Kel 3 - Konseling Gizi Ibu Menyusui [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KONSELING IBU MENYUSUI Untuk memenuhi tugas mata kuliah gizi dalam kesehatan reproduksi yang diampu oleh : Ibu Sri Maryati, SST,.M.kes



Disusun oleh: Salmah Amaliyah



(E.0106.20.014)



Siti Lutfiah W.F.A



(E.0106.20.016)



PRODI DIII KEBIDANAN STIKES BUDI LUHUR CIMAHI Jalan Kerkof No 243, Lewi Gajah, Cimahi Selatan, Cimahi



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................................3 BAB 1 ................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN.............................................................................................................................4 A.



LATAR BELAKANG ..........................................................................................................4



B.



RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................5



C.



TUJUAN PENULISAN ........................................................................................................6



BAB II ...............................................................................................................................................7 PEMBAHASAN ...............................................................................................................................7 A.



GIZI IBU MENYUSUI ........................................................................................................7



B.



GIZI SEIMBANG PADA IBU MENYUSUI ......................................................................9



C.



Dampak Masalah Gizi Ibu Menyusui ...............................................................................11



BAB III............................................................................................................................................16 PENUTUP .......................................................................................................................................16 A.



KESIMPULAN ...................................................................................................................16



B.



SARAN ................................................................................................................................16



SUMBER REFERENSI .................................................................................................................18



KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah yang berjudul “Konseling Ibu menyusui (Mencakup masalah gizi ibu menyusui, prinsip gizi seimbang pada ibu menyusui, dampak masalah gizi ibu menyusui)” ini dapat terselesaikan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Sri Maryati, SST., M. Kes yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah Komunikasi Dalam Praktek Kebidanan ini.



Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.



Cimahi , 26 mei 2021



Penyusun



BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia dan negara berkembang umumnya didominasi oleh masalah Kekurangan Energi Protein, anemia besi, Kekurangan Vitamin A dan masalah obesitas terutama di kota besar. Anemia gizi umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak balita serta anak sekolah. Pemerintah menetapkan Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat dengan salah satu indikator kinerjanya adalah Air Susu Ibu (ASI) eksklusif guna mendukung pencapaian Millenium Developmental Goals (MDGs).27 ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mampu mencukupi kebutuhan gizi serta melindungi bayi dari penyakit infeksi.



Penilaian status gizi ibu hamil dan ibu menyusui meliputi pengukuran antropometri serta biokimiawi. Status gizi ibu menyusui dapat diukur secara indeks antropometri yaitu kombinasi antara beberapa parameter seperti mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas serta indeks masa tubuh yaitu berat badan dibagi tinggi badan dikuadratkan. Untuk mengukur status gizi secara biokimiawi dengan pemeriksaan. Status gizi ibu menyusui disebabkan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah pola makan atau asupan zat gizi ibu. Pola makan yang baik adalah pola makan dengan gizi yang seimbang, memenuhi kebutuhan gizi ibu baik dari jenis maupun jumlahnya.



Masalah gizi yang paling umum dijumpai pada ibu hamil dan ibu menyusui adalah anemia besi. Pada ibu menyusui sering terjadi anemia karena ibu sudah mengalami anemia selama hamil dilanjutkan saat menyusui. Anemia pada ibu menyusui akan menyebabkan gangguan nutrisi dan produksi air susu ibu (ASI) menjadi kurang



karena zat besi sangat dibutuhkan pada masa menyusui, bila jumlahnya kurang maka dapat menimbulkan gangguan peredaran zat nutrisi dalam tubuh ibu yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada bayi. Ibu dengan gizi buruk umumnya memproduksi ASI dalam jumlah yang lebih sedikit, tetapi kualitasnya tergantung pada makanan yang dimakan, umumnya terdapat penurunan kadar lemak, karbohidrat dan vitamin.



Kandungan zat gizi, serta energi dalam ASI yang diasup oleh bayi merupakan satu – satunya sumber tenaga dan zat pembangun untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Komposisi ASI dapat dipengaruhi oleh asupan makanan, asupan zat gizi makro makanan selama menyusui. Kurangnya produksi dan kandungan gizi dalam ASI menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi tidak optimal. Asupan yang cukup akan tercermin dengan penambahan berat badan bayi sesuai standar pertumbuhan, sehingga tercapai status gizi bayi normal.



B. RUMUSAN MASALAH Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI) antara lain status gizi yaitu Indek Masa Tubuh (IMT) dan kadar haemoglobin, serta asupan nutrisi pada ibu menyusui. ASI bisa memenuhi semua kebutuhan gizi bayi sampai 6 bulan. Berdasarkan data diatas maka dirumuskan masalah apakah ada hubungan antara status gizi ibu menyusui dengan kenaikan berat badan bayi yang mendapat ASI Eksklusif.



C. TUJUAN PENULISAN Untuk menambah dan memperluas wawasan keilmuwan serta sebagai sarana mengaplikasikan keilmuwan tentang ASI Eksklusif, gizi ibu menyusui dan pemantauan pertumbuhan bayi. Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui Pentingnya menyusui bagi ibu dan bayi? 2. Mampu Menilai proses menyusui? 3. Mengetahui Cara konseling menyusui? 4. Mengetahui Langkah-langkah keberhasilan menyusui?



BAB II PEMBAHASAN A. GIZI IBU MENYUSUI Gizi seimbang penting bagi ibu menyusui karena sangat erat kaitannya dengan produksi air susu. Pemenuhan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap status gizi ibu menyusui dan tumbuh kembang bayinya. Konsep tentang sehat-sakit, makanan-minuman yang baik untuk kesehatan, kepercayaan dan pantangan, di satu lain bisa menjadi penghalang namun di sisi lain bisa menjadi potensi untuk mengatasi permasalahan kesehatan. Kecukupan makanan yang tepat dan bervariasi dapat menciptakan kesehatan yang optimal. Kecukupan gizi akan memberikan pengaruh pada kualitas dan kuantitas ASI yang akan dihasilkan oleh seorang ibu menyusui. Seseorang yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk dapat menghasilkan air susu dalam jumlah maksimal, maka diperkirakan kandungan zat gizi yang terdapat dalam air susu juga mencukupi (Arisman M.B, 2007). Menyusui merupakan cara alamiah untuk memberikan makanan dan minuman pada awal kehidupan bayi. Kebutuhan gizi ibu perlu diperhatikan pada masa menyusui karena gizi yang masuk tidak hanya harus mencukupi kebutuhan dirinya melainkan harus memproduksi ASI bagi bayinya (Kemenkes RI, 2014). Beberapa manfaat ASI bagi bayi yaitu menurunkan risiko kematian bayi akibat diare dan infeksi, mengurangi angka kematian di kalangan anak-anak yang kekurangan gizi, perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal, serta sumber energi dan nutrisi bagi bayi usia 6 sampai 23 bulan. Sedangkan manfaat bagi ibu yang memberikan ASI adalah mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara, membantu kelancaran produksi ASI, sebagai metode alami pencegahan kehamilan dalam enam bulan pertama setelah kelahiran, dan membantu mengurangi berat badan lebih dengan cepat setelah kehamilan (WHO, 2016).



Makanan/minuman prelakteal adalah makanan/ minuman yang diberikan pada bayi satu sampai tiga hari setelah lahir sebelum ASI keluar (Anur Rohmin, 2015). Faktor yang banyak menggagalkan praktek ASI eksklusif diantaranya makanan/minuman prelakteal. Jenis makanan/minuman prelakteal diberikan kepada bayi baru lahir di Indonesia sebagian besar berupa susu formula (79,8%), madu/madu +air (47,5%), air putih (45,3%), air gula (23,8%), pisang dihaluskan (14,0), nasi dihaluskan (10,8%), air + kopi (9,0%), susu non formula (7,1%) (Riskesdas, 2013). Informasi perilaku pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir terdapat pada beberapa studi etnografi kesehatan ada pada beberapa etnik di Indonesia yaitu pada etnik Madura, etnik Rote, dan etnik Sabu (Ratna W, 2012, Marizka, 2014, Roland A.N, 2015) sehingga dapat diungkap perilaku pemberian makanan prelakteal tersebut secara budaya. Ibu menyusui tergolong ke dalam kelompok rentan sebab ASI yang merupakan makanan utama bayi diperoleh dari ibu. Oleh sebab itu, ibu yang sedang menyusui harus memperhatikan asupan zat gizi yang dikonsumsi, sebab sekresi ASI rata-rata 800-850 ml per hari dan mengandung 60-65 kkal, protein 1-1,2 g dan lemak 2,5-3,5 g setiap 100 ml. Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu dan harus digantikan dengan suplai makanan seharihari. Ibu yang tidak mampu menggantikan zat gizi yang diberikan kepada bayi berisiko mengalami gizi kurang atau bahkan masalah kesehatan seperti osteoporosis, kerusakan gigi dan juga kekurangan energi kronis (KEK). Hasil penelitian yang dilakukan pada Tahun 2009 menunjukkan 34,6% ibu menyusui di Indonesia berisiko KEK terutama pada ibu yang menyusui predominan.



B. GIZI SEIMBANG PADA IBU MENYUSUI 



Gizi seimbang pada ibu menyusui dapat diartikan bahwa konsumsi makanan ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dan untuk pertumbuhan serta pekembangan bayinya.







Gizi seimbang pada saat menyusui merupakan seuatu yang penting bagi ibu menyusui karena sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, Oleh karena itu, pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengauh terhadap status gizi ibu menyusui dan juga tumbuh kembang bayinya.







Komponen-komponen di dalam ASI diambil dari tubuh ibu sehingga harus digantikan oleh makan makanan yang cukup pada ibu menyusui tersebut. Oleh karena itu, ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak menyusui dan masa kehamilan, tetapi konsumsi pangannya tetap harus beranekaragam dan jumlah serta poposinya sesuai. Cukupnya produksi ASI ibu dapat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain adalah faktor makanan ibu dan kondisi psikis ibu. Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan pada akhirnya kelenjar - kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Kondisi psikis ibu, produksi air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan mengalami berbagai bentuk ketegangan emosional, akan berdampak pada kegagalan dalam menyusui bayinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi



ASI yaitu, penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen, frekuensi penyusuan, dan umur saat melahirkan. Makanan yang dikonsumsi ibu secara tidak langsung mempengaruhi kualitas, maupun jumlah air susu yang dihasilkan. Ibu yang menyusui tidak perlu makan berlebihan, tetapi cukup menjaga keseimbangan konsumsi gizi. Apabila ibu menyusui mengurangi makan atau menahan rasa lapar maka akan mengurangi produksi ASI. 



Manfaat Gizi Seimbang Pada Ibu Menyusui



a) Untuk melakukan aktivitas. b) Melakukan berbagai proses di dalam tubuh. c) Mengembalikan alat-alat kandungan ke keadaan sebelum hamil. d) Sebagai cadangan dalam tubuh. e) Sangat erat kaitannya dengan produksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi. Jika ibu berhasil memenuhi gizi seimbang saat menyusui, maka pertumbuhan bayi juga akan berhasil dan tubuh ibu bisa menjadi sehat dan kuat serta kualitas dan kuantitas produksi ASI menjadi baik. 



MASALAH dalam MENYUSUI



a) KEK ibu menyusui b) Payudara ibu bengkak ( matitis) c) Asi lama tidak keluar atau sedikit, sehingga bayi diberi susu formula d) Ibu dan bayi tidak rawat gabung e) Ibu tertarik iklan susu formula sehingga jarang menyusui f) Ibu bekerja sehingga jarang menyusui, produksi asi berkurang sehingga bayi diberi susu formula g) Budaya yang tidak mendukung pemberian asi eklusif



C. Dampak Masalah Gizi Ibu Menyusui Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi.Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang. Kekurangan zat gizi pada ibu menyusui dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk infeksi, serta menurunkan produktivitas dan kemampuan untuk beraktivitas. Ibu menyusui yang mengalami kekurangan zat gizi akan tidak dapat memproduksi ASI berkualitas karena tidak adanya cadangan zat gizi yang tersimpan. Masalah gizi di Indonesia dan negara berkembang umumnya didominasi oleh masalah KEP, anemia besi, GAKY, KVA dan masalah obesitas terutama di kota besar. Anemia gizi umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak balita serta anak sekolah (Supariasa, 2002). Anemia pada ibu menyusui akan menyebabkan gangguan nutrisi dan produksi air susu ibu (ASI) menjadi kurang karena zat besi sangat dibutuhkan pada masa menyusui, bila jumlahnya kurang maka dapat menimbulkan gangguan peredaran zat nutrisi dalam tubuh ibu yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada bayi (Soeharyo, 1999). Ibu dengan gizi buruk umumnya memproduksi ASI dalam jumlah yang lebih sedikit, tetapi kualitasnya tergantung pada makanan yang dimakan, umumnya terdapat penurunan kadar lemak, karbohidrat dan vitamin (Irawan, 2003). Masalah gizi yang paling umum dijumpai pada ibu hamil dan ibu menyusui adalah anemia besi. Pada ibu menyusui sering terjadi anemia karena ibu sudah mengalami anemia selama hamil dilanjutkan saat menyusui. Ibu dengan status gizi cukup akan menimbun cadangan makanan nutrien dalam tubuh yang digunakan untuk mengimbangi kebutuhan selama laktasi. Hal ini sangat penting untuk proses adaptasi terhadap perubahan anatomi dan fisiologi bayi yang berlangsung selama bulan pertama. Pada periode ini bayi juga berkembang dengan sangat cepat, oleh



karena itu dibutuhkan gizi yang tinggi. Bila kebutuhan gizi bayi tidak terpenuhi maka akan memberikan kondisi kesehatan kurang atau kondisi defisiensi yang menyebabkan pertumbuhannya tidak optimum. Kondisi defisiensi ini merupakan awal dari keadaan gizi bayi yang buruk. Gizi buruk adalah kondisi tubuh yang tampak sangat kurus karena makanan yang dimakan setiap hari tidak dapat memenuhi zat gizi yang dibutuhkan, terutama kalori dan protein. Tanda awal gizi buruk seperti berat badan anak letak titiknya dalam kartu menuju sehat (KMS) jauh berada di bawah garis merah (BGM) dan bila hal ini tidak segera ditangani maka akan terjadi KEP (Arisman, 2007). Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih besar dibanding saat hamil. Saat menyusui diperlukan energi ekstra untuk memulihkan kondisi kesehatan setelah melahirkan, untuk aktivitas sehari-hari serta pembentukan ASI. Pada bulan pertama sesudah persalinan, produksi ASI umumnya sangat banyak sehingga akan banyak keluar diisap oleh bayi dan ibu akan lebih cepat haus serta lapar. Agar jumlah kalori yang keluar tersebut seimbang maka diperlukan masukan nutrisi yang seimbang karena energi ini akan diproses lagi untuk pembentukan ASI. Selama menyusui ibu memproduksi sekitar 800-1000 cc ASI (Paath, 2005). Jumlah produksi ASI bergantung pada besarnya cadangan lemak yang tertimbun selama hamil dan dalam batas tertentu. Rata-rata volume ASI wanita berstatus gizi baik sekitar 700-800 ml. Sementara yang berstatus gizi kurang hanya berkisar 500600 ml. Jumlah ASI yang disekresikan pada 6 bulan pertama sebesar 750 ml sehari. Sekresi pada hari pertama hanya terkumpul sebanyak 50 ml yang kemudian meningkat menjadi 500, 650, dan 750 ml masing-masing pada hari kelima bulan pertama dan ketiga. Volume ASI pada bulan berikutnya menyusut menjadi 600 ml. Status gizi tidak berpengaruh terhadap mutu (kecuali volume) ASI, meskipun kadar vitamin dan mineralnya sedikit lebih rendah (Arisman, 2007). Penilaian status gizi ibu hamil dan ibu menyusui meliputi pengukuran antropometri serta biokimiawi (Arisman, 2007). Status gizi ibu menyusui dapat diukur secara indeks antropometri yaitu kombinasi antara beberapa parameter seperti mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas serta



indeks masa tubuh yaitu berat badan dibagi tinggi badan dikuadratkan. Untuk mengukur status gizi bisa dilakukan secara biokimiawi dengan pemeriksaan Hb (Soeharyo, 1999). 



PERANAN



PETUGAS



KESEHATAN



DALAM



PENINGKATAN



PENGGUNAAN ASI Berusaha memotivasi ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya dan Ibu dapat memproduksi ASI dalam jumlah sesuai kebutuhan bayi terutama dalam 6 bulan pertama kehidupan bayinya. Dijelaskan bahwa Ѳ ASI adalah makanan dan minuman yang ideal dan tepat untuk pertumbuhan bayi agar sehat dan cerdas Ѳ ASI akan mencegah bayi dari penyakit infeksi, karena akan meningkatkan daya tahan tubuhnya Ѳ ASI selain bermanfaat bagi bayi juga bagi kesehatan ibu sendiri Ѳ ASI meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi Ѳ ASI ekonomis, bersih,siap setiap saat dan ramah lingkungan Ѳ ASI eksklusif (s/d 6 bulan ) akan menjamin pertumbuhan fisik, mental, emosi dan kesehatan bayinya Apabila ibu ada kesulitan dalam menyusui , berilah jalan keluar.



Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016 KAITAN POLA MAKAN SEIMBANG DENGAN PRODUKSI ASI IBU MENYUSUI Irma Yustina Imasrani, Ngesti W Utami, Susmini Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Poltekkes Malang e-mail: [email protected]



ABSTRAK : Masa menyusui adalah masa yang sangat penting dan berharga bagi seorang ibu dan bayinya. Pada masa ini hubungan emosional antara ibu dan anak akan terjalin, dengan periode yang cukup panjang. Masa menyusui sangat baik bagi perkembangan mental dan psikis anak Ketika air susu mengalir dari payudara ibu, anak akan merasakan betapa besar curahan cinta, kasih sayang, dan kehangatan yang diberikan kepadanya, Konsumsi makanan yang bergizi sangat dibutuhkan ibu menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan seimbang dengan produksi ASI ibu menyusui di RW 01 Tlogo Indah Kecamatan Lowokwaru Malang Desain dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Sampel adalah ibu menyusui yang berjumlah 32 orang dengan cara purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah quesioner. Analisa data menggunakan uji spearman rank. Menyusui bayi berarti telah memberikan nutrisi penting bagi bayi, juga dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi dan dapat mempererat hubungan antara ibu dan bayi. Pada saat ibu menyusui kadang muncul keluhan dan kesulitan dalam menyusui, salah satunya adalah ASI yang tidak keluar dengan lancar. Pentingnya mempersiapkan kondisi fisik dan mental ibu seoptimal mungkin (Indiarti, 2006). Makanan yang dikonsumsi ibu secara tidak langsung mempengaruhi kualitas, maupun jumlah air susu yang dihasilkan. Ibu yang menyusui tidak perlu makan berlebihan,



tetapi cukup menjaga keseimbangan konsumsi gizi. Apabila ibu menyusui mengurangi makan atau menahan rasa lapar maka akan mengurangi produksi ASI. Pada kenyataanya, tidak ada makanan atau minuman khusus yang dapat memproduksi ASI secara ajaib, meskipun banyak orang yang mempercayai bahwa makanan atau minuman tertentu akan meningkatkan produksi ASI (Prasetyono, 2005). Pola makan adalah salah satu penentu keberhasilan ibu dalam menyusui. Sehingga ibu yang menyusui perlu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Nutrisi yang seimbang akan menghasilkan gizi yang baik dan berkualitas. Beberapa penelitian membuktikan ibu dengan gizi yang baik, umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6 bulan, sebaliknya ibu yang gizinya kurang, biasanya tidak mampu menyusui selama itu bahkan tidak jarang air susunya tidak keluar (Proverawati, 2009). Pola makan ibu yang tidak seimbang di masa menyusui menyebabkan rentannya tubuh ibu, kelelahan yang sangat. Dampaknya produksi ASI akan menurun. Tubuh ibu telah bekerja keras dalam memproduksi ASI, serta melakukan berbagai macam aktifitas dalam rangka merawat bayinya. Sehingga disarankan bagi ibu menyusui untuk tetap menjaga pola makan yang baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan observasi. Kuisioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden tentang laporan pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto 2010). Observasi yaitu merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Aziz, 2012).



N0TE: vidio konseling gizi ibu menyusui https://youtu.be/HfxC3Uy5XPw



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan rumusan tujuan penelitian, hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konseling menyusui dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan niat ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Sikap ibu tentang ASI eksklusif, persepsi kontrol perilaku terhadap ASI eksklusif serta perilaku untuk memberikan ASI eksklusif tidak meningkat setelah diberikan konseling menyusui. Peningkatan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan niat ibu untuk memberikan ASI eksklusif tidak otomatis dapat meningkatkan perilaku memberikan ASI eksklusif. Diperlukan juga peningkatan yang signifikan dan paralel dari semua variabel yang berpengaruh terhadap perilaku memberikan ASI eksklusif. Berikut disampaikan kesimpulan pada setiap variabel: 1. Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif meningkat setelah diberikan intervensi berupa konseling menyusui oleh konselor ASI. 2. Sikap ibu untuk memberikan ASI eksklusif tidak meningkat setelah dilakukan konseling menyusui oleh konselor ASI. 3. Persepsi kontrol perilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif tidak meningkat setelah dilakukan konseling menyusui oleh konselor ASI.



B. SARAN Berdasarkan hasil temuan penelitian, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :



1.



Peningkatan pemberian ASI eksklusif, selain melakukan konseling mengenai ASI



eksklusif pada saat antenatal, sangat perlu juga dilakukan pada periode postnatal terutama pada saat awal dimulai inisiasi menyusui dini dengan melibatkan suami dan keluarga dekat. 2. Interaksi dan kemampuan petugas kesehatan selaku konselor ASI perlu ditingkatkan dan teknik konseling harus diperkuat dengan pesan-pesan yang diprioritaskan. 3. Penelitian berikutnya yang sejenis perlu mempertimbangkan untuk menyertakan beberapa hal sebagai berikut: a. Variabel selfefficacy (keyakinan diri). b. Variabel status menyusui sebelumnya pada multipara. c. Pendataan karakteristik responden seperti status menyusui pada bayi sebelumnya, tempat melahirkan dan penolong persalinan sangat diperlukan terutama untuk pendalaman analisis pada pembahasan.



SUMBER REFERENSI  JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm  Jurnal PERILAKU PEMENUHAN GIZI PADA IBU MENYUSUI DI BEBERAPA ETNIK DI INDONESIA  Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016 KAITAN POLA MAKAN SEIMBANG DENGAN PRODUKSI ASI IBU MENYUSUI



 http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-menyusui/