15 0 209 KB
Nama : Fredy NIM
: 171010700336
Tugas : UAS Semiotik
SOAL 1. Mahasiswa membaca cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Panjikusmin/HB Jasin. 2. Analisis cerpen tersebut dengan pendekatan Semiotik. 3. Mahasiswa boleh memilih teori siapa yang akan dijadikan kajian (sesuai yang sudah dipelajari). 4. Jawaban analisis minimal 3 halaman di luar dari cerpen. 5. Format penulisan : Huruf
: Times New Roman
Ukuran
: 12
Spasi
: 1.5
Kanan, kiri, atas, bawah: 3-4-3-4 Compresd PDF.
#####Selamat Bekerja#####
Analisis cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Panji Kusmin akan saya lakukan dengan model analisis C.S Pierce. Di mana C.S Pierce memetakan analisis semiotiknya dengan 3 bagian yaitu : Tanda (Sign), Objek, dan Interpretant. Berikut adalah hasil analisisnya :
Langit Makin Mendung Karya Ki Panji Kusmin.
1. Tanda
: “Bibir-bibir kami sudah pegal dan kejang memuji kebesaranMu; beratus
tahun tanpa henti.” Objek
: Bibir pegal dan kejang memuji kebesaranMu
Interpretant : Para penghuni surga telah lelah berzikir selama ratusan tahun dan ingin melakukan hal lain. 2. Tanda
: “Lihat rumput-rumput jamrud di sana, bunga-bunga mutiara
bermekaran.” Objek
: Rumput jamrud dan bunga mutiara.
Interpretant : keindahan surga yang di mana rumput-rumput indah serta bunga-bunga terhampar di sana. 3. Tanda
: Muhammad tertunduk, terasa betapa hidup manusia hanya jalinan-jalinan
penyadong sedekah dari Tuhan.
Objek
: Posisi kepala yang tertunduk.
Interpretant
: Menandakan kekecewaan dan penyesalan nabi Muhammad atas ketidak
sadarannya selama ini bahwa yang melekat pada manusia selama ini hanya pemberian Allah S.W.T 4. Tanda
: “Ah, itu kan biasa. Kebanyakan mereka dari daerah tropis kalau tak
salah?” Objek
: Daerah bersuhu tropis
Interpretant : Negara-negara Islam yang berada di daerah tropis seperti Arab Saudi, Mesir, Irak, dan lain-lain 5. Tanda Objek
: “Yang pertama asyik membadut di rumah-rumah gila.” : Rumah gila
Interpretant : Pelacuran dan tempat-tempat seperti diskotek atau bar. 6. Tanda
: “Tentara neraka memang telah merantai kaki-kaki mereka di batu nisan
masing-masing.” Objek
: Tentara neraka dan merantai kaki
Interpretant : Malaikat penjaga neraka membuat ruh-ruh orang berdosa tetap di kuburannya sampai waktu dibangkitkan kembali tiba (Kiamat). 7. Tanda
: Muhammad S.A.W nampaknya gusar sekali. Sambil tinjunya mengepal
ia memberi perintah, “Usman, Umar dan Ali! Asah pedang kalian tajam-tajam!” Objek
: Pedang yang diasah
Interpretant : Nabi Muhammad mengajak para sahabatnya untuk bersiap-siap berperang melawan kemunkaran di bumi. 8. Tanda
: Tuhan hanya mengangguk-angguk, senyum penuh pengertian penuh
kebapaan. Objek
: Sifat kebapaan
Interpretant : Tuhan digambarkan sebagai sosok yang bersabar dan sangat pengertian terhadap penghuni surga seperti sifat seorang bapak pada anaknya. 9. Tanda
: “Carilah sendiri fakta-fakta yang otentik. Tentang pedang-pedang itu
kurasa sudah kurang laku di pasar loak pelabuhan Jeddah. Pencipta Nasakom sudah punya bom atom, kau tahu!” Objek
: Pedang
Interpretant : Saat ini pedang-pedang seperti yang digunakan pada masa Nabi sudah tidak laku untuk digunakan berperang, karena manusia telah menemukan jenis senjata yang lebih modern untuk berperang seperti bom atom. 10. Tanda
: “Tidak bisa mereka disogok?” , “Tidak, mereka lain dengan polisi dari
bumi. Bawalah Jibrail serta supaya tak sesat!” Objek
: Polisi di bumi
Interpretant : Penjaga gerbang langit berbeda dengan polisi di bumi, di mana polisi di bumi bisa disogok dengan untuk mempermudah urusan. 11. Tanda
: Seluruh penghuni sorga menghantar ke lapangan terbang. Lagu-lagu
padang pasir terdengar merayu-rayu, tapi tanpa tari perut dan bidadari. Objek
: Tari perut
Interpretant : Berbeda dengan kebudayaan muslim di tanah Arab yang khas dengan tradisi tarian perut dari para penari perempuan, di Surga tidak diadakann hal-hal seperti itu. 12. Tanda
: “Bukan, mereka justru rakyat negara kapir terbesar di bumi. Pengikut
Marx dan Lenin yang ingkar Tuhan. Tapi pandai-pandai otaknya.” Objek
: Rakyat negara kapir yang ingkar Tuhan.
Iterpretant
: Orang-orang pandai justu lebih banyak jumlahnya di negara-negara kafir
besar yang mana tidak mempercayai Tuhan seperti para pengikut Marx dan Lenin di Soviet.
13. Tanda
: “Bukan, Paduka! Itulah barisan sukwan dan sukwati guna mengganyang
negara tetangga, Malaysia.” Objek
: Barisan Sukwan dan Sukwati
Interpretant : Barisan tentara laki-laki dan wanita yang siap berperang dengan Malaysia, negara yang sama-sama masyarakatnya beragama Islam. 14. Tanda
: Musim hujan belum datang-datang juga. Di Jakarta banyak orang
kejangkitan influenza, pusing-pusing dan muntah-muntah. Naspro dan APC sekonyongkonyong melonjak harga. Jangan dikata lagi pil vitamin C dan ampul penstrip. Kata orang sejak pabriknya diambil alih bangsa sendiri, agen-agen naspro mati kutu. Hanya apotik-apotik Cina dan tukang catut orang dalam leluasa mencomot jatah lewat jalan belakang. Objek
: Jalan belakang
Interpretant : Pada masa itu hanya sekumpulan orang/ aprotik-apotik Cinda dan tukang catut yang berkuasa menjual obat dan menaikkan harganya karena mereka menggunakan jalan curang/licik demi bisa menguasai stok dan peredaran obat. 15. Tanda
: “Zeg, Jenderal. Flu ini bikin orang mati apa tidak?” . “Tidak, Pak.
Komunis yang berbahaya, pak.” Objek
: Komunisme
Interpretant : Ideologi komunis dan orang-orang komunis masa itu lebih berbahaya dibanding wabah yang sedang merebak, karena pada masa itu komunisme merajalela dan memegang kendali atas banyak hal di Indonesia. 16. Tanda
: Kawan Mao di singgahsananya tersenyum-senyum. Dengan wajah penuh
welas asih ia menghibur kawan seporos yang sedang sakratul maut. Objek
: Tersenyum dengan wajah penuh welas asih.
Interpretant : Mao sedang membantu sekaligus berharap kawannya Soekarno cepat menemui ajal agar pemerintahannya dapat berkuasa di Indonesia.
17. Tanda
: . Untuk sejenak tuan rumah lupa agama, hidangan daging babi dan kodok
ijo disikat tandas-tandas. Kiai-kiai yang hadir tersenyum-senyum kecut. Objek
: Lupa agama
Interpretant : Soekarno yang seorang muslim justru malah menghidangkan makanan yang diharamkan agamanya seperti babi, kodok hijau, dan sampagne. 18. Tanda
: Mendung makin tebal di langit, bintang-bintang bersinar guram
(berpendar-red) satu-satu. Pesta diakhiri dengan lagu langgam Kembang Kacang yang dibawakan nenek-nenek kisut 68 tahun. Objek
: Bintang bersinar guram.
Interpretant : Malam mulai tiba dan pesta mulai diakhiri dengan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh seorang nenek kisut berusia 68 tahun. 19. Tanda
: “Kenyataan yang bicara. Kecabulan terbuka dan murah justru
membendung kecabulan laten di dada-dada mereka.” Objek
: Kecabulan terbuka dan murah
Interpretant : Karena untuk berbuat maksiat murah harganya jadi mereka yang ingin melepas hasratnya dapat melakukannya di luar/ pada tempatnya, dibanding mereka melakukannya pada orang di sekitar mereka. 20. Tanda
: “Batu-batu di seluruh dunia tak cukup banyak guna melempari pezina-
pezinanya. Untuk dirikan mesjid saja masih saja kekurangan. Paduka lihat?” Objek
: Batu
Interpretant : Batu-batu yang mahal membuat para pelaku perzinahan tidak lagi dihukum rajam dan lebih baik batu-batu itu digunakan untuk membangun rumah ibadah.