13 0 237 KB
TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN KRITIS ( KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN ATRIUM SEPTAL DEFECT )
DOSEN : NURDIN, S.Kep.,Ns.,M.Kep
KELOMPOK 8 : SITTI HALMINA .H
( P201701068)
MILA CITRA DEWI
(P201701087)
YUNI ASRI LESTARI (P201701067) ASMANIA
(P201701094)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesikan pembuatan makalah yang berjudul “Konsep Medis dan Asuhan Keperawatan Atrial Septal Defect” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis, juga sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa mengenai konsep medis pada pasien dengan Atrial Septal Defect. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing, yang telah membimbing dan memberi saran serta masukan kepada kami dalam menyusun makalah ini. Selain itu, juga kepada teman-teman yang selalu memberikan dukungannya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kendari, 20 Desember 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………. KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. DAFTAR ISI ............................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................................. C. Tujuan ...................................................................................................... BAB II KONSEP MEDIS A. Definisi ………………………………………………………………………… B. Etiologi .................................................................................................... C. Faktor Resiko ………………………………………………………………… D. Manifestasi Klinis …………………………………………………………… E. Klasifikasi ................................................................................................ F. Komplikasi ……………………………………………………………………. G. Patofisiologi ............................................................................................ H. Pemeriksaan Diagnostik …………………………………………………… I.
Penyimpangan KDM …………………………………………………………
BAB III KONSEP KEPERAWATAN A. Definisi Pengkajian Keperawatan…………………………………………. B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………... C. Intervensi Keperawatan…………………………………………………….. D. Implementasi Keperawatan………………………………………………… E. Evaluasi ……………………………………………………………………….. BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian .............................................................................................. B. Diagnosa ................................................................................................. C. Intervensi ................................................................................................ D. Evaluasi ……………………………………………………………………….. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ B. Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Insidensi penyakit jantung kongenital diAmerika Serikat dilaporkan rata-rata sebanyak 8 tiap 1000 kelahiran hidup. Sedangkan di negara berkembang angka kejadian mencapai 1 tiap 125 kelahiran hidup. Dengan meningkatknya akses terhadap terapi dan pembedahan, kejadian penyakit jantung kongenital meningkat 1-5% setiap tahunnya. Penyakit jantung kongenital yang banyak dijumpai dalam praktek sehari-hari di antaranya adalah yang digolongkan pada penyakit jantung asianotik dengan kelainan anatomi berupa atrial septal defect (ASD), ventricular septal defect (VSD) dan patent ductus arteriosus (PDA). Kelainan ini merupakan defek yang paling banyak terjadi pada anak dengan penyakit jantung kongenital sehingga pemahaman akan penyakit ini sangat diperlukan. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari atrial septal defect ? 2. Apa etiologi dari atrial septal defect ? 3. Apa factor resiko dari atrial septal defect ? 4. Apa manifestasi klinis dari atrial septal defect ? 5. Apa klasifikasi dari atrial septal defect ? 6. Apa komplikasi dari atrial septal defect ? 7. Bagaimana patofisiologi dari atrial septal defect ? 8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari atrial septal defect ? 9. Bagaimana penyimpangan KDM dari atrial septal defect? 10. Bagaimana konsep keperawatan dari atrial septal defect ? 11. Bagaimana asuhan keperawatan dari atrial septal defect ?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari atrial septal defect 2. Untuk mengetahui etiologi dari atrial septal defect 3. Untuk mengetahui factor resiko dari atrial septal defect 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari atrial septal defect 5. Untuk mengetahui klasifikasi dari atrial septal defect 6. Untuk mengetahui komplikasi dari atrial septal defect 7. Untuk mengetahui patofisiologi dari atrial septal defect 8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari atrial septal defect 9. Untuk mengetahui penyimpangan KDM dari atrial septal defect 10. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari atrial septal defect 11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari atrial septal defect
BAB II KONSEP MEDIS
A. Definisi ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Defek Septum Atrium adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan). Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD. Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi
jantung
kanan
dan
kiri
melalui
sekatnya
karena
kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kavasuperior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septumprimum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan.
B. Etiologi Penyebab ASD belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD yaitu antara lain: 1. Faktor Prenatal a. Ibu dengan infeksi rubela b. Ibu alkoholisme
c. Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan penenang atau jamu d. Ibu dengan usia lebih dari 45 tahun 2. Faktor Genetik a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB b. Ayah atau ibu menderita PJB c. Kelainan kromosom seperti Down Syndrome d. Lahir dengan kelainan bawaan lain. C. Faktor Resiko 1. Sindroma down 2. Infeksi rubela (campak jerman) pada trimester pertamakehamilan ibu 3. Infeksi virus TORCH pada saat kehamilan. 4. Penyakit diabetik pada saat kehamilan 5. Kebiasaan merokok 6. Konsumsi obat tertentu seperti asam retinoat untuk pengobatan jerawat. 7. Alcohol 8. Faktor genetik atau keturunan D. Manifestasi Klinis 1. Adanya dispnea 2. Kecenderungan infeksi pada jalan nafas 3. Palpitasi 4. Kardiomegali (pembengkakan) 5. Atrium dan ventrikel kanan membesar 6. Diastolik meningkat 7. Sistolik rendah
E. Klasifikasi Berdasarkan variasi
kelainan anatominya, defek sekat atrium
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Defek sekat atriumtipe primum (tipe I) Kondisi ini disebabkan oleh defek yang terjadi pada septum premium yang gagal berkembang mencapai endocardium cushion (bantalan endokardium). Kejadian defek
sekat
atrium
tipe
I ini
adalah sekitar 30 % dari seluruh defek sekat atrium. Beberapa variasi anatomis defek tipe ini adalah sebagai berikut : a. Atrium
tunggal
(atrium
komunis) yang sangat jarang terjadi,
dengan sekat atrium menjadi benar-benar tidak ada karena kegagalan total pertumbuhan septum primum.
b. Adanya defek sekat septum primum yang disertai dengan defek pada daun katup mitral anterior dan trikuspidal (defek kanal atrivontrikuler inkomplet)
c. Adanya defek sekat primum sekat atrium, defek katup mitral dan trikuspidal, dan ditambah dengan defek pada sekat ventrikel bagian atas (defek kanal atriventrikuler komplet).
2. Defek sekat atrium tipe sekundum (tipe II) Tipe
yang
defek
paling
sekat
sering
terjadi
sekitar
70%
dari
kasus
atrium. Berdasarkan lokasi defek tipe ini terbagi
menjadi: a. Defek pada fossa ovalis Defek ini paling sering terjadi, dapat tunngal maupun multipel. Dapat pula terjadi sebagai foramen ovale paten.
b. Defek tipe sinus venosus vena cava superior Defek terjadi di superior sampai fossa ovalis. Tipe defek sinus venosus
ini berkisar 10% dari seluruh
kelainan defek sekat
atrium c. Defek tipe sinus venosus vena cava inferior Defek terjadi di posterior dan inferior sampai fossa ovalis.
F. Komplikasi 1. Hipertensi pulmonal 2. Gagal jantung kongestif 3. Aritmia atrial 4. Risiko stroke 5. Endokarditis
G. Patofisiologi
Atrial septal defek (ASD) Defek antara atrial dexttra dan atrial sinistra
Tekanan atrium sinistra < tekanan atrium dextra
Volume atrium
aliran darah dari atrial
sinistra menurun meningkat
sinistra ke atrial dextra
vulume sekuncup menurun
volume atrium dextra
volume ventrikel dextra
peningkatan aliran
Penurunan Curah Jantung
darah pulmonal suplai oksigen menurun
adema paru
nutrisi ke jaringan
hipoksia
volume paru
menurun
jaringan
menurun
suplai oksigen dan
lemah, letih, lemas
Gangguan
Gangguan Pertukaran Gas
Pertumbuhan Dan Inteloransi Aktifitas
Perkembangan
H. Pemeriksaan Diagnostik 1. Elektrokardiografi Gambaran
EKG
penting
dalam
membantu
sekundum. EKG menunjukkan pola
RBBB
diagnosis
pada
95%,
menunjukkan terdapatnya beban volume ventrikel kanan. sumbu
QRS
ke
kanan
(Rigth
axis
DSA yang
Deviasi
deviation) pada
DSA
sekundum membedakannya dari defek primum yang memperlihatkan defiasi
sumbu
ke kiri (left
axis
deviation). Blok
(pemanjangan interval PR) terdapat
AV derajat I
pada 10% kasus defect
sekundum.
2. Ekokardiografi Dengan alat diagnosis ini dapat dibuat diagnosis pasti. Defect ini
paling
baik difisualisasikan dengan menggunakan pandangan
subxifoid, karena
tegak
lurus
pada sekat
atrium.
Dengan
menggunakan pemetaan aliran dopler
bewarna dapat dilihat aliran
shunt yang
Dengan
mode,
melewati defect
septum.
pada defect sekat atrium
ekokardiografi M-
tipe sekundum sering tampak
pembesaran ventrikel kanan dan juga terlihat gerakan septum yang paradoks atau mendatar. Sementara itu pada defect sekat atrium tipe primum kadang kita perlu melihat gamabaran katub mitral. Gambaran ini dapat
dilihat
paling
baik pada pandangan sumbu
pendek subsifoid dan parasternal.
3. Foto rontgen Ukuran
jantung
membesar sebanding dengan
besar
shunt.
Mungkin terdapat pembesaran jantung kanan yang tampak sebagai penonjolan pada
bagian
kanan
atas jantung.
Batang
arteri
pulmonalis juga dapat membesar dan tampak sebagai tonjolan pulmonal yang prominen. Vaskularisasi corakan paru bertambah. Gambaran
ini (disertai
dengan
gejala
klinik
yang
ada) sering
didiagnosis sebagai Klompleks Primer Tuberkulosis (KPTB).
4. Kateterisasi jantung Kadang-kadang dilakukan untuk melihat
tekanan
pada masing-
masing ruangan jantung misalnya hipertensi pulmonal.
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Alat ini dapat mendeteksi anomali muara vena. Dapat digunakan pula untuk mengukur besar defek dan memperkirakan besar aliran shunt.
I.
Penyimpangan KDM Factor ginetik/keturunan Factor selama hidup ibu Infeksi tertentu (rubella) Mempengaruhi perkembangan bayi/janin Perkembangan atrium yang abnormal Ukuran atrium kanan mengecil dan kiri yang besar Beban atrium kanan ASD Arah shunt berubah kiri - kanan
Suplai O2
Sirkulasi sistemik
Resiko penurunan curah jantung
Penurunan fungsi
Hipoksia
Sel dan jaringan kekurangan
Pulmonal
Sianosis
Gangguan transportasi O2
Zat makan khususnya O2
Resti infeksi saluran napas
Metabolisme
Perubahan tumbang
Metabolisme Anaerob kelemahan imun
Kurang terpenuhinya Informasi mengenai penyakit anak
Kurang informasi mengenai penyakit Pola koping tidak efektif stretor
anfeitas keluarga
resti terjadi adema
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengertian Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mngidentifikasi status kesehatan pasien. menurut Lyer et al (1996,dalam setiadi, 2012). Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya (Manurung, 2011). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012). B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik actual maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ). Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan menurut Gordon (1982, dalam Dermawan, 2012).
C. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011). Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).
D. Implementasi Keperawatan Implementasi
keperawatan
adalah
pelaksanaan
rencana
keperawatan oleh perawat dan pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan
adalah
pengelolaan
dan
perwujudan
dari
rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). E. Evaluasi Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi
keperawatan
yang
keperawatan telah
dan
diberikan
mengkaji
(Deswani,
ulang 2009).
asuhan Evaluasi
keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Seorang pria berinisial R usia 26 tahun suku Tolaki, bekerja sebagai guru, dirawat di RSUD Kota Kendari, dengan keluhan batuk darah sejak 5 hari sebelum masuk RS. Pasien datang ke UGD dengan keluhan sesak napas. Pasien merasa sesak yang diperberat dengan aktivitas. Pasien merasa pusing dan penglihatan kabur, badan terasa lelah, dan keluar keringat dingin. Pasien mengatakan merasa sesak saat berbaring. Tidak didapatkan demam, nyeri dada, mual, maupun muntah. Tidak ada keluhan buang air kecil maupun buang air besar. Pola nafas nampak cepat dan pasien nampak menggunakan otot bantu nafas. Pasien nampak lemah dan tampak sianosis. Pasien saat ini sedang menjalani terapi obat anti tuberkulosis dari puskesmas bulan ke-4. Saat usia 22 tahun pasien pernah berobat ke dokter spesialis jantung dan dikatakan jantung bocor, tetapi tidak melanjutkan pengobatan. Tidak ada riwayat biru saat lahir, tetapi terdapat riwayat ISPA berulang saat anak-anak (kecil). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan AGD pH 3,55, P02 64 mmHg, PCO2 50 mmGHg, dan SaO2 85%. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum, TD 110/80 mmHg, Nadi 110x/menit , laju respirasi 27 kali/ menit, suhu 36,20 C, saturasi oksigen 80%, dan CRT didapatkan >3 detik. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening leher maupun peningkatan tekanan vena jugularis. Pada pemeriksaan paru didapatkan bunyi nafas ronchi. Didapatkan murmur jantung namun tidak didapatkan pembesaran hepar maupun lien.
A. Pengkajian Tgl Mrs
: 22/12/2020
Jam Masuk
: 13:30
Tanggal Pengkajian
: 22/12/2020
No. Rm
: 3455744
Jam Pengkjian
: 15:00
Diagnosa Masuk
: Sesak Nafas
Hari Rawat Ke
: 1 (Hari pertama)
IDENTITAS 1. Nama Pasien
: Tn. R
2. Umur
: 26
3. Suku/ Bangsa
: Tolaki
4. Agama
: Islam
5. Pendidikan
: S1
6. Pekerjaan
: Guru
7. Alamat
: Andonohu BTN Mutiarah Indah
8. Sumber Biaya
: Umum
KELUHAN UTAMA 1. Keluhan utama: Klien mengatakan sesak napas RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 1. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien mengatakan sesak napas yang di perberat dengan aktifitas, pasien merasa pusing dan penglihatan kabur, badan terasa lelah, dan keluar keringat dingin. Pasien mengatakan merasa sesak saat berbaring. Pasien saat ini sedang menjalani terapi obat anti tuberkolosis dari puskesmas bulan ke-4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU 1.
Pernah dirawat : Iya, klien mengatakan pernah di rawat akibat ispa berulang saat usia dini dan pada usia 22 tahun dia mengalami jantung bocor.
Riwayat penyakit kronik dan menular: ya
2.
jenis: Infeksi saluran pernapasan Riwayat kontrol : pernah Riwayat penggunaan obat : Obat anti tuberkulosis 3.
4.
Riwayat alergi: Obat
: Tidak, klien mengatakan tidak memiliki alergi obat
Makanan
: klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan
Riwayat operasi: -
5.
Kapan
: klien mengatakan tidak penah melakukan oprasi
Lain-lain: tidak ada
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular pada keluarga. Jenis : tidak ada -
Genogram :
Keterangan : : Laki - Laki : Perempuan : Meninggal
: Meninggal : Pasien : Anak
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan : - Alkohol
: klien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol
- Merokok
: klien mengatakan tidak pernah merokok
- Obat
: klien mengatakan tidak mengkomsumsi obat
- Olahraga
: klien mengatakan tidak pernah olahraga
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda tanda vital S : 36,2
N : 110x/menit
T : 110/80mmHg
Kesadaran: Compos Mentis 2. Sistem Pernafasan (B1) a. RR
: 27x/menit.
b. Keluhan:klien mengatakan sesak nafas Batuk : iya, pasien batuk Sekret : batuk darah Konsistensi
: kental
Warna : merah Bau
: bau khas darah
c. Penggunaan otot bantu nafas: ada
RR : 27x/menit
d. Irama nafas: cepat e. Pleural Friction rub: Tidak f. Pola nafas
: Dispneu
g. Suara nafas
: Ronki
h. Alat bantu napas
: Ya
Ventilator Mode
: tidak ada
Fio2
: tidak ada
PEEP
: tidak ada
Sao2
: 85%,
Vol.tidal : tidak ada I:E ratio
: tidak ada
PCO2 50 : mmGHg AGD pH : 3,55 Lain-lain : tidak ada i. Penggunaan WSD : tidak ada - Jenis : tidak ada - Jumlah cairan : tidak ada - Undulasi
: tidak ada
- Tekanan
: tidak ada
3. Sistem Kardio vaskuler (B2) a. Keluhan nyeri dada : tidak ada P : Tidak ada Q : Tidak ada R : Tidak ada S : Tidak ada T : Tidak ada b. Irama jantung : reguler c. Suara jantung : murmur d. Ictus Cordis: Tidak ada e. CRT
: > 3 detik
f. Sikulasi perifer : tidak ada g. JVP
: tidak ada JVP
h. CVP
: tidak ada pemeriksaan
i. CTR
: tidak ada pemeriksaan
j. ECG & Interpretasinya: Tidak ada k. Lain-lain : tidak ada 4. Sistem Persyarafan (B3) a. GCS : Komposmentis E:4 M:6 V :5 b. Keluhan pusing : Tidak nyeri P : Tidak ada Q : Tidak ada R : Tidak ada S : Tidak ada T : Tidak ada c. Isitrahat/Tidur : 6 Jam/Hari Gangguan tidur : klien tidak memiliki gangguan pola tidur d. Gangguan pendengaran: klien Tidak ada gangguan pendengaran e. Gangguan penglihatan : klien Tidak ada gangguan penglihatan f. Gangguan Penciuman : klien Tidak ada gangguan penciuman
5. Sistem perkemihan (B4) a. Kebersihan genetalia: Bersih b. Sekret: tidak ada c. Ulkus : Tidak ada d. Kebersihan meatus uretra: Bersih e. Keluhan kencing: Tidak ada f. Kemampuan berkemih: Spontan Alat bantu, sebutkan: Tidak ada
Jenis : Tidak ada Ukuran: Tidak ada Produksi urine : 2000 ml/jam Warna: Kuning normal Bau
: Tdak
g. Nyeri tekan : tidak h. Intake cairan oral : 500 cc/hari
parenteral : 200 cc/hari
i. Balance cairan: 100 cc/hari 6. Sistem pencernaan (B5) a. TB
:165
BB
b. IMT
:22,9
c. LILA
:25,5 cm
: 60 kg
d. Mulut : bersih e. Membran mukosa: kering f. Tenggorokan: normal g. Abdomen: simetris h. Nyeri tekan: tidak nyeri i. Peristaltik: 10 x/menit j. BAB: 1x/hari
Terakhir tanggal : 20 Desember 2020
k. Konsistensi: lunak l. Diet: lunak m. Diet Khusus: Tidak ada diet khusus yang di lakukan n. Nafsu makan: baik
Frekuensi: 3x/hari
o. Porsi makan: habis
Keterangan: Nafsu makan baik
p. Lain-lain: Tidak ada 7. Sistem muskuloskeletal (B6) a. Pergerakan sendi
: bebas
b. Kekuatan otot
: dextra-sinistra
c. Kelainan ekstremitas : tidak ada kelainan ekstremitas d. Kelainan tulang belakan : tidak ada kelainan e. Fraktur : tidak ada f. Traksi : tidak ada
- Jenis
: Tidak ada
- Beban
: Tidak ada
- Lama pemasangan
: Tidak ada
g. Penggunaan spalk/gips: tidak h. Keluhan nyeri: tidak P : Tidak ada Q : Tidak ada R : Tidak ada S : Tidak ada T : Tidak ada i. Sirkulasi perifer: Tidak ada j. Kompartemen syndrome : tidak k. Kulit:ikterik : sianosis l. Turgor : 8. Sistem Endokrin a. Pembesaran tyroid: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid b. Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening c. Hipoglikemia: tidak ada d. Hiperglikemia: Tidak ada
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL e. Persepsi klien terhadap penyakitnya: Klien tampak cemas dan khawatir atas penyakit yang di alami . f. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : gelisa dan tegang g. Reaksi saat interaksi :
kooperatif
h. Gangguan konsep diri : - gambaran diri Klien mengatakan seluruh anggota tubuh adalah penting jadi ketika sakit maka akan mempengaruhi pola aktivitas yang telah di jalaninya selama ini - ideal diri
Klien mengatakan ingin segera cepat sembuh agar bisa mencari nafkah kembali untuk keluarganya dan agar bisa menjalankan aktivitas seperti biasaya - penampilan peran klien adalah seorang suami dan dia bertanggung jawab sebagi kepala keluarga identitas diri
-
klien adalah seorang suami dan dia bertanggung jawab sebagi kepala keluarga klien adalah seorang laki-laki berusia 26 tahun dan berstatus menikah. harga diri :
-
klien mengatakan kondisinya saat ini membuatnya terbatas menjalani aktivitas keseharian dan membatasinya dari bekerja untuk waktu yang lama.
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN Sebelum MRS : pasien mengatakan mandi 2x sehari mencuci rambut 3 hari sekali memotong kuku 1x seminggu, rapi, penampilan menarik dan tidak ada hambatan dalam personal hygien dan kebiasaanya sebelum masuk rumah sakit selalu melakukan aktivitas jalan pagi sesudah MRS: pasien mandi 1x sehari mencuci rambut 3-4 hari sekali , tidak memotong kuku, penampilan kurang menarik, kurang rapi seperti biasannya dan hambataanya adanya rasa malas untuk melakukan personal hygiene dan kebiasaan sesudah masuk rumah sakit.
PENGKAJIAN SPIRITUAL a. Kebiasaan beribadah - Sebelum sakit : klien mengatakan selalu melakukan ibadah sholat 5 waktu - Selama sakit
: klien malakukan ibadah dengan berdoa di tempat tidur di
karenakan sakit yang di derita b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah: tidak ada bantuan yang di butuhkan klien karena selama di rumah sakit klien tidak menjalankan ibadah. PEMERIKSAAN PENUNJANG: Tidak ada TERAPI: Tidak ada DATA TAMBAHAN LAIN : Tidak ada
ANALISIS DATA
No. 1.
DATA
ETIOLOGI
Ds :
Perubahan afterload Klien mengatakan
-
sesak nafas yang di perberat dengan aktivitas. Klien merasa pusing
-
dan penglihatan kabur. Klien badan terasa
-
lelah, dan keluar keringat dingin. Klien mengatakan
-
merasa sesak saat berbaring Pasien mengatakan
-
batuk darah sejak 5 hari sebelum masuk RS Do : -
Klien
nampak
lemah
dan tampak sianosis -
TTV TD
: 110/80 mmHg
N
: 110x/menit
RR : 27x/menit S
: 36,2 °c
CRT : >3 detik -
Pemeriksaan lab AGD pH : 3,55
MASALAH Penurunan curah jantung
2.
PO2
: 64 mmHg
PCO2
: 50 mmHg.
SaO2
: 85% .
Ds : Klien mengatakan
-
sesak nafas yang di perberat dengan aktivitas. Klien merasa pusing
-
dan penglihatan kabur. Klien badan terasa
-
lelah, dan keluar keringat dingin. Klien mengatakan
-
merasa sesak saat berbaring Pasien mengatakan
-
batuk darah sejak 5 hari sebelum masuk RS Do : -
Klien
nampak
lemah
dan tampak sianosis -
TTV TD
: 110/80 mmHg
N
: 110x/menit
RR : 27x/menit S
: 36,2 °c
CRT : >3 detik -
Pemeriksaan lab AGD pH : 3,55
Ketidakseimbangan
Gangguan
ventilasi-perfusi
Pertukaran gas
3.
PO2
: 64 mmHg
PCO2
: 50 mmHg.
SaO2
: 85% .
Ds : Klien mengatakan
-
sesak nafas yang di aktivitas. Klien merasa pusing dan penglihatan kabur. Klien badan terasa
-
lelah, dan keluar keringat dingin. Klien mengatakan
-
merasa sesak saat berbaring Pasien mengatakan
-
batuk darah sejak 5 hari sebelum masuk RS Do : -
Klien
nampak
lemah
dan tampak sianosis -
TTV TD
: 110/80 mmHg
N
: 110x/menit
RR : 27x/menit S
: 36,2 °c
CRT : >3 detik -
Pemeriksaan lab AGD pH : 3,55
Intoleransi
antara suplai dan
aktivitas
kebutuhan oksigen, kelemahan.
perberat dengan
-
Ketidakseimbangan
PO2
: 64 mmHg
PCO2
: 50 mmHg.
SaO2
: 85% .
B. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung b/d Perubahan afterload 2.
Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Intoleransi aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan.
C. Intervensi Keperawatan
NO.
1
Dx.
Tujuan Keperawatan
Keperawatan
Rencana Keperawatan
curah
Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan jantung Observasi keperawatan selama 3x/24
jantung b/d
jam
Perubahan
jantung
afterload
dan status sirkulasi dapat
sekunder penurunan
membaik. dengan kriteria
curah jantung
Penurunan
diharapkan dapat
curah -
atau gejala primer dan
meningkat
-
hasil :
Identifikasi tanda-tanda
Monitor intake dan output cairan
-
1. Curah jantung Indikator Takikardia Lelah Dispnea Sianosis Batuk Murmur jantung
Awal 2 2 2 2 2 2
Akhir 4 4 4 4 4 4
Monitor ekg 12 sadapan Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian
2. Status sirkulasi Indikator Saturasi oksigen PO2 PCO2
obat.
Awal
Akhir
2
4
2 2
4 4
Terapeutik -
Posisikan pasien semi fowler/fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
-
Berikan diet jantung yang sesuai
-
Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hdup sehat
-
Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%. Edukasi
-
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
-
Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
-
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian. Kolaborasi
-
Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2.
Gangguan
Setelah dilakukan tindakan 1. Pemantauan respirasi
pertukaran
keperawatan selama 3x/24
Obsevasi :
gas b/d
jam diharapkan pertukaran -
Monitor frekuensi,
ketidakseimb
gas
irama, kedalaman dan
angan
dengan kriteria hasil :
dapat
meningkat
upaya napas
ventilasiperfusi
Indikator
Awal
Akhir
Dispne
2
4
a Bunyi
2
4
napas
-
Monitor pola nafas
-
Monitor kemampuan batuk efektif
-
Auskultasi bunyi nafas
-
Monitor saturasi oksigen
tamba han Pusing Pengli hatan kabur
Terapeutik : 2 2
4 4
-
Dokumentasi hasil pemantauan
Diafor
2
4 Edukasi :
esis PCO2 PO2 Takika
2 2 2
4 4 4
rdia PH
2
4
arteri sianosi
2
4
s Pola
-
prosedur pemantauan 2. Dukungan ventilasi Observasi : -
2
Jelaskan tujuan dan
Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
4
nafas
napas 1.
Monitor status respirasi dan oksigenasi Terapeutik :
-
Berikan posisi semi fowler/fowler fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
-
Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan Edukasi :
-
Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
-
Ajarkan lmengubah posisi secara mandiri
-
Ajarkan teknik batuk efektif.
3. Manajemen asam-basa Observasi : -
Monitor frekuensi dan kedalaman napas
-
Monitor irama dan frekuensi jantung
-
Monitor perubahan pH, PaCO2, dan HCO3 Terapeutik :
-
Ambil specimen darah arteri untuk pemeriksaan AGD
-
Berikan oksigen sesuai indikasi
3.
Intoleransi
Setelah di lakukan tindakan 1. Manajemen energi
aktivitas b/d keperawatan selama 3x/24
Observasi :
Ketidakseim
jam diharapkan
Identifikasi gangguan
bangan
aktivitas dapat meningkat
toleransi -
fungsi tubuh yang
antara suplai dengan kriteria hasil :
mengakibatkan
dan
kelelahan
kebutuhan oksigen, kelemahan.
Indicator Awal Saturasi 2 oksigen Kemuda
akhir
-
Monitor kelelahan fisik dan emosional
4 -
Monitor lokasi
han
ketidaknyamanan
dalam
selama melakukan
melakuk
2
4
an
Terapeutik :
aktivitas hari-hari Keluhan lelah
aktivitas
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau 4
2
aktif.
Dispnea saat aktivitas sianosis
4
- Berikan aktivitas
2
distraksi yang 2
4
menenangkan Edukasi : - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap - Ajarkan strategi koping 2. Rehabilitasi jantung Observasi : -
Monitor tingkat toleransi aktivitas
-
Periksa kontraindikasi latihan Terapeutik : - Fasilitasi pasien menjalani latihan fase 1 (inpatient) Edukasi : - Jelaskan rangkaian fase-fase rahabilitasi jantung - Anjurkan menjalani latihan sesuai toleransi
D. Evaluasi
No.
Hari/Tangggal
1.
Selasa,
No.
Evaluasi
Ttd
Dx S : Klien mengatakan sesak
22/12/20
nafas berkurang O : Keadaan umum klien masih terlihat lemah 1
A
: Masalah Teratasi Sebagian
P
: Pertahankan intervensi Monitor oksigen
S
saturasi
:Klien mengatakan sesak nafas berkurang
2
O
: Klien dapat beristrahat
A
: Masalah Teratasi Sebagian
P
: Pertahankan Intervensi - Sarankan kepada klien untuk mempertahankan posisi semi fowler/fowler.
3.
S : Klien mengatakan pusing dan rasa lelah mulai berkurang saat beristrahat O : Klien tampak bisa beraktivitas secara bertahap A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan - Monitor kelelahan fisik dan
emosional monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Penyakit jantung kongenital yang banyak dijumpai dalam praktek sehari-hari di antaranya adalah yang digolongkan pada penyakit jantung asianotik dengan kelainan anatomi berupa atrial septal defect (ASD), ventricular septal defect (VSD) dan patent ductus arteriosus (PDA). Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi
jantung
kanan
dan
kiri
melalui
sekatnya
karena
kegagalan pembentukan sekat. B. Saran Dalam melakukan
memberikan
intervensi
asuhan
dengan
tepat
keperawatan, dan
sesuai
perawat dengan
harus yang
ditentukan.Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut, klien mengerti dan dapat menerapkannya
meskipun tidak ada
perawat.Sebaiknya makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi penuli bagi klien dan bagi institusi pendidikan (pelayanan kesehatan, pendidikan keperawatan, penelitian keperawatan), serta tetap menjaga kesehatan dan memelihara bahkan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B.J., L, G. B.,& Makic, M.B.F. (2017). Nursing diagnosis hand book, An evidence based guide to planning care. 11th Ed. St. Louis: Elsevier. Brandao, S, G., Altino, D. M., Silfa, R. e., & Lopes, J. L (2011) Defining Characteristics of Decreased Cardiac Output: A Literatur riview. International Journal Of Nursing Terminiologies & Classifications, 22(2), 92-102. Doi:10.1111/j. 1744-618X.2010.01174.x. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). Nursing diagnosis definitions and classification 2015-2017 10th ed. Oxford : willey Bllackwell. Himpunan
Dokter
Spesialis
Kardiovaskular
Indonesia.
2020.
Panduan
Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Dewasa (PJBD). Jakarta. Menur Adhella Naysilla. 2017. Komplikasi Pada Pasien Atrial Septal Defect Dewasa Dengan Survivalitas Alami. IndonesianJournal Chest & Critical Care Medicine. Vol.4 No.2 April-Juni 2017. Kalimantan Selatan. Samik Wahab. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Silvestry dkk. 2015. Guidlines for The Echocardiographic Assessment of Atrial Septal Defect and Patent Foramen Ovale : from The American Society of Echocardiography and Society for Cardiac Angiography and Intervention. Acces. Urden, L. D., Stacy, K. M., & Lough, M.E. (2017). Critical Care Nursing: Diagnosis and Management, Elsevior Health Sciences.