Laporan Kasus BBLSR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STATUS PASIEN KEPANITERAAN FK UKRIDA STATUS ILMU PENYAKIT ANAK RS BAYUKARTA



I. IDENTITAS PASIEN Nama



: bayi Ny. Epi purwaningsi



Umur



: 9 hari



Jenis kelamin



: perempuan



Suku Bangsa



: jawa



Agama



: Islam



Tanggal masuk RS



: 25 oktober 2016



IDENTITAS ORANG TUA Ibu 



Nama



: Ny. Epi Purwaningsi







Suku Bangsa



: Sunda







Alamat



: Buher 02/24 karawang. Karawang Pawitan Karawang







Agama



: Islam







Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga







Penghasilan



: kurang lebih 1 juta per bulan



Hubungan dengan orang tua



: Anak Kandung



II. ANAMNESIS Dilakukan secara Alloanamnesis dan autoanamnesis: Lokasi



: IGD RS Bayukarta



Tanggal / Waktu



: 3 november 2016



Tanggal Masuk



: 25 oktober 2016



Keluhan Utama



: bayi di antar kakek Karena berat badan bayi sangat rendah



RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluhan Utama : Berat badan lahir sangat rendah Riwayat Penyakit Sekarang : Bayi lahir spontan langsung menangis dengan ketuban jernih, frekuensi jantung >100x/menit, tonus otot kurang baik, A-S: 5-6 masuk NICU tangis (-), merintih (-), meconium (-) sesak (-), retraksi (+), sianosis (-), hipotermi (-) dan pucat (-).Usia kehamilan ibu 30 minggu, USG (-), ballard score bayi dengan ciri fisik bayi : kulit merah muda, licin/halus tampak vena, tidak ada, aerola datar, tidak ada tonjolan, daun telinga lunak mudah membalik, labia mayora dan minora sama-sama menonjol. Anus (+), kelainan (-). Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang : Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang kedua. Ibu pasien rajin melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas. Pasien tidak pernah kontrol selama masa kehamilan. Selama hamil, ibu belum mendapatkan imunisasi. Ibu mengaku tidak pernah menderita sakit saat hamil. Ibu mengaku tidak memiliki penyakit berat yang mengharuskannya rutin berobat atau control ke dokter, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan atau jamu saat hamil selain yang diberikan oleh puskesmas berupa vitamin dan tablet penambah darah yang diminum oleh ibu sesuai yang dianjurkan. Pada saat melahirkan riwayat perdarahan sebelumnya (-), tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-). Ibu pasien mengaku selama mengontrol kehamilannya tekanan darahnya selalu normal yaitu berkisar antara 100-120 mmHg. Keluhan lain seperti kaki bengkak maupun pusing berulang (-). Bayi lahir spontan langsung menangis. Bayi kemudian lahir dengan A-S: 8-9 masuk NICU tangis (-), merintih (+), sesak (+), retraksi (+), sianosis (-), hipotermi (-) dan pucat (-), mekoneal (-). BL 1300 gram. Suntikan vit K dan salep mata (+). Riwayat Kehamilan dan Persalinan sebelumnya Riwayat kehamilan sebelumnya tidak ada komplikasi dengan berat bayi pertama saat lahir 1200 gram. Riwayat Penyakit Keluarga: Hipertensi (-), penyakit saluran nafas kronis (-), Ginjal (-), Asma (-)



Riwayat Nutrisi Ibu: Ibu bayi mengaku selama hamil nafsu makan baik.. Dikatakan juga bahwa ibu makan menu biasa, tidak ada pantangan makan, tetapi ibu makan 2 kali perhari, siang dan malam (ibu mengatakan tidak terbiasa sarapan pagi). Ibu juga mengatakan selama hamil berat badannya tidak terlalu banyak berubah (tidak terlalu tampak gemuk/terlihat perubahan berarti) tetapi ibu tidak mengetahui berapa banyak penambahan berat badannya. Riwayat Sosio ekonomi Ibu bayi tinggal di rumah bersama ayahnya Sehari-hari Ayah bayi bekerja sebagai pedagang serabutan. Penghasilan per bulan sekitar rp 1.000.000 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Kakak OS lahir dengan berat badan sangat rendah (1200 gram) RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN KEHAMILAN



KELAHIRAN



Morbiditas kehamilan (-) Perawatan antenatal



Tidak pernah dilakukan



Tempat kelahiran



puskesmas



Penolong persalinan



Bidan



Cara persalinan



Partus Normal



Masa gestasi



Kurang bulan (30 minggu)



Keadaan bayi



Berat lahir 1200 gram Langsung menangis Kulit kemerahan



Kesan: bayi berat lahir sangat rendah RIWAYAT IMUNISASI belum di lakukan PEMERIKSAAN FISIK •



Keadaan Umum



: Tampak sedang







Kesadaran



: Composmentis



Tanda Vital •



Suhu



: 35,8 oC







Nadi



: 158 x/menit, regular kuat angkat







Pernapasan



: 58x/menit



Status Generalis Kepala •



Bentuk



: Normocephali, fontanella datar, cephal hematom (-)







Mata



: Cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), reflek cahaya (+ /



+), pupil isokor 3 mm/ 3 mm •



Hidung



: Sekret (-), darah (-) ,nafas cuping hidung (-)







Telinga



: Sekret (-), serumen (-)







Mulut



: sianosis (-)



Leher



:Pembesaran KGB (-)



Thorax •



Pulmo •



Inspeksi



: Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris







Palpasi



: vocal fremitus sulit dinilai







Perkusi



: Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan







Auskultasi



: Suara nafas bronkovesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan.



Ronkhi (-/-), wheezing (-/-) •



Cor •



Inspeksi



: Ictus cordis tidak tampak







Palpasi



: Ictus cordis tidak teraba







Perkusi



: Batas kanan jantung parasternal kanan ICS V, batas kiri jantung



midclavicula ICS V •



Auskultasi



: Bunyi jantung I dan II tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)







Inspeksi



: Datar simetris, retraksi epigastrium (-).







Auskultasi



: Bising usus terdengar normal







Palpasi



: Hepar/lien/ginjal tidak teraba



Abdomen







Perkusi



: Timpani pada selurung lapang abdomen



Ekstremitas : •



Akral hangat (+), Edema (-), Sianosis perifer (-)



2.4. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin 1 nov 2016 



Hemoglobin



: 17,3 gr/dl







Leukosit



: 18,8 ribu /mm3







Trombosit



: 594 ribu/mm3







Hematokrit



: 51 %



Bilirubin 2 november 2016   



Bilirubin total 7,4 mg/dl Bilirubin direk 0,3 mg/dl Bilirubin indirek 7,1 mg/dl



Bilirubin 30 oktober 2016   



Bilirubin total 16,7mg/dl Bilirubin direk 0,4 mg/dl Bilirubin indirek 16.3 mg/dl



V. Diagnosis Kerja BBLSR



VII. ANJURAN PEMERIKSAAN Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan bilirubin



VIII. PENATALAKSANAAN  



Inkubator O2 ½ lpm







IVFD D10% 6 tts/menit (mikro)



 



Injeksi Cefotaxim 2 x 70 mg Sonde ASI/PASI 1,5 cc/3 jam



X. PROGNOSA 



Ad vitam



: bonam







Ad functionam



: bonam







Ad sanationam



: bonam



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2499 gram). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: 



Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500 – 2.500 gram.







Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500 gram.







Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), berat lahir < 1.000 gram. Bayi berat lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur). Grenwald menyatakan bahwa bila digunakan definisi yang lama, 30 – 40% dari bayi perempuan sebenarnya telah mempunyai masa gestasi 37 – 38 minggu. Selain itu di negeri yang masih berkembang batas 2.500 gram sebagai bayi prematur mungkin terlalu tinggi, karena berat badan lahir rata-rata yang lebih rendah. Untuk mendapat keseragaman, pada kongres “European Perinatal Medicine” ke 2 di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut:







Bayi kurang bulan (pre-term) ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari).







Bayi cukup bulan (term) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259 – 293 hari).







Bayi lebih bulan (posterm) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih). Dengan pengertian seperti yang telah diuraikan diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Prematuritas murni Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).



2. Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Angka kejadian Angka kejadian BBLR di RSCM pada tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70% dan 73% dari seluruh kematian yang disebabkan oleh BBLR. Prematuritas murni Masa gestasi bayi prematur adalah kurang dari 37 minggu atau 259 hari. Di negara maju angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6 – 7%. Di negara sedang berkembang, angka kematian lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia angka kejadian bayi prematur beleum dapat dikemukakan di sini, tetapi angka di RSCM Jakarta berkisar antara 22 – 24% dari semua bayi yang dilahirkan dalam 1 tahun. Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Berdasarkan atas timbulnya bermacammacam problematika pada derajat prematuritas, maka Usher (1975) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga kelompok: 1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature): Masa gestasi 24 – 30 minggu. Bayi dengan masa gestasi 24 – 27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara yang



belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28 – 30 minggu masih mungkin hidup dengan perawatan yang sangat intensif agar dicapai hasil yang optimum. 2. Bayi prematur derajat sedang (moderately premature): Masa gestasi 31 – 36 minggu. Kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik jauh lebih baik dari golongan pertama dan gejala sisa yang akan dihadapi dikemudian hari juga lebih ringan jika diberi pengelolaan yang intensif. 3. Borderline premature: Masa gestasi 37 – 38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematika seperti yang dialami bayi prematur, seperti sindrom gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama. 



Penyebab 1. Faktor ibu 



Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung atau penyakit infeksi atau kronik lainnya, hipertensi, nefritis akut, diabetes melitus, tindakan operatif, trauma psikis dan psikologis.







Usia. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Jarak dua kehamilan terlalu dekat.







Riwayat kelahiran prematur sebelumnya.



2. Faktor janin, seperti cacat bawaan, hidramnion, ketuban pecah dini dan kehamilan ganda pada umumnya akan mengakibatkan lahir bayi BBLR. 3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah 4. Kebiasaan, seperti pekerjaan yang melelahkan, merokok. 5. Tidak diketahui. 



Gambaran klinis Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan. Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat lahir kurang dari atau sama dengan 2.500 gr, panjang badan kurang dari atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu.



Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus. Osifikasi tengkorak sedikit, ubunubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia major. Pembuluh darah kulit banyak terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu-persatu. Tulang rawan dan daun telinganya belum cukup, sehingga elastisitas daun telinganya masih kurang. Jaringan mammae belum sempurna, demikian pula puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya masih kurang dan lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah dan jarang, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnea. Bila hal ini sering terjadi dan tiap serangan lebih dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen lebih besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi. Refleks tonik-leher biasanya lemah dan refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, demikian pula refleks batuk. Bayi yang lapar akan menangis, gelisah dan mengerak-gerakkan tangannya. Bila dalam waktu 3 hari tanda-tanda lapar ini tidak terlihat, maka harus dicurigai adanya perdarahan intraventrikuler atau infeksi. Edema biasanya sudah terlihat segera setelah lahir dan makin bertambah jelas dalam 24 – 48 jam berikutnya. Kulit tampak mengkilat, licin, serta terdapat pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi. Edema yang hebat merupakan tanda bahaya bagi bayi tersebut. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus dan toksemia gravidarum. Frekuensi nadi berkisar antara 100 – 140 kali/menit. Frekuensi pernapasan bervariasi, terutama pada hari-hari pertama. Pada hari pertama frekuensi pernapasan 40 – 50 kali/menit. Pada hari berikutnya 35 – 45 kali/menit. Bila frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu di atas 60 kali/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya sindrom gangguan pernapasan, seperti membran hialin, pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini penting sekali melakukan pemeriksaan foto toraks, USG dan lainlain. 



Permasalahan



1. Suhu tubuh tidak stabil. Karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibatnya kurangnya jaringan lemak bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat yang sedikit, serta pusat pengaturan suhu yang belum sempurna fungsinya. 2. Gangguan



pernapasan.



Disebabkan



oleh



kurangnya



jumlah



surfaktan



(rasio



lesitin/sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung. Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakit membrane hialin dan pneumonia aspirasi. Disamping itu sering timbul pernapasan periodik dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernapasan di medulla oblongata belum matur. 3. Gangguan pencernaan dan nutrisi. Terjadi distensi abdomen akibat dari motilitas usus kurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter kardio-esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi. 4. Hati imatur. Memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K. Hiperbilirubinemia disebabkan faktor kematangan hepar kurang, sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna. 5. Ginjal imatur. Baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terkadi edema dan asidosis metabolik. 6. Perdarahan. Mudah terjadi perdarahan karena pembuluh darah yang rapuh, kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, faktor VII dan faktor Chrismast. 7. Gangguan imunologik. Daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum mampu membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik 8. Perdarahan intraventrikuler. Lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea,



asfiksia berat dan sindroma gangguan pernapasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi, dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah. Penambahan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya autoregulasi serebral pada bayi premature, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler dapat didiagnosis dengan USG atau CT-Scan. 9. Fibroplasia retrolental. Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur dan disebabkan oleh penggunaan oksigen dengan konsentrasi tinggi (PaO2 lebih dari 115 mmHg = 15 kPa), maka akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru ke daerah yang iskemia sehingga terjadi perdarahan fibrosis, distorsi dan parut retina sehingga bayi menjadi buta. Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada umur 3 – 6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina. Kemudian dikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara tidak teratur pada ujung vena. Kumpulan pembuluh darah baru ini tampak sebagai perdarahan. Akhirnya sebagian kapiler baru ini tumbuh kea rah korpus vitreum dan lensa. Selanjutnya akan terjadi edema pada retina dan retina dapat terlepas dari dasarnya dan keadaan ini merupakan keadaan yang irreversible. Pada stadium akhir akan terdapat massa retrolental yang terdiri dari jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan mikroftalmus, kamar depan menyempit, pupil mengecil dan tidak teratur, serta visus menghilang. Selain itu dapat pula disertai retardasi mental dan cerebral palsy. Pengobatan pada stadium dini dapat dicoba dengan memberikan ACTH atau kortikosteroid. Hal yang paling penting ialah pencegahannya, yaitu : (1) Pada BBLR penggunaan oksigen tidak melebihi 40% dan hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen 2 liter/menit, (2) , (3) Pemberian oksigen pada bayi yang berat badannya kurang dari 2 kg, harus hati-hati dan sebaiknya PaO2 selalu dimonitor. 



Penatalaksanaan Mengingat belum sempurnanya kerja organ-organ tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan di luar uterus, maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan pencegahan infeksi.



1. Pengaturan suhu Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhu untuk bayi berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ºC, dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ºC. Kelembaban inkubator berkisar antara 50 – 60%. Kelembaban yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindrom gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat diturunkan 1 ºC perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg, dan secara berangsurangsur ia dapat diletakkan di tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 – 29 ºC. Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol air hangat atau lampu petromak didekat tempat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan sehingga kelainan yang timbul dapat dikenal sedini-dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat-cepatnya. 2. Makanan Pada bayi premature refleks mengisap, menelan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang, di samping itu kebutuhan protein 3 – 5 gr/hari dan kalori tinggi (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam, agar bayi tidak mengalami hipoglikemia dan hiperbilirubunemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung untuk mengetahui ada atau tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung dilakukan setiap sebelum pemberian minum. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2.000 gr atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1.500 gr kurang mampu mengisap ASI atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya. Bila daya isap cukup baik maka pemberian ASI diteruskan. Pemberian melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit. Frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi. Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit



setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 mL/kgBB/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 200 mL/kgBB/hari pada akhir minggu kedua. Bila tidak ada ASI dapat diberikan susu buatan yang mengandung lemak yang mudah dicerna bayi (middle chain triglyserides) dan mengandung 20 kal/30 mL air atau sekurang-kurangnya 110 kal/kgBB/hari. Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter. Sebaliknya dipakai kateter dari polietilen yang dapat tinggal dilambung selama 4 – 5 hari tanpa iritasi. Bila daya isap dan menelan mulai baik, kateter secara berangsur-angsur dapat diganti dengan pipet, sendok atau botol dengan dot. Bayi yang sangat kecil tanpa gangguan pernapasan dapat diberi makanan melalui tetesan lambung. 3. Pencegahan infeksi. Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya tahan fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal, seperti memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan kesehatan, mencegah buta huruf, keluarga berencana, perawatan antenatal, natal dan post-natal yang baik, skrining (TORCH, hepatitis, AIDS), vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan.



Dismaturitas Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya kurang dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu (kecil masa kehamilan = KMK). Batasan yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10th percentile untuk masa kehamilan pada Denver intrauterine growth curves atau di bawah 2SD menurut kurva pertumbuhan intrauterine Usher dan Mc Lean. Ada 2 bentuk menurut renfield (1975), yaitu: 1.



Proportionate IUGR. Janin menderita distress lama, gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir, sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam proporsi seimbang, tetapi secara keseluruhan masih di bawah masa



gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya wasted, karena retardasi pada janin terjadi sebelum pembentukan jaringan adiposa 2.



Disproportionate IUGR. Terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa hari sampai minggu sebelum lahir. Panjang dan lingkaran kepala normal, tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda bayi kurus dan lebih panjang, jaringan lemak di bawah kulit sedikit, kulit kering keriput dan mudah diangkat. Pada bayi IUGR terjadi juga perubahan organ-organ tubuh, dimana perkembangan dari



otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya. 



Penyebab 1. Faktor ibu, seperti hipertensi dan penyakit ginjal kronik, diabetes melitus berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal di daerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik), gizi buruk, drug abuse, alkoholisme. 2. Faktor uterus dan plasenta, seperti kelainan pembuluh darah (hemangioma), insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfusi dari kembar yang satu ke kembar yang lain,sebagian plasenta lepas. 3. Faktor janin, seperti ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan (TORCH, sifilis). 4. Penyebab lain, seperti keadaan sosial ekonomi yang rendah, idiopatik.







Gambaran klinis Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gr, karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah wasting demikian pula pada post-term dengan dismaturitas. Gruenwald (1967) menyatakan bahwa tidak semua kekurangan makanan pada janin diakibatkan oleh insufisiensi plasenta. Timbulnya gejala insufisiensi plasenta tergantung pada berat dan lamanya bayi menderita defisit. Menurutnya defisit yang menyebabkan retardasi pertumbuhan biasanya berlangsung kronis sehingga terjadi fetal distress. Fetal distress dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 1. Acute fetal distress. Defisit atau ‘fetal deprivation’ hanya mengakibatkan ‘perinatal distress’ tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan ‘wasting’.



2. Subacute fetal distress. ‘Fetal deprivation’ menujukkan ‘wasting’ tetapi tidak ada retardasi pertumbuhan. 3. Chronic fetal distress. Bayi menunjukkan retasdasi pertumbahan. Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta dapat dibagi dalam 3 stadium menurut berat ringannya wasting tersebut (Clifford), yaitu : 1. Stadium pertama. Bayi tampak kurus dan lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium. 2. Stadium kedua. Tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit, plasenta dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dengan amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta akibat anoksia intrauterin. 3. Stadium ketiga. Tanda stadium kedua ditambah dengan kulit, kuku, dan tali pusat yang berwarna kuning serta anoksia intrauterin yang lama. 



Permasalahan Maturitas fisiologis bayi ini sesuai dengan masa gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Bayi KMK yang tidak prematur lebih mudah hidup di luar kandungan, tetapi harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi, seperti: 1. Sindrom aspirasi mekonium. Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan gasping dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor amnion seperti yang sering terjadi pada subacute fetal distress, akibatnya cairan itu masuk ke dalam janin paru karena inhalasi. Sering diikuti oleh pneumotoraks, disebabkan distress yang sering dialami bayi pada ini persalinan.Insidens idiopathic respiratory distress syndrome berkurang oleh karena IUGR mempercepat maturnya jaringan paru. 2. Hipoglikemia. Terutama bila pemberian minum terlambat dan terutama terdapat pada bayi laki-laki. Disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolisme. Gejala klinis tidak khas, umumnya mula-mula bayi tidak menunjukkan gejala, kemudian bayi tampak kaget, twitching, serangan apnea, sianosis, pucat, tidak mau minum, lemas, apatis dan kejang. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan kadar gula darah. 3. Hiperbilirubinemia. Mungkin disebabkan oleh gangguan pertumbuhan hati. Menurut Gruenwald hati pada bayi dismatur beratnya kurang dibandingkan dengan bayi biasa.



4. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin yang tinggi, mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus. 5. Asfiksia neonatorum. 6. Penyakit membran hialin. Terutama mengenai bayi dismatur yang pre-term, karena surfaktan paru belum cukup, sehingga alveoli selalu kolaps. Akibat hal ini akan tampak dispnea yang berat, retraksi epigastrium, sianosis dan pada paru terjadi atelektasis dan akhirnya terjadi eksudasi fibrin dan lain-lain serta terbentuk membrane hialin. Penyakit ini dapat mengenai bayi yang pre-term, terutama bila masa gestasinya kurang daripada 35 minggu. 7. Keadaan lain yang mungkin terjadi, seperti perdarahan paru massif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom Down, Turner dan lain-lain), cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterin dan sebagainya. 



Penatalaksanaan Umumnya sama dengan perawatan neonatus lainnya, seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, pencegahan infeksi dan lain-lain, tetapi perbedaan problematika harus diperhatikan: 1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin serta menemukan gangguan pertumbuhan. Waspada terhadap kelainan kongenital. 2. Frekuensi pernapasan terutama dalam 24 jam pertama harus selalu diawasi untuk mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernapasan idiopatik. 3. Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostix atau di laboratorium. Kadar gula darah harus diperiksa setiap 8–12 jam. 4. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. 5. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK. 6. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium. 7. Pencegahan infeksi, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu. 8. Temperatur harus dikelola karena bayi dismatur lebih mudah menjadi hipotermik, disebabkan luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan jaringan lemak subkutan kurang.



Taksiran maturitas neonatus Menilai dengan tepat lamanya masa gestasi untuk tiap neonatus sangat penting karena: (1) penting untuk penatalaksanaan tiap neonatus terutama BBLR secara individu, (2) faktor maturasi bayi sangat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas bayi, (3) menilai tingkat perkembangan bayi prematur, (4) penelitian fisiologis neonatus dilakukan dengan mempertimbangkan lamanya masa gestasi. Cara menilai maturitas neonatus yang dipakai sampai sekarang adalah: 1.



Menghitung lamanya masa gestasi dengan menggunakan perhitungan ‘hari pertama haid terakhir’ (HPHT). Pengalaman menunjukkan bahwa dapat terjadi kekeliruan dalam penentuan HPHT. Menurut Finnstrom (1970), walaupun HPHT dapat diingat oleh ibu, biasanya masih ada kesalahan ± 1 minggu daripada lama masa gestasi yang sebenarnya.



2.



Penilaian ukuran antropometrik 



Berat badan lahir (BBL), merupakan indeks terburuk untuk menentukan masa gestasi, disebabkan pengaruh berbagai faktor. BBLR dapat merupakan bayi prematur murni atau dismatur. Lama masa gestasi untuk BBLR sangat bervariasi.







Crown heel length, lingkaran kepala, diameter oksipito-frontal, diameter baparietal dan panjang badan. Menurut Finnstrom (1971) hanya ukuran lingkar kepala yang mempunyai korelasi baik dengan lamanya masa gestasi, dengan confidence limit kira-kira 26,1 hari. Rumus: Y = 11,03 + 7,75 x Y = masa gestasi X = lingkaran kepala



3.



Pemeriksaan radiologis. Mengetahui lamanya masa gestasi dengan meneliti pusat epifisis.



4.



Motor conduction velocity. Dengan mengukur motor conduction velocity dari nervus ulnaris.



5.



Pemeriksaan elektroensefalogram (EEG)



6.



Penilaian karakteristik fisis. Kriteria eksternal yang dapat dinilai untuk menentukan masa gestasi neonatus adalah bentuk puting susu, ukuran mammae, plantar creases, rambut kepala, transparansi kulit, membran pupil, alat kelamin, kuku dan tulang rawan telinga. Usher (1966) mengemukakan hubungan antara masa gestasi dan beberapa



kriteria pada tabel 1. hasil penilaian kriteria eksternal ini bervariasi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, beberapa sarjana mengadakan skor terhadap kriteria eksternal ini korelasi antara skor dengan masa gestasinya. Sistem skor Farr (1966), Finnstrom (1972) dan Dubowitz (1970). 7.



Penilaian kriteria neurologis. Beberapa kriteria neurologis atau refleks tertentu baru timbul pada suatu masa gestasi. Penilaian masa gestasi dengan kriteria eksternal dan neurologis merupakan cara penaksiran maturitas yang paling mendekati kebenaran. Dengan membuat kombinasi beberapa cara penilaian, ketelitian dalam penaksiran bertambah baik. Menurut Finnstrom (1972) cara yang paling mendekati kebenaran adalah kombinasi dua daripada tiga cara di bawah ini, yaitu karakteristik eksternal, kriteria neurologis dan lingkaran kepala. (lihat tabel)



8.



Penilaian menurut Dubowitz. Menggabungkan hasil penilaian fisik eksternal dan neurologis. Kriteria neurologis dan eksternal diberikan nilai dan dijumlah, kemudian dengan menggunakan grafik regresi linier dicari masa gestasinya. (Penilaian fisik eksternal tabel)



9.



Penilaian masa gestasi berdasarkan 10 kriteria fisik dan neurologis bayi baru lahir RSCM (Monintja dkk, 1980). Kriteria yang dipakai adalah kriteria morfologik dan neurologik dari penelitian terdahulu (Usher dkk, 1966 ; Robinson, 1966 ; Atmiel-Tison, 1968). Penilaian masa gestasi adalah dengan memeriksa ciri morfologik dan neurologik bayi baru lahir dan selanjutnya disesuaikan dengan masa gestasi memakai cara yang dianjurkan Dubowitz dkk (1970). (Lihat tabel) Untuk penelitian dianjurkan memakai cara dubowitz, tetapi untuk dilapangan sebaiknya cara Monintja dkk. Prognosis Prognosis tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi, iskemia



otak,



sindrom



gangguan



pernapasan,



perdarahan



intraventrikular,



displasia



bronkopulmonal, fibroplasia retrolental, infeksi, gangguan metabolik. Prognosis juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan post-natal.



Pengamatan lanjut Perlu pengamatan lebih lanjut oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motorik susunan saraf pusat dan penyakitpenyakit lain seperti hidrosefalus, cerebral palsy dan lain sebagainya.



BAB III KESIMPULAN Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat badan lahir rendah = BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Bayi Berat Lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu prematuritas murni, dan dismaturitas. Prognosis tergantung dari berat ringannya masalah perinatal.



DAFTAR PUSTAKA 1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3. Cetakan ke 7. Penerbit: Percetakan Infomedika K: Jakarta, 1997. 2. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ke 3. Cetakan Ke 6. Penerbit: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta, 2002. 3. Saifuddin AB, dkk Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Edisi Ke 1. Cetakan Ke 3. Penerbit: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta, 2002. 4. Markum, A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I Cetak Ulang 2002. Balai Penerbit FKUI: Jakarta , 2002. 5. http://www.tempointerkatif.com/medika/arsip/022001/hor-1.com. Horison. Hipotermia Pada Neonatus. Bangun Lubis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan. 6. Titut S Puponegoro http://www.idai.or.id/saripediatri/isi jurnal/vol.asp ID=28 www.pediatrik.com Indonesia-Jawa Timur, Surabaya 7. Linda L Bellig. Track Coordinator, Instructor, Neonatal Practitioner Program, Medical University Of South Carolina, College Of Nursing. 8. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Jakarta. Februari. 2005 9. Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Cetakan 1. Jakarta. Medika Aesculapius. 2000