Evapro KTR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVALUASI PROGRAM KAWASAN TANPA ROKOK SEKOLAH DI PUSKESMAS SUKABUMI TAHUN 2018



(Laporan Evaluasi Program)



Oleh: Febe Sintia Kristiani 1718012103



Pembimbing: Dr. dr. TA Larasati, M.Kes



KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019



EVALUASI PROGRAM KAWASAN TANPA ROKOK SEKOLAH DI PUSKESMAS SUKABUMI TAHUN 2018



Oleh: Febe Sintia Kristiani 1718012103



Makalah ini disusun sebagai tugas dalam mengikuti kepaniteraan di bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bandar Lampung, Mei 2019



KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019



LEMBAR PERSETUJUAN MAKALAH EVALUASI PROGRAM



Judul Makalah



: EVALUASI PROGRAM KAWASAN TANPA ROKOK SEKOLAH DI PUSKESMAS SUKABUMI TAHUN 2018



Disusun oleh



: Febe Sintia Kristiani (1718012103)



Bandar Lampung, Mei 2019 Mengetahui dan Menyetujui Dosen Pembimbing,



Dr. dr. TA Larasati, M.Kes



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah evaluasi program ini. Makalah dengan judul “EVALUASI PROGRAM KAWASAN TANPA ROKOK SEKOLAH DI PUSKESMAS SUKABUMI TAHUN 2018” merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas di Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. TA Larasati, M.Kes selaku pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam proses pembuatan makalah ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Nur Fatonah, selaku Pembimbing Lapangan di Puskesmas Sukabumi. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, namun penulis berharap makalah ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan dan bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, Mei 2019



Penulis



iv



DAFTAR ISI



LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii KATA PENGANTAR...........................................................................................iv DAFTAR ISI...........................................................................................................v BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1.



Latar belakang...........................................................................................1



1.2.



Rumusan Masalah.....................................................................................3



1.3.



Tujuan dan Manfaat Penulisan..................................................................3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6 2.1.



Karakteristik Asap Rokok.........................................................................6



2.2.



Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi Rokok...........................................7



2.3.



Pengaruh Konsumsi Rokok Bagi Proses Belajar Mengajar......................8



2.4.



Perilaku Merokok......................................................................................8



2.4.1.



Pengertian...........................................................................................8



2.4.2.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok......................9



2.5.



Kawasan Tanpa Rokok............................................................................12



2.6.



Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah..........................................................14



BAB III METODE EVALUASI.........................................................................17 1.1.



Tolak Ukur Penilaian...............................................................................17



1.2.



Pengumpulan Data..................................................................................18



1.3.



Cara Analisis...........................................................................................19



BAB IV GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKABUMI.....24 4.1. Analisis Situasi Program yang akan Dievaluasi.........................................24 4.1.1. Data Umum..........................................................................................24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................32 5.1



Identifikasi Masalah dan Menetapkan Tolak Ukur yang Digunakan......32



5.2



Menetapkan Prioritas Masalah................................................................33



v



BAB VI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH......................................40 6.1



Menyusun Alternatif Pemecahan Masalah..............................................40



6.2



Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah...........................................41



BAB VII PENUTUP.............................................................................................46 7.1



Kesimpulan..............................................................................................46



7.2



Saran........................................................................................................46



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48



vi



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki beban ganda kesehatan yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Menurut data dari TCSC ( Tobacco Control Support Center) bahwa pada tahun 2007 angka kematian akibat penyakit tidak menular di Indonesia mencapai 59,5% dengan salah satu penyumbang terbesarnya antara lain adalah kebiasaan merokok (Nugroho, 2015). Di seluruh dunia, hampir 20% dari jumlah penduduk merupakan perokok. Pada tahun 2009, jumlah rokok yang dikonsumsi mencapai 5,9 triliun batang dan meningkat sebanyak 13% dalam 10 tahun terakhir. Indonesia merupakan negara keempat konsumsi rokok terbesar di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, dan Rusia. Konsumsi rokok pada tahun 2013 di Indonesia mencapai 302 miliar batang per tahun dengan jumlah perokok 90 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 2,1% dibandingkan dengan tahun 2007. Rentang usia terbanyak berada pada umur 30-34 tahun dengan jumlah konsumsi 12 batang per hari. Di Indonesia pada tahun 2010 terdapat 61,8% laki-laki dan



38,2% wanita yang menderita penyakit akibat konsumsi rokok (Ilmaskal 2017). Tingginya angka perokok menyebabkan rokok menjadi masalah yang diprioritaskan penanggulangannya karena menyangkut berbagai aspek permasalahan yaitu aspek ekonomi, sosial politik dan kesehatan. Merokok tidak hanya berdampak bagi orang yang merokok (perokok aktif) tapi juga bagi orang sekitar yang tidak merokok (perokok pasif). Meningkatnya prevalensi merokok akan meningkatkan pula beban penyakit dan ekonomi serta menurunkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang (Putra, 2013) Pemerintah telah melakukan upaya untuk menurunkan angka penyakit tidak menular yang disebabkan oleh kebiasaan merokok dengan mengeluarkan Undang-undang tentang kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa produk tembakau merupakan zat adiktif yang peredaran dan konsumsinya harus dikendalikan (Depkes, 2009) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia juga memberikan kebijakan pada kepala daerah baik gubernur maupun bupati/walikota untuk mengeluarkan peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Kawasan yang dimaksud adalah area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan, dan mempromosikan tembakau. Area yang termasuk dalam KTR antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,



2



angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum, serta tempat-tempat lain yang ditetapkan. (Kemenkes RI, 2011). Salah satu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas Sukabumi adalah program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dimana terdapat subprogram penerapan KTR di sekolah. Pada tahun 2018, prevalensi merokok pada usia ≤18 tahun mencapai angka 34,72% dari angka target 5,9%. Salah satu hal yang menyebabkan tingginya angka perokok pada usia pelajar adalah kurangnya implementasi KTR di sekolah wilayah kerja Puskesmas Sukabumi. Dari total 12 sekolah yang ada, hanya dua sekolah yang memiliki KTR. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan evaluasi program Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Sekolah di Puskesmas Sukabumi Tahun 2018. 1.2. Rumusan Masalah Mengapa pencapaian pelaksanaan sekolah yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Puskesmas Sukabumi Tahun 2018 masih belum mencapai target? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan a.



Tujuan Umum



Melakukan evaluasi program Kawasan Tanpa Rokok Sekolah di Puskesmas Sukabumi Tahun 2018 yang bertujuan untuk mengurangi



3



jumlah perokok tingkat usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi.



b.



Tujuan Khusus



1) Mengidentifikasi masalah dari program Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Sekolah di Puskesmas Sukabumi Tahun 2018. 2) Mengetahui kemungkinan penyebab masalah rendahnya sekolah yang menerapkan kawasan tanpa rokok di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi pada tahun 2018. 3) Mengetahui prioritas masalah yang paling utama yang menjadi penyebab rendahnya sekolah yang menerapkan kawasan tanpa rokok di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi pada tahun 2018. 4) Merumuskan alternatif pemecahan masalah rendahnya sekolah yang menerapkan kawasan tanpa rokok di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi pada tahun 2018.



2. Manfaat Penulisan a. Bagi penulis (evaluator) 1) Memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai evaluasi pelaksanaan program penerapan kawasan tanpa rokok di sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi tahun 2018. 2) Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah. 3) Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program kesehatan. 4) Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan 4



yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. b. Bagi puskesmas yang dievaluasi 1) Mengetahui masalah-masalah yang akan timbul dalam program penerapan kawasan tanpa rokok di sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi 2) Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal. c. Bagi masyarakat 1) Terciptanya kesadaran pada individu mengenai kawasan tanpa rokok di sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi pada tahun 2018. 2) Meningkatkan derajat kesehatan bagi pelajar.



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Karakteristik Asap Rokok Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2012)



Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok dan produk tembakau yang dikonsumsi menusia umumnya merupakan daun tanaman (nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya) yang dibakar, dihisap, atau dikunyah. Terdapat 2.550 bahan kimia yang terdapat dalam daun tembakau olahan. Bila dibakar, asap rokok memiliki 4.000 zat kimia, 43 diantaranya beracun seperti nikotin, CO, tar, arsen, DDI, HCN, formalin, amonia, cadmium, dan sejumlah bahan radioaktif (Kemenkes RI, 2017).



6



2.2. Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi Rokok Konsumsi rokok dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Penyakit yang disebabkan oleh rokok antara lain kanker, penyakit jantung, bronkitis, gangguan kehamilan dan janin. Tidak hanya itu, akibat rokok dapat membuat rambut rontok, katarak, kulit keriput, pendengaran terganggu, oesteoporosis, tukak lambung, kanker uterus, kanker kulit, disklorasi jari-jari, dan karies, serta menyebabkan kerusakan sperma (Barus, 2012).



Bagi perokok aktif, bahaya akan mengancam seluruh organ tubuh dengan gangguan fungsi hingga kanker, seperti pada jantung dan pembuluh darah ( penyakit jantung koroner dan stroke), saluran pernapasan ( PPOK, asma, dan kanker paru), saluran cerna (kanker mulut, kanker lidah, dan kanker nasofaring), dan gangguan sistem reproduksi serta kehamilan ( kecacatan janin, keguguran, infeksi panggul, dan kanker serviks). (Kemenkes RI, 2017)



Perokok pasif juga memiliki resiko terkena penyakit akibat asap rokok seperti kerusakan paru-paru, penyakit jantung, sakit tenggorokan, dan batuk. Wanita hamil yang menghirup asap rokok beresiko mengalami gangguan kehamilan dan dapat mengakibatkan cacat bahkan kematian pada bayi. Menghirup asap sampingan 3 kali lebih berbahaya dari asap yang dihirup perokok aktif (Barus, 2012).



7



2.3. Pengaruh Konsumsi Rokok Bagi Proses Belajar Mengajar Pada anak usia sekolah yang merokok, nikotin yang masuk ke dalam tubuh akan menempel pada reseptor di otak yang akan menimbulkan rasa nyaman dan ketergantungan. Maka apabila anak tersebut berhenti merokok akan menimbulkan gejala withdrawal atau gejala putus zat yang akan menyebabkan konsentrasi berkurang, menurunnya daya tangkap, serta kecemasan. Hal ini akan membuat anak sulit untuk menerima pelajaran yang di dapat serta akan mencari waktu keluar untuk mendapatkan nikotin kembali.



Pada psikologis, merokok akan mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku remaja. Jika seorang anak sudah merokok dari remaja, maka akan mengikat remaja pada perilaku yang berulang untuk merokok akibat ketergantungan nikotin. Bila dihentikan akan menimbulkan reaksi putus zat serta gejala mental seperti depresi ringan, gangguan daya tangkap, energi yang menurun, kurang fokus, gangguan belajar, kecemasan dan lainnya. Perubahan perilaku tersebut disebabkan oleh efek nikotin terhadap susunan saraf pusat dan pelepasan dopamin yang akan mempengaruhi konsentrasi,rasa nyaman, dan peilaku remaja (Kemenkes RI, 2017)



2.4. Perilaku Merokok 2.4.1. Pengertian Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmojo, 2010).



8



Perilaku merokok adalah suatu perilaku yang membakar salah satu roduk tembakau yang dmaksudkan untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Kemenkes, 2013) 2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan oleh faktor lingkungan, Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000). Faktor yang mempengaruhi seseorang merokok terbagi dua, yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal) menurut Mu’tadin dan Hansen (dalam Nasution, 2007). a. Faktor Dari Dalam (Internal) 1. Faktor Kepribadian Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan. 2. Faktor Biologis Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok.



9



3. Faktor Psikologis Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit dihindari. 4. Faktor Usia Orang yang merokok pada usia remaja semakin bertambah dan pada usia dewasa juga semakin banyak. 5. Faktor Jenis Kelamin Pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.



b. Faktor Dari Luar (Eksternal) 1. Konformitas teman sebaya Kebutuhan untuk diterima kelompok teman sebaya seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh kelompoknya. Semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku merokok (Nasution, 2007). 2. Pengaruh Orangtua Menurut Baer dan Corado (dalam Nasution, 2007) individu perokok adalah individu yang berasal dari keluarga tidak bahagia,



orang



tua



tidak



memperhatikan



anak-anaknya



10



dibandingkan dengan individu yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada individu yang tinggal dengan orang tua tunggal (Single Parent). Individu wanita yang berperilaku merokok apabila ibunya merokok dibandingkan ayahnya yang merokok. 3. Pengaruh Teman Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka semakin banyak teman-teman individu itu yang merokok, begitu pula sebaliknya (Nasution, 2007). 4. Pengaruh Iklan Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada di iklan tersebut (Nasution, 2007). 5. Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok



dengan



memperhatikan



lingkungan



sosialnya.



Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu. Dalam bidang politik, Menambahkan kesadaran umum berakibat



pada



langkah-langkah



politik



yang



bersifat



melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha



11



melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok.



2.5. Kawasan Tanpa Rokok Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan Produk Tembakau (Kemenkes RI, 2011).



Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2011).



Kawasan Tanpa Rokok yang telah ditetapkan oleh pemerintah antara lain sebagai berikut (Kemenkes RI, 2011). 1. Fasilitas pelayanan kesehatan, adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. 2. Tempat proses belajar mengajar, adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/atau pelatihan.



12



3. Tempat anak bermain, adalah area, baik tertutup maupun terbuka, yang digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak 4. Tempat ibadah, adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciriciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga. 5. Angkutan umum, adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat, air dan udara biasanya dengan kompensasi. 6. Tempat kerja, adalah ruang atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumbersumber bahaya. 7. Tempat umum, adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersamasama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. 8. Tempat lain yang ditetapkan, adalah tempat terbuka yang dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.



Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011) adalah sebagai berikut : 1. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat. 2. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.



13



3. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok. 4. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula. 5. Mewujudkan generasi muda yang sehat.



2.6. Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah Sekolah merupakan salah satu temppat yang menjadi sasaran kawasan tanpa rokok berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan PP no.109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Ada 7 tatanan yang diatur KTR, salah satunya di sekolah sebagai tempat belajar dan mengajar. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0256/MPK.C/HK/2014, tertanggal 7 Januari 2014 tentang larangan merokok di sekolah, agar Dinas Pendidikan melakukan: 1. Memasukkan larangan merokok dalam aturan tata tertib sekolah 2. Menolak iklan, promosi, dan kerja sama yang dilakukan oleh perusahaan rokok dalam bentuk apapun untuk keperluan pendidikan 3. Memberlakukan larangan adanya papan iklan, reklame, pamflet, dan bentuk-bentuk iklan lainnya dari perusahaan rokok yang beredar atau dipasang di lingkungan sekolah 4. Melarang penjualan rokok atau rokok dalam bentuk kemasan lain di kantin, koperasi atau bentuk penjualan lain di lingkungan sekolah 5. Memasang tanda bebas asap rokok/daerah bebas rokok di lingkungan sekolah



14



Larangan merokok memiliki sasaran antara lain: 1. Kepala sekolah 2. Guru 3. Tenaga kependidikan 4. Peserta didik 5. Pihak lain yang ada di dalam sekolah



Peran untuk mendukung larangan merokok di sekolah dikerjakan oleh: 1. Dinas pendidikan Memberikan sanksi kepada kepala sekolah yang terbukti tidak melaksanakan ketentuan larangan merokok di lingkunga sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2. Kepala sekolah 



Wajib melarang guru, tenaga kependidikan dan peserta didik untuk tidak merokok di lingkungan sekolah







Wajib menegur guru, tenaga kependidikan dan peserta didik apabila terbukti merokok di lingkungan sekolah







Dapat memberikan sanksi kepada guru, tenaga kependidikan dan peserta didik yang terbukti melanggar



3. Peserta didik Dapat memberikan teguran atau melaporkan kepala sekolah apabila terbukti ada yang merokok di lingkungan sekolah



15



Untuk mewujudkan KTR yang sesuai di sekolah, dibutuhkan beberapa indikator. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung pada April 2017 mengeluarkan kebijakan mengenai indikator yang dibutuhkan dalam pelaksanaan KTR di sekolah. Indikator tersebut antara lain: 1. Tidak ada orang merokok 2. Tidak terdapat ruangan khusus merokok 3. Terdapat tanda larangan merokok 4. Tidak tercium asap rokok 5. Tidak terdapat asbak/korek/pemetik 6. Tidak ditemukan puntung rokok 7. Tidak ditemukan adanya indikasi merek atau sponsor, promosi, dan iklan rokok di area KTR 8. Tidak ditemukan perjualan roko pada sarana belajar/sekolah



16



BAB III METODE EVALUASI



1.1. Tolak Ukur Penilaian Evaluasi dilakukan pada program Kawasan Tanpa Rokok Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi pada tahun 2018. Adapun sumber rujukan



tolak



ukur



penilaian



yang



digunakan



adalah



Pedoman



Pengembangan Kawasan Tanoa Rokok yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2011 serta Peraturan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung tentang Kawasan Tanpa Rokok . Untuk mempermudah identifikasi faktor penyebab masalah program kawasan tanpa rokok di wilayah tempat kerja rawat inap puskesmas Sukabumi tahun 2018 diperlukan kerangka konsep dengan menggunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah suatu



pendekatan analisa organisasi yang menggunakan sifat-sifat dasar sistem sebagai titik pusat analisa. 1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.



17



2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. 3. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Lingkungan (environment), adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. 5. Umpan balik (feedback), adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. 6. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.



1.2. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan berupa : 1. Sumber data primer a. Pengamatan dan wawancara dengan koordinator pelaksana program promosi kesehatan di Puskesmas Sukabumi 2. Sumber data sekunder Laporan bulanan dan tahunan program Kawasan Tanpa Rokok Puskesmas Sukabumi pada periode Januari-Desember 2018



18



1.3. Cara Analisis Evaluasi Program Kawasan Tanpa Rokok di sekolah wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1.



Menetapkan tolak ukur dari unsur keluaran. Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari pencapaian hasil output adalah dengan menetapkantolak ukur atau standar yang ingin dicapai. Nilai standar atau tolak ukur ini dapat diperoleh dari Departemen Kesehatan RI dan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Keluarga Puskesmas Rawat Inap Sukabumi 2018.



2.



Membandingkan pencapaian keluaran program dengan tolak ukur keluaran.Bila terdapat kesenjangan, ditetapkan sebagai masalah.Setelah diketahui tolak ukur, selanjutnya adalah membandingkan hasil pencapaian keluaran Puskesmas (output) dengan tolak ukur tersebut. Bila pencapaian keluaran Puskesmas tidak sesuai dengan tolak ukur, maka ditetapkan sebagai masalah.



3.



Menetapkan prioritas masalah pada komponen output tidak semuanya dapat diatasi secara bersamaan mengingat keterbatasan kemampuan Puskesmas. Oleh sebab itu, ditetapkan prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk memecahkannya. . Salah satu metode yang digunakan yaitu USG (Urgency, Seriousness, Growth) merupakan alat menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan.



4. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan Untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan tersebut, maka dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan untuk



19



menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang telah diprioritaskan tadi yang berasal dari komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka konsep diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal. 5.



Identifikasi penyebab masalah Berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep selanjutnya



akan



diidentifikasi.



Identifikasi



penyebab



masalah



dilakukan dengan membandingkan antara tolak ukur atau standar komponen-komponen input, proses, lingkungan, dan umpan balik dengan pencapaian di lapangan. Bila terdapat kesenjangan maka ditetapkan sebagai penyebab masalah yang diprioritaskan tadi. Analisis penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan diagram fishbone. Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan meliputi minute



(waktu),



material



 (bahan



baku),



machines



and



equipment, manpower (sumber daya manusia), methods (metode), Mother



Nature/environment



(lingkungan),



dan



measurement



(pengukuran). Ketujuh penyebab munculnya masalah ini sering



20



disingkat dengan 7M. Dalam analisis penyebab masalah pada tulisan ini digunakan kategori 5 M (Man, Money, Material, Method, Machine). Setelah didapatkan faktor-faktor penyebab masalah selanjutnya ditentukan prioritas faktor penyebab masalah dengan menggunakan teknik kriteria matriks.  Untuk menyusun prioritas masalah ada beberapa indikator yang sering dipergunakan yaitu:  Severity (S) yaitu berat tingginya masalah yang dihadapi, serta seberapa jauh akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut.  Prevalence (P) jumlah suatu masyarakat yang terkena masalah, semakin besar maka semakin harus diprioritaskan.  Rate of increase (RI) yaitu jumlah kenaikan angka penyakit dalam periode waktu tertentu.  Degree of unmeet need (DU) yaitu adanya keinginan/dorongan besar dari masyarakat agar masalah tersebut dapat segera diselesaikan.  Social Benefit (SB) sejauh mana keuntungan sosial yang diperoleh dari penyelesaian masalah tersebut.  Public concern (PB) menyangkut besarnya keprihatinan masyarakat terhadap suatu masalah.  Political climate (PC) besarnya dukungan politik dari pemerintah sangat menentukan besarnya keberhasilan penyelesaian masalah.  Technical feasibility (T), ketersediaan teknologi dalam mengatasi suatu masalah.



21



 Resource availability (R), menyangkut ketersediaan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.     6.



Identifikasi alternatif cara pemecahan masalah. Setelah diketahui semua penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa alternatif pemecahan masalah. Alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut dibuat untuk mengatasi penyebab-penyebab masalah yang telah ditentukan.



Alternatif



pemecahan



masalah



ini



dibuat



dengan



memperhatikan kemampuan serta situasi dan kondisi Puskesmas. 7.



Menentukan prioritas cara pemecahan masalah Dari berbagai alternatifcara pemecahan masalah yang telahdibuat, maka akan dipilih satu cara pemecahan masalah (untuk masing-masing penyebab masalah) yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pertama ditetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 3 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menilai efektifitas jalan keluar, diperlukan criteria tambahan sebagai berikut:  Besarnya masalah yang dapat di selesaikan (magnitude). Makin besarmasalah yang dapatdiatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut.



22



 Pentingnya jalan keluar (importancy). Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelangsungan masalah. Makin baik dan sejalan selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut.  Sensitifitas jalan keluar (vulnerrability). Sensitifitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar dalam mengatasi masalah, makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.



Selanjutnya ditetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost  ) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Beri angka 1 (biaya paling sedikit) sampai angka 5 (biaya paling besar). Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiap alternatif jalan keluar. Dengan membatasi hasil perkalian nilai MxIxV dengan C. jalan keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih.



23



BAB IV GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKABUMI



4.1. Analisis Situasi Program yang akan Dievaluasi 4.1.1. Data Umum 4.1.1.1 Sejarah Puskesmas Puskesmas merupakan bagian dari jejaring pelayanan kesehatan untuk mencapai indikator kinerja kesehatan yang ingin dicapai pemerintah kabupaten. Oleh karenanya puskesmas harus mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan Dinas Kesehatan dan sarana kesehatan lain. Puskesmas memiliki tugas pokok melaksanakan (1)  pelayanan, pembinaan dan pengendalian Pos Kesehatan Kelurahan (2)  Pengembangan Upaya Kesehatan individu dan Kesmas (3) Pendidikan dan Latihan tenaga kesehatan.



Puskesmas juga wajib berpartisipasi dalam penanggulangan bencana alam, wabah penyakit, pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh tingkat nasional dan daerah, serta dalam melaksanakan program prioritas pemerintah.



24



Puskesmas Sukabumi didirikan pada tahun 1982 yang merupakan salah satu puskesmas yang terletak di daerah perkotaan sebagai puskesmas rawat jalan. Peningkatan status Puskesmas Sukabumi dari Rawat Jalan menjadi Puskesmas Rawat Inap diresmikan pada tanggal 10 Maret 2009, yang meliput Tiga Kelurahan, yaitu : 1.



Kelurahan Sukabumi



2.



Kelurahan Sukabumi Indah



3.



Kelurahan Nusantara



Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi terdiri dari dataran berbukit, pada umumnya pada pinggiran batas kecamatan masih dipergunakan sebagai tanah pertanian. Sarana pembangunan pada dasarnya sudah lancar hanya terbatas kelancarannya masih pada siang hari, sedangkan pada malam hari sebagian wilayah sudah tidak ada angkutan yang beroperasi.



Sejak berdirinya hingga sekarang, Puskesmas Rawat Inap Sukabumi mengalami beberapa pergantian pemimpin, antara lain sebagai berikut : 1.



Tahun 1982 sampai 1985 dipimpin oleh dr. Irwan



2.



Tahun 1985 sampai 1986 dipimpin oleh dr. Gatot



3.



Tahun 1986 sampai 1988 dipimpin oleh dr. Ratna Dewi



4.



Tahun 1988 sampai 1989 dipimpin oleh dr. Anarima



5.



Tahun 1989 sampai 1990 dipimpin oleh dr. Merry Sibora



6.



Tahun 1990 sampai 1992 dipimpin oleh dr. Upang Wijayanto



25



7.



Tahun 1992 sampai 1996 dipimpin oleh drg. Priyanto



8.



Tahun 1996 sampai 2000 dipimpin oleh dr. Meilawati



9.



Tahun 2000 sampai 2005 dipimpin oleh dr Meisnon



10.



Bulan September 2005 sampai Juli 2006 dipimpin



oleh dr.



Novita Fitriati 11.



Bulan Agustus 2006 sampai November 2013 dipimpin drg. Arthur Sagala



12.



November 2013 sampai juni 2014 dipimpin oleh Plh puskesmas Mersiana SKM



13.



Juni 2014 sampai dengan sekarang dipimpin oleh dr. Nurfatonah



4.1.1.2.Visi dan Misi Puskesmas Sukabumi Visi Puskesmas Sukabumi melaksanakan pelayanan prima dan paripurna menuju Kecamatan Sukabumi sehat dan Indonesia Sehat. Misi 1.



Pelayanan kesehatan yang bermutu, dalam aspek keamanan, kenyamanan pasien, efektif dan efisien.



2.



Pelayanan yang ramah, cepat tanggap, dan kemudahan prosedur pelayanan sesuai SOP



3.



Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas sukabumi



26



4.



Menuju Kecamatan sukabumi sehat melalui lingkungan sehat, prilaku sehat, cakupan



pelayanan sesuai SPM, dan meningkatkan derajat



kesehatan masyarakat.



4.1.1.3 Data Geografis dan Demografis Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Berdasarkan peraturan Walikota Bandar Lampung No. 4 Tahun 2012 Tentang Penataan dan Pemekaran Wilayah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Bandar Lampung. Wilayah Kecamatan Sukabumi merupakan bagian wilayah dari Kota Bandar Lampung yang terletak diujung timur berasal dari sebagian wilayah geografis dan administratif Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Tanjung Karang Timur, dan Kecamatan Panjang dengan batasbatas sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukarame 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Panjang 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kedamaian 4. SebelahTimur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan



27



Luas wilayah Kecamatan sukabumi setelah pemekaran 30,63 km2 yang terdiri dari 7 Kelurahan masing-masing sebagai berikut : Tabel 1. Luas Kelurahan di Wilayah Puskesmas Sukabumi No Kelurahan Luas (km) Persen (%) Keterangan 1. Sukabumi 2,71 11,30 2. Sukabumi Indah 2,71 11,30 3. Campang Raya 3,51 12,12 4. Campang Jaya 6,78 18,80 5. Nusantara Permai 2,50 11,13 6. Way Gubak 5,66 15,90 7. Way Laga 6,81 19,35 Jumlah 30,63 100%



Gambar 1. Peta Wilayah Puskesmas Sukabumi



Penduduk kecamatan sukabumi terdiri dari dua kelompok besar, yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang yang berasal dari jawa, lampung, sumatera selatan, sumatera barat dan lain-lain yang menurut perkiraan 40% penduduk asli dan 60% penduduk pendatang. 28



Dari laporan kelurahan se – Kecamatan Sukabumi jumlah penduduk sampai dengan desember 2018 ( 31.870 jiwa), menurut perrhitungan hasil Laporan Tahunan kelurahan.



Tabel 2. Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Sukabumi Berdasarkan Kelurahan No



Kelurahan 1 Sukabumi 2 Sukabumi Indah 3 Nusantara Permai TOTAL



Jumlah Laki-Laki 9.097 4.870 1.801 16.043



Jumlah Perempuan 8.772 4.910 1.857 15.827



Total



Jumlah KK



17.869 9.780 3.658 31.870



4.1.1.4 Sumber Daya Kesehatan Sumber daya kesehatan yang terdapat di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi adalah sebagai berikut: Tabel 3. Jumlah Petugas Kesehatan di Wilayah Puskesmas Sukabumi NO



JENIS TENAGA KERJA



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18



Dokter Umum Dokter Gigi Apoteker Kesehatan Masyarakat Akper Akbid SPK Bidan (D1) Sanitarian/AKL Asisten Apoteker Pelaksana Gizi Analis Kesehatan Perawat Gigi Pekarya Kesehatan SMA Bidan PTT Honor/TKS Puskesmas/ D4 Kebidanan



2015



JUMLAH 2016



4 2 1 1 2 2 5 2 2 1 1 2 0 1 4 20 4



5 2 1 1 2 2 5 2 2 1 1 2 2 0 0 4 20 4



KET 2017 5 2 1 2



2 2 1 1 2 3 0 0 4



29



19 20



Perawat PTT SI Keperawatan Jumlah



6 3 63



6 3 65



Tabel 4. Keadaan UKBM di Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7



Jenis Fasilitas 2015 3 20 3 2 0 -



Poskeskel Posyandu BKB Posyandu Usila POD Pos UKK Toga



Jumlah 2016 3 21 3 2 0 -



2017 3 21 3 2 0 -



Tabel 5. Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi NO



Kelurahan



Jumlah Posyandu



Posyandu Aktif



Strata Posyandu



1



Sukabumi



11



11



   



0 Posy Pratama 6 Posy Purnama 4 Posy Madya 1 Posy Mandiri



2



Sukabumi Indah



67 Posyandu Balita 1 Posyandu Lansia



7 1



   



1 Posy Pratama 3 Posy Purnama 2 Posy Madya 1 Posy Mandiri



3



Nusantara



2 Posyandu Balita 1 Posyandu Lansia



2 1



   



0 Posy Pratama 1 Posy Purnama 0 Posy Madya 1 Posy Mandiri



Jumlah



22



22



4.1.1.4 Struktur Organisasi Puskesmas Sukabumi



30



Kepala Puskesmas dr. Nurfatonah



Kepala UKM Sunarti, Amd.Kl



Kepala UKP, Kefarmasian, Lab dr. Novi Amin J



PJ Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasyankes Dewi Zarlina, SST



PJ UKM Kesehatan Jiwa Yunidar Elva, S.Kep



PJ UKM Kesehatan kerja dan Olahraga Rushartini, SKM



Pemeriksaan Umum dr. Dian Vitria



Kesehatan Gigi dan Mulut drg. Tria Windyasari



PJ UKM Kesehatan Lansia Yuliantina, S.Kep



PJ UKM Kesling Joko Prayitno



KIA/KB Siti Apridawati, A.Md.Keb



Gawat Darurat dr. Novi Amin J



PJ UKM Gizi Latersia, Amd.Gz



PJ UKM P2P Nuraida Sebayang



Gizi-UKP Latersia, A.Md.Gz



Persalinan Mashernawati, A.md.Keb



PJ UKM PKKM Nuraida Sebayang



PJ UKM Promkes Sunarti, Amd.Kl



Rawat Inap dr. Novi Amin J



Laboratorium Rindawati



Pustu -



Kasubag TU Mesiana, SKM



Kefarmasian Sunika Puspitasari, Apt.



Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Sukabumi



31



BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN



5.1 Identifikasi Masalah dan Menetapkan Tolak Ukur yang Digunakan Proses identifikasi masalah dilakukan secara bertahap, dimulai dari keluaran (output) program kerja Puskesmas, kemudian apabila ditemukan adanya kesenjangan antara tolak ukur dengan data keluaran tersebut maka harus dicari kemungkinan penyebab masalah pada unsur masukan (input, proses, atau lingkungan). Identifikasi masalah dimulai dengan melihat adanya kesenjangan antara pencapaian dan target. Setelah identifikasi masalah telah dilakukan, selanjutnya menentukan tolak ukur dari permasalahan tersebut. Dalam makalah ini, tolak ukur dari program penerpapan KTR di sekolah sebagai subprogram Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) tahun 2018 Tabel 6. Pencapaian Program Penanggulangan Penyakit Tidak Menular subprogram KTR di Puskesmas Sukabumi Tahun 2018 No Variabel Keluaran Tolak Ukur 1. Prevalensi merokok pada Target pencapaian penduduk usia ≤18 th 5,9% 2. Sekolah yang telah Target pencapaian menerapkan Kawasan Tanpa 80% Rokok (KTR)



Pencapaian Masalah 34,72% + 20%



+



Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak MenularTahun 2018 dan Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2015-2019



32



Dari program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular tersebut terdapat masalah pada prevalensi merokok pada penduduk usia ≤18 tahun dan sekolah yang telah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). 5.2



Menetapkan Prioritas Masalah Berdasarkan Tabel 5, masalah yang ditemukan pada Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Sukabumi Tahun 2018 adalah prevalensi merokok pada penduduk usia ≤18 tahun, dan sekolah yang telah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Masalah ini ditegakkan karena adanya perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan tolak ukur. Penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode pemecahan masalah yang digunakan adalah USG yaitu: 1. Urgency Menilai seberapa mendesaknya isu dan ketersediaan waktu untuk pemecahan masalah yang ada. 2. Seriousness Melihat pengaruh bahwa masalah tersebut akan menyebabkan hal yang serius/fatal. 3. Growth Aspek



kemungkinan



meluasnya/berkembangnya



masalah/atau



kemungkinan timbulnya masalah.



33



Tabel 7. Penentuan Prioritas Masalah Program Kesehatan Dengan Menggunakan Metode USG



N o 1



NilaiKriteria



Masalah



Prevalensi



merokok



pada



penduduk usia ≤18 tahun 2



Sekolah yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok



NilaiAkhir



U



S



G



3



3



4



10



4



4



5



13



*Skala 1-5 Ket: 1 (sangat kecil), 2 (kecil), 3 (sedang), 4 (besar), 5 (sangat besar).



Berdasarkan metode USG, didapatkan bahwa prioritas masalah adalah sekolah yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).



34



Man



Material



Money



Perilaku merokok yang Rokok mudah kebiasaan didapatkan Kepala sekolahdi yang belum menerapkan aturan tentang kawasan tanpasudah rokokmenjadi di sekolah sekolah Fasilitas untuk merokok masih tersedia Kurangnya alokasi dana untuk penyuluhan



tidak ada Sanksi khusus



Kawasan Tanpa Rokok yang belum berjalan maksimal di sekolah Tim pengawasan khusus KTR belum efektif berjalan



Machine



Kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok



Penyuluhan tentang bahaya merokok dan berhenti merokok yang belum maksimal



Gambar 3. Diagram fishbone Method



35



Setelah dilakukan pencarian masalah utama pada komponen-komponen diatas, diperoleh beberapa masalah utama, antara lain:



1. Perilaku merokok yang



sudah menjadi kebiasaan



2. Kepala sekolah yang belum menerapkan aturan tentang kawasan tanpa rokok di sekolah.



3. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok 4. Rokok mudah didapatkan di sekolah. 5. Fasilitas untuk merokok masih tersedia di sekolah 6. Tidak ada sanksi khusus 7. Penyuluhan



tentang bahaya merokok dan berhenti merokok yang



belum maksimal



8. Tim pengawasan khusus KTR yang belum berjalan efektif 9. Kawasan Tanpa Rokok yang belum berjalan maksimal di sekolah 10.



Kurangnya alokasi dana untuk penyuluhan KTR di sekolah-



sekolah Dari diagram fishbone di atas, masih perlu mencari masalah-masalah yang paling memiliki peranan dalam mencapai keberhasilan program. Dengan menggunakan model teknik kriteria matriks pemilihan prioritas dapat dipilih masalah yang paling dominan. Tabel 8.Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah



No.



1.



DaftarMasalah



I



T



P



S



RI



DU



SB



PB



PC



4



4



4



4



4



3



2



R IxTxR



Man



Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan



4



3



300



37



Kepala sekolah 4 yang belum menerapkan aturan KTR di sekolah



4



4



3



4



3



3



2



3



150



3



3



4



3



3



3



3



3



3



198



Rokok mudah di dapatkan di Sekolah



4



4



3



3



4



4



4



2



4



208



Fasilitas untuk merokok masih tersedia sekolah



4



4



3



3



4



3



3



3



2



144



Tidak ada sanksi khusus



3



3



3



3



3



3



3



2



4



168



4



4



3



2



4



2



3



3



3



198



Tim pengawasan 3 khusus KTR yang belum berjalan efektif



3



2



3



3



2



2



2



2



72



Kurangnya Pengetahuan tentang bahaya merokok 2.



3.



Material



Method



Penyuluhan tentang bahaya merokok dan berhenti merokok yang belum maksimal



4



Machine 4



4



4



4



3



2



2



3



3



207



5.



Kawasan Tanpa Rokok yang belum berjalan maksimal di sekolah Money Kurangnya alokasi dana untuk penyuluhan di sekolah-sekolah



3



2



3



3



3



3



2



3



4



228



Keterangan:



38







Pentingnya masalah (Importancy/I) –



Besarnya masalah (Prevalence/P)







Akibat yang ditimbulkan masalah (Severity/S)







Kenaikannya besarnya masalah (Rate of Increase/RI)







Derajat keinginan masyarakat yang belum terpenuhi (Degree of Unmeet Need/DU)







Keuntungan sosial karena selesainya masalah (SocialBenefit/SB)







Rasa prihatin masyarakat tentang masalah (PublicConcern/PB)







Suasana politik (PoliticalClimate/PC)







Kelayakan Tekhnologi (TechnicalFeasibility/T)







Sumberdaya yang tersedia (ResourcesAvailibility/R)



Setelah dilakukan pemilihan prioritas masalah, didapatkan penyebab masalah yang utama pada faktor Man yaitu perilaku merokok yang



sudah menjadi



kebiasaan, sehingga sangat sulit seseorang untuk tidak merokok di sekolah.



39



BAB VI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH



Tercapainya target sebesar 20% dari tolak ukur 80% pada tahun 2018 menunjukkan belum tercapainya target program penerapan kawasan tanpa rokok di . Setelah dilakukan pencarian masalah utama dengan teknik matriks pada bab sebelumnya, diperoleh masalah utama yaitu perilaku merokok yang



sudah



menjadi kebiasaan. Berdasarkan faktor penyebab masalah yang dapat diidentifikasi, maka alternatif pemecahan masalah adalah dengan perubahan perilaku dalam usaha tidak merokok di sekolah dengan adanya aturan dari kepala sekolah untuk tidak merokok di sekolah. Alternatif pemecahan masalahnya sebagai berikut : 6.1 Menyusun Alternatif Pemecahan Masalah Tabel 9. Alternatif pemecahan masalah (jalan keluar) Masalah



Penyebab



Alternatif



Penerapan Kawasan Perilaku merokok yang 1. Mensosialisasikan Perda Kota B. Tanpa Sekolah tercapai



Rokok



di sudah



belum kebiasaan



menjadi



Lampung Nomor 5 tahun 2018 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan sanksi yang terdapat di Perda tersebut. 2. Membentuk



tim



Pengawas



40



Pengelolaan



Kawasan



Tanpa



Rokok



sekolah



dengan



di



menyingkirkan sebagainya, dilarang



asbak



atau



memasang



tanda



merokok



mengawasi



di



Sekolah



orang-orang



yang



merokok di sekolah dan membuat pelaporan. 3. Melakukan sosialisasi bahaya dari rokok setiap triwulan di Sekolah oleh Puskesmas. 4. Pemberian penghargaan pada Tim pengawas



KTR



yang



berhasil



membentuk KTR yang sukses di Sekolah



6.2 Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah Tabel 10. Memilih prioritas pemecahan masalah (jalan keluar) No



Daftar Alternatif Jalan Keluar



Efektivitas M



I



Efisiensi V



C



Jumlah (MIV/C )



1.



Mensosialisasikan Perda Kota B. Lampung Nomor 5 tahun 2018 tentang Kawasan Tanpa Rokok



4



3



4



2



24



3



3



3



3



9



dan sanksi yang terdapat di Perda tersebut. 2.



Membentuk



tim



Pengawas



Pengelolaan



Kawasan



Tanpa



Rokok



sekolah



dengan



di



menyingkirkan sebagainya,



asbak



atau



memasang



tanda



dilarang merokok di sekolah, mengawasi



orang-orang



yang



merokok di sekolah dan membuat



41



pelaporan. 3



Melakukan sosialisasi bahaya dari



4



3



4



3



16



3



2



2



4



3



rokok setiap triwulan di sekolah oleh Puskesmas. 4.



Pemberian penghargaan pada Tim pengawas KTR yang berhasil membentuk KTR yang sukses di sekolah



*skala 1-5



Ket: P : Prioritas masalah M: Magnitude, yaitu besarnya masalah dilihat dari morbiditas dan mortalitas I: Importance, ditentukan oleh jenis kelompok penduduk yang terkena masalah/penyakit V: Vulnerability, yaitu ada/tersedianya cara-cara pencegahan dan pemberantasan masalah yang bersangkutan. C: Cost yaitu biaya yang diperlukan untuk menanggulangi masalah tersebut



Dari tabel di atas, didapatkan bahwa alternatif pemecahan masalah yang dipilih adalah mensosialisasikan Perda Kota B. Lampung Nomor 5 tahun 2018 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan sanksi yang terdapat di Perda tersebut. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari,dimana mudah menemui orang merokok mulai dari yang kecil sampai yang tua, laki-laki dan wanita, kaya dan miskin. Dalam rangka penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan 42



memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. (Kemenkes RI, 2011). Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan UU kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 115 ayat 2 menyebutkan bahwa Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya, dan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Bandar Lampung diperlukan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk senantiasa membiasakan pola hidup sehat. Oleh karena itu Pemerintah Kota Bandar Lampung menetapkan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Kota Bandar Lampung. Pada Perda Kota B. Lampung Nomor 5 tahun 2018 tentang Kawasan Tanpa Rokok pasal 16 menyebutkan bahwa setiap orang di larang merokok dan dilarang menjual, mempromosikan, mengiklankan rokok dan/atau produk di tempat belajar mengajar dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, balai pendidikan dan pelatihan, bimbingan belajar, dan kursus. Larangan berlaku sampai batas pagar/atau batas terluar.



43



Dari Perda ini di sebutkan sanksi-sanksi yang akan diberikan kepada orangorang yang melanggar aturan tersebut. Sanksi yang diberikan meliputi 2 sanksi, yaitu : 1. Sanksi Administrasi a.



Setiap orang yang melanggar akan di kenakan sanksi berupa teguran,apabila teguran dimaksud tidak dihiraukan, maka petugas pengawas berwenang untuk memerintahkan orang atau badan hukum tersebut meninggalkan KTR.



b.



Apabila pelanggaran dilakukan oleh orang yang memiliki tempat usaha di KTR dan pimpinan, maka diberikan teguran untuk menghentikan kegiatan usaha di KTR.



c.



Apabila teguran yang telah diberikan sebanyak 3 kali dalam tenggang waktu masing-masing 7 hari, tidak dihiraukan, maka dilakukan pencabutan izin usaha.



d.



Bila pelanggaran dilakukan oleh PNS di lingkungan Pemda, sanksi dijatuhkan oleh Walikota sesuai dengan undang-undang kepegawaian dan peraturan pelaksananya.



2. Sanksi Pidana a. Setiap orang yang merokok di tempat KTR, dipidana kurungan paling lama 3 hari dan/atau denda paling banyak Rp 500.000,(lima ratus ribu rupiah) b. Setiap orang yang mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok di tempat atau area yang dinyatakan sebagai KTR, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 7



44



hari atau denda paling banyak Rp 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah). c. Setiap pengelola KTR yang tidak melakukan pengawasan internal, membiarkan orang merokok, tidak menyingkirkan asbak atau sejenisnya, dan tidak memasang tanda dilarang merokok di tempat atau area yang dinyatakan sebagai KTR dipidana dengan pidana kurungan paling lama 7 (tujuh) hari atau denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Dari penjelasan tentang Perda Kota B. Lampung Nomor 5 tahun 2018 tentang Kawasan Tanpa Rokok di atas, apabila Puskesmas dapat memulai mensosialisasikannya dan mulai diterapkan di sekolah, maka permasalahan tentang tidak tercapainya target sekolah yang menerapkan kawasan tanpa rokok akan tercapai



45



BAB VII PENUTUP



7.1



Kesimpulan Adapun kesimpulan evaluasi program ini adalah : 1.



Berdasarkan evaluasi program Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah tahun 2018, didapatkan masalah target yang tercapai sebesar 20% dari tolak ukur 80%.



2.



Prioritas masalah yang paling utama setelah diidentifikasi adalah faktor utama penyebab masalah internal yaitu perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.



3.



Prioritas pemecahan masalah adalah dengan mensosialisasikan Perda Kota B. Lampung Nomor 5 tahun 2018 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan sanksi yang terdapat di Perda tersebut.



7.2



Saran Adapun saran yang diberikan dari evaluasi program ini adalah : 1. Mensosialisasikan Perda Kota B. Lampung Nomor 5 tahun 2018 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan sanksi yang terdapat di Perda tersebut. 2. Membentuk tim Pengawas Pengelolaan Kawasan Tanpa Rokok di sekolah dengan menyingkirkan asbak atau sebagainya, memasang tanda dilarang merokok di sekolah, mengawasi orang-orang yang merokok di sekolah dan membuat pelaporan. 3. Melakukan sosialisasi bahaya rokok setiap triwulan di sekolah oleh Puskesmas. 46



4. Pemberian penghargaan pada Tim pengawas KTR yang berhasil membentuk KTR yang sukses di sekolah.



47



DAFTAR PUSTAKA



Barus, Henni. 2012. Hubungan Pengetahuan Perokok Aktif Tentang Rokok dengan Motivasi Berhenti Merokok pada Mahasiswa FKM dan FISIP UI. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia Departemen Kesehatan RI. 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Ilmaskal R, Prabandari YS, Wibowo. 2017. Evaluasi Kebijakan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok di Kota Padang Panjang. Berita Kedokteran Masyarakat. 33 (9): 257-262 Kementerian Kesehatan RI. 2011 Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta: Kemenkes RI Kementerian Kesehatan RI. 2011 Panduan Promosi Kesehatan. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan RI Kemenkes RI. 2013. Infodatin : Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia Berdasarkan Riskerdas 2007 dan 2013. Jakarta : Kemenkes RI Kementrian Kesehatan RI. 2017. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti Merokok pada Anak Usia Sekolah. Jakarta: Kemenkes RI Levy, M.R. 1984.Life and Health. New York: Random House. Nasution.2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara : Medan. Notoatmodjo,S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, PS. 2015. Evaluasi Impelentasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah: Surakarta



48



Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2018 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Putra, RD. 2013. Evaluasi Proses Perda Nomor 3 Tahun 2013 tentang KTR di Fasilitas Kesehatan Wilayah Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Universitas Diponegoro: Semarang



49