Laporan Makalah Tutorial Skenario 1 Kelompok 2 Isk [PDF]

  • Author / Uploaded
  • El Ly
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Skenario Kasus Seorang anak SMA yang bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas di Ibukota, anak tersebut berusia 15 tahun, memeriksakan keadaannya ke Rumah Sakit terdekat karena demam, disertai menggigil, badan terasa lemah, keluhan nyeri saat kencing disertai perasaan panas di daerah saluran kencingnya, pasien juga mengeluhkan kadang air kencingnya berwarna kemerahan yang dirasakan sejak seminggu yang lalu. Saat pulang sekolah sering menahan kencing dalam waktu yang lama karena sedang asyik memainkan game online dan menunda BAK, dan sedikit minum air putih setiap hari. Ia juga menderita rasa sakit dengan skala 3 terus menerus, nyeri dibagian bawah perut, pemeriksaan fisik terasa nyeri ketika di palpasi pada bagian perut bawah. Pemeriksaan fisik TTV: BP 110/90 mmHg, RR 20x/menit, N 90x/menit, T 38,5°C, disuria, pemeriksaan kultur urin menunjukan adanya bakteri E.Coli, sehingga terjadi infeksi pada saluran kemih.



1.2 Analisa Kasus 1.2.1 Daftar Istilah Asing (Kata-kata Sulit) 1.2.1.1 Disuria 1.2.1.2 Kultur urin 1.2.1.3 Bakteri E. Coli



1.2.2 Daftar Pertaanyaan 1.2.2.1 Bagaimana proses pemeriksaan kultur urine? 1.2.2.2 Apa saja penyebab disuria? 1.2.2.3 Darimana saja sumber bakteri e.coli munsul sampai dengan terjadinya hasil kultur urin infeksi? 1



2



1.2.2.4 Kenapa terjadinya nyeri perut bagian bawah pada kasus tersebut? 1.2.2.5 Kenapa terjadinya disuria kencing berwarna kemerahan?



1.2.3



Jawaban dari Istilah Asing (Kata-kata Sulit) dan Pertanyaan-pertanyaan 1.2.3.1 Jawaban dari Istilah Asing (Sulit) 1) Disuria adalah nyeri saat BAB 2) Kultur urin adalah pengambilan sampel urin, biasanya sampai dengan 7 hari untuk pemeriksaan uji bakteri. 3) Bakteri E. Coli adalah bakteri yang menginfeksi yang ada dalam saluran pencernaan



1.2.3.2 Jawaban dari Pertanyaan-pertanyaan 1) Bagaimana proses pemeriksaan kultur urine? Jawab : Dengan pengambilan sampel urine untuk mndeteksi jumlah kuman . 2) Apa saja penyebab disuria? Jawab: Menahan kencing, minum air putih sedikit, menjaga kebersihan. 3) Darimana saja sumber bakteri e.coli munsul sampai dengan terjadinya hasil kultur urin infeksi? Jawab: Jenis bakteri anaerob, yang pada daerah uretra terdapat kumpulan bnyk bakteri sampai dengn kandung kemih, dan dimana leukosit sel darah putih dalam urine positf. 4) Kenapa terjadinya nyeri perut bagian bawah pada kasus tersebut? Jawab: Nyeri terjadi karena proses inflamasi dimna bakteri dari luar yg masuk ke dalam saluran perkemihan melalui uretra dan berkembang biak.



3



5) Kenapa terjadinya disuria kencing berwarna kemerahan? Jawab :



normalnya urin berwarna kuning jernih. Dan



terjadinya ad luka pada saluran kemih dimna dstu trdpat banyk pambuluh darah . Untuk memastikan darah dalam kencing mka lebih lanjut d lakukan pemeriksaan laboratorium.



4



1.2.4 Skema, Pohon Masalah, Alur Pikir Sistematis Akumulasi etiologi dan faktor resiko (infeksi mokroorganisme, lanjut usia, cedera uretra, riwayat isk dll)



Makanan terkontaminasi mikroorganisme mask lewat mulut



Obstruksi saluran kemih yang bermuara ke vesikaurinaria



HCL (Lambung)



hidup



Usus terutama plag player



Jaringan parut total tersumbat



Tidak hidup



Peningkatan tekanan Vesika Urinaria (VU)



RESIKO INFEKSI Penebalan dinding VU



Kuman mengeluarkan endotoksin



Bakterimia primer Penurunan Kontraksi otot VU



Bakteri tidak di fagosit



Bakteri di fagosit Kesulitan berkemih



Bakteri hidup



Bakteri mati RETENSI URINE



Bakterimia sekunder



peradangan



Hipotalamus



Ureter



Reinteraksi abdomen



Peningkatan frekuensi kontraksi uretra



Menekan termoregulasi



Iritasi Ureteral



Obstruksi



oliguria



Mual muntah



HIPERTERMI Defresi saraf perifer



NYERI AKUT



GANGGUAN ELIMINASI URINE



KEKURANGAN VOLUME CAIRAN



5



1.2.5 Learning Objective 1.2.5.1 Definisi ISK 1.2.5.2 Etiologi ISK 1.2.5.3 Manifestasi klinis 1.2.5.4 Patofisiologi 1.2.5.5 Pemeriksaan penunjang 1.2.5.6 Penatalaksanaan 1.2.5.7 Komplikasi 1.2.5.8 Pengkajian 1.2.5.9 Diagnosa keperawatan 1.2.5.10 Intervensi keperawatan 1.2.5.11 Kajian islam



6



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan dimana adanya suatu proses peradangan yang akut maupun kronis dari ginjal ataupu saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, jaringan interstisial dan tubulus ginjal (pielonefritis) atau kandung kemih (cystitis) dan uretra (uretritis). (Aspiani, 2015)



Menurut Mansjoer (2001) dalam Rendi dan Margareth (2012) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin dikandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya mengenai kandung kemih.



Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi akibat bakteri patogenik yang menyerang satu atau lebih struktur saluran kemih. (Bardero, M, 2009)



Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu jenis infeksi yang sering terjadi, Infeksi ini bisa terjadi disaluran ginjal (ureter), kandung kemih (bledder), atau saluran kencing bagian luar (uretra). Wanita lebih banyak terserang ISK karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan dengan uretra pria sehingga bakteri mudah menjangkaunya, infeksi saluran kemih banyak disebabkan oleh bakteri Echerichia Coli. (Utami 2012)



Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran kemih adalah suatu peradangan yang terjadi pada saluran kemih yang diakibatkan adanya bakteri. 6



7



2.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih 2.2.1 Menurut Sudoyo Aru di dalam buku NANDA NIC NOC 2015. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK< antara lain : 2.2.1.1 Pseudomonas, Proteus, Klesiella : penyebab ISK complicated 2.2.1.2 Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) 2.2.1.3 Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, enterococci dan lainlain 2.2.2



Prevalensi penyebab ISK lainnya, yaitu : 2.2.2.1 Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif. 2.2.2.2 Mobilitas menurun. 2.2.2.3 Nutrisi yang sering kurang baik. 2.2.2.4 System imunitas menurun, baik seluler maupun humoral. 2.2.2.5 Adanya hambatan pada aliran urin. 2.2.2.6 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.



2.3 Manifestasi klinis 2.3.1



Manifestasi klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi: 2.3.1.1 Pada ISK bagian atas, ditemukan gejala seperti sakit pinggang, suhu tinggi, mual dan muntah serta hematuria. 2.3.1.2 Pada ISK bagian bawah, yaitu sering kencig, disuria, dan nyeri daerah supra pubik



2.3.2



Menurut Suharyanto dan Madjid (2009) tanda dan gejala yang berhubungan dengan ISK bervariasi. Separuh dari klien yang ditemukan adanya bakteri dalam urin (bakteriuria) tidak menunjukan adanya gejala (asimtomatik). Gejala yang sering ditemukan pada ISK adalah: 2.3.2.1 Nyeri dan rasa panas ketika berkemih (disuria), (polakisuria), dan terdesak ingin berkemih (urgency).



8



2.3.2.2 Stanguria (sulit berkemih dan disertai kejang otot pinggang). 2.3.2.3 Tenesmus (rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun tekan kosong). 2.3.2.4 Nokturia (kecendrungan sering buang air kecil pada malam hari). 2.3.2.5 Prostatismus (kesulitan memulai berkemih).



2.4 Patofisiologi Infeksi mikroorganisme dari makanan masuk kelambung melalui mulut dilambung mikroorganisme yang lolos akan hidup masuk menyerang usus terutama dibagian plak player, mikroorganisme yang hidup akan mengeluarkan racun didalam darah (endotoksin) yaitu proses bakterimia primer Bakteri akan mengalami dua hal



-



Difagosit (bakteri akan dimakan sel darah putih dan bakteri mati)



-



Tidak difagosit maka akan mengalami bakterimia sekunder



Bakterimia sekunder akan berefek pada organ seperti hipotalamus, saluran kemih dan abdomen . dibagian hipotalamus



akan menekan termoregulasi



sehingga terjadi hipertermi pada organ saluran kemih akan terjadi peradangan dan iritasi ureteral, peradangan akan terjadi peningkatan frekuensi kontraksi uretral sehingga menyebabkan depresi saraf perifer yang menimbulkan nyeri sedangkan Iritasi uretral menyebabkan oliguria gangguan eliminasi urine pada organ abdomen bakterimia sekunder akan terjadi obstruksi yang mengakibatkan mual muntah dan bisa terjadi kekurangan volume cairan .



Pada etiologi dan factor resiko lain penggunaan steroid jaka panjang, usia lanjut, anomaly saluran kemih cidera uretra dan riwayat ISK semua hal tersebut bisa menimbulkan jaringan parut disaluran kemih yang mengakibatkan sumbatan



9



saluran kemih yang beresiko terjadinya infeksi dan terjadinya peningkatan tekanan vesika urinaria sehingga dinding vesika urinaria menebal dan terjadi penurunan kontraksi otot vesika urinaria yang mengakibatkan kesulitan berkemih dan terjadi retensi urine.



2.5 Pemeriksaan penunjang Menurut Sudoyo Aru di dalam buku NANDA NIC NOC 2015 pemeriksaan penunjang ISK antara lain: 2.5.1



Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta jumlah kuman/ml urine.



2.5.2



Infestigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis: 2.5.2.1 Ultrasonogram (USG) 2.5.2.2 Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystogram. 2.5.2.3 Isotop scanning.



2.6 Penatalaksanaan Menurut Nurarif & Hardhi, 2015 penataksanaan ISK adalah: 2.6.1 Non farmakologi 2.6.1.1 Istirahat 2.6.1.2 Diet: perbanyak vitamin A & C untuk mempertahankan epitel saluran kemih.



2.6.2 Farmakologi 2.6.2.1 Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan



antibiotik



kotrimoxsazol,



antara



trimetoprim,



doksisiklin, aminoglikosid.



lain



cefotaxime,



fluouroquinolon,



ceftriaxon, amoksisiklin,



10



2.6.2.2 Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi penisilin dengan aminoglikosida. 2.6.2.3 Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atau sefalosporin. Penatalaksanaan ISK pada lansia harus dilakukan sedini mungkin agar progrefitasnya tidak berlanjut. Dalam memilih antibiotik harus diperhatikan beberapa hal yaitu efek samping (terutama pada ginjal), harga, resistensi, kapatuhan (compliance), dan interaksi obat. Antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati ISK tidak berkomplikasi pada lansia adalah trimethoprim/sulfamethoxazol (TMP/SMX), fluorokuinolon, fosfomisin, dan nitrofurantoin. (Rendy & Margareth, 2012)



2.7 Komplikasi Menurut Nuari & Widayati (2017) komplikasi ISK adalah: 2.7.1 Prostatitis 2.7.2 2.7.3 2.7.4 2.7.5 2.7.6



Epididimis Striktura uretra Sumbatan pada vasoepididinal Pembentukan abses ginjal atau parierenal Gagal ginjal



2.8 Pengkajian Menurut Mary Baradero, dkk (2009), antara lain: Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu: 2.8.1 Data biologis meliputi : 2.8.1.1 Identitas klien 2.8.1.2 Identitas penanggung jawab 2.8.2 Riwayat kesehatan : 2.8.2.1 Riwayat infeksi saluran kemih 2.8.2.2 Riwayat pernah menderita batu ginjal



11



2.8.2.3 Riwayat penyakit DM dan jantung. 2.8.3 Riwayat kesehatan : 2.8.3.1 Palpasi kandung kemih 2.8.3.2 Inspeksi daerah meatus 2.8.3.3 Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine 2.8.3.4 Pengkajian pada costovertebrali



2.9



Diagnosa keperawatan Menurut NANDA NIC NOC 2015 2.9.1



Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan mual, muntah.



2.9.2



Hipertermia b.d peningkatan laju metabolism dan proses penyakit.



2.9.3



Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain.



2.9.4



Retensi urine b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung kemih.



2.9.5



Gangguan eliminasi urine b.d obsturksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.



2.9.6



Resiko infeksi b.d port de entry kuman.



2.9.7



Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.



2.10 Intervensi keperawatan Diagnosa keperawatan menurut NANDA NIC NOC 2015



12



2.10.1 Kekurangan volume cairan Diagnosa keperawatan



Tujuan dan kriteria hasil Definisi : Penurunan NOC cairan intravaskular, interstisial, dan atau  Fluid balance intraseluler. Ini mengacu  Hydration pada dehidrasi, kehilangan  Nutritional Status: cairan saat tanpa perubahan Food and Fluid pada natrium  Intake Batasan Karakteristik Perubahan status mental Penurunan tekanan darah  Penurunan tekanan nadi  Penurunan volume nadi  Penurunan turgor kulit  Penurunan turgor lidah  Penurunan haluaran urin  Penurunan pengisisan vena  Membran mukosa kering  Kulit kering  Peningkatan hematocrit  Peningkatan suhu tubuh  Peningkatan frekwensi nadi  Peningkatan kosentrasi urin  Penurunan berat badan  Tiba-tiba (kecuali pada ruang ketiga)  Haus  Kelemahan Faktor Yang Berhubungan  Kehilangan cairan



Kriteria Hasil :  Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal  Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan



Intervensi keperawatan NIC Fluid management  Timbang popok/pembalut jika di perlukan  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat  Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan  Monitor vital sign  Monitor masu kan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian  Kolaborasikan pemberian cairan IV  Monitor status nutrisi  Berikan cairan IV pada suhu ruangan  Dorong masukan oral  Berikan penggantian nesogatrik sesuai output  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan  Tawarkan snack (jus buah, buah segar)  Kolaborasi dengan dokter  Atur kemungkinan tranfusi  Persiapan untuk tranfusi



13







aktif Kegagalan mekanisme regulasi



Hypovolemia Management  Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan  Pelihara IV line  Monitor tingkat Hb dan hematocrit  Monitor tanda vital  Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan  Monitor berat badan  Dorong pasien untuk menambah intake oral  Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan  Monitor adanya tanda gagal ginjal



2.10.2 Hipertermia Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil Definisi : Peningkatan NOC suhu tubuh diatas kisaran normal Thermoregulation Batasan Karakteristik :  Konvulsi  Kulit kemerahan  Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal  Kejang  Takikardi  Takipnea  Kulit terasa hangat Faktor Yang Berhubungan:  Anastesia  Penurunan respirasi



Kriteria Hasil  Suhu tubuh dalam rentang normal  Nadi dan RR dalam rentang normal  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing



Intervensi NIC Fever treatment  Monitor suhu sesering mungkin  Monitor IWL  Monitor warna dan suhu kulit  Monitor tekanan darah, nadi dan RR  Monitor penurunan tingkat kesadaran  Monitor WBC, Hb, dan Hct  Monitor intake dan output  Berikan anti piretik  Berikan pengobatan untuk mengatasi



14



   



   



Dehidrasi Pemajanan lingkungan yang panas Penyakit Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan Peningkatan laju metabolism Medikai Trauma Aktivitas berlebihan



              











penyebab demam Selimuti pasien Lakukan tapid sponge Kolaborasi pemberian cairan intravena Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil Temperature regulation Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu Monitor warna dan suhu kulit Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutris Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dan kedinginan Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan Ajarkan indikasi dan hipotermi dan



15



             







penanganan yang diperlukan Berikan anti piretik jika perlu Vital sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu, dan R Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan banding Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan Vital sign



2.10.3 Nyeri akut Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil Definisi : Pengalaman NOC sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang  Pain Level,



Intervensi Keperawatan NIC Pain Management



16



muncul akibat kerusakan  Pain control jaringan yang aktual atau  Comfort level potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan Kriteria Hasil : sedemikian rupa  Mampu mengontrol (International Association nyeri (tahu penyebab for the study of Pain): nyeri, mampu awitan yang tiba-tiba atau menggunakan tehnik lambat dan intensitas nonfarmakologi ringan hingga berat dengan untuk mengurangi akhir yang dapat nyeri, mencari diantisipasi atau diprediksi bantuan) dan berlangsung 100-200 cc  Bebas dari ISK  Tidak ada spasme bladder  Balance cairan seimbang



Intervensi Keperawatan NIC Urinary Retention Care  Monitor intake dan output  Monitor penggunaan obat antikolionergik  Monitor derajat distensi bladder  Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine  Sediakan privacy untuk eliminasi  Stimulasi refleks bladder dengan kompres dingin pada abdomen  Katerisasi jika perlu  Monitor tanda dan gejala ISK (panas,hematuria, perubahan bau dan konsistensi urine)  Urinary Elimination Management



19



2.10.5 Gangguan eliminasi urin Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Intervensi Hasil Definisi : Disfungsi pada NOC NIC eliminasi urine Urinary Retention Care  Urinary elimination Batasan Karakteristik :  Lakukan penilaian  Urinary Contiunence  Disuria kemih yang komprehensif  Sering berkemih Kriteria Hasil : berfokus pada  Anyang-anyangan  Kandung kemih inkontinensia kosong secara penuh  Inkontinensia (misalnya, output urin,  Tidak ada residu  Nokturia pola berkemih kemih, urine > 100-200 cc  Retensi fungsi kognitif, dan  Intake cairan dalam  Dorongan masalah kencing rentang normal praeksisten)  Bebas dari ISK Faktor Yang  Tidak ada spasme  Memantau Berhubungan : penggunaan obat bladder  Obstruksi anatomic dengan sifat  Balance cairan  Penyebab multiple antikolinergik atau seimbang  Gangguan sensori properti alpha agonis motoric  Memonitor efek dari  lnfeksi saluran kemih obat-obatan yang diresepkan, seperti calcium channel blockers dan antikolinergik  Menyediakan penghapusan privasi  Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau disiram toilet  Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk perut, membelai tinggi batin, atau air  Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 menit  Gunakan spirit wintergreen di pispot



20



   







 



   



atau urinal Menyediakan manuver Crede, yang diperlukan Gunakan double-void teknik Masukkan kateter kemih, sesuai Anjurkan pasien / keluarga untuk merekam output urin, sesuai Instruksikan cara-cara untuk menghindari konstipasi atau impaksi tinja Memantau asupan dan keluaran Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi Membantu dengan toilet secara berkala Memasukkan pipa ke dalam lubang tubuh untuk sisa Menerapkan kateterisasi intermiten Merujuk ke spesialis kontinensia kemih



2.10.6 Risiko infeksi Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Hasil Definisi : Mengalami NOC NIC peningkatan resiko terserang organisme  Immune Status Infection Control patogenik  Knowledge : Infection (Kontrol infeksi)  Bersihkan control Faktor Resiko : lingkungan setelah  Risk control Penyakit kronis. dipakai pasien lain  Diabetes mellitus  Pertahankan teknik Kriteria Hasil:  Obesitas isolasi  Klien bebas dari tanda



21







  



         



     



Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjanan patogen. Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat. Gangguan peristalsis Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif) Perubahan sekresi pH Penurunan kerja siliaris Pecah ketuban dini Pecah ketuban lama Merokok Stasis cairan tubuh Trauma jaringan (mis, trauma destruksi jaringan) Ketidakadekuatan pertahanan sekunder Penurunan hemoglobin Imunosupresi (mis, imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal termasuk imunosupresan, steroid, antibodi monoklonal, imunomudulator) Supresi respon inflamasi Vaksinasi tidak adekuat Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat Wabah Prosedur invasive Malnutrisi











 



dan gejala infeksi Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal Menunjukkan perilaku hidup sehat



 



 



















     



Batasi pengunjung bila perlu Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentangan



22



     



    



   



terhadap infeksi Batasi pengunjun Sering pengunjung terhadap penyakit menular Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kulit pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Inspeksi kondisi luka / insisi bedah Dorong masukkan nutrisi yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif



2.10.7 Defisiensi pengetahuan Diagnosa Keperawatan



Tujuan Dan Kriteria Hasil Definisi : Tidak adanya NOC atau kurangnya informasi kognitif sehubungan  Kowlwdge : disease



Intervensi Keperawatan NIC Teaching : disease



23



dengan topic spesifik. Batasan karakteristik :  Memverbalisasikan adanya masalah  Ketidakakuratan mengikuti instruksi  Perilaku tidak sesuai. Faktor yang berhubungan :  Keterbatasan kognitif  Interpretasi terhadap informasi yang salah  Kurangnya keinginan untuk mencari informasi  Tidak mengetahui sumber-sumber informasi.







process Kowledge : health Behavior



Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya



Process  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat  Hindari harapan yang kosong  Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan  Dukung pasien untuk



24















mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepa Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat



2.10 Evaluasi 2.10.1 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Nyeri teratasi 2.10.2 Suhu tubuh dalam rentang normal 2.10.3 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) atau Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 2.10.4 Kandung kemih kosong secara penuh 2.10.5 Intake cairan dalam rentang normal 2.10.6 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2.10.7 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan



25



2.11 Kajian Islam ‫ْال ُمت ه ه‬ َّ‫ّللاه إِن‬ َّ َّ‫ين ي ُِحب‬ َّ‫ين هوي ُِحبَّ التوابِ ه‬ َّ‫ط ِه ِر ه‬ Artinya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orangَّyangَّmensucikanَّdiri.”َّ(QS.َّAl-Baqarah: 222) Dariَّ Anas,َّ bahwasanyaَّ iaَّ berkata,َّ bahwasanyaَّ Rasulullahَّ shallallahuَّ ’alahiَّ wassalam bersabda: َّ ‫صلَّى‬ ‫ب ْالقَب ِْر ِمنَه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫َع ْن أَنس قَا َل‬ ِ ‫ تَن ََّزهُوا ِمنَ ْالبَ ْو ِل ؛ فَإ ِ َّن َعا َّمةَ َعذَا‬: ‫سلَّ َم‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ “Bersihkan dari air kencing, karena sesungguhnya kebanyakan adzab kubur itu dari air kencing (yang tidak dibersihkan)“ (HR. Daruquthni).



Berdasarkan hadist diatas dikatakan bahwa pentingnya menjaga kebersihan diri, termasuk membersihkan diri dari hadast. Membersihkan diri (termasuk organ kemaluan) setelah kencing wajib hukumnya, karena hal tersebut dapat menghindari diri kita dari tidak sah nya sholat, adzab kubur & berbagai macam penyakit (khususnya penyakit saluran perkemihan). Dariَّ‘Aisyah,َّiaَّberkataَّbahwaَّiaَّmendengarَّRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َّ ‫صالَة َ ِب َحض َْرةِ ال‬ ‫ان‬ َ َ‫ال‬ ِ َ ‫ط َع ِام َوالَ َوه َُو يُدَافِعُهُ األ َ ْخ َبث‬ “Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada shalat bagi yang menahan akhbatsan (kencing atau buang air besar).”َّ (HR.َّ Muslim no. 560). Bagiَّulamaَّyangَّberpendapatَّbahwaَّkhusyu’َّtermasukَّdalamَّkewajibanَّdalamَّ shalat,َّberartiَّmaksudَّkataَّ“laa”َّdalamَّhaditsَّmenunjukkanَّtidakَّsahnyaَّshalatَّ



26



dengan menahan kencing. Sedangkan menurut jumhur atau mayoritas ulama bahwaَّkhusyu’َّdihukumiَّsunnah,َّbukanَّwajib.َّSehinggaَّ“laa”َّyangَّdimaksudَّ dalam hadits adalah menafikan kesempurnaan shalat atau hadits itu diartikan “tidak sempurna shalat dari orang yangَّ menahanَّ kencing”.َّ Selainَّ dariَّ segiَّ ibadah menahan kencing juga dapat berakibat buruk pada kesehatan. Ketika seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan melakukan mekanisme seperti halnya melar atau pun meregang, hal ini tentunya akan mengakibatkan pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan baik saat buang air kecil. Sehingga tak jarang banyak orang yang baru selesai buang air kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Beberapa penyakit yang mengancan apabila sering menahan buang air kecil, seperti: infeksi ginjal, batu ginjal, gagal ginjal & infeksi saluran kemih (ISK.)



27



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran kemih adalah suatu peradangan yang terjadi pada saluran kemih yang diakibatkan adanya bakteri dengan tanda gejala rasa sakit/rasa panas diuretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik, serta ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.



Pemeriksaan penunjang pada infeksi saluran kemih diantaranya analisa urine, urine kultur, cystoscopy dengan penatalaksanaan diet, perbanyak vitamin A & C untuk mempertahankan epitel saluran kemih dan pemberian antibiotik sesuai kultur. Sedangkan komplikasi yang sering tejadi pada infeksi saluran kemih adalah pyelonephritis dan gagal ginjal.



3.2 Saran 3.2.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakitpenyakit dalam keperawatan anak salah satunya infeksi saluran kemih dan juga meningkatkan kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar. 3.2.2 Bagi Perawat Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan keperawtan yang optimal khususnya pada anak yang 27



28



menderita penyakit infeksi saluran kemih dan perawat mampu menjadi edukator yang baik bagi pasien dan keluarganya.



29



DAFTAR PUSTAKA



Aspiani, Reny Yuli. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV Trans Info Media Baradero, Mary. (2009). Seri Asuuhan Keperawatan Klien Gangguan Perkemihan. Jakarta: EGC Nurarif, Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Nuari, Nian A & Widayati, Whina. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta : Deepublish. Utami (2012). Antibiotik Alamai Untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka Rendy, M. Clevo & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan Penyakit Dalam. Yogjakarta : Nuha Medika Sudoyo Aru di dalam buku NANDA NIC NOC 2015 Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media