Laporan Pendahuluan Gea Santi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG AGATE BAWAH RSU DOKTER SLAMET GARUT



Oleh : SANTI YULIAN KHGC.18047



PROGRM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES KARSA HUSADA GARUT 2021/2022



LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) I.



Konsep Dasar Penyakit



A. Definisi Penyakit Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2011). Gastroenteritis



atau



diare



adalah



penyakit



yang



ditandai



dengan



bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Sudaryat, 2007). Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2006). Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair). Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah. B. Etiologi Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis sangat beragam , antara lain sebagai berikut : 1.



Faktor infeksi :



a.



Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella, V.Cholera, dan clostridium).



b.



Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.



c.



Jamur : candida



d.



Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)



2.



Faktor non infeksi/ bukan infeksi :



a.



Alergi makanan, misal susu, protein



b.



Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit



c.



Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan



d.



Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.



e.



Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis



f.



Emosional atau stress



g.



Obstruksi usus



C. Tanda dan Gejala Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus gastroenteritis, antara lain : 1.



Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah



2.



Suhu badan meningkat



3.



Nafsu makan berkurang atau tidak ada



4.



Timbul diare



5.



Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender



6.



Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.



7.



Muntah baik sebelum maupun sesudah diare



8.



Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering



9.



Berat badan menurun



10. Pucat, lemah



D. Patofisiologi dan Pohon Masalah Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Diare dapat terjadi akibat adanya makanan / zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Hal ini disebut diare osmotik atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Selain itu diare dapat terjadi akibat rangsangan tertentu misalnya toksin, yang dikeluarkan oleh bakteri adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang. Motilitas secara langsung menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar, sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah besar. Diare juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya ketakutan atau jenis-jenis stress tertentu, yang diperantarai oleh stimulasi usus oleh saraf parasimpatis.



E. Komplikasi Akibat diare dan kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi berbagai komplikasi, sebagai berikut : a. Dehidrasi Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat dan perubahan ortostatik. b. Syok hipovolemik Syok yang terjadi karena penurunan abnormal volume cairan sirkulasi (plasma dalam tubuh). c. Kejang d. Bakterimia e. Malnutrisi f. Hipoglikemia g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus. h. Kematian Bila diare tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat menimbulkan kematian. F. Pemeriksaan Diagnostik 1.



Pemeriksaan darah tepi lengkap



2.



Pemeriksaan urine lengkap



3.



Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur



4.



Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik



5.



Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat dianjurkan



6.



Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif tentang pada diare kronik.



7.



Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)



8.



Pemeriksaan tinja - makroskopik dan mikroskopik - pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi laktosa - bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan sensitivity test)



9.



Pemeriksaan analisa gas darah



10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal 11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang) 12. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia G. Penatalaksanaan Medis 1.



Medis Dasar pengobatan diare adalah: a.



Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.



1) Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral: a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit. b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap



2) Cairan parentral Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi: a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011). b.



Pengobatan Antibiotik Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan



pasien



immunocompromised.



Contoh



antibiotic



untuk



diare



Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV). II.



Konsep Dasar Asuhan Keperawatan



A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : 1.



Identitas Pasien



2.



Riwayat Kesehatan



a.



Keluhan Utama BAB lebih dari 3 kali



b.



Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).



c.



Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.



d.



Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.



e.



Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan



makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,



lingkungan tempat tinggal. f.



Riwayat Nutrisi Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,



3.



Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual



a.



Bernafas Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat bernafas



b.



Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS. Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit



c.



Eliminasi



1) BAK Kebiasaan : frekuensi, warna, bau. Perubahan setelah sakit 2)



BAB Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi. Perubahan setelah sakit.



d.



Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS



e.



Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien



Perubahan setelah sakit f.



Kebersihan Diri Kaji bagaimana toiletingnya pasien.



g.



Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C), hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi 3



Bab sering dengan



kali



konsistensi encer



-



Suhu



tubuh



meningkat -



Frekuensi meningkat



Cairan yang keluar nadi



banyak Dehidrasi Kekurangan volume cairan



Kekurangan cairan



volume



3



DS : -



Diare



DO :



Inflamasi saluran



-



Suhu tubuh diatas



pencernaan



nilai normal



Agen pirogenic



-



Kulit merah



Suhu tubuh meningkaat



-



Kejang



-



Takikardi



-



Takipnea



Hipertermia



- Kulit terasa hangat DS : 4



-



Klien



mengatakan



nyeri perut Klien



tampak



Dire



Klien



tampak



Pengeluaran mediator inflamasi : prostaglandin



Frekuensi



nadi



& bradikinin



meningkat



Berikatan dengan



-



Sulit tidur



nociceptor



-



Tekanan



darah



meningkat -



Nafsu



Nyeri Akut



Iritasi usus halus



gelisah -



Hiperperistaltik usus menyerap makanan



meringis -



GEA Usus tidak dapat



DO ; -



Hipertermia



Nociceptor nyeri meningkat



makan



Nyeri akut



berubah -



Berfokus pada diri



sendiri DS : 5



-



Klien



Makanan mengeluh



tidak nafsu makan -



Klien



mengeluh



nyeri abdomen DO : -



Berat



Toksin tidak dapat diabsorpsi Hiperperistaltik Kemampuan absorpsi menurun



badan



Inflamasi saluran



Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh



menurun -



pencernaan



Bising



usus



Mual dan muntah



hiperaktif -



Otot



Anoreksia



pengunyah



lemah



Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari



-



Otot menelan lemah



-



Membran



kebutuhan tubuh



mukosa



pucat -



Rambut



rontok



berlebihan -



C.



Diare



Diagnosis Keperawatan 1.



Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi/malabsorbsi usus adanya toksin/ penyempitan segmental.



2.



Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik.



3.



Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi



4.



Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit atau jaringan, eksoriasi fisura perirektal, fistula



5.



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien status hipermetabolik.



D.



Perencanaan Keperawatan No Diagnosa 1 Diare



Tujuan Setelah dilakukan



Intervensi Manajemen Diare



Rasional Observasi :



berhubungan



tindakan keperawat



Observasi :



1. Untuk



dengan



selama 3x24 jam,



1. Identifikasi



inflamasi,



diare dapat diatasi



penyebab diare



membedakan penyakit



iritasi/malabsor



dengan kriteria hasil :



2. Identifikasi



2. Untuk



bsi usus adanya - Melaporkan



riwayat



mengetahui



toksin/



penurunan



pemberian



penyebab diare



penyempitan



frekuensi defekasi



makan



segmental



- Mengatakan



3. Monitor warna,



bahwa konstipasi



volume,



feses sudah normal



frekuensi, dan



- Nyeri abdomen menurun - Warna feses menjadi normal - Tidak ada mual



konsistensi tinja 4. Monitor tandatanda dan gejala hypovolemia



3. Untuk mengidentifikasi perubahan feses 4. Untuk mencegah terjadinya kekurangan volume cairan 5. Untuk membantu



Terapeutik :



pemenuhan



5. Berikan asupan



cairan



cairan oral 6. Berikan cairan intravena Edukasi : 7. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering



6. Untuk mncegah terjadinya dehidrasi 7. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 8. Membantu mengatasi diare



secara bertahap Kolaborasi : 8. Kolaborasi dengan dokter 2



Kekurangan



Setelah dilakukan



pemberian obat Manajemen



volume cairan



tindakan keperawatan



Hipovilemia



dan



b.d gangguan



selama 3x24 jam,



Observasi :



penurunan



1. Periksa tanda



volume



absorbs nutrien, diharapkan dapat



1. Mengidentifikasi mengelola cairan



status



mempertahankan



dan gejala



intravaskuler



hipermetabolik



volume cairan



hipovolemia



adekuat, dengan



(frekuensi nadi



menganalisis



kriteria hasil :



meningkat, nadi



keseimbangan



2. Membantu dalam



1. Membran mukosa



teraba lemah,



cairan dan drajat



tekanan darah



kekurangan



2. Turgor kulit elastis



menurun,



cairan



3. Tanda-tanda vital



tekanan nadi



3. Untuk



menyempi,



4. Untuk menggati



mulut lembab



stabil 4. Keseimbangan



turgor kulit



kehilangan



intake dan output



menurun,



cairan



cairan



membran mukosa kering, haus, lemah) 2. Monitor intake dan output cairan 3. Kaji TTV



5. Menggati cairan yang hilang 6. Untuk mempertahankan sirkulasi darah 7. Membantu



Terapeutik :



kebutuhan cairan



4. Berikan asupan



dalam tubuh



cairan oral Edukasi : 5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi : 7. Kolaborasi pemberian cairan IV (mis NaCl, RL, Glukosa 2,5%) 3



Hipertermi



Setelah dilakukan



berhubungan



tindakan keperawatan



Manajemen Hipertermia



1. Mengidentifikasi penyebab



Observasi : 1. Identifikasi diharapkan suhu penyebab hipertermia (mis. tubuh menjadi normal dehidrasi, dengan kriteria hasil : terpapar lingkungan - Menggigil panasm berkurang penggunaan - Warna kulit normal incubator) - Kejang berkurang 2. Monitor suhu - Tidak pucat tubuh - Frekuensi 3. Monitor pernapasan normal komplikasi akibat hipertermia - Denyut nadi dalam Terapeutik : batas normal - Suhu tubuh dalam 4. Longgarkan atau lepaskan pakaian batas normal 5. Berikan cairan - Tekanan darah oral dalam batas normal 6. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) 7. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres pada dahi, leher, dada. Abdomen, aksila) Edukasi : 8. Anjurkan tirah baring Kolaborasi : 9. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena



dengan proses selama 3x24 jam, inflamasi



4



hipertermi 2. Untuk mengontrol kenaikan atau penurunan suhu tubuh 3. Untuk mencegah komplikasi 4. Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat 5. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi 6. Untuk membuat klien nyaman 7. Perpindahan panas secara konduksi 8. Untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan 9. Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit 1. Mengetahui



Nyeri akut



Setelah dilakukan



Manajemen nyeri



berhubungan



tindakan keperwatan



Observasi :



seberapa



dengan



selama 3x24 jam,



1. Identifikasi



nyeri



hiperperistaltik,



diiharapkan nyeri



lokasi,



diare lama,



akut dapat teratasi



karakteristik,



berat



yang



rasakan 2. Mengetahui



di



iritasi kulit atau jaringan, eksoriasi fisura



dengan kriteria hasil : 1. Keluhan nyeri berkurang



perirektal,



2. Tidak ada mual



fistula



3. Nyeri terkontrol 4. Frekuensi BAB berkurang 5. Tampak tenang



duasi, frekuensi, kualitas,



tingkat nyeri 3. Untuk



intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri



mengetahui cara mengatasi nyeri 4. Untuk



3. Identifikasi factor



memberikan rasa yang



rileks



memperberat dan 5. Untuk memperingan



mengontrol



nyeri



membuat



Terapeutik : 4. Berikan



nyaman Teknik



nonfarmakologis (mis



dan



TENS,



lingkungan 6. Untuk memberikan



hypnosis,



informasi



akupresure,



meredakan nyeri



terapi



cara



music, 7. Untuk



biofeedback,



memberikan rasa



terapi



rileks



pijat,



aromaterapi) 5. Control



dan



nyaman 8. Untuk



lingkungan yang



mengurangi rasa



memperberat



nyeri



rasa nyeri (mis suhu



ruangan,



pencahayaan, kebisingan) Edukasi : 6. Jelaskan strategi meredakan nyeri 7. Ajarkan



teknik



nonfarmakologis



Kolaborasi : 8. Kolaborasi pemberian analgetik 5



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi seimbang kembali dengan kriteria hasil : Status Nutrisi



Frekuensi makan normal gangguan - Nafsu makan membaik absorbsi nutrien - Bising usus dalam status batas normal hipermetabolik - Tidak ada diare - Meningkatnya verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi - Sikap terhadap makanan / minuman baik sesuai dengan tujuan kesehatan dengan



Manajemen nutrisi Observasi : 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 3. Identifikasi makanan yang disukai 4. Monitor asupan makanan 5. Monitor berat badan Terapeutik : 6. Lakukan oral hygiene sebelum makan 7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai Edukasi : 8. Anjurkan makan sedikit tapi sering Kolaborasi : 9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan jika perlu



1. Untuk mengetahui drajat kekurangan nutris 2. Untuk mencegah alergi yang disebabkan oleh makanan 3. Untuk menambah nafsu makan 4. Untuk mengetahui keseimbangan nutrisi 5. Untuk mengetahui penurunan atau bertambahnya BB 6. Untu membantu membunuh mikroorganisme di dalam mulut 7. Untuk menambah nafsu makan 8. Meminimalkan



mual muntah 9. Untuk memberikan diit sesuai kebutuhan pasien



DAFTAR PUSTAKA



Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan Medikal Bedah. Jakata : Salemba Medika Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Sodikin. 2011.Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika Sudaryat, 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto Suriadi dan Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto