Laporan Panen Padi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN ACARA 6. PANEN PADI



Disusun Oleh : Syifa Amalia



20200220020



Abdullah Taufiq Irsyad



20200220024



Ulfiana Azizah



20200220027



Suraya Drajat



20200220033



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2021



BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang kegiatan panen merupakan bagian akhir dalam proses produksi kegiatan panen itu sendiri harus dilakukan pada waktu yang tepat, karena jika kita tidak melakukannya di waktu yang tepat dan secara benar. Tanaman padi akan mengalami susut panen, terutama dengan varietas-varietas padi yang mudah mengalami kerontokan bulir, serta tanaman padi yang telah di panen, sebaiknya gabah padi harus segera di rontokkan agar tidak mengalami kerusakan. hal itu karena, gabah dan jerami yang terlalu lama menumpuk akan cepat mengalami membusukkan. Gabah yang cepat mengalami pembusukan disebabkan kadar air dalam jerami padi masih tinggi dan jerami mengalami fermentasi. Ada beberapa cara untuk menentukan umur panen padi, yaitu berdasarkan: (1) Umur tanaman menurut diskripsi varietas, (2) Kadar air gabah, (3) Metode optimalisasi yaitu hari setelah berbunga rata, dan (4) Kenampakan malai. Waktu panen berdasarkan umur tanaman sesuai dengan diskripsi varietas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya varietas, iklim, dan tinggi tempat, sehingga umur panennya berbeda berkisar antara 5-10 hari. Berdasarkan kadar air, padi yang dipanen pada kadar air 21-26% memberikan hasil produksi optimum dan menghasilkan beras bermutu baik. Cara lain dalam penentuan umur panen yang cukup mudah dilaksanakan adalah metode optimalisasi.Dengan metode optimalisasi, padi dipanen pada saat malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga rata (HSB) sehingga dihasilkan gabah dan beras bermutu tinggi. Penentuan saat panen yang umum dilaksanakan petani adalah didasarkan kenampakan malai, yaitu 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning. Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning. 2. Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata. 3. Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan moisture tester. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui informasi penanaman padi 2. Untuk mengetahui teknik pemanenan padi



BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik-Teknik Pemanenan Padi Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper, stripper dan combine harvester. Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan ani-ani, sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper. 1) Teknik Pemanenan Padi dengan Ani-ani Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 – 20 mm, panjang ± 10 cm dan pisau baja tebal 1,5 – 3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi. Pemanenan padi dengan ani-ani dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Ditekan mata pisau pada malai padi yang akan dipotong. b) Ditempatkan malai diantara jari telunjuk dan jari manis tangan kanan. c) Dengan kedua jari tersebut tarik malai padi ke arah pisau, sehingga malai terpotong. d) Kemudian dikumpulkan di tangan kiri atau dimasukkan ke dalam keranjang. 2) Teknik Penanaman Padi dengan Sabit Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjurkan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %. Spesifikasi sabit bergerigi yaitu: Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm. Dan mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 – 16 gerigi sepanjang 1 inci. Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher. Berikut ini cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:



a) Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman. b) Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus. 3) Teknik Pemanenan dengan Reaper Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar. Penggunaan reaper dianjurkan pada daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan di lahan dengan kondisi baik (tidak tergenang, tidak berlumpur dan tidak becek). Menurut hasil penelitian, penggunaan reaper dapat menekan kehilangan hasil sebesar 6,1 %. Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper : a) Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya mesin reaper. b) Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen. Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan. c) Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan terlempar satu tertumpuk disebelah kanan mesin tersebut. d) Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan. 4) Teknik Pemanenan dengan Reaper Binder Reaper binder merupakan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar. Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper binder : a) Sebelum mengoperasikan mesin pemanen, terlebih dahulu potong / panen padi dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya mesin stripper. b) Sebelum mesin dihidup-kan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen. Pemanenan dilakukan mulai dari sisi sebelah kanan petakan. c) Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 1 atau 2 baris tanaman sekaligus dan akan terlempar ke sisi kanan alat, sebelum terlempar, batang jerami yang



sudah terpotong diikat dengan tali peng-ikat melalui mekanisme pengikat pada mesin tersebut. d) Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan. C. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan 1) Panen pengamatan tanaman padi di lapangan perlu dilakukan lebih intensif mulai saat tanaman berbunga merata, dan hasil pengamatan dicatat.  penentuan saat panen yang tepat dapat didasarkan atas penampakan visual, kerontokan dan umur setelah berbunga merata serta kadar air gabahnya.  panen dapat dilakukan, berdasarkan visual bila 85% malai menguning, sebagian daun bendera juga mengering.  kerontokan gabah diukur dengan cara meremas malai dengan tangan, kerontokan sekitar 25 – 30 persen, kadar air mencapai 22 – 25 persen.  umur optimal dalam ekadaan seperti tersebut di atas berkisar antara 30 – 35 hari setelah berbunga merata. pemanenan menggunakan sabit yang tajam dan sebaiknya bergerigi, untuk menekan atau mengurangi kehilangan hasil sekaligus menpercepat waktu panen.  hasil panen hendaknya diletakkan di tempat yang beralas cukup.  dianjurkan memotong padi sedekat mungkin dengan tanah untuk menekan kehilangan. penumpukan malai di lapangan agar dihindari, apabila keadaan tidak memungkinkan untuk langsung merontok.  penumpukan malai agar diusahakan malai tersebut terhindar dari hujan.  pada daerah yang biasa panen dengan sistem potong “tengah” dan “atas” agar menggunakan wadah untuk memudahkan pengangkutan ke tempat perontokan.  pengangkutan gabah dari sawah ke pinggir jalan atau ke tempat processing agar menggunakan karung atau wadah lainnya untuk mencegah gabah tercecer diperjalanan. 5) Perontokan perontokan sedapat mungkin dilaksanakan di sawah secepatnya setelah panen (pada hari panen) untuk segera dikeringkan.  keterlambatan perontokan dan pengeringan akan mengakibatkan timbulnya butir kuning. selama perontokan agar menggunakan alas misalnya dari anyaman bambu, tikar plastik atau di atas lantai semen, sehingga gabah hasil perontokan mudal dikumpulkan kembali.  perontokan yang dilkukan dengan menghempas agar memakai tirai yang terbuat dari prlastik atau bahan lainnya, serta memakai alas yang cukup luas untuk menghidanri hilangnya gabah karena terlempar dan melindungi dari pencemaran oleh benda-benda asing.  untuk mengurangi kandungan butir hijau



sebaiknya hempasan dilakukan dalam dua tahap.  hasil hempasan tahap pertama (hasil hempasan pertama dan kedua) perlu dipisahkan dengan hasil hempasan tahap kedua (hasil hempasan ketiga dan seterusnya). pada daerah pelaksana insus/supra insus yang panennya serentak dan kekurangan tenaga kerja, kelompok tani di daerah pelaksana agar menggunakan mesin perontok mekanis guna kepentingan bersama. 6) Pembersihan Diusahakan agar pembersihan gabah segera setelah perontokan untuk memudahkan pengeringan, sehingga dapat diangkut dari sawah sudah dalam keadaan bersih.  untuk menekan serendah mungkin kehilangan hasil pada tahap pembersihan, petani perlu menggunakan alar dari tikar, anyaman bambu, karung plastik dan sebagainya.  untuk efisiensi kerja, pembersihan awal perlu dilakukan untuk membuang kotoran atau sisa daun dan batang yang kasar, selanjutnya dilakukan pembersihan dengan menampi, dianginkan atau menggunakan blower. 7) Pengeringan  Tempat Pengeringan penjemuran gabah dilakukan di tempat yang leluasa menerima sinar matahari, bebas banjir dan gangguan unggas serta binatang lainnya.  penjemuran gabah yang terbaik dilakukan di atas lantai semen.  walaupun demikian penggunaan alas lainnya seperti anyaman bambu (kepang), tikar pandan, karung goni dan karung plastik masih dapat dianjurkan daripada tanpa menggunakan alas.  untuk tempat pengeringan berupa lantai jemur, sebaiknya permukaan lantai diplaster dengan semen dan dibuat bergelombang, sehingga intensitas penyerapan panas metahari menjadi tinggi, permukaan lebih luas, air hujan dapat lebih cepat mengalir dan lantai jemur kering. 



Cara Pengeringan



Penjemuran pada cuaca cerah dilakukan dengan ketebalan lapisan    5 – 7 cm dan berulang kali bolak balik (1 – 2 jam sekali).  pembalikan gabah dapat dilakukan dengan bantuan alat yang terbuat dari kayu atau bambu.  waktu penjemuran dianjurkan mulai jam 7 pagi sampai dengan jam 16 sore tergantung dari intensitas cahaya matahari.  proses pengeringan menggunakan sinar matahari memerlukan waktu beberapa hari.  jika jumlah gabah yang sedang dalam proses penjemuran cukup besar maka pada malam hari tetap dibiarkan di atas lamporan dengan cara (digundukkan) dan ditutupi dengan plastik atau seng guna menghidari hujan atau embun.



8) Penggilingan  Bahan Gabah yang akan digiling harus seragam dan bersih, sedapat mungkin tidak ada pencampuran varietas.  dengan demikian penyetelan peralatan lebih mudah dan tepat. Gabah yang baru saja dikeringkan harus diangin-anginkan dahulu.  sebaiknya gabah yang baru diambil dari tempat penyimpan perlu dijemur lebih dahulu sebelum digiling, agar tercapai keseimbangan dan keseragaman kadar air.  kadar air gabah optimal untuk proses penggilingan adalah 13 – 14%. 



Mesin Penggilingan



Mesin penggilingan padi yang digunakan hendaknya dalam kondisi baik, minimal terdiri dari satu mesin pengupas sekam roll karet dan satu mesin penyosoh. Sesudah proses pengupasan sekam campuran, beras pecah kulit dan gabah sebaiknya dimasukkan dahulu ke atalr pemisah gabah (separator gabah) yang dibuat secara lokal.  dengan menggunakan alat pemisah gabah, rendeman dan mutu beras dapat ditingkatkan.  berbagai usaha perbaikan/anjurab penanganan pasca panen padi di tingkat petani yang telah diuraikan di tas merupakan satu rangkai kegiatan yang saling berkaitan.  hasil salah satu tahap kegiatan akan mempengaruhi tahap kegiaitan berikutnya, sehingga dapat diperlukan ketelitian dan kecermatan para pelaksana dalam penanganan kegiatan pasca panen. 9) Pengemasan Pengemasan gabah untuk tujuan pengangkutan maupun penyimpanan dapat menggunakan karung goni maupun karung plastik yang baik (karung goni/plastik harus bersih, kuat, tidak bocor dan bebas hama). Penggunaan “gamco” (alat pengait dari besi) harus dihindarkan pada saat memuat, agar karung tidak rusak atau bocor sehingga tidak berceceran di perjalanan. Pengemasan gabah untuk sementara dapat juga dilakukan dengan menggunakan bakul dari bambu.  dalam pengangkutan gabah diusahakan pengemasan yang sesuai dengan alat pengangkutan, mudah diperoleh pada daerah setempat dan aman dari gangguan hujan. 10) Penyimpanan  Mutu Bahan



Gabah yang akan disimpan agar dalam keadaan kering dengan kadar air maksimum 14% dan bersih dari kotoran/gabah hampa (maksimum 3%).  apabila menggunakan karung sebaiknya yang baru, dan apabila menggunakan karung bekas harus direndam dalam air panas dan dijemur sampai kering sehingga hama mati. 



Tempat Penyimpanan



Letak gudang harus strategis dan usahakan bangunan memanjang dengan arah dari timur ke barat untuk menghidari luasnyna dinding yang tertimpa sinar matahari terlalu lama, sehingga gudang cukup dingin. Lumbung atau gudang yang akan digunakan harus dibersihkan dahulu dari kotoran-kotoran, hama gudang dengan cara menyemprot cairan insektisida yang dianjurkan. Konstruksi gudang perlu diperhatikan dari kemungkinan adanya kebocoran, sirkulasi udara yang cukup dan sistem pengamanan serangan tikus.  hal tersebut mencakup lubang angin gudang harus cukup baik, dapat membuang udara atau kelebaban dan dapat menjaga keseragaman suhu serta tingkat kelembaban tertentu. Gudang yang berlantai semen/beton harus menggunakan alas kayu.  dengan cara demikian, akan terhidar terjadinya kontak langsung antara barang yang disimpan dengan lantai, sehingga bagian bawah tumpukan mendapat cukup aerasi dan tidak terjadi proses pengembunan.  pada dinding gudang tidak terdapat celah-celah yang dapat digunakan sebagai tempat persembunyian serangga dan hama-hama lainnya.  sekeliling gudang harus bersih dari semak-semak dan tanaman-tanaman, agar tidak dimanfaatkan oleh tikus sebagai media panjatan mencapai gudang/lumbung dan gudang tidak lembab. 



Cara Penyimpanan



Gabah dapat disimpan dalam bentuk curah atau dalam karung.  yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dengan karung adalah adanya alas kayu sebagai lantai palsu (± 15 cm di atas lantai) dan karung tidak menempel pada dinding, karung disusun secara refonden, teratur, sehingga tumpukan tidak mudah roboh, sirkulasi udara antara karung terjamin dan penanganan keluar masuknya karung mudah. sedangkan yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dengan bentuk curah adalah adanya sirkulasi panas dan udara dari dalam gabah curah.  hal ini dapat dibantu dengan pemasangan cerrobong-cerobong udara dari bambu yang dibenamkan dalam gabah curah.



Secara periodik perlu dilakukan penjemuran bagi gabah yang sudah lama disimpan.  sedapat mungkin dihindari penggunaan pestisida terhadap gabah yang disimpan, sebelum petani megnetahui tentang cara penggunaan dan daya racunnya. 11) Pengangkutan pengangkutan yang paling umum dilakukan adalah dari lahan ke rumah petani, ke gudang dan penggilingan.  dalam pengangkutan yang harus diperhatikan adalah persentase hilangnya gabah yang tercecer selama proses pengemasan dan pengangkutan.



BAB II. KESIMPULAN kegiatan panen merupakan bagian akhir dalam proses produksi kegiatan panen itu sendiri harus dilakukan pada waktu yang tepat, karena jika kita tidak melakukannya di waktu yang tepat dan secara benar. Panen padi sebaiknya dilakukan jika 90-95% gabah dari malak terlihat kuning, malai harus berumur 30-35 hari setelah berbunga merata, dan kadar air gabah 22-26% yang diukur dengan moisture tester Teknik penanaman diperlukan untuk hasil yang berkualitas. beberapa teknik penanaman adalah seperti teknik pemanenan dengan ani-ani, teknik dengan sabit, teknik dengan reaper, dan teknik dengan menggunakan reaper bunder. Semua teknik tersebut jika dilakukan secara benar dan sesuai aturan maka akan dihasilkan padi yang berkualitas.



DAFTAR PUSTAKA Aryati, V. (2013). Panen dan Pasca Panen. Agronivasi, 17, 6–16. Hasbulloh, B. M., Pertiwi, S., & Makarim, A. K. (2019). Sistem Informasi Panen dan Produktivitas Padi. Idawanni. (2014). Teknologi Penanganan Pasca Panen Padi. 5, 7–9. litbang.go.id Lia, H. (n.d.). Waktu Tanam Yang Tepat Untuk Padi Gogo Rancah Di Lahan Tadah Hujan NTB. Sumiani, S. (2021). Teknik Penanaman Padi Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo 6:1 Pada Dua Varietas Berbeda Di Kebun Benih Dewi Sri.