggul adalah sekolah yang iklim belajar yang positif di mana seluruh muridnya bisa dan mampu memenuhi persyaratan ini; 1) menguasai keterampilan keterampilan dasar (membaca menulis berhitung dan literasi), 2) meraih prestasi akademik dengan maksimal (pencapaian pada tingkat maksimal untuk setiap individu), 3) menunjukkan keberhasilan melalui evaluasi yang sistematis (gabungan dari; a. evaluasi yang dilakukan oleh guru, b. penilaian acuan patokan untuk mengukur apakah tujuan instruksional telah tercapai, c. dan evaluasi belajar tahap akhir nasional untuk mengetahui prestasi belajar murid dibandingkan terhadap prestasi belajar murid pada tingkat nasional). Kata kunci dari tipe ini adalah prestasi akademik peserta didik. Dan menurut tipe ini sekolah unggul ialah sekolah yang proses belajar mengajar yang efektif. Dianggap efektif jika memenuhi faktorfaktor berikut ini, yakni:1) dedikasi guru yang tinggi, 2) kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, 3) percaya diri pada murid dan guru yang tinggi bahwa prestasi akademik bisa dicapai, 4) pemantauan yang rutin kepada murid, 5) kesempatan belajar yang cukup bagi murid, dan 5) pelibatan orang tua masyarakat dan stakeholder lainnya. JAWABAN NO 4 TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK



Konstruktivistik konstruktivistik.html



dalam http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-



merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan



kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek untuk aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan



struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut: 1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. 2.



Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri



pertanyaannya. 3.



Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman suatu konsep secara



lengkap. 4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 5.



Lebih



menekankan



pada



proses



belajar



bagaimana



belajar



itu.



(http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-konstruktivistik.html) Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Teori ini lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap saja tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses ini keaktifan seseorang sangat menentukan perrkembangan pengetahuannya. Unsur-unsur penting dalam teori konstruktivistik: 1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa 2. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna



3. Adanya lingkungan social yang kondusif 4. Adanya dorongan agar siswa mandiri 5. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah Secara garis besar, prinsip-prinsip teori konstruktivistik adalah sebagai berikut: 1)



Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.



2)



Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan



murid sendiri untuk menalar. 3)



Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep



ilmiah. 4)



Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan



lancar. 5)



Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.



6)



Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pernyataan.



7)



Mencari dan menilai pendapat siswa.



8)



Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.



Proses



belajar



konstrutivistik



sebagaimana



dirilis



dalam



laman http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-konstruktivistik.html dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu: 1. Proses belajar konstruktivistik Esensi dari teori konstruktivistik adalah siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Sehingga dalam proses belajar, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka dengan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Peranan siswa Dalam pembelajaran konstruktivistik, siswa menjadi pusat kegiatan dan guru sebagai fasiitator. Karena belajar merupakan suatu proses pemaknaan atau pembentukan pengetahuan dari pengalaman secara konkrit, aktivitas kolaboratif, refleksi serta interpretasi yang harus dilukukan oleh siswa sendiri. 3. Peranan guru Guru atau pendidik berperan sebagai fasilitator artinya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan proses pengkonstruksian pengetahuan agar berjalan lancar. Guru tidak



mentransferkan pengetahuan yang dimilikinya pada siswa tetapi guru dituntut untuk memahami jalan pikiran atau cara pandang setiap siswa dalam belajar. 4. Sarana belajar Sarana belajar dibutuhkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh agar mendapatkan pengetahuan yang maksimal. 5. Evaluasi hasil belajar Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar yang menekankan pada ketrampilan proses baik individu maupun kelompok. Dengan cara ini, maka kita dapat mengetahui seberapa besar suatu pengetahuan telah dipahami oleh siswa. Aplikasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran : a.



Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah



ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengmbangkan ide-idenya secara lebih bebas. b.



Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan ide-



ide atau gagasan-gagasan, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan. c.



Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks,



dimana terjadi bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi. d.



Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaianya merupakan suatu usaha yang



kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola. Aplikasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran : e.



Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah



ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengmbangkan ide-idenya secara lebih bebas. f.



Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan ide-



ide atau gagasan-gagasan, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan. g.



Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks,



dimana terjadi bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi. h.



Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaianya merupakan suatu usaha yang



kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.



JAWABAN NO 5 Matematika tidak pernah menjadi pelajaran yang disukai selama ini. Walaupun itu pecahan, geometri, aljabar, atau matematika dasar, setiap orang memiliki kelemahan. Kenyataannya, hal tersebut menjadi salah satu masalah terbesar untuk anak-anak di sekolah – dan orang dewasa juga! Ini merupakan pelajaran yang dapat membuat rambut Anda rontok, pada umur dan kelas berapa pun, dari SMP hingga SMA, dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika Anda melewati Taman Kanak-kanak, ada kemungkinan yang sangat kecil Anda akan mendengar murid-murid bersemangat saat mendapatkan matematika di periode berikutnya – itu biasanya diikuti oleh keluhan, atau rintihan penderitaan. Ada sedikit antusiasme dan kegembiraan yang berbeda untuk matematika, dan banyak siswa memiliki hambatan mental atau kebencian penuh untuk pelajaran tersebut. Di kelas, matematika biasanya diberikan dengan rumus yang berbeda dan tanpa berpikir memasukkan nilai untuk sampai pada jawaban. Ini bukan hal yang menyenangkan bagi sebagian pelajar, dan dapat memicu perasaan yang sangat negatif terhadap pelajaran ini.



Matematika tidak seharusnya hitam dan putih. Sumber : Pixabay



A report carried out by Ofsted (Kantor untuk Standar Pendidikan di Indonesia) mencari tahu masalah dalam matematika dasar dan menengah di sekolah-sekolah di Indonesia, dan mengapa jumlah siswa yang tertarik dengan matematika hingga SMA sangat rendah. Hasil menunjukkan bahwa siswa tidak



dapat menerima bantuan matematika dan dukungan yang cukup untuk melanjutkan jika mereka telah tertinggal. Fakta baru bahwa murid yang lebih muda atau mereka yang memiliki kemampuan lebih rendah memiliki pengajaran lemah, bahkan dianggap 'tidak layak' oleh Ofsted. Terakhir, hasil menunjukkan bahwa siswa paling cerdas tidak memenuhi potensi mereka di sekolah menengah, bahkan mereka yang berprestasi di sekolah dasar. Banyak sekolah yang mendaftarkan siswanya lebih cepat untuk les matematika, tidak memberi cukup waktu untuk mereka berkembang dan meraih nilai tertinggi. Inilah alasan mengapa les privat matematika selalu diminati. Banyak siswa mendapati dirinya tidak termotivasi untuk belajar matematika, karena mereka pikir itu sulit dan cara pengajarannya yang tidak cocok dengan mereka. Hal ini tidak hanya menjadi perhatian bagi siswa dan wali murid, tetapi juga kantor pengawasan sekolah Indonesia. Mempunyai pengajar matematika pribadi di rumah berarti siswa dapat belajar dalam lingkungan yang mendukung dan mendorongnya, tanpa tekanan untuk berkompetensi dengan siswa lain. Pada akhirnya, semua orang ingin mempelajari sesuatu yang menarik dan sesuai minat mereka. Jika Anda dapat menyertakan matematika ke dalam konteks yang dipahami dan disukai siswa, Anda hebat! Saat mencoba memotivasi siswa Anda unuk belajar matematika, ada beberapa hal yang harus dipikirkan. Anda perlu bertanya pada diri Anda sendiri.     



Bagaimana saya dapat membuat matematika lebih menyenangkan untuk para siswa? Bagaimana saya dapat meringankan hambatan mental mereka saat menghadapi pelajaran matematika? Metode apa yang dapat saya coba untuk membantu mereka belajar/ Permainan apa saja yang dapat kami mainkan? Sumber apa saja yang tersedia untuk membantu dalam prores pelajaran?



Sebagai tutor matematika yang datang ke rumah siswa, itu tugas Anda untuk membuat siswa merasa tidak cukup baik atau pandai, dan meringankan hambatan mental mereka sehingga mereka dapat mencapai keberhasilan secara akademik – dan yang lebih penting – mereka bisa merasa senang dan melihat nilai dari mempelajari matematika!