Lap Umum Critical Ill [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah PKL Critical Ill. Adapun judul laporan ini adalah “Laporan Umum PKL Critical Ill di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Tahun 2017”. Selama proses pembuatan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan laporan ini, khususnya kepada: 1.



Direktur RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi



2.



Wadir Pelayanan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi



3.



Wadir Umum dan Keuangan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi



4.



Kepala Instalasi Diklat RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi



5.



Bapak Saefudin, S. Gz selaku Kepala Instalasi Gizi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi



6.



Ibu Rani Feriani, SKM selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan laporan ini.



7.



Seluruh ahli gizi yang telah memberikan saran yang sangat bermanfaat.



8.



Seluruh staff Instalasi Gizi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi selaku narasumber dari data atau informasi yang kami kumpulkan



9.



Serta pihak – pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Terima kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan



laporan ini. Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata hanya kepada Allah SWT penulis mohon ampun dan semoga apa yang telah dilakukan dapat bermanfaat bagi kita semua.



Bekasi,



November 2017



Penulis



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktro penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM disuatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup dan pendidikan. Tenaga SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang dalam keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus dirawat disuatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit (RS) (Depkes RI, 2013). Masalah gizi di Rumah Sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related desease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi ,anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan piñata laksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan (Depkes RI, 2013). Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien dengan anoreksia, kondisi mulut dan gigi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran dalam waktu lama, dan yang menjalani kemoterapi. Asupan energi yang tidak kuat , lama hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet khusus merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit. (Kusumayanti, et all,JICN 2004). Malnutrisi adalah masalah umum yang dijumpai pada kebanyakan pasien yang masuk ke rumah sakit. Malnutrisi mencakup kelainan yang disebabkan oleh defisiensi asupan nutrien, gangguan metabolisme nutrien, atau kelebihan nutrisi. Sebanyak 40% pasien dewasa menderita malnutrisi yang cukup serius yang dijumpai pada saat mereka tiba di rumah sakit dan dua pertiga dari semua pasien mengalami



perburukan status nutrisi selama mereka dirawat di rumah sakit, sampai penyakit pasien mengalami keadaan kritis. Definisi critical ill menurut FrostdanWise (2007), merupakan setiap proses penyakit yang menyebabkan ketidakstabilan fisiologis yang menyebabkan cacat atau kematian dalam beberapa menit atau jamyang membutuhkan perawatan tingkat tinggi. Keadaan atau penyakit kritis dapat terjadi pada berbagai kasus akut seperti trauma, luka bakar, operasi, atau infeksi berat. Proses terjadinya sangat cepat, berfluktuasi dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Keadaan ini memerlukan penanganan yang cepat dan tepat serta pengawasan yang ketat. Kegagalan multi organ sering terjadi pada keadaan ini dan tidak jarang membutuhkan dukungan sementara sebelum organ yang terganggu pulih seperti penggunaan ventilator sebagai alat bantu napas pada kasus gagal napas atau alat hemodialisis sebagai alat pengganti fungsi ginjal pada kasus gagal ginjal akut. Dukungan lainnya yang tak kalah pentingnya adalah dukungan nutrisi. Praktik kerja lapangan Critical Ill memeberikan pengalaman kerja di Rumah Sakit



tipe A/B yang sudah melaksanakan Proses Asuhan Gizi klinik terstandar



(PAGT) dalam melaksanakan kegiatan manajemen asuhan gizi dengan bimbingan instruktur menuju kemandirian. PKL Critical Ill dilakukan untuk menguasai 8 kompetensi utama, 15 kompetensi pendukung dan 6 kompetensi lainnya. Rumah sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunya peran penting dalam melaksanakan upaya kesehatan berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya rujukan. Pelayanan gizi dirumah sakit melalui pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan merupakan bagian integrasi dari upaya penyembuhan pasien. Mutu pelayanan gizi yang baik akan mempengaruhi indikator mutu pelayanan rumah sakit, yaitu meningkatkan penyembuhan, memperpendek lama rawat inap serta menurunkan biaya (Depkes, 2007). Untuk mewujudkan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan standar pelayanan maka dibutuhkan pendidikan tenaga kesehatan khususnya dibidang gizi karena hal ini merupakan bagian yang penting dalam pembangunan kesehatan sebagaimana digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional sebagai upaya pemenuhan tenaga gizi yang baik mutu maupun jumlahnya.



Pelayanan gizi dirumah sakit akan berhasil bila petugas gizi mampu memberikan informasi gizi yang jelas kepada pengunjung (pasien rawat inap dan rawat jalan) dan petugas lainnya di rumah sakit dengan harapan yaitu informasi tersebut dapat disebarluaskan ke masyarakat dilingkungan masing – masing. Pada praktik manajemen pelayanan gizi institusi mahasiswa mendapat kesempatan untuk megunjungi institusi, memahami dan dapat mempraktikan pelayanan gizi rawat inap dan jalan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi. B. Tujuan 1. Tujuan umum Setelah pelaksanaan PKL, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan asuhan gizi di Rumah Sakit kelas A/B secara mandiri. 2. Tujuan khusus Setelah pelaksanaan PKL ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada klien/pasien secara individu. 2. Membantu dalam pengkajian gizi (nutrition assesment ) pasien dengan komplikasi ( yang membutuhkan diet khusus) 3. Melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai kondisi klinis, bikomia, sosial budaya dan kepercayaan dari berbagai golongan umur. 4. Melakukan monitoring dan evaluasi intervensi gizi pasien dan tindak lanjut. 5. Mendidik pasien/klien dalam rangka promosi kesehatan pencegahan penyakit dan terapi gizi untuk kondisi dengan komplikasi. 6. Berpenampilan unjuk kerja sesuai dengan kode etik profesi gizi. 7. Merujuk klien/pasien kepada ahli lain : dokter penanggung jawab pasien (DPJP) atau dietasien senior pada saat situasi berada diluar kompetensinya. 8. Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan komunikasi. 9. Berpartisipasi dalam konferensi tim kesehatan untuk mendiskusikan terapi dan rencana pemulangan pasien. 10. Mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi. C. Waktu dan tempat pelaksanaan 1. Tanggal pelaksanaan : 1 November 2017 – 15 November 2017



2. Tempat pelaksanaan : Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi, Jalan Pramuka No 55 Bekasi D. Manfaat Praktek Kerja Lapangan 1. Bagi instalasi gizi Menambah data pustaka dan menambah pengetahuan mengenai manajemen asuhan gizi klinik pada critical ill di RSUD Kota Bekasi 2. Bagi mahasiswa a. Dapat menginterpretasikan arti manajemen pelayanan gizi rumah sakit pada critical ill dengan baik dan benar sesuia dengan aturan yang berlaku dan ditetapkan. b. Dapat mengelompokkan berbagai kegiatan pelayanan gizi rumah sakit kedalam fungsi manajemen. c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam hal manajemen pelayanan gizi rumah sakit pada critical ill di RSUD Kota Bekasi tahun 2017.



BAB II PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI RUANG RAWAT INAP A. Critical Ill Malnutrisi adalah masalah umum yang dijumpai pada kebanyakan pasien yang masuk ke rumah sakit. Malnutrisi mencakup kelainan yang disebabkan oleh defisiensi asupan nutrien, gangguan metabolisme nutrien, atau kelebihan nutrisi. Sebanyak 40% pasien dewasa menderita malnutrisi yang cukup serius yang dijumpai pada saat mereka tiba di rumah sakit dan dua pertiga dari semua pasien mengalami perburukan status nutrisi selama mereka dirawat di rumah sakit, sampai penyakit pasien mengalami keadaan kritis. Keadaan atau penyakit kritis dapat terjadi pada berbagai kasus akut seperti trauma, luka bakar, operasi, atau infeksi berat. Proses terjadinya sangat cepat, berfluktuasi dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Keadaan ini memerlukan penanganan yang cepat dan tepat serta pengawasan yang ketat. Kegagalan multi organ sering terjadi pada keadaan ini dan tidak jarang membutuhkan dukungan sementara sebelum organ yang terganggu pulih seperti penggunaan ventilator sebagai alat bantu napas pada kasus gagal napas atau alat hemodialisis sebagai alat pengganti fungsi ginjal pada kasus gagal ginjal akut. Definisi critical ill menurut FrostdanWise (2007), merupakan setiap proses penyakit yang menyebabkan ketidakstabilan fisiologis yang menyebabkan cacat atau kematian dalam beberapa menit atau jamyang membutuhkan perawatan tingkat tinggi. Indikasi critical ill ialah jika terdapat 2 atau lebih tanda-tanda klinis seperti ; hipotensi, takikardia, takipnea, penurunan tingkat output urin, perubahan tingkat kesadaran, dan lain-lain. Dukungan lainnya yang tak kalah pentingnya adalah dukungan nutrisi. Untuk pasien kritis yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) sering kali menerima nutrisi yang tidak adekuat akibat dokter salah memperkirakan kebutuhan nutrisi dari pasien dan juga akibat keterlambatan memulai pemberian nutrisi. Pasien-pasien yang masuk ke ICU umumnya bervariasi, yaitu pasien elektif pasca operasi mayor, pasien emergensi akibat trauma mayor, sepsis atau gagal napas. Kebanyakan dari pasien-pasien tersebut ditemukan malnutrisi sebelum dimasukkan ke ICU. Keparahan penyakit dan terapinya dapat mengganggu asupan makanan normal dalam jangka waktu yang lama. Selanjutnya, lamanya tinggal di ICU dan kondisi kelainan sebelumnya, seperti alkoholisme dan kanker dapat memperburuk status nutrisi. Respon hipermetabolik komplek terhadap trauma akan mengubah metabolisme tubuh, hormonal,



imunologis dan homeostasis nutrisi. Efek cedera atau penyakit berat terhadap metabolisme energi, protein, karbohidrat dan lemak akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada pasien sakit kritis. Malnutrisi sering dikaitkan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas akibat perburukan pertahanan tubuh, ketergantungan dengan ventilator, tingginya angka infeksi dan penyembuhan luka yang lama, sehingga menyebabkan lama rawat pasien memanjang dan peningkatan biaya perawatan. Malnutrisi juga dikaitkan dengan meningkatnya jumlah pasien yang dirawat kembali. Pentingnya nutrisi terutama pada perawatan pasien-pasien kritis mengharuskan para klinisi mengetahui informasi yang benar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen pemberian nutrisi dan pengaruh pemberian nutrisi yang adekuat terhadap outcome penderita kritis yang dirawat di ICU. 1. Tujuan Pelayanan Gizi Pelayanan gizi di rumah sakit memiliki tujuan untuk terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai bagian dari pelayanan kesehatan rumah sakit. Pelayanan yang bermutu dan paripurna tersebut dapat dilaksanakan dengan menyelenggarakan kegiatan pelayanan gizi yang meliputi asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap, menyelenggarakan makan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman dikonsumsi, menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien pada klien/pasien dan keluarganya, serta menyelenggarakan



penelitian



aplikasi



di



bidang



gizi



dan



dietetik



sesuai



perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kemenkes, 2013). 2. Langkah – langkah kegiatan pelayanan gizi Proses Pelayanan Gizi Rawat inap dan Rawat Jalan terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) asesmen atau pengkajian gizi; (2) perencanaan pelayanan gizi dengan menetapkan tujuan dan strategi; (3) implementasi pelayanan gizi sesuai rencana; (4) monitoring dan evaluasi pelayanan gizi. Proses pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan 1. Asesmen Gizi Asesmen gizi bertujuan untuk mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.



Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan pada kategori asesmen gizi, yaitu: a) Food History (FH); b) Anthropometry Data (AD); c) Biochemical Data (BD); d) Physical Data (PD); dan e) Client History CH). Selanjutnya data diinterpretasi dengan cara membandingkan terhadap kriteria atau standar yang sesuai untuk mengetahui terjadinya



penyimpangan.



Data



asesmen



gizi



dapat



diperoleh



melalui



interview/wawancara; catatan medis; observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk. Berikut akan dijelaskan satu per satu kategori Data Asesmen Gizi: a) Food History/Riwayat Gizi (FH) Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview, termasuk interview khusus seperti recall makanan 24 jam, food frequency questioner (FFQ) atau dengan metode asesmen gizi lainnya. Aspek yang digali adalah: ·   Asupan makanan dan zat gizi (pola makan, komposisi, dan kecukupan) ·      Cara pemberian makan dan zat gizi (diet saat ini dan sebelumnya, modifikasi diet, dan pemberian makanan enteral/parenteral) ·      Penggunaan medika mentosa dan obat komplemen-alternatif (interaksi obat dan makanan) ·      Pengetahuan/Keyakinan/Sikap terhadap makanan dan kesehatan ·      Perilaku terhadap makanan dan kesehatan ·      Faktor yang mempengaruhi akses pangan ·      Aktifitas dan fungsi fisik b) Anthropometry Data (AD) Pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan, indeks masa tubuh, pertumbuhan dan komposisi tubuh. c) Biochemical Data/Data laboratorium (BD) Keseimbangan asam basa, profil elektrolit dan ginjal, profil asam lemak esensial, profil gastrointestinal, profile glukosa/endokrin, profil inflamasi, profil laju metabolik, profil mineral, profil anemia gizi, profil protein, profil urine, dan profil vitamin. d) Physical Data/Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi (PD) Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan mulut, kemampuan menghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan. e) Client History/Riwayat Klien(CH)



Informasi saat ini dan masa lalu mengenai riwayat personal, medis, keluarga dan sosial. Riwayat klien mencakup: ·      Riwayat personal (usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan, merokok, cacat fisik) ·     



Riwayat



medis/kesehatan



pasien



(penyakit



atau



kondisi



pada



klien/keluarga dan terapi medis) ·      Riwayat sosial (faktor sosioekonomi klien, situasi tempat tinggal, kejadian bencana yang dialami, agama, dukungan kesehatan, dll) 2. Diagnosis Gizi Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk menanganinya. Tujuan dari diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya problem gizi, faktor penyebab yang mendasarinya, dan menjelaskan tanda dan gejala yang melandasi adanya problem gizi. Penentuan diagnosis gizi dilakukan dengan cara: ·      Melakukan integrasi dan analisa data asesmen dan tentukan indikator asuhan gizi ·      Menentukan domain dan masalah gizi berdasarkan indikator asuhan gizi (tanda dan gejala). ·      Menentukan etiologi (penyebab masalah) ·      Menulis pernyataan diagnosis gizi dengan format PES (Problem-EtiologiSigns and Symptoms). Domain diagnosis gizi dikelompokkan dalam tiga domain yaitu: 1.    Domain Asupan Terkait dengan asupan energi, zat gizi, cairan, zat bioaktif melalui diet oral atau enteral dan parenteral (dukungan gizi). Problem yang termasuk dalam domain asupan adalah: ·      Keseimbangan energi ·      Asupan diet oral atau dukungan gizi ·      Asupan cairan ·      Asupan zat bioaktif ·      Asupan zat gizi yang mencakup lemak dan kolesterol, protein, vitamin, mineral, multinutrien 2.    Domain Klinis Terkait kondisi medis atau fisik seperti problem:



·      Problem fungsional seperti perubahan fungsi fisik tubuh ·      Problem biokimia seperti perubahan metabolisme ·      Problem berat badan seperti masalah berat badan kronis 3.    Domain Perilaku-Lingkungan ·      Problem pengetahuan dan keyakinan ·      Problem aktivitas fisik dan kemampuan mengasuh diri sendiri ·      Problem akses dan keamanan pangan Etiologi diagnosis gizi mengarahkan intervensi gizi yang digunakan. Tabel 1. Faktor Etiologi yang Dapat Menyebabkan Masalah Gizi 1 2



3



4 5 6 7



Etiologi Keyakinan- Berkaitan dengan pendirian yang diyakini mengenai Sikap Etiologi Kultur Etiologi Pengetahuan Etiologi Fungsi Fisik Etiologi



gizi, perasaan, dan emosi Berkaitan dengan nilai, norma sosial, kebiasaan, keyakinan agama, dan sistem politik Faktor sebagai dampak tingkat



pemahaman



mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan petunjuk mengenai gizi Berkaitan dengan kemampuan fisik melaksanakan



aktivitas tertentu Fisiologi- Berkaitan dengan kondisi medis/kesehatan yang



Metabolik berdampak pada gizi Etiologi Psikologis Berkaitan dengan masalah psikologis Etiologi Sosial- Berkaitan dengan riwayat personal atau sosial Personal



8



Etiologi Terapi



9



Etiologi Akses



10



Etiologi Perilaku



pasien Berkaitan dengan terapi medis, bedah, dan terapi lainnya Faktor yang berkaitan dengan kesediaan dan asupan makanan yang sehat, air, suplai makanan Berkaitan dengan perilaku yang mempengaruhi pencapaian tujuan asuhan gizi



3. Intervensi Gizi Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk merubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. Tujuan intervensi gizi adalah mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan dan penerapannya terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status



kesehatan individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi klien. Langkah-langkah perencanaan antara lain: ·      Menetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan masalah, keamanan dan kebutuhan pasien ·      Mempertimbangkan panduan Medical Nutrition Theraphy (MNT), penuntun diet, konsensus dan regulasi yang berlaku ·      Menyusun rencana asuhan dengan pasien , keluarga atau pengasuh pasien ·      Menetapkan tujuan yang berfokus pada pasien ·      Membuat strategi intervensi (modifikasi makanan, edukasi /konseling) ·      Merancang Preksripsi diet Setelah tersusun rencana intervensi, dilakukan implementasi dengan mengomunikasikan rencana intervensi dengan pasien, tenaga kesehatan atau tenaga lain dan melaksanakan rencana intervensi. Intervensi gizi dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu: ·      Pemberian makanan/diet (ND-Nutrition Delivery) Penyediaan makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan, meliputi pemberian makanan dan snack, enteral dan parenteral, suplemen, substansi bioaktif, bantuan saat makan, suasana makan, dan pengobatan terkait gizi. ·      Edukasi (E-Education) Memberikan



pengetahuan



dan



keterampilan



kepada



pasien/klien



dalam



mengelola/memodifikasi diet dan perubahan perilaku untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan. Edukasi gizi meliputi edukasi gizi untuk meningkatkan pengetahuan dan edukasi gizi penerapan untuk meningkatkan keterampilan, Pedoman dasar pada edukasi gizi mencakup: tujuan edukasi disampaikan dengan jelas; prioritas masalah gizi ditetapkan agar edukasi yang disampaikan tidak komplek; materi edukasi gizi disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien (pemahaman/tingkat pengetahuan, keterampilan, dan gaya/cara belajar). ·      Konseling (C) Hubungan kerjasama antara konselor dengan pasien/klien dalam menentukan prioritas, tujuan/target, merancang rencana kegiatan yang dipahami, dan membimbing kemandirian dalam merawat diri sesuai kondisi dan menjaga kesehatan. Tujuan dari konseling gizi adalah untuk meningkatkan motivasi pelaksanaan dan penerimaan diet yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien. ·      Koordinasi asuhan gizi



Kegiatan dietisien melakukan konsultasi, rujukan/kolaborasi, dan koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenaga kesehatan/institusi/ dietisien lain yang dapat membantu dalam merawat atau mengelola masalah yang berkaitan dengan gizi 4.   Monitoring dan Evaluasi Gizi Tujuan monitoring dan evaluasi gizi adalah mengetahui tingkat kemajuan pasien dan apakah tujuan atau hasil yang diharapkan telah tercapai. Cara Monitoring dan Evaluasi yaitu monitor perkembangan, mengukur hasil dan mengevaluasi hasil. Kegiatan monitoring dan evaluasi dipilih indikator. Indikator yang dimonitor sama dengan indikator pada asessmen gizi, kecuali riwayat personal. Kesimpulan hasil monitoring dan evaluasi. Contoh hasil monitoring antara lain aspek gizi, aspek status klinis dan kesehatan, aspek pasien dan aspek pelayanan kesehatan 5. Dokumentasi Asuhan Gizi Pencatatan yang baik harus relevan, akurat dan terjadwal. Tujuannya untuk komunikasi dan informasi yang berkelanjutan dalam tim kesehatan serta menjamin keamanan dan kualitas pemberian asuhan gizi yang dilakukan. Tata cara penulisannya yaitu : 1. Tuliskan tanggal dan waktu 2. Tuliskan data data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT 3. Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali menulis pada catatan medik. Hal yang dicatat dalam rekam medis pada setiap langkah PAGT dapat dilihat pada tabel berikut ini: Langkah Asessmen Gizi



Data yang dicatat 1) Data yang digali dan perbandingannya dengan rujukan standar/kriteria asuhan gizi 2) Persepsi, nilai dan motivasi klien/pasien/kelompok pada saat menyampaikan masalahnya 3) Perubahan laboratorium



pemahaman, dari



perilaku



makanan



pasien/klien/kelompok



dan hasil



(pada



reasesmen) Diagnosis gizi



4) Alasan penghentian asesmen gizi (pada saat re-asesmen) Pernyataan diagnosis gizi format PES



saat



Intervensi Gizi



1) Tujuan dan target intervensi 2) Rekomendasi gizi yang spesifik bersifat Individual 3) Penyesuaian dan justifikasi rencana terapi gizi 4) Rencana rujukan, bila ada



5) Rencana follow up, frekuensi asuhan Monitoring dan evaluasi gizi 1) Indikator spesifik yang diukur dan hasilnya 2) Perkembangan terhadap target/ tujuan 3) Faktor pendorong maupun penghambat dalam pencapaian tujuan 4) Hasil/dampak positif atau negatif 5) Rencana tindak lanjut intervensi gizi,monitoring, terapi dilanjutkan atau dihentikan 6. Indikator Asuhan Gizi dan Kriteria Asuhan Gizi Indikator asuhan gizi adalah data asesmen gizi yang mempunyai batasan yang jelas dan dapat diobservasi atau diukur. Indikator asuhan gizi merupakan tanda dan gejala yang menggambarkan keberadaan dan tingkat keparahan problem gizi yang spesifik, dan dapat juga digunakan untuk menunjukkan keberhasilan intervensi gizi. Kriteria asuhan gizi yang akan dijadikan pembanding terhadap indikator asuhan gizi ada beberapa jenis yaitu: a) Preskripsi diet Preskripsi diet merupakan rekomendasi asupan energi, makanan, atau zat gizi secara individual yang sesuai dengan pedoman yang dijadikan acuan. Misalnya asupan energi hasil recall 24 jam dibandingkan dengan kebutuhan energi dari preskripsi diet untuk individu berdasarkan pedoman acuannya. b) Target Misalnya target perubahan perilaku (kebiasaan gemar mengkonsumsi makanan camilan menjadi tidak melakukan kebiasaan tersebut). Untuk perilaku tidak ada preskripsi gizi. c) Rujukan standar Standar yang digunakan dapat berupa rujukan internasional maupun nasional. Misalnya untuk pembanding data antropometri (WHO) atau laboratorium (standar kadar gula darah mengikuti Konsensus Diabates Mellitus).



3. Uraian tugas tenaga gizi dalam pelayanan gizi Pelayanan gizi rumah sakit dilakukan sebagai bentuk upaya peningkatan status gizi dan kesehatan pasien baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Peningkatan status gizi dan kesehatan tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab tim asuhan gizi. Tim asuhan gizi merupakan seluruh tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam mempercepat kesembuhan pasien. Tim asuhan gizi merupakan tenaga kesehatan,meliputi: 1.  Dietesien/ahli gizi, 2.  Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), 3.  Perawat, 4.  Ahli farmasi, 5.  Tenaga kesehatan lain (Kemenkes, 2013). Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya terkait memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karena itu, perlu mengetahui peranan masing-masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan (Kemenkes, 2013). Tim asuhan gizi terdiri dari berbagai macam profesi yang mempunyai peran sebagaiberikut: a.  Dietesien/ Ahli gizi 1.  Mengkaji hasil skrining gizi dari perawat dan order diet dari dokter. 2.  Melakukan pengkajian gizi lanjut pada pasien berisiko malnutrisi, malnutrisi, atau kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa, dan interpretasi riwayat gizi/makanan, biokimia, antropometri, pemeriksaan klinis dan fisik, dan riwayat personal pasien. 3.  Mengidentifikasi dan menetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan hasil pengkajian gizi. 4.  Menyusun intervensi diet meliputi tujuan dan preskripsi diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan konseling gizi. 5.  Melakukan kerja sama dengan dokter terkait dengan diet definitive.



6.  Melakukan koordinasi dengan sesama anggota tim asuhan gizi untuk melaksanakan intervensi gizi 7.  Melakukan pemantauan respon pasien terhadap intervensi yang telah diberikan. 8.  Melakukan evaluasi terhadap proses dan dampak asuhan gizi yang diberikan. 9.  Melakukan edukasi gizi meliputi konseling dan penyuluhan pasien dan keluarganya. 10.  Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi pada dokter. 11.  Melakukan pengkajian ulang jika tujuan tidak tercapai. 12.  Melakukan ronde pasien bersama tim. 13.  Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi yang dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan pelayanan gizi bersama Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), perawat, ahli farmasi, dan tenaga kesehatan lain, serta pasien dan keluarganya. (Kemenkes, 2013). 4. Konseling A. Konseling Pemberdayaan pelayanan gizi konseling atau pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari assessment/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada klien/pasien di rawat jalan (Kemenkes RI, 2013). Tujuan konseling gizi yaitu memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau kelompok dengan membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan dan cara makan, jenis diet dengan kondisi kesehatannya. Sasaran kegiatan ini yaitu pasien dan keluarga atau individu pasien yang datang atau dirujuk (Kemenkes RI, 2013). Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa konseling adalah sebagai berikut: 1.    Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.



2.    Petugas administrasi di ruang konseling mencatat data pasien didalam buku registrasi. 3.    Ahli gizi melakukan assessmen gizi dimulai dengan pengukuran antropometri pada pasien yang belum ada data BB, TB. 4.    Ahli gizi melanjutkan assessmen/pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis. Kemudian menganalisa semua data assessmen gizi. 5.    Ahli gizi menetapkan diagnosa gizi. 6.    Ahli gizi memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan langkah menyiapkan dan mengisi leaflet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model, menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, mcara pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien. 7.    Ahli gizi menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi. 8.    Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Assessmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi) kemudian diarsipkan di ruang konseling. (Kemenkes RI, 2013) Pemberdayaan pelayanan gizi konseling atau pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari assessmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada klien/pasien di rawat jalan (Kemenkes RI, 2013). 5. Pembiayaan Pelayanan Gizi (Konseling) Biaya pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap yang dihitung adalah berapa biaya jasa untuk asuhan gizi termasuk biaya konseling gizi. Biaya asuhan gizi dipertimbangkan berdasarkan kelas perawatan dan mempertimbangkan empat langkah proses asuhan gizi terstandar. Biaya tersebut dapat berupa paket yang diperhitungkan untuk beberapa kali pertemuan. Frekuensi petemuan dapat pula didasarkan pada kompleks tidaknya penyakit atau lengkapnya pelayanan yang dilakukan. Pada beberapa rumah sakit yang telah memiliki peraturan daerah, penetapan tariff konseling dapat berdasarkan peraturan tersebut.



1. Biaya bahan baku atau bahan dasar. Pada kegiatan asuhan gizi pada biaya bahan baku atau bahan dsae yang digunakan dan presentasinya relative kecil dibandingkan dengan biaya untuk jasa tenaga. 2. Biaya tenaga yang digunakan pada asuhan gizi inilah yang mempunyai presentas terbesar, terutama untuk



biaya tenaga kerja langsung yaitu



tenaga TRD dan RD. Tarif yang ditetapkan untuk kegiatan asuhan gizi mempertimbangkan kualifikasi dan pengalaman tenaga tersebut. 3. Biaya overhead yang dapat diidentifikasi dalam kegiatan asuhan gizi adalah biaya pemakaian leaflet/brosur, biaya telepon, biaya listrik dan lain sebagainya. Tabel biaya konseling RSUD Kota Bekasi Jenis layanan



Kelas



III Konsultasi gizi rawat inap stadar 22.500 Konsultasi gizi rawat inap khusus 37.500



Tarif Kelas II/ Kelas Kelas I GD/ RJ Utama 22.500 30.000 30.000 52.500 60.000 67.500



Kelas



ICU/



Eksekutif 30.000 75.000



HCU 30.000 75.000



Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa biaya konsultasi gizi di rawat inap berbeda-beda, tergantung dengan jenis layanan dan klas perawatan. Pembiayaan konseling gizi ini sudah termasuk semua komponen yang ada pada peraturan PKMRS. Jadi bisa disimpulkan bahwa PKMRS di RSUD Kota Bekasi sudah baik.



DAFTAR PUSTAKA



1. Pedoman Gizi Rumah Sakit. Kemenkes RI. 2013 2. Bahan ajar Critical Ill.