Gynecomastia Sinistra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STASE INTEGUMEN KASUS POST OPERASI CANCER MASTEKTOMI GYNECOMASTIA SINISTRA HALAMAN JUDUL



Disusun oleh : Afifa Syahida 1810306129



PROFESI FISIOTERAPI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2019



HALAMAN PENGESAHAN



KASUS POST OPERASI CANCER MASTEKTOMI GYNECOMASTIA SINISTRA



Disusun oleh : Afifa Syahida 1810306129



Makalah Ini Dibuat Guna Menyelesaikan Tugas Stase Integumen Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta



Oleh : Pembimbing : Deddy Herman Prasetijo, Sst. Ft



Tanggal :



Tanda tangan:



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi pada Post Operasi Cancer Mastektomi Gynecomastia Sinistra” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah presentasi ini, namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penyusun.



Surabaya, September 2019



Penulis



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................................... Err or! Bookmark not defined. DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan Makalah ........................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3 A. Pengertian ..................................................................................................... 3 B. Epidemiologi ................................................................................................ 3 C. Fisiologis ...................................................................................................... 4 D. Anatomi ........................................................................................................ 4 E. Karakteristik ................................................................................................. 5 F. Intervensi Fisioterapi .................................................................................... 6 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 9 A. Kesimpulan .................................................................................................. 9 B. Saran ............................................................................................................. 9 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11



iv



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit sel yang dikarakteristikkan dengan poliferasi sel yang tidak terkontrol dan biasanya membentuk tumor ganas (Sarafino & Smith, 2012). Kanker juga sering kali disebut tumor ganas. Angka kejadian kanker didunia sangat tinggi dan terus meningkat. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2013, insiden kanker didunia meningkat dari 12,7 juta kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus pada tahun 2012. Tidak hanya itu angka kematian akibat kanker pun meningkat dari 7,6 juta orang pada tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Angka kematian akibat kanker ini menempati peringkat ketiga setelah kematian akibat penyakit kardiovaskuler (WHO, 2003). Jenis kanker di Asia Tenggara yang paling sering muncul pada laki-laki yaitu kanker paru dan mulut, sedangkan pada perempuan yaitu kanker payudara dan serviks (WHO, 2011).



Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk per tahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun. Pada survei kesehatan rumah tangga yang diselenggarakan Badan Litbangkes, ditemukan bahwa 1,4% dari seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Angka ini meningkat menjadi 3,4% pada tahun 1980 dan 4,3% pada tahun 1986. WHO menyatakan bahwa sepertiga dari seluruh kejadian kanker dapat dicegah, sepertiga lagi dapat disembuhkan, dan sepertiga sisanya dapat dibebaskan dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002). Masih menurut Dalimartha (2002) menjelaskan bahwa kanker adalah suatu penyakit di mana terjadi pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Ada juga tumor yang merupakan istilah



1



umumnya digunakan untuk menyatakan adanya benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan baru, tetapi bukan radang. Oleh karena itu, dikenal istilah tumor jinak (benigna, benign) dan tumor ganas (maligna, malignant) yang berarti kanker (Dalimartha, 2002). Salah satu jenis tumor jinak adalah gynecomastia. Gynecomastia adalah pembesaran payudara pada laki-laki yang disebabkan oleh peningkatan jaringan pada kelenjar payudara sebagai hasil dari keseimbangan antara hormon estrogen dan testosteron di mana hormon estrogen relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan hormon testosteron (Audihan, 2012).



2



2 Pada kondisi ini (setelah operasi pengangkaan tumor), pasien merasakan nyeri dan keterbatasan gerak pada bahu sehingga mengakibatkan pasien sulit untuk beraktivitas. Dalam hal ini, fisioterapi berperan untuk mengurangi nyeri, mencegah kekakuan / keterbatasan sendi lebih lanjut, meningkatkan kekuatan otot sekitar bahu, dan membantu mengembalikan aktivitas fungsional pasien. Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk memberikan terapi pada kasus ini adalah infra red (IR), massage, dan terapi latihan. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari Gynecomastia ? 2. Apa epidemiologi dari Gynecomastia ? 3. Bagaimana fisiologis dari Gynecomastia ? 4. Bagaimana anatomi dari payudara ? 5. Bagaimana karakteristik dari Gynecomastia? 6. Bagaimana peran fisioterapi pasca operasi mastektomi gynecomastia ? C. Tujuan Makalah 1. Untuk mengetahui definisi gynecomastia 2. Untuk mengetahui epidemiologi dari Gynecomastia 3. Untuk mengetahui fisiologis dari Gynecomastia 4. Untuk mengetahui anatomi payudara 5. Untuk mengetahui karakteristik Gynecomastia 6. Untuk mengetahui peran fisioterapi pasca operasi mastektomi gynecomastia



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Gynecomastia berasal dari kata Yunani “gyne”, berarti wanita, dan “mastos”, berarti payudara. Gynecomasty merupakan sinonim, dan gynaecomazia adalah istilah kuno. Gynecomastia adalah tumor jinak pada payudara laki-laki (Mageed, 2007). Menurut Mageed (2007), gynaecomastia terjadi secara fisiologis pada ⅔ laki-laki normal saat pubertas dan mungkin masih berlangsung saat remaja. Pembesaran payudara yang sementara ini biasanya berkurang secara spontan, tetapi hal tersebut mungkin berlangsung saat remaja atau dewasa karena adanya hipertropi jaringan payudara, kelebihan lemak, atau kombinasi antara keduanya. Karena belum matang atau hipertropi yang idiopatik, pertimbangan masalah psikologis mungkin bertambah besar. B. Epidemiologi Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk per tahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun. Pada survei kesehatan rumah tangga yang diselenggarakan Badan Litbangkes, ditemukan bahwa 1,4% dari seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Angka ini meningkat menjadi 3,4% pada tahun 1980 dan 4,3% pada tahun 1986. WHO menyatakan bahwa sepertiga dari seluruh kejadian kanker dapat dicegah, sepertiga lagi dapat disembuhkan, dan sepertiga sisanya dapat dibebaskan dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002).



3



4 C. Fisiologis Menurut Mageed (2007), gynaecomastia terjadi secara fisiologis pada ⅔ laki-laki normal saat pubertas dan mungkin masih berlangsung saat remaja. Pembesaran payudara yang sementara ini biasanya berkurang secara spontan, tetapi hal tersebut mungkin berlangsung saat remaja atau dewasa karena adanya hipertropi jaringan payudara, kelebihan lemak, atau kombinasi antara keduanya. Karena belum matang atau hipertropi yang idiopatik, pertimbangan masalah psikologis mungkin bertambah besar.



D. Anatomi Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus. Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding torak ventral yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai dengan costae atau intercostae kelima sampai keenam (Haryono et al., 2011; Moore et al., 2009).



Anatomi mammae anterior (Sumber:http://digilib.unila.ac.id/20642/15/BAB%20II.pdf )



5 Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, dan arteri interkostalis posterior. Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola dan pleksus profunda. Pleksus subareola mencakup bagian tengah payudara, kulit, areola dan puting yang akan mengalir kearah kelenjar getah bening pektoralis anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus profunda mencakup daerah muskulus pektoralis menuju kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula atau route of Grouzsman, dan 25% sisanya menuju kelenjar getah bening mammaria interna (Soetrisno, 2010).



Sistem limfatik mammae (Sumber: http://www.edoctoronline.com). Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan cabang saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat menyebabkan penyebaran rasa nyeri terutama pada punggung, skapula, lengan bagian tengah, dan leher (Moore et al., 2009). E. Karakteristik Masih menurut Mageed (2007), ada 2 tipe gynecomastia yaitu: 1. True gynecomastia dikarenakan adanya proliferasi jaringan ductus dan periductal



6 2. Pseudogynaecomastia dikarenakan adanya penurunan jaringan adiposa atau adanya kelebihan sejumlah kulit. Sejumlah jaringan payudara normal, tetapi ada kelebihan lemak di dalamnya.



Penyebab yang lain karena adanya



ketidakseimbangan hormon sebagai berikut (Audihan, 2012) : a. malnutrisi, b.cirrhosis, c. sindrom Klinefelter d.infeksi e. kecelakaan f. kanker g.gagal ginjal h.hipertiroidisme i. obat- obatan yang menyebabkan gynecomastia seperti spironolakton (diuretic), nifedifin, captopril, ketokonazol, metronidazol, ranitidin, simetidin, omeprazol, obat HIV, diazepam, dan lain-lain. F. Intervensi Fisioterapi Modalitas yang digunakan pada kondisi nyeri bahu kiri pasca operasi mastektomi gynecomastia sinistra adalah sinar infra merah. Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7700 – 4 juta Å. Efek terapeutik yang ditimbulkan dari pemberian infra merah adalah mengurangi / menghilangkan rasa nyeri, rileksasi otot, meningkatkan suplai darah, dan menghilangkan sisa-sisa metabolisme (Sujatno, 1993). Modalitas yang lain adalah massage. Massage adalah manipulasi secara teratur dan ilmiah pada jaringan lunak tubuh. Pengertian massage adalah teknik yang diaplikasikan dengan menggunakan tangan, untuk menghasilkan efek fisiologis, mekanik dan psikologis untuk jenis pengobatan. Efek pemberian



7 massage membantu mengurangi bengkak, membantu aliran darah vena, dan membantu aliran limfe (Tappan, 1988). Modalitas lain adalah terapi latihan. Tujuannya adalah untuk mengulur jaringan lunak sekitar sendi yang mengalami pemendekan serta meningkatkan lingkup gerak sendi dan mengurangi nyeri sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional (Priatna, 1985). Terapi latihan yang diberikan antara lain hold relax, shoulder wheel, dan overhead pulley.



Penggunaan sinar IR non luminous mempunyai daya penetrasi lebih dalam yaitu sampai jaringan subkutan kira-kira dapat mempengaruhi secara langsung terhadap pembuluh darah kapiler, pembuluh limfe, ujung-ujung saraf, dan jaringan-jaringan lain di bawah kulit. Efek dari pemanasan tersebut dapat mempengaruhi metabolisme pada lapisan superfisial, dapat menimbulkan vasodilatasi pemuluh darah yang menyebabkan suplai darah meningkat serta dapat memberikan pengaruh sedatif terhadap ujung saraf sensoris yang menyebabkan rileksasi otot sehingga dapat mengurangi rasa nyeri (Sujatno, dkk, 1993). Luka akibat pukulan/operasi akan menyebabkan terjadinya pembengkakan yang masuk ke dalam sirkulasi getah bening. Pijat/massage dapat mengosongkan saluran getah bening dan menyembuhkan bengkak tersebut. Jika cairan yang membuat bengkak tidak disingkirkan, maka akan mengeras sehingga tidak dapat melewati saluran getah bening. Akibatnya gumpalan cairan yang mengeras tersebut akan menyumpal di sekeliling jaringan otot, tulang, urat, ikatan sendi tulang (ligament) dan kemudian terbentuk “pelekatan” (adhesion). Setelah otot menjadi lemas/rileks seusai dipijat (massage) maka oedem menjadi berkurang akibatnya pergerakan sendi menjadi mudah dan dapat meningkatkan LGS pada sendi tersebut.



8 Dengan pemberian modalitas terapi latihan dapat mempertahankan kekuatan otot yang sudah ada, mempertahankan LGS, dan mempertahankan kemampuan fungsional. Terapi latihan ini diberikan sebatas kemampuan pasien dan dapat ditingkatkan sesuai kemampuan pasien. Peningkatan kekuatan otot, peningkatkan LGS, dan peningkatan kemampuan fungsional ini juga merupakan efek dari adanya pengurangan nyeri karena nyeri sudah mulai berkurang sehingga pasien dapat lebih aktif untuk menggerakkan sendi bahunya. Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap dengan metode latihan hold relax, shoulder wheel, dan overhead pulley menyebabkan penguluran struktur jaringan lunak seperti otot dan tendon yang nantinya akan memelihara fleksibilitas dari jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan LGS dan peningkatan kemampuan fungsional. Tujuan pemberian terapi latihan adalah untuk mengulur jaringan lunak sekitar sendi yang mengalami pemendekan serta meningkatkan LGS dan mengurangi nyeri sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional (Priatna, 1985).



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Gynecomastia adalah tumor jinak pada payudara laki-laki. Modalitas yang digunakan pada kondisi nyeri bahu kiri pasca operasi mastektomi gynecomastia sinistra adalah sinar infra merah, massage dan terapi latihan. Terapi latihan yang diberikan antara lain hold relax, shoulder wheel, dan overhead pulley. Latihan tersebut menyebabkan penguluran struktur jaringan lunak seperti otot dan tendon yang nantinya akan memelihara fleksibilitas dari jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan LGS dan peningkatan kemampuan fungsional.



B. Saran 1. Saran untuk pasien Pasien disarankan untuk terus latihan di rumah untuk mendukung keberhasilan terapi seperti towel exercise, dan berdiri membelakangi meja dengan tangan kiri memegang meja kemudian pasien melangkah ke depan, tangan kiri tetap memegang meja. Sebelum latihan sebaiknya bahu kiri dikompres air hangat ± 15 menit sebagai persiapan latihan. 2. Saran untuk teman-teman fisioterapis Untuk mendapatkan hasil terapi yang maksimal dalam menangani kasus-kasus fisioterapi seperti kondisi nyeri bahu kiri pasca operasi mastektomi gynecomastia sinistra, seorang fisioterapi dituntut untuk melakukan peroses fisioterapi secara profesional sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan. Dengan pemeriksaan yang tepat dan sistematis maka diagnosis dan problematik fisioterapi dapat ditegakkan dengan benar sehingga



9



program penanganan atau terapi yang diberikan benar-benar berdasarkan permasalahan pasien.



10



DAFTAR PUSTAKA Arten, R. J., Davis, C. T., Russell, C. A., Shu, B., Lindstrom, S., Balish, A., ... & Okomo-Adhiambo, M. (2009). Antigenic and genetic characteristics of swineorigin 2009 A (H1N1) influenza viruses circulating in humans. Science. Audihan.2012.GYNECOMASTIA. Http://www.placusi.info/2012/05/gynecomastia.html. Diakses pada tanggal 3 Desember 2018. Dalimartha, Setiawan.2002.Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker. Jakarta:Penebar Swadaya Mageed, Mohamad Abdel.2007.Surgical Treatment for Moderate and Large-Sized Gynaecomastia. Egypt, J. Plast. Reconstr. Surg..Vol. 31. No. 1:January 2007:4555. Meisatama, H. (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Ruptur Tendon Achilles Dekstra Di Rsud Salatiga(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta) Priatna, H. (1985). Exercise therapy. Akademi Fisioterapi Surakarta, Surakarta Priatna, H.1985.Exercise Therapy. Surakarta:Akademi Fisioterapi Surakarta. Sujatno, I. (1993). Buku Pegangan Kuliah Program DIII Fisioterapi Sumber Fisis. Sujatno, Ig dkk.1993.Sumber Fisis.Akademi Fisioterapi Surakarta Depkes RI: Surakarta. Tappan, Francess.M.1988.Healing Massage Techniques : Holistic, Classic, and Emerging.2nd ed.California:Appleton and Lange



11